Anda di halaman 1dari 16

TIPE TIPE NEGARA DI DUNIA

Di Susun Oleh:

Bahrul Fadhal: 2306101010044

Dosen Pembimbing:

Yusrizal Abdar S. Pd, M.H

PROGRAM STUDI PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSALAM, BANDA ACEH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan hidayah-Nya,
penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah ”Tipe-Tipe Negara di
Dunia”. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah ilmu negara yang telah mengajarkan dan mengarahkan jalannya penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap supaya penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun agar setiap
kesalahan tidak terulangi kembali.

Banda Aceh, 11 Oktober 2023

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTARii

DAFTAR ISIiii

BAB 1 PENDAHULUAN1

1.1. Kata Pengantar1

1.2. Rumusan Masalah2

1.3. Tujuan Penulisan2

BAB 2 PEMBAHASAN3

2.1. Fungsi dan Tujuan Negara3

2.2. Pengertian Tipe-tipe Negara6

2.3. Tipe Negara Menurut Sejarah7

2.4. Tipe Negara Indonesia11

BAB 3 PENUTUP14

3.1. Kesimpulan14

3.2. Saran14

DAFTAR PUSTAKA15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Negara adalah insititusi yang dibentuk oleh kumpulan orang-orang yang hidupdalam wilayah tertentu dengan
tujuan sama yang terikat dan taat terhadap perundang-undangan serta memiliki pemerintahan sendiri”.
Negara dibentuk atas dasar kesepakatan bersama yang bertujuan untuk mengatur kehidupan anggotanya
dalam memperoleh hidup dan memenuhi kebutuhan mereka. Untuk mengatur bagaimana anggota masyarakat
dalam menjalankan aktivitasnya sebagai warga negara, negara memberikan batasan-batasan dalam wujud
aturan dan hukum (Azhary, 2015).

Sejarah telah mencatat bahwa setiap negara mempunyai pemikiran-pemikiran yang berbeda dan tokoh-
tokoh yang berbeda mengenai cerita ketatanegaraan. Ketika kita berbicara pada ranah kenegaraan yang perlu
kita ketahui adalah bagaimana menjadikan masyarakat sejahtera dan makmur, tanpa melepaskan sendi - sendi
keutamaan sebuah negara itu berdiri. Dinilai dari segi sejarah, konsep ketatanegaraan bermacam-macam
ragam dan berbagai tipe pemerintahannya.Tipe negara ialah suatu penggolongan negara yang tidak
mempunyai batas-batas yang tegas. Ini berbeda dengan klasifikasi negara atas bentuk-bentuk tertentu, misal
bentuk negara (Kesatuan atau federasi) dan bentuk pemerintahan (Kerajaan atau Republik) dimana batas-
batas dan ukurannya cukup tegas sehingga mudah dikenali.

1. Rumusan Masalah

1.Apa saja fungsi dan tujuan negara?

2.Apa pengertian tipe-tipe negara?

3. Tipe negara menurut sejarah!

4. Apa tipe dari negara indonesia?

1. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu: agar dapat memahami pengertian tipe-tipe negara, pengelompokkan
tipe-tipe negara, tujuan dan fungsi negara, dan mengetahui bentuk dan tipe negara Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Dan Tujuan Negara

Fungsi Negara

Fungsi negara diartikan sebagai tugas dari pada organisasi negara untuk apa negara itu diadakan. Fungsi
negara pertama kali dikenal pada abad XVI di Perancis. Fungsi negara ada lima yaitu : a) Diplomacie; b)
Defencie; c) Financie; d) Justicie; dan e) Policie. Fungsi-fungsi negara tersebut diadakan hanyalah sekedar
untuk memenuhi kebutuhan pemerintah yang waktu itu masih bersifat diktator, jadi belum mempunyai
arti seperti sekarang.

Menurut John Locke, fungsi negara dapat dibagi tiga, yaitu ; a) fungsi legislatif; b) fungsi eksekutif; c)
fungsi federatif. Dalam pandangan John Locke fungsi mengadili termasuk tugas dari eksekutif. Teori John
Locke tersebut kemudian disempurnakan oleh Montesque yang membagi negara menjadi tiga fungsi,
tetapi masing-masing fungsi itu terpisah dan dilaksanakan oleh lembaga terpisah pula. Ketiga fungsi
negara tersebut menurut Montesque ialah: a) fungsi legislatif; b) fungsi eksekutif dan c) fungsi yudikatif.
Fungsi federatif oleh Montesque dimasukan menjadi satu dengan fungsi eksekutif, dan fungsi mengadili
dijadikan fungsi yang berdiri sendiri (Huda, 2010).

Begitu pula fungsi negara dibidang kesejahteraan dan keadilan (termasuk hak-hak asasi warga negara)
terutama ditekankan pada aspek kolektifnya, dan sering mengorbankan aspek perseorangannya. Akan
tetapi setiap negara, terlepas dari idiologinya, menyelenggarakan beberapa minimum fungsi yang mutlak
perlu, yaitu:

a. Melaksanakan penertiban (law and order).

Untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, negara harus
melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara bertindak sebagai stabilitor.

a. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Fungsi ini sangat penting, terutama bagi negara-negara baru. Pandangan di Indonesia tercermin dalam
usaha pemerintah untuk membangun melalui suatu rentetan Repelita.

a. Pertahanan.

Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. Untuk ini negara dilengkapi dengan
alat-alat pertahanan.

a. Menegakkan keadilan.

Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan peradilan.

Sedangkan menurut Charles E. Merriam, menyebutkan lima fungsi negara, yaitu: (Budiarjo, 2008).

1. Keamanan ekstern
2. Ketertiban intern
3. Keadilan
4. Kesejahteraan umum
5. Kebebasan

Keseluruhan fungsi negara di atas diselenggarakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama.

Tujuan Negara (Huda, 2013)


Sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh para pendiri negara (the founding fathers and
mothers). 4 (empat) tujuan bernegara Indonesia adalah seperti yang termaktub dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945. Yakni:

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,


Memajukan kesejahteraan umum,
Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
Ikut melaksanakan ketertiban dunia (berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial).

Menurut J. Barents, ada 3 (tiga) tujuan negara, yaitu

Untuk memelihara ketertiban dan ketenteraman,


Mempertahankan kekuasaan, dan
Mengurus hal-hal yang berkenaan dengan kepentingankepentingan umum.

Sedangkan, Maurice Hauriou mengatakan bahwa tujuan konstitusi adalah untuk: menjaga keseimbangan
antara (a) ketertiban (order), (b) kekuasaan (gezag), dan (c) kebebasan (vrijheid). Sementara itu G.S.
Giponolo merumuskan tujuan konstitusi ke dalam lima kategori, yaitu:

Kekuasaan,
Perdamaian, keamanan, dan ketertiban,
Kemerdekaan,
Keadilan, serta
Kesejahteraan dan kebahagiaan
2.2. Pengertian Tipe-Tipe Negara

Menurut Djoko Soetono : Negara adalah suatu organisasi atau asosiasi wilayah yang memiliki kekuatan
individu dan daerah yang mengatur setiap kumpulan manusia – manusia yang berbeda dibawah suatu
pemerintahan.

Bentuk atau tipe negara merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan secara
yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis jika negara dilihat secara keseluruhan (ganzhit)
tanpa melihat strukturnya, sedangkan secara yuridis jika negara\peninjauan dilihat dari strukturnya.
Machiavelli dalam bukunya II Prinsipe bahwa bentuk negara (hanya ada dua pilihan) jika tidak republik
tentulah Monarkhi (Sukardja, 2012).

Teori tipe-tipe negara bermaksud membahas tentang penggolongan negara didasarkan pada ciri-ciri khas
yang ada pada suatu negara. Berdasarkan sejarah teori kenegaraan Eropa Barat maka pembagian tipe-
tipe negara secara kronologis adalah sebagai berikut: 1. Negara Timur Purba/Kuno; 2. Negara Yunani
Purba/Kuno; 3. Negara Romawi Purba/Kuno; 4. Negara Abad Pertengahan; 5. Negara Hukum.
2.3. Tipe Negara Menurut Sejarah

Tipe Negara menurut Sejarahnya di bagai menjadi 5 yaitu : (Manggalatung & Nur, 2013).

a. Tipe Negara Timur Purba

Tipe negara timur purba ini bersifat tirani, monarkhi dan teokratis, raja berkuasa penuh atas segala
keputusan atau aturan-aturan yang berlaku di kerajaannya tanpa adanya pertentangan dari masyarakat,
penguasa bisa berbuat sesuai kewenangannya dan raja merangkap sebagai dewa oleh masyarakat.
Kekuasaan raja ini bersifat absolut (mutlak), bersifat turun temurun dan kepemimpinan raja sampai
semur hidup.

Menurut Aristoteles sistem monarkhi dapat di bagi 3 yaitu ;

Monarkhi Mutlak (absolut): yaitu seluruh kekuasaan dan wewenang bersifat tidak terbatas
(kekuasaan mutlak). Perintah raja merupakan undang-undang yang harus dilaksanakan dan
kehendak raja adalah kehendak rakyat.
Monarkhi konstitusional ialah Monarkhi di mana kekuasaan raja itu dibatasi oleh suatu Konstitusi
(UUD). Raja tidak boleh berbuat sesuatu yang bertentangan dengan konstitusi dan segala
perbuatannya harus berdasarkan dan sesuai dengan isi konstitusi.
Monarkhi parlementer ialah suatu Monarkhi di mana terdapat suatu Parlemen (DPR) terhadap
dewan di mana para menteri baik perseorangan maupun secara keseluruhan bertanggung jawab
sepenuhnya.

Jika dilihat dari sudut kekuasaan maka negara timur kuno adalah absolute, yaitu pemerintahan oleh raja-
raja yang berkuasa secara sewenang-wenang. Tapi dalam kenyataanya raja-raja negara timur kuno justru
bertanggung jawab atas segala keburukan dan kebaikan rakyatnya, hal ini berbeda dengan ajaran negara
barat dengan istilah The King can do not wrong. Berdasarkan pandangan-pandangan ini dapat dikatakan
bahwa cirri pokok dari negara timur kuno adalah theokrasi dan absolute.

a. Tipe Negara Yunani kuno/Purba

Tipe Negara yunani kuno ini bersifat Aristokrasi dan pemerintahan dijalankan oleh aristokrat
(cendikiawan). Tipe ini mempunyai bentuk negara kota (city state) karena negaranya kecil dan hanya
terdapat satu kota saja yang dilingkari oleh benteng pertahanan. Pada umumya penduduk negara ini
sangat sedikit dan pemerintahannya bersifat demokrasi langsung (musyawarah). Dalam pelaksanaan
demokrasi langsung rakyat diberikan ilmu pengetahuan oleh aristokrat atau filosof (cendikiawan) tentang
cara menjalankan pemerintahan mereka. Jika menjalankan pemerintahannya biasanya rakyat berkumpul
tempat (acclesia) untuk membuat suatu keputusan (musyawarah).

Ciri utama negara yunani kuno adalah negara kota dan demokrasi langsung. Ini berdasarkan pemikiran
para filsuf bahwa manusia adalah zoon politicon sehingga mereka merasa bahwa tidak ada gunanya jika
tidak hidup bermasyarakat. Tidak hanya itu mereka juga mengutamakan status activus yaitu aktif terlibat
dalam urusan pemerintahan, dengan demikian maka munculah demokrasi langsung di yunani. Demokrasi
langsung dapat muncul di yunani disebabkan karena:

Yunani pada waktu itu masih merupakan Negara kota


Persoalan dalam Negara belum terlalu kompleks dan setiap warga Negara adalah minded

Meskipun demikian, demokrasi langsung yang terjadi di yunani itu tidak murni. Hal ini disebabkan
karena di yunani terdapat 3 golongan penduduk yaitu: golongan penduduk asli, golongan orang
pandatang dan golongan budak. Sedangkan yang ikut dalam pemerintahan hanyalah golongan penduduk
asli sebab golongan pendatang dan budak bukanlah merupakan subyek hukum yang dapat memiliki hak.

a. Tipe Negara Romawi Kuno/Purba


Ciri-ciri utama yang dominant dalam masa pemerintahan romawi kuno adalah pada permulaan berciri
Primus Inter Pares yang artinya bahwa memimpin yang terkemuka diantara yang sama. Selain itu pada
fase romawi kuno ini sudah terdapat kodefikasi hukum yang saat ini masih banyak berlaku di negara barat
maupun timur.

Tipe Negara Romawi Kuno ini bersifat Imperium, pemerintahannya lebih mendominasi negara atau
bangsa lain (penjajah), mengeksploitasi sumber daya dari negara yang didominasi, menguras sumber daya
dalam jumlah yang tidak sebanding dengan jumlah penduduknya jika dibandingkan dengan bangsa-
bangsa lain, memiliki angkatan militer yang besar untuk menegakkan kebijakannya ketika upaya halus
gagal, menyebarkan bahasa, sastra, seni, dan berbagai aspek budayanya ke seluruh tempat yang berada di
bawah pengaruhnya, menarik pajak bukan hanya dari warganya sendiri, tapi juga dari orang-orang di
negara lain dan mendorong penggunaan mata uangnya sendiri di negara-negara yang berada di bawah
kendalinya.

Pemerintahannya dipegang oleh Caesar yang menerima seluruh kekuasaan dari rakyat (caesarismus),
pemerintahan Caesar ini bersifat mutlak dan mempunyai undang-undang yang berlaku yang dinamakan
Lex Regia.

a. Tipe Negara Abad Pertengahan

Tipe negara abad pertengahan ini bersifat dualisme antara rakyat dan pemerintah.Ciri negara pada masa
ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari tipe negara romawi kuno. Pada zaman ini dikenal pula hukum
perdata dan diterima sebagai dasar-dasar bernegara pada abad pertengahan.

Secara garis besar ciri-ciri Negara pada abad pertengahan adalah:

Dualisme, yaitu adanya perlawanan antara penguasa dan yang dikuasai yang diistilahkan dengan rex
(hak raja) dan regnum (hak rakyat)
Feodalisme, yaitu penguasa berdasarkan teori patrimonial dari hukum perdata, dengan berslogan
every man must have a lord
Perlawanan antara gereja-gereja dan negara yang kemudian melahirkan teori teokratis dan teori
secularisme (ysitu pemerintahan yang meliputi urusan keagamaan dan kenegaraan)
Standenstaats, yaitu sifat negara berdasarkan lapisan-lapisan yang ada dalam masyarakat misalnya
bangsawan, rakyat, kota, gereja. Dari lapisan-lapisan itu muncul ide perwakilan yang kemudian
dilengkapi dengan teori-teori yang timbul tentang concili-concili yang diadakan oleh gereja katolik.

Pada teori kenegaraan abad pertengahan ini dijumpai dua aliran yaitu:

Ajaran yang merupakan lanjutan dari absolutisme romawi kuno yang dibawakan oleh Machiavelli
dalam bidang politik kemudian dilanjutkan dengan bidang yuridis oleh jean bodin mengenai teori
kedaulatan
Ajaran kaum monarchomachen yang berdasarkan teori kedaulatan rakyat, sebelum dibeokan
menjadi absolutisme melalui Lex-Regianya ulpianus negaranya.
a. Tipe Negara Abad Modern

Tipe negara Abad Modern ini berlaku asas demokrasi, yang dimana tampuk pemerintahannya bercabang
dari rakyat, dianut oleh paham negara hukum, susunan negaranya kesatuan dan didalam negara hanya
ada satu pemerintahan yaitu, pemerintahan pusat yang mempunyai wewenang tertinggi.

Sifat pokok pada negara modern adalah tipe negara hukum, sebagaimana dirumuskan oleh kaum borjuis
illegal yaitu negara hukum yang demokratis. Menurut ajaran Rousseau jika hanya demokrasi dalam suatu
negara maka peluang untuk absolute demokrasi sangat besar sebab bagaimanapun juga suara terbanyak
akan absolute dan minoritas selalu tertindas. Guna menjaga negara demokrasi yang menimbulkan
kekuasaan absolute maka diberikan unsur negara hukum yang berfungsi membatasi negara demokrasi.

Dengan demikian ciri pokok Negara demokrasi yang berdasarkan hukum adalah:

Kekuasaan tertinggi bersumber dari rakyat dengan demikian menimbulkan pemerintahan dari
rakyat.
Negara demokrasi
Sistem dan lembaga perwakilan

Paham yang menghadirkan unsur hukum dalam menjaga demokrasi itu adalah konstitusionalisme.
Dengan demikian dari semua tipe-tipe negara itu terdapat ciri-ciri yang pokok yaitu:

1. Negara timur kuno = teokrasi yang absolute


2. Negara yunani kuno = Negara kota dan demokrasi langsung
3. Negara romawi kuno = permulaan berciri primus inter pares kemudian berubah menjadi raja-raja
absolute
4. Negara abad pertengahan = teokrasi, feudal dan dasar dualisme dalamn
5. Negara modern = kedaulatan rakyat, demokrasi, sistem dan lembaga perwakilan.
2.4 Tipe Negara Indonesia

Bentuk Negara Indonesia

Menurut Jimly Asshiddiqie negara Indonesia sebagai negara yang berbentuk kesatuan, sehingga
kekuasaan asal berada di pemerintah pusat. Namun kewenangan pemerintah pusat ditentukan batas-
batasnya dalam undang-undang dasar dan undang- undang, sedangkan kewenangan yang tidak
disebutkan dalam undang undang dasar dan undang-undang ditentukan sebagai kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah daerah (Asshiddiqie, 2005).

Prinsip persatuan sangat dibutuhkan Indonesia karena Indonesia memiliki keragaman suku bangsa,
agama dan budaya yang diwarisi oleh bangsa Indonesia dari sejarah sehingga mengharuskan bangsa ini
bersatu serat-eratnya dalam keragaman tersebut. Keragaman dalam bangsa Indonesia itu merupakan
kekayaan yang harus dipersatukan bukan untuk disatukan atau diseragamkan, Prinsip persatuan ini
dibangun atas dasar motto Bhineka-Tunggal-Ika (Unity in Diversity), yang dengan kata lain telah
menjelaskan bahwa bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan yang menggunakan prinsip
persatuan sebagai prinsip dasarnya dalam bernegara. NKRI merupakan negara persatuan dalam arti
negara yang warga negaranya erat bersatu dan memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum serta
pemerintahan tanpa terkecuali.

Sistem Pemeritahan Negara Indonesia

Negara Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan presidensial ini tidak
hanya meletakkan presiden sebagai pusat kekuasaan eksekutif, tetapi juga sebagai kekuasaan negara.
Artinya, presiden tidak hanya sebagai kepala pemerintahan, tetapi juga sebagai kepala negara. Itulah
sebabnya kekuasaan presiden tidak hanya menyentuh wilayah kekuasaan eksekutif, tetapi juga merambah
pada fungsi legislasi dan kewenangan dibidang yudikatif. Dengan kekuasaan presiden yang begitu luas,
jika dalam sistem pemerintahan parlementer objek yang diperebutkan ialah parlemen, maka dalam sistem
pemerintahan presidensial tidak satupun lembaga negara yang menjadi fokus kekuasaan, peran dan
karakter individu presiden lebih menonjol dibandingkan dengan peran kelompok, oganisasi, atau partai
politik yang ada dalam negara. Oleh karena itu, mayoritas para ahli dalam menguraikan sistem
pemerintahan presidensial cenderung menghadapkan posisi presiden dengan lembaga legislative
(Octovina, 2018).

Untuk memahami lebih jauh tentang sistem pemerintahan presidensial yang dianut oleh negara Indonesia,
berikut ini akan dipaparkan karakteristik umum yang menggambarkan sistem pemerintahan presidensial
tersebut, yaitu: (Syafiie, 2011).

1. Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan eksekutif dan legislatif
2. Presiden merupakan eksekutif tunggal.

Kekuasaan eksekutif Presiden tidak terbagi dan hanya ada Presiden dan Wakil Presiden saja.

1. Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau sebaliknya kepala negara adalah kepala
pemerintahan.
2. Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau bawahan yang bertanggungjawab
kepadanya.
3. Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan demikian pula sebaliknya.
4. Presiden tidak dapat membubarkan atau memeksa parlemen.
5. Jika dalam sistem pemerintahan parlementer berlaku prinsip supermasi parlemen, maka dalam sistem
pemerintaha Presidensial berlaku sistem atau prinsif supremasi konstitusi. Karena itu, pemerintahan
eksekutif bertanggungjawab kepada konstitusi.
6. Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yagn berdaulat.
7. Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti dalam sistem pemerintahan parlementer yang
terpusat pada parlemen

Dengan pola hubungan yang terpisah, setidaknya ada empat keuntungan yang terdapat dalam sitem
pemerintahan presidensial, yaitu: (Sarundajang, 2012).

1. Presiden yang dipilih secara langsung menjadikan kekuasaannya menjadi legitimate karena mendapat
mandat langsung dari rakyat. Sementara itu dalam sistem pemerintaha parlementer, perdana menteri
diangkat melalui proses penunjukan.
2. Adanya pemisahan antara lembaga negara terutama antar lembaga eksekutif dan lembaga legislatif.
Dengan adanya pemisahan itu, setiap lembaga negara dapat saling melakukan pengawasan terhadap
lembaga negara lainnya untuk mencegah terjadinya penumpukan dan penyalahgunaan kekuasaan.
3. Dengan posisi sentral dalam jajaran eksekutif, presiden dapat mengambil kebijakan strategis yang
amat menentukan secara cepat.
4. Dengan masa jabatan yang tetap, posisi presiden jauh lebih stabil dibandingkan dengan perdana
menteri yang bisa diganti setiap waktu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tipe negara adalah suatu penggolongan negara yang tidak mempunyai batas-batas yang tegas. Konsep ini
berbeda dengan klasifikasi negara atas bentuk-bentuk negara atau bentuk-bentuk pemerintahan, dimana
batas-batas dan ukurannya cukup jelas sehingga mudah untuk dikenali. Tipe negara lebih berkenaan
dengan struktur batin pemerintah, mengenai tugas negara dan mengenai hubungan antara pemerintahan
dan warga negara.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka yang perlu disarankan adalah perlu adanya suatu pemahaman
yang benar terkait topik tipe-tipe negara baik menurut sejarahnya, menurut hukumnya dan menurut
teori-teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dalam Perspektif Fikih Siyasah. Jakarta: Sinar Grafika.

Huda, N. (2010). Ilmu Negara. Jakarta: Rajawali Pers.

Ismatullah, D. (2018). Politik Hukum Dalam Kajian Hukum Tata Negara. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lijphart, A. (2012). Patterns of Democracy: Government Forms and Performance in Thirty-Six Countries.
Yale University Press.

Octovina, R.A. (2018). Sistem Presidensial Di Indonesia. COSMOGOV: Jurnal Ilmu Pemenrintahan, 4(2),
pp. 247-251.

Rosdakarya.

Sarundajang. (2012). Babak Baru Sistim Pemerintahan. Jakarta: Kata Hasta Pustaka

Anda mungkin juga menyukai