DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10
KELAS A.2.1
DOSEN PENGAMPU
ERWANTO, M.Pd.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah Swt. yang telah
memberikan ridho dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “Membaca Bagan dan Peta” dan ditulis
sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Keterampilan Membaca yang
diampu oleh Bapak Erwanto, M.Pd.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ditujukan untuk merumuskan
permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah langkah-langkah membaca bagan?
2. Bagaimanakah langkah-langkah membaca peta?
3. Bagaimanakah teknik membaca peta?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk mencari tujuan dari
dibahasnya pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah. Adapun tujuan
penulisan makalah, sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah membaca bagan.
2. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah membaca peta.
3. Untuk mendeskripsikan teknik membaca peta.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mendapatkan poin yang sama dengan saya dari grafik. Namun, dari pengalaman,
bagan yang menunjukkan satu hal kepada seseorang jarang berbicara sama kepada
orang lain, jadi penting untuk menekankan wawasan utama yang ingin Anda
komunikasikan melalui bagan tersebut. Anotasi juga sangat membantu saat
menghadapi pembaca grafik.
Adapun cara membaca bagan menurut Wahyuni (2010 : 1), sebagai
berikut:
1. Perhatikan judul. Jangan lupa untuk membacanya karna judul merupakan
inti dari grafik tersebut;
2. Membaca informasi yang tertulis. Seperti yang ada dikanan maupun yang
dikiri. biasanya berkenaan dengan jumlah, bulan, tahun, dan sebagainya,
serta
3. Membaca keseluruhan isi. Ini adalah bagain terpenting.
4
2. Orientasi atau Tanda Arah
Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta.
Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat
sebagai petunjuk arah.
3. Skala
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di
lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah
legenda. Skala dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Skala angka. Misalnya 1: 2.500.000. artinya setiap 1 cm jarak dalam peta
sama dengan 25 km satuan jarak sebenarnya;
b. Skala garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki
panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili
jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta, dan
c. Skala verbal, yakni skala yang ditulis dengan kata-kata.
4. Simbol
Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili ketampakan yang
ada di permukaan bumi yang terdapat pada peta ketampakannya.
Jenis-jenis simbol peta, antara lain:
a. Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional
Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan
jarak;
b. Simbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol
yang mencakup area tertentu;
c. Simbol aliran, digunakan untuk menyatakan alur atau gerak;
d. Simbol batang, digunakan untuk menyatakan suatu harga/dibandingkan
dengan harga/nilai lainnya;
e. Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam
bentuk persentase, dan
f. Simbol bola, digunakan untuk menyatakan volume, makin besar simbol
bola menunjukkan volume semakin besar dan sebaliknya makin kecil
simbol bola berarti volume semakin kecil.
5
5. Warna Peta
Warna peta digunakan untuk membedakan ketampakan atau objek di
permukaan bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan untuk
keperluan estetika peta. Warna simbol dalam peta terdiri dari 8 warna, yaitu:
a. Warna hijau menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian kurang
dari 200 m. Biasanya bentuk muka bumi yang terdapat pada ketinggian <
200 m didominasi olah dataran rendah. Dataran rendah di Jawa terdapat di
sepanjang pantai utara dan pantai selatan;
b. Warna merah menunjukkan jalan kereta api/gunung aktif. Warna merah
sering dijumpai di peta suatu provinsi;
c. Warna hijau muda menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian
antara 200–400 m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di
daerah ini berupa daerah yang landai dengan disertai bentuk-bentuk muka
bumi bergelombang dan bukit. Penyebaran bentuk muka ini hampir
menyeluruh di atas dataran rendah;
d. Warna kuning menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara
500–1000 m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di
daerah ini didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan dan pegunungan
rendah. Penyebaran dari bentuk muka bumi ini berada di bagian tepi-
tengah dari Provinsi Jawa Tengah dan paling luas di sebelah tenggara
Kabupaten Sukoharjo;
e. Warna cokelat muda menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian
antara 1000–1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi yang
dominan di daerah ini berupa pegunungan sedang disertai gunung-gunung
yang rendah. Penyebaran dari bentuk muka ini berada di bagian tengah
dari Jawa Tengah, seperti di sekitar Bumiayu, Banjarnegara, Temanggung,
Wonosobo, Salatiga dan Tawangmangu;
f. Warna cokelat menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian lebih
dari 1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi di daerah ini
didominasi oleh gunung-gunung yang relatif tinggi. Penyebaran dari
6
gunung-gunung tersebut sebagian besar di bagian tengah dari Jawa
Tengah;
g. Warna biru keputihan Warna biru menunjukkan warna ketampakan
perairan. Warna biru keputihan menunjukkan wilayah perairan yang
kedalamannya kurang dari 200 m. Bentuk muka bumi dasar laut di
wilayah ini didominasi oleh bentuk lereng yang relatif landai. Zona di
wilayah ini disebut dengan zona neritik. Penyebaran dari zona ini ada di
sekitar pantai;
h. Warna biru muda menunjukkan wilayah perairan laut yang mempunyai
kedalaman antara 200–2000 m, dan
i. Warna biru tua Warna biru tua menunjukkan wilayah perairan laut dengan
kedalaman lebih dari 2000 m.
6. Tipe Huruf (Lettering)
Lettering berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada.
Macam penggunaan lettering:
a. Objek Hipsografi ditulis dengan huruf tegak, contoh: Surakarta.
b. Objek Hidrografi ditulis dengan huruf miring, contoh: Laut Jawa.
7. Garis Astronomis
Garis astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan
untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara
berlawanan arah satu sama lain sehingga membentuk vektor yang menunjukan
letak astronomis.
8. Inset
Inset adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama. Macam-macam inset
antara lain: Inset penunjuk lokasi, berfungsi menunjukkan letak daerah yang
belum dikenali Inset penjelas, berfungsi untuk memperbesar daerah yang
dianggap penting Inset penyambung, berfungsi untuk menyambung daerah yang
terpotong di peta utama.
9. Garis Tepi Peta
Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk
meletakkan garis astronomis, secara beraturan dan benar pada peta.
7
10. Sumber dan Tahun Pembuatan
Sumber peta adalah referensi dari mana data peta diperoleh.
11. Garis Lintang dan Garis Bujur
Garis lintang adalah garis yang melintang dari arah barat – timur atau dari
arah timur – barat. Garis bujur adalah garis yang membujur dari arah utara –
selatan atau selatan – utara.
8
3.710.000 cm. Sehingga dipeta: 3.710.000 : 50.000 akan mempunyai jarak: 37,1
km = 3.710.000 : 50.000 = 74,2 cm. Akibatnya 1 LBD peta 20′ x 20′ skala
1:50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 x 74,2 cm. Hal ini tidak praktis
dalam pemakaiannya.
5. Lembar Peta
Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka
tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10′ x 10′ atau
37,1 x 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut lembar peta atau sheet, dan diberi
huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1:50.000, maka peta itu mempunyai
ukuran 50.000 x 37,1 = 1.855.000cm = 18,5km;
6. Penomoran Lembar Peta
Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48′ 27,79″ BT
dipakai sebagai meridian pokok untuk penomoran peta topografi di Indonesia.
Jakarta sebagai garis bujur 0.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membaca bagan dan peta terkadang dianggap mudah. Belajar atau tidak
kita dapat menemukan maksud dan informasi Yang terkadang dalam bagan
ataupun peta. Anggapan seperti itu merupakan anggapan yang salah dan harus kita
perbaiki di tengah masyarakat khususnya peserta didik. Paradigma yang salah ini
jika dibiarkan berkembang dalam diri seseorang, maka akan menimbulkan hal-hal
negatif yang akan berdampak buruk pada seseorang.
Jika kita membicarakan permukaan bumi, berarti kita membicarakan
segala bentuk kenampakan yang ada di permukaan bumi, baik berupa gunung,
pegunungan, bukit,sungai, laut, selat, danau, kota, jalan dan sebagainya.
Penggambaran pada bidang datar, berarti kita harus mengenal macam-macam
proyeksi peta, dapat diambil kesimpulan dalam mempelajari peta kita tidak boleh
meninggalkan simbol, skala dan proyeksi agar kita memiliki kemudahan dalam
membaca peta dan menafsirkan peta. Begitupun dengan bagan, cara membaca
bagan itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar tidak terjadi keliruan
seperti Mulailah dengan judul grafik, deskripsi, dan sumber, Baca tangga nada
dan legenda selanjutnya, Pahami pengkodean visual dan Baca anotasi, jika ada.
B. Saran
Dari uraian diatas, kita telah mengetahui cara membaca peta dan bagan,
jadi penulis berharap kepada semua pembaca makalah ini agar dapat memahami
cara membaca peta dan bagan itu seperti apa yang sangat berguna bagi kehidupan
kita.
10
DAFTAR PUSTAKA
Soedarso. 2001. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT
11