Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH

PENGENDALIAN TERPADU

“HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN TEMBAKAU “

DOSEN PENGAMPU : Ir. Sulhaswardi, MP

DISUSUN OLEH :

NAMA : ZULFIQIH ERWADI

NPM : 214110104

KELAS :5D

PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkah, taufik, rahmat serta hidayah-Nya yang tak dapat terhitung banyaknya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hama dan
Penyakit pada tanaman Tembakau” dari mata kuliah Pengantar Pengendalian
Terpadu .

Dalam penyusunannya penulis banyak mendapat bantuan dari orang yang


dicintai dan disayangi, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada mereka yang telah memberikan dukungan, kasih dan
kepercayaan yang begitu besar.

Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang itu lah manusia tak lepas dari kekurangan. Akhir
kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembacanya.

Pekanbaru10-november-2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman tembakau (Nicotinae tabacum L) termasuk genus Nicotinae serta

familia Solanaceae. Pada mulanya tanaman tembakau hanya digunakan oleh

masyarakat India hanya dalam upacara-upacara keagamaan mereka. Namun

lambat laun ketika budaya barat mulai mengenal tembakau, tanaman ini menjadi

salah satu komoditas penting dalam perdagangan dunia.

Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditi yang strategis dari

jenis tanaman semusim perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup

besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah

penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Produk tembakau yang

utama diperdagangkan adalah daun tembakau. Tembakau merupakan produk

bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam

perekonomian nasional.

Tambakau di Indonesia ada beberapa jenis, yang masing-masing memiliki

sifat spesifik. Harga jual tembakau sangat tergantung pada kualitas tembakau dan

permintaan. Hal-hal yang mempengaruhi mutu tembakau, baik secara langsung

maupun tidak, atau disebut dengan faktor teknis dan non-teknis. Beberapa faktor

tersebut dapat saling berkaitan ataupun berdiri sendiri dalam menuentukan mutu

tembakau. sehingga pemahaman mengenai keterkaitan unsur-unsur tersebut perlu

dimiliki, terutama bagi pihak-pihak yang nantinya berkecimpung di bidang

pengelolaan hasil pertanian.


1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

(1) Mengetahui dan menjelaskan cara teknis budidaya tanaman tembakau

(2) Mengetahui hama tembakau dan cara pengendaliannya


II. PEMBAHASAN

2.1 Syarat Tumbuh

Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering

ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi

tanaman tembakau dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh

terhadap mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan

berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah. Untuk tanaman tembakau

dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun sedangkan untuk tembakau

dataran tinggi, curah hujan ratarata 1.500 s.d. 3.500 mm/tahun.

Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan

pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena

itu, lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu

tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan

tanaman

tembakau berkisar antara 21 s.d. 32,3 OC.

Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran

tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk

pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 s.d. 900 mdpl. Keasaman tanah yang

baik untuk tanaman ini adalah pH antara 5 s.d. 6. Tanaman tembakau akan

tumbuh subur pada tanah gembur, remah, mudah mengikat air, serta memiliki tata

air dan udara yang baik.


2.2 Persiapan Lahan

Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk menggemburkan tanah, menekan

gulma, hama, dan penyakit. Pengolahan lahan dimulai dengan cara pembabatan

jerami di sawah atau pemabatan tunggul-tunggul pohon tegalan. Pengolahan tanah

dapat menggunakan bajak atau cangkul saat tanah masih mengandung cukup

banyak air. Setelah dibajak, tanah langsung digulud dan siap ditanami.Pengolahan

tanah hendaknya dilaksanakan seawal mungkin, sesaat sesudah tanaman

sebelumnya dipanen, agar tanah mempunyai waktu cukup untuk penguapan asam-

asam tanah. Persiapan dan pengolahan tanah di kebun perlu memperhatikan

jadwal semai dan umur bibit pindah taman. Umur bibit pindah taman adalah 35

s.d. 55 hari, sedangkan lama persiapan tanah yang baik untuk siap taman adalah

dua bulan (60 hari ). Jadi, persiapan dan pengolahan tanah adalah 25 s.d. 55 hari

sebelum semai, tergantung pada umur bibit yang akan dipindah taman.

Sebelum tanah diolah dibiarkan kering selama 1 bulan (diberokan).

Brujulan dilakukan seawal mungkin, guna memperoleh derajat keasaman yang

tepat, sebab sawah yang ditanami padi mempunyai derajat keasaman (pH) 4 s.d. 5,

sedangkan untuk tanaman tembakau agar dapat hidup baik memerlukan pH sekitar

6. Kenaikan pH dapat diperoleh dengan pengolahan tanah secara baik dan

diangin-anginkan selama mungkin.

Pengolahan tanah diolah yang pertama dibajak dengan traktor atau dengan

bajak yang ditarik hewan. Pembajakan tanah dilakukan sedalam 40 cm s.d. 60cm

karena perakaran tanaman tembakau cukup dalam. Dengan pembajakan itu,

bagian tanah yang berada di dalam dapat terbalik dan terangkat ke permukaan.

Pembrujulan yang baik dilakukan paling sedikit tiga kali dan dilakukan sedalam
mungkin. Semakin sering tanah diolah, semakin baikpengaruhnya terutama

terhadap hasil dan kualitas serta secara tidak langsung patogen dalam tanah ikut

terbunuh oleh terik matahari.

Pada brujulan pertama, tanah hasil bajakan dibiarkan selama satu minggu

agar bongkaran-bongkaran tanah dapat terangin-anginkan dan terkena panas sinar

matahari. Perlakuan ini merupakan tindakan desinfection pada tanah secara alami

karena terjadi proses pemasaman (oksidasi) zat - zat beracun (asam sulfida) yang

berasal dari dalam tabah. Dengan demikian, tanaman terhindar dari racun asam

sulfida. Selain itu, sumber-sumber penyakit, seperti jamur Phytopthora nicotiabae

yang dapat menyebabkan penyakit lanas pada tanaman tembakau dapat hilang.

Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan kembali seminggu kemudian.

Pada pengolahan tahap kedua ini, tanah digemburkan dengan cangkul sehingga

bongkahan-bongkahan tanah hancur dan diperoleh struktur tanah yang remah

(gembur). Kemudian, tanah diratakan dan dibiarkan lagi selama satu minggu agar

terangin-anginkan dan terkena sinar matahari.

Seminggu setelah pengolahan tanah yang kedua, tanah diolah lagi dengan

dicangkul atau dibajak lagi. Tujuannya adalah membalik tanah kembali sehingga

tanah berada di dalam permukaan lagi. Pada tahap tanah yang kedua ini dapat

dilakukan pemupukan dasar dan pengapuran apabila kondisi tanah terlalu asam.

Pemupukan dasar dilakukan dengan pupuk kandang yang telah terjadi. Pupuk

kandang yang belum jadi masih mengeluarkan energi panas sampai 75 o C akibat

masih berlangsungnya penguraian dan pembusukan. Selain itu, pupuk kandang

yang belum jadi umumnya mengandung bibit-bibit penyakit. Dengan demikian

pupuk kandang yang belum jadi dapat membahayakan mematikan tanaman.


Pupuk kandang yang telah jadi memiliki struktur yang remah, tidak basah, dan

tidak terlalu kering. Pupuk kandang sangat baik sebagai pupuk dasar karena dapat

memperbaiki struktur tanah (daya ikat tanah menjadi baik), memperkaya bahan

organik tanah, dan dapat menahan air dalam tanah.

Dosis pupuk kandang adalah sebanyak 25 s.d. 30 ton/ha. Adapun untuk

pengapuran dapat dapat dilakukan dengan kapur tohor, kapur karbonat, atau kapur

tembok. Selain itu dapat menggunakan kapur karbonat atau dolomit. Selanjutnya,

tanah dibiarkan lagi selama satu minggu agar terjadi reaksi antara tanah, pupuk

kandang, dan kapur

Seminggu sesudah itu, dilakukan pengolahan tanah secara ringan sekaligus

dibentuk bedeng-bedeng dan parit-parit. Bedeng berfungsi untuk tempat

penanaman bibit dan parit-parir berfungsi untuk saluran irigasi dan drainase.

Penanaman tembakau biasanya menggunakan baris tunggal, maka ukuran lebar

bedeng tidak perlu terlalu besar, cukup selebar 40 cm dan tinggi bedengan juga

sekitar 50 cm. Dengan demikian, tanaman tembakau terhindar dari genangan air

hujan.

Jarak antar bedengan adalah 90 cm s.d. 100cm dan jarak antar guludan

merupakan lebar parit. Jarak antar bedengan dapat pula dibuat 90 cm s.d. 100cm

setiap dua baris tanaman atau guludan dan jarak dua guludan tersebut sekitar 50

cm. Dengan demikian, lebar parit pada dua guludan adalah 50 cm dan lebar parit

setiap dua guludan 90 cm s.d. 100cm. Sekeliling petak-petak guludan (bedeng)

dibuat saluran pembuangan air dengan lebar 60 cm dan dalam 60 cm. Arah

bedengan yang baik adalah membujur arah timur- barat karena sinar matahari

dapat diterima secara merata oleh seluruh tanaman. Setelah selesai pembuatan
bedeng dan arit-parit, tanah dibiarkan lagi selama satu minggu agar terangin-angin

dan terkena sinar matahari. Satu minggu kemudian tanah bedengan digemburkan

lagi dengan dicangkul tipis-tipis. Pada tahap ini tanah telah siap ditanami.

Pengolahan tanah yang intensif dapat menciptakan media tanam yang baik

sehingga pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil dapat meningkat.

Pengolahan tanah yang intensif dapat meningkatkan peredaran udara (oksigen) di

dalam tanah, meningkatkan tata air, meningkatkan penguraian zat-zat hara,

meningkatkan aktivitas biologis tanah sehingga mempercepat proses penguraian

bahan organic tanah (humus) menjadi zat yang bermanfaat bagi tanaman. Di

samping itu, pengolahan tanah dapat menghilangkan zat- zat beracun di dalam

tanah, tanah menjadi bersih dari tanaman lain dan rumput-rumput yang

mengganggu pertumbuhan tanaman tembakau, kesuburan tanah terpelihara, dan

memudahkan pemeliharaan tanaman di kebun.

2.2.1 Pengolahan Tanah dengan Pembrujulan

Pembrujulan di tanah ringan dibuka tanpa dibasahi terlebih dahulu.

Ditanah yang berat, bila terpaksa dibasahi, agar pembrujulan dilaksanakan pada

kondisi tercapainya jangka olah, pembrujulan dilakukan sedalam lapis olah.

Pengolahan terbagi menjadi dua tahap yaitu pembrujulan (pembukaan tanah) dan

penggaruan (penghalusan), pojokan dicangkul. Setiap pasang sapi dapat

menyelesaikan 1/8 Ha per hari kerja. Jadi 1 Ha memerlukan 8 pasang sapi,

sehingga setiap Ha sampai pengolahan masak tergantung derajat berat tanah

memerlukan 24 s.d. 32

pasang sapi
2.2.2 Pengolahan Tanah dan Penebalan Lapis Olah dengan Penggarpuan

Mula-mula dilakukan pembrujulan/pembalikan setebal lapis olah,

dipasang ajir (trocok) sesuai jarak larikan 70 x 100cm (jarak tanaman 100 x 70 x

45 cm ) atau jarak larikan 60 x 100 cm ( jarak tanaman 100 x 60 x 45 cm ). Tanah

atas/tanah olah dengan jarak 60 cm atau 70 cm dikesampingkan dibentuk gudulan

sementara dan pada waktunya ditanami sesuai jarak tersebut. Tanah di bawahnya

digerjuk sedalam satu cangkul, jika masih mungkin lebih dalam pakai garpu. Saat

gulud 1, setelah tanah gerjugan kering, tanah yang dikesampingkan dikembalikan

lagi dan dibentuk guludan sesungguhnya. Tanah bagian bawah pada jarak 100 cm

digerjuk dan setelah kering saat gulud ll dibumbunkan sehingga guludan tambah

tinggi.

2.2.3 Pembersihan Sisa Tanaman

Sebelum dilakukan pembrujulan, sisa tanaman harus dikumpulkan ketepi

dan dibakar. Dilarang membenamkan sisa-sisa tersebut karena dapat menjadi

sarang hama antara lain ulat tanah disamping menjadi sumber penyakit.

2.2.4 Penentuan Jarak Tanam

Setelah bedeng-bedeng siap ditanami, jarak tanam ditentukan dengan

memberikan tanda dan setiap tanda dilubangi untuk tempat penanaman bibit.

Jarak tanam yang ditentukan untuk budi daya tembakau dapat beragam menurut

jenis/tipe tembakau yang ditaman dan tujuan dari penanaman. Jarak tanam sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, pembentukan kualitas daun, dan

jumlah produksi per satuan luas.

Tanaman tembakau yang ditanam dengan jarak tanam rapat (jumlah

populasi 20.000 s.d. 30.000 tanaman / Ha) menghasilkan daun lebih kecil dari

lapis. Apabila tujuan penanaman menghendaki daun yang tipis dan halus, maka

jarak tanam harus rapat. Misalnya, jenis tembakau cerutu yang menghendaki daun

tipis dan halus, maka jarak tanamnya adalah 90 cm x 70 cm.

2.3 Benih dan Penanaman

Benih tembakau berukuran sangat kecil sehingga bedangan harus dibuat

secermat mungkin. Lahan dicangkul 2 s.d. 3 kali agar tanah cukup gembur dan

cukup terkena sinar matahari dan angin. Kemudian dibuat bedengan setinggi 20

s.d. 30 cm dan membujur ke utara-selatan. Panjang bedengan 5 m dan lebar 1 m.

Bedengan diberi atap yang terbuat dari jerami, alang-alang, daun kelapa atau

plastik yang dapat dibuka dn ditutup. Benih ditabur sekitar 2g/10m2 bedengan.

Penaburan benih dapat secara kering dicampur dengan pasir atau abu dapur.

Kemudian bedengan ditutup dengan pasir tidak lebih dari 2 mm.

Penanaman dapat dilakukan di lahan tegal maupun sawah. Pada lahan

tegal yang tidak memiliki pengairan teknis atau tadah hujan, penanaman

dilakukan pada April dan Mei. Di lahan sawah yang merupakan lahan yang

berpengairan teknis, penanaman dapat dilakukan pada bulan Mei dan Juni, atau

tergantung dengan cuaca yang berkembang pada musim tanam yang

bersangkutan. Secara umum lahan harus terbuka, mendapatkan sinar matahari

penuh, memiliki musim kemarau yang tegas, minimal 4 bulan kering sepanjang
tahun. Tanah mengandung khlor (>80 ppm) yang umumnya dekat pantai atau

mendapatkan pengairan dari air tanah/sumur atau irigasi berkadar khlor > 25 ppm

dihindari sebagai lahan penanaman tembakau. Lahan yang baik untuk ditanami

tembakau adalah bekas tanaman padi. Lahan bekas tanaman cabe, terung,

tembakau dan tanaman Solanaceae lainnya harus dihindarkan

Empat puluh lima hari s.d. lima puluh hari (45 s.d. 50) setelah benih

ditabur, bibit ditanam pada tanah guludan di lahan yang telah dipilih dengan

luasan yang sesuai dan perlu diketahui sebelum penanaman bibit perlu diadakan

pemangkasan, agar tidak terjadi stagnasi.

2.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman mutlak dilakukan dalam setiap praktik budidaya

karena dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen.

2.4.1 Penyiraman

Pemberian air pada tanaman tembakau dilakukan secara individual.

Penyiraman dapat dilakukan sebanyak 39 kali selama pertumbuhan. Kebutuhan

air untuk tembakau sawah dengan tegalan berbeda, yaitu masing-masing

memerlukan 0,5 l dan 2 l air per tanaman tiap penyiraman. Intensitas penyiraman

setara dengan 194 mm dan 52 mm air untuk masing-masing tembakau tegalan dan

sawah.

2.4.2 Pendagiran, Pembubuan, dan Penyiangan


Tembakau gunung dan tegal ditanam lansung di atas guludan. Tanaman

didangir setelah umur tiga minggu. Sambil didangir dan dibumbun, dilakukan

penyiangan gulma. Tindakan tersebut diullang lagi saat tanaman berumur lima

minggu dan terakhir pada saat umur tujuh minggu.

2.4.3 Pemupukan

Pemupukan pada tanaman tembakau disesuaikan dengan kandungan unsur

hara yang ada pada tanah dan kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk N dilakukan

2 kali, yaitu setengah dosis pada umur satu minggu dan setengah dosis lainnya

diberikan pada umur tiga minggu . Pemberian pupuk dengan cara memasukan

pupuk ke dalam lubang yang dibuat dengan tugal.

2.4.4 Pemangkasan

Saat mulai keluar bunga, tanaman perlu dilakukan pemangkasan.

pemangkasan dilakukan dengan memangkas 3 daun di bawah daun bendera

sehingga akan dihasilkan 11 s.d. 13 daun produksi. Pemangkasan dilakukan untuk

mengalihkan pertumbuhan bunga dan buah ke arah pertumbuhan daun-daun atas

dapat tumbuh tebal dan besar.

2.4.5 Penunasan

Tembakau yang sudah di pangkas akan tumbuh tunas lateral. Dengan

adanya tunas tersebut, energi pertumbuhan akar terkuras. Untuk mengefektifkan

pertumbuhan maka tunas lateral harus dibuang. Penunasan dilakukan setiap tiga

minggu sekali.
2.5 Pupuk dan Pemupukan

Pemupukan tembakau dilaksanakan sejak pembibitan sampai dengan di

lapangan (tanaman). Untuk menjamin efektivitas dan efisiensi pemupukan, serta

mengingat keadaan lingkungan, potensi lahan, dan sifat pupuk yang diberikan,

maka hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemupukan adalah

jenis pupuk.

2.5.1 Jenis Pupuk

Pupuk yang digunakan pada tahap pembibitan berbeda dengan pupuk

dasar (pupuk pendahuluan) atau pupuk pada lobang tanam. Untuk itu perlu

diketahui pupuk apa saja yang digunakan untuk bibit, pupuk pada lubang tanam,

dan pupuk pendahuluan. Adapun jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman

tembakau adalah pupuk yang digunakan pada saat pembibitan dan pupuk yang

digunakan di lapangan.

(1) Jenis pupuk yang digunakan saat pembibitan adalah Guano dan pupuk

NURSYAFER.

a. Guano 9,8 x 38 x 14,3 (Guano bibit) yaitu pupuk majemuk yang

mengandung unsur hara N: 9,8 %: P2O5 : 38 % dan K2O: 14,3 %. Pupuk

ini berwarna putih, berbentuk kristal, sangat mudah larut dalam air.

b. Pupuk NURSYAFER, adalah pupuk majemuk yang diformulasikan khusus

oleh Ir. Erwin, MS sebagai pengganti pupuk Guano bibit di kemudian hari.

Pupuk ini berbentuk granulair dan berwarna kelabu, pada beberapa bagian

pupuk ada yang sedikit sukar larut dalam air, sehingga perlu pengadukan

yang kuat. Bila menggunakan gembor pada saat aplikasi di lapangan akan

dijumpai sisa bubuk yang tidak larut di dasar gembor. Bagian yang sukar
larut ini adalah unsur Calsium atau CaO. Bagian yang sukar larut ini juga

merupakan Amelorasi, yaitu bahan pembaik sifat tanah, sehingga dapat

digunakan sebagai pupuk pada tanaman.

(2) Jenis pupuk yang digunakan di lapangan (pupuk tanaman) adalah pupuk

pendahuluan atau pupuk dasar. Jenis pupuk tersebut adalah

Thomasslakkelmeel (TSM), Rock Phosphate, Zwavelzure Kali, dan

Zwavelzure Amoniak.

a. Thomasslakkenmeel (TSM): mengandung 17-19 % P2O5 larut

dalam asam citrat dan 48-50 % CaO. Pupuk ini merupakan terak baja dan

merupakan lmbah padat dari pabrik baja. Pupuk TSM berwarna hitam,

berbentuk butiran yang sangat halus dan sukar larut dalam air.

b. Rock Phosphate (RP) atau Batuan Fosfat Alam mengandung 27-30

% P2O5 larut dalam asam keras dan 40-42 % CaO. Dapat digunakan

sebagai pengganti pupk TSM, meskipun tidak sebaik pupuk TSm yang

kadar phosphat dan calsium lebih rendah dan sangat sesuai untuk lahan

tembakau.

c. Zwavelzure Kali (ZK) atau disebut juga pupuk Kalium Sulfat

(K2SO4) adalah pupuk yang mengandung 48 s.d. 50 % K2O dan

diusahakan tidak mengandung Chlor lebih dari 0,5 %. Pada tanah-tanah

tertentu, pupuk ini tidak digunakan. Pupuk ZK berbentuk butiran halus

berwarna krem, reaksinya bersifat netral, namun penggunaan secara

berkelanjutan akan menyebabkan pH tanah menjadi asam.


d. Zwavelzure Amoniak (ZA) nama lainnya adalah Ammonium

Sulfat atau (NH4)2SO4 mengandung 21 % N dan 72 % SO4.

2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tembakau

Hama Tanaman tembakau

Budidaya tanaman tembakau tidak selalu berjalan lancar, terdapat hama dan

penyakit yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman tembakau bahkan

mempengaruhi hasil panennya.

2.6.1 Hama Tanaman Tembakau

a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura )

Ciri morfologi ulat: Spodoptera litura yaitu badannya berwarna kuning

kecoklatan dengan bintik-bintik hitam. Badan bagian samping terdapat garis-garis

berwarna kekuningan dan pada bagian perutnya berwarna kecoklatan. Ulat yang

dewasa panjangnya 5 cm. Pada siang hari berlindung, pada malam hari

menyerang tanaman.

Hama ini menyerang pesemaian dan pertanaman pada semua tingkatan umur

tanaman Ngengat S. litura meletakkan telur pada permukaan bawah daun secara

berkelompok kemudian ditutup sisik berwarna coklat.

Cara Mengendalikan :

1. Secara mekanis dengan mengambil telur yang diletakkan oleh kupunya

secara menggerombol di permukaan bawah daun dengan menggunakan

selotip.
2. Secara kimiawi dengan insektisida Ambush 2 EC (1-3 ml/liter air), Anthio

330 EC (1-3 ml/liter air), Buldok 25 EC (0,5-1 ml/liter air), Corsair 100 EC

(1-3 ml/liter air) dan Larvin 75 WP (1-3 g/liter air);

3. Atau dengan insektisida botani. serbuk biji mimba 200-300 g dalam 10

liter air, atau ekstrak biji mimba (OrgaNeem 2-5 ml/liter air).

b. Ulat Jengkal (Plusia Signata)

Warna ulat hijau daun, tidak mempunyai tungkai palsu, sehingga jika

berjalan badannya melengkung ke atas seperti “kilan”. Lebih menyukai daun-daun

yang sudah tua.

Ulat ini menyerang pesemaian dan pertanaman pada semua tingkatan umur

tanaman.

Cara Mengendalikan :

1. Mencabut sisa tanaman setelah panen dan dimusnahkan.

2. Secara kimiawi dengan insektisida Ambush 2 EC (1-3 ml/liter air), Anthio

330 EC (1-3 ml/liter air), Buldok 25 EC (0,5-1 ml/liter air), Corsair 100 EC

(1-3 ml/liter air) dan Larvin 75 WP (1-3 g/liter air);

3. Atau dengan insektisida botani. serbuk biji mimba 200-300 g dalam 10

liter air, atau ekstrak biji mimba (OrgaNeem 2-5 ml/liter air).

c. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Hama ini menyerang pesemaian dan pertanaman pada semua tingkatan

umur tanaman. Pada pesemaian atau tanaman muda yang diserang adalah pangkal

batang, sehingga tanaman rebah dan layu Warna ulat coklat tua kehitaman,

panjang 2 -5 cm. Pada siang hari berlindung di permukaan bawah daun/dalam


tanah. Telur diletakkan secara berkelompok pada rumput atau gulma di bagian

pangkal batang atau daun .

Cara Mengendalikan :

Secara mekanis dengan mencari ulat di sekitar tanaman, Secara kimiawi

dengan menaburkan insektisida di sekitar tanaman pada malam hari, hindari

tanaman terkena insektisida ini. Pada pesemaian taburkan insektisida di tepi

bedengan.

d. Ulat Penggerek Batang (Phtorimaea Heliopa)

Warna ulat putih kotor dengan kepala hitam dan dilengkapi perisai sebagai

pelindung. Telur diletakkan secara tunggal pada pangkal batang. Panjang ulat

dewasa 11 mm. Pupanya berada dalam lubang gerekan pada batang.

Hama ini enyerang pesemaian dan pada pertanaman dengan cara menggerek

batang dan membentuk kantong di dalam batang atau gagang daun, sehingga

pertumbuhannya terhambat.

Cara Mengendalikan :

1. Bibit yang terserang dimusnahkan;

2. Penyemprotan persemaian dengan Larvin 75 WP (1-3 g/liter air).

3. Secara mekanis dengan mengambil ulat dalam batang.


e. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)

Kutu tembakau ini warna tubuhnya bervariasi, hijau keputihan, hijau

kuning pucat, hijau abu-abu, merah jingga atau merah. Hidupnya berkoloni

terutama pada permukaan bawah daun muda. Berkembangbiak secara cepat.

Hama ini menyerang persemaian dan pertanaman pada semua tingkatan umur

tanaman dengan cara menghisap cairan daun. Serangan hama ini juga dapat

menyebabkan tumbuhnya cendawan embun jelaga.

Cara Mengendalikan :

Mencegah penggunaan pupuk nitrogen secara berlebihan; Secara kimiawi dengan

insektisida Confidor 200SL (0,05-0,25 ml/liter air), dan Confidor 5 WP

f. Kutu Putih (Bemisia Tabaci Genn)

Kutu muda (nimfa) berwarna putih terdapat pada permukaan bawah daun,

ukuran yang jantan sekitar 1,11 mm. Hama ini menyerang pembibitan dan

pertanaman dengan cara menghisap cairan daun. Kutu ini juga menjadi vektor

virus.

Cara Mengendalikan

1. Membersihkan gulma (rumput dan tanaman liar) dan tanaman inang lain di

sekitar pembibitan/pertanaman tembakau. Mencabut bibit yang terserang,

biasanya daunnya keriting;

2. Secara kimiawi dengan insektisida Confidor 200SL (1ml/liter air) atau

Methrisida 100 EC (1 ml/liter air).

2.6.2 Penyakit Tanaman Tembakau


Penyakit pada tanaman tembakau antara lain adalah hangus batang, lanas,

patik daun, bercak coklat, busuk daun, penyakit virus.

a. Hangus batang ( damping off ) yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani.

Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala batang tanaman yang

terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar.

Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara cabut tanaman yang terserang

dan bakar.

b. Lanas yang disebabkan oleh Phytophora parasitica var. nicotinae.

Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala timbul bercak-bercak pada

daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas

dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian penyakit ini adalah dengan

cara cabut tanaman yang terserang dan bakar

c. Patik daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae. Tanaman

yang terkena penyakit ini memiliki gejala di atas daun terdapat bercak bulat

putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah

robek. Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara desinfeksi bibit,

renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan

bakar tanaman terserang.

d. Bercak coklat yang disebabkan oleh jamur Alternaria longipes. Tanaman yang

terkena penyakit ini memiliki gejala timbul bercak-bercak coklat, selain

tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur

juga menyerang batang dan biji. Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara

mencabut dan membakar tanaman yang terserang.


e. Busuk daun yang disebabkan oleh bakteri Sclerotium rolfsii. Tanaman

yang terkena penyakit ini memiliki gejala mirip dengan lanas namun daun

membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan.

Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara cabut dan bakar tanaman

terserang, dan semprot Natural GLIO.

f. Penyakit Virus yang disebabkan oleh virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic,

(TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimun (Cucumber

Mozaic Virus). Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala

pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian penyakit ini adalah

dengan cara menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi dicabut dan

dibakar

2.7 Panen dan Pasca Panen

Setelah budidadaya, hal penting yang perlu dilakukan adalah pemanenan

serta pengolahan pasca panen.

2.7.1 Pemanenan

Pemanenan adalah suatu tahapan budidaya tembakau yang sangat

penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Hal yang

perlu diperhatikan dalam pemananenan adalah kematangan daun, keseragaman

daun dalam proses penanaman, serta penanganan daun hasil panenan.

Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat

kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan

pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu minggu

hingga daun tanaman habis.


Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 s.d. 100 hari. Pemetikan

dilakukan 1 s.d. 3 helai daun dengan selang waktu 2 s.d. 6 hari. Waktu pemetikan

tembakau Na Oogst dilakukan pagi hari (sebelum fotosintesis), sedangkan untuk

tembakau Voor Oogst dilakukan pada sore hari (setelah fotosintesis). Komposisi

daun tembakau terdiri dari: daun pasir (3 s.d. 4 lembar), daun kaki (4 s.d. 6

lembar), daun tengah (6 s.d. 8 lembar) dan daun pucuk (2 s.d. 4 lembar). Setelah

dipetik, daun disusun dalam keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang

masih berembun dan diatur posisi tidur kalau daun sudah kering, proses

selanjutnya adalah menunggu pengolahan berikutnya sesuai kegunaan dari

masing-masing jenis tembakau.

Ciri daun tembakau yang telah masak adalah warna daun sudah mulai

hijau kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat, warna

tangkai daun hijau kuning keputih-putihan, posisi daun/tulang daun mendatar, dan

kadang-kadang pada lembaran daun ada bintik-bintik coklat sebagai lambang

ketuaan .

2.7.2 Pascapanen

Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih perlu pengolahan sebelum

sampai pada konsumen akhir. Proses yang berlangsung sejak dari daun basah

sampai daun kering (krosok/rajangan) hingga menjadi bahan atau produk akhir

merupakan bagian dari pasca panen. Untuk mendapatkan hasil akhir yang baik,

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada penanganan daun tembakau setelah

di panen antara lain.


2.7.3 Pengumpulan

Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas.

Kemasakan daun, ukuran daun, dan kecacatan daun. Daun yang dipetik jangan

sampai terlipat atau tertekan secara mekanis dan dihindari kontak langsung

dengan sinar matahari.

2.7.4 Penyortiran dan penggolongan

Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan

berdasarkan warna daun yaitu: Trash (apkiran) dengan warna daun hitam, Slick

(licin/mulus) dengan warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin) dengan

warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon) dan More grany side (sedikit

kasar) dengan warna daun antara kuning-oranye.

2.7.5 Curing

Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun

tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa

petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau

saja. Petani tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih tetap

hidup setelah dipanen. Tujuan Curing: Melepaskan air daun tembakau hidup dari

kadar air 80 s.d. 90 % menjadi 10 s.d. 15 %. Perubahan warna dari zat hijau daun

menjadi warna oranye dengan aroma sesuai dengan standar tembakau yang

diproses. Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di

dalam oven. Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan

1,8 ha, sedangkan 5 x 5 x 7 rak maksimum 2,8 Ha. Juga cuaca waktu proses, kalau
musim hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering. Beberapa tahapan

curing, yaitu penguningan, pengikatan warna, pengeringan lembar daun, dan

pengeringan gagang.

(a) Penguningan

Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari hijau

ke warna kuning, karena hilangnya zat hijau daun / klorofil ke zat kuning daun

dan terjadi penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa terjadi pada

suhu 32 s.d. 42 derajat celcius. Proses ini harus dilakukan secara perlahan-lahan

waktu yang diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya berlangsung selama 55

s.d. 58 jam. Pada saat ini awalnya semua ventilasi ditutup, baik atas maupun

bawah. Tetapi apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange ventilasi atas

dibuka 1/4, proses ini sangat menentukan terhadap hasil curling.

(b) Pengikatan Warna

Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun

maupun tulang daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat

proses ini terjadi, maka apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap akan

berwama hijau, sebaliknya apabila sudah berwama kuning orange maka hasil

curing akan kuning orange. Karena pada suhu 43 s.d. 52 °C ini terjadi pengikatan

warna. Sehingga apabila warna daun pada proses penguningan belum sempuna,

maka jangan terburu-buru menaikkan temperatur lebih dari 42 °C. Pada tahapan

ini ventilasi dibuka secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dibuka

seluruhnya. Waktu yang diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18

s.d. 19 jam.
(c) Pengeringan Lembar Daun

Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun

dengan cara menaikkan suhu 53 s.d. 62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka,

karena air yang keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang harus dibuang

keluar oven agar tidak kembali ke daun. Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa

kering apabila dipegang, tapi tulang daun masih terasa basah daun terlihat keriput

atau keriting waktu yang dibutuhkan lebih kurang 30 s.d. 32 jam.

(d) Pengeringan Gagang

Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63 s.d. 72 °C. Pada saat ini air

yang bisa dilepas di dalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini

ventilasi mulai ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk menjaga kelembaban

udara tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri tahapan ini bisa selesai apabila seluruh

tulang daun sudah kering, dan bila ditekuk batangnya akan patah dan berbunyi

krek. Ini menandakan bahwa tahap ini berjalan baik 5 s.d. 8 jam sebelum proses

berakhir, seluruh ventilasi harus ditutup agar kelembaban udara tetap terjaga.

Proses ini memerlukan waktu normalnya 30 s.d. 32 jam jangan pernah menaikkan

suhu oven diatas 72o C, karena tembakau akan terbakar.

Panen dan pasca panen merupakan salah satu hal yang sangat penting

dalam budidaya tembakau, yang berguna untuk menjaga kualitas dan kuantitas

tembakau yang dihasilkan.


III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditi yang strategis dari

jenis tanaman semusim perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup

besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah

penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Produk tembakau yang

utama diperdagangkan adalah daun tembakau.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ahmad. 1982.Budidaya Tembakau.CV Yasaguna. Jakarta

Anugrahayu, Nevadea Tiara. 2013 . Jurnal : Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Tembakau Vorstenlanden Di Provinsi Jawa

Tengah. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Cahyono.Bambang.1998.Tembakau Budi Daya dan Analisi Usaha Tani. Kanisius.

Yogyakarta

Firmansyah,H.2010. Teknik Budidaya Tanaman Tembakau. http://binaukm.com

/2010/05. Diakses pada tanggal 12 oktober 2014 pukul 13.00 WIB.

Joanna, Amanda Dwiluthfia. 2000. Jurnal : Peranan Sektor Tembakau dan

Industri Rokok dalam Perekonomian Indonesia. Universitas Gunadarma.

Jakarta.

Nasutio,H.2009. Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Tembakau.

Departemen Teknologi Peranian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra

Utara.

Prabowo, Abror.2010. Budidaya Tembakau. http://teknis-budidaya.blogspot.

com/2010 /01/budidaya-tembakau.html. Diakses pada tanggal 11 oktober

2014 pukul 10.44 WIB.

Safei, Imam.2010. Budidaya Tembakau. http://pematangtahalo.blogspot.com/2010

/01/budidaya-tembakau.html. Diakses pada tanggal 11 oktober 2014 pukul

10.31 WIB.

Anda mungkin juga menyukai