Anda di halaman 1dari 26

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 1

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 2

SAMBUTAN
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Sulawesi Tengah saat ini dinilai
sudah tidak relevan tidak berbasis
keberlanjutan lingkungan dan kebencanaan.
Atas dasar itu, revisi RTRW Provinsi Sulawesi
Tengah perlu dilakukan. Upaya dalam
memaksimalkan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Tengah
dengan kondisi kerentanan bencana yang
cukup tinggi, membutuhkan kajian
lingkungan hidup (KLHS) sebagai instrumen
yang memastikan bahwa Kebijakan rencana
program dalam RTRW Provinsi Sulawesi
Tengah telah melewati proses kajian
lingkungan hidup.
KLHS RTRW Provinsi Sulawesi Tengah
telah mengintegrasikan hasil Validasi KLHS
Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan
Hutan (No. S.1871/MENLHKPKTL/PDLKWS/
OTL.O/11/ 2020) dan
SK.452/MENLHK/SETJEN/PA.0 /11/2020
tentang Perubahan Peruntukkan Kawasan
Hutan.
Rencana tata ruang menyediakan
kerangka kerja menyeluruh untuk beberapa
intervensi dengan potensi dampak serius
pada ekosistem dan kelompok pemangku
kepentingan terkait. KLHS menggabungkan “Tujuan yang ingin dicapai dari Kajian
serangkaikan pendekatan analitis dan Lingkungan Hidup Strategis ini yaitu
partisipatif yang bertujuan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip
mengintegrasikan pertimbangan lingkungan pembangunan berkelanjutan di dalam
ke dalam kebijakan, rencana, dan program kebijakan, rencana dan program
dan mengevaluasi keterkaitannya dengan pembangunan yang termuat dalam
pertimbangan ekonomi dan sosial. KLHS rancangan RTRW Provinsi Sulawesi Tengah”.
memainkan peran proaktif dalam
mengintegrasikan isu-isu yang terkait dengan
keberlanjutan ke dalam perencanaan
pembangunan regional yang selaras dengan
kebijakan nasional.
RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 3

Penyelenggaraan KLHS
Penyelenggaraan KLHS merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 dan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 69 Tahun 2017.
Penyelenggaraan KLHS dilakukan melalui tiga tahap persiapan dan sebelas tahap
pelaksanaan, yakni:
A. Tahap persiapan
1. Identifikasi pemangku kepentingan
2. Pembentukan Pokja
3. Penyusunan kerangka acuan kerja
B. Tahap Pelaksanaan
1. Identifikasi dan perumusan Isu pembangunan berkelanjutan (PB)
2. Identifikasi Isu PB paling strategis
3. Identifikasi isu PB prioritas
4. Identifikasi materi muatan KRP yang berpotensi menimbulkan pengaruh pada
lingkungan hidup
5. Analisis pengaruh hasil isu PB prioritas dengan materi muatan KRP
6. Kajian 6 muatan KLHS
7. Rumusan Alternatif
8. Penyusunan Rekomendasi
9. Penjaminan Kualitas
10. Pendokumentasian
11. Validasi
RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 4

Isu Pembangunan Berkelanjutan


Berdasarkan hasil identifikasi dan perumusan isu pembangunan
berkelanjutan, diperoleh tiga isu pembangunan berkelanjutan prioritas,
yakni:
1. Bencana alam
2. Alih fungsi lahan
3. Konservasi dan pemenuhan kebutuhan air
4. Keterbatasan SDM angkatan kerja
5. Kerusakan lingkungan
6. Minimnya infrastruktur dan layanan kesehatan
RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 5

KRP Berdampak Lingkungan


No. Program RTRW Berdampak Lingkungan
Program Struktur Ruang
1 Perwujudan Pusat Kegiatan Nasional
2 Perwujudan Pusat Kegiatan Wilayah
3 Perwujudan Sistem Transportasi
4 Perwujudan Sistem Jaringan Energi
Program Pola Ruang
1 Perwujudan Kawasan Pertanian dan Perkebunan
2 Perwujudan Pengembangan Kawasan Pertambangan
3 Perwujudan Pengembangan Kawasan Peruntukan Permukiman
Integrasi KLHS Kedalam RTRW Sulawesi Tengah
Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
1 Perwujudan Pusat 1. Konservasi, pemeliharaan dan 1. BAB II, KEBIJAKAN, Kebijakan 1. Rekomendasi 1 dan 2 telah
Kegiatan Nasional pemenuhan kebutuhan air Pengembangan Struktur terintegrasi di:
berkelanjutan di Kota PKN Ruang, a. Bagian Ketiga, Strategi
2. Bab II, Strategi Penataan Penataan Ruang, Pasal 8, ayat
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup melalui Ruang, Poin B, Strategi 9, butir h.
pengelolaan sampah dan limbah Pengembangan b. Sistem Jaringan Sumber daya
terpadu dan terintegrasi dengan sistem a. Sistem Perkotaan, butir 9 Air, Pasal 26.
penataan kota; pengurangan emisi gas dan 10. c. Arahan Peraturan Zonasi
rumah kaca; pengendalian cemaran b. Pengembangan Sistem Perkotaan Provinsi,
lingkungan; dan pemeliharaan kawasan prasarana, butir 10. Pasal 55, ayat 2, butir e.
konservasi, kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan 3. BAB III yang akan diperdetail
bawahnya, kawasan perlindungan dalam Sistem Zonasi daerah 2. Rekomendasi 3 telah terintegrasi
setempat, dan Kawasan Mangrove. Kabupaten/Kota di Sulawesi di:
Tengah a. Bagian Ketiga, Strategi
3. Pengurangan risiko bencana alam 4. BAB VII. Arahan Pengendalian Penataan Ruang, Pasal 8, ayat
perkotaan. Pemanfaatan Ruang Wilayah, 7, butir h, I, j, k, dan l.
pada peraturan zonasi untuk b. Paragraf 2, Indikasi Arahan
PKN disusun dengan Peraturan Zonasi Sistem
memperhatikan hal-hal yang Perkotaan Provinsi, Pasal 55,
direkomendasikan oleh KLHS ayat 2, butir c.
5. Indikasi Program, 1.1
Perwujudan PKN, butir h, I,
dan j.

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 6


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
Perwujudan Pusat 1. Konservasi, pemeliharaan dan 1. BAB II, KEBIJAKAN, 1. Rekomendasi 1 dan 2 telah
Kegiatan Wilayah pemenuhan kebutuhan air Kebijakan Pengembangan terintegrasi di:
berkelanjutan di Kota PKN Struktur Ruang, a. Bagian Ketiga, Strategi
Penataan Ruang, Pasal 8,
2. Bab II, Strategi Penataan
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup melalui ayat 9, butir h.
Ruang, Poin B, Strategi
pengelolaan sampah dan limbah b. Sistem Jaringan Sumber
Pengembangan
terpadu dan terintegrasi dengan sistem Daya Air, Pasal 26.
a. Sistem Perkotaan, butir 9
penataan kota; pengurangan emisi gas c. Arahan Peraturan Zonasi
dan 10.
rumah kaca; pengendalian cemaran Sistem Perkotaan Provinsi,
b. Pengembangan
lingkungan; dan pemeliharaan kawasan Pasal 55, ayat 2, butir e.
prasarana, butir 10.
konservasi, kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan 2. Rekomendasi 3 telah terintegrasi
3. BAB III yang akan diperdetail
bawahnya, kawasan perlindungan di:
dalam Sistem Zonasi daerah
setempat, kawasan lindung geologi, a. Bagian Ketiga, Strategi
Kabupaten/Kota di Sulawesi
dan Kawasan Mangrove. Penataan Ruang, Pasal 8,
Tengah
ayat 7, butir h, I, j, k, dan l.
3. Pengurangan risiko bencana alam b. Paragraf 2, Indikasi Arahan
perkotaan. Peraturan Zonasi Sistem
4. BAB VII. Arahan
Perkotaan Provinsi, Pasal 55,
Pengendalian Pemanfaatan
ayat 2, butir c.
Ruang Wilayah, pada
peraturan zonasi untuk PKN
disusun dengan
memperhatikan hal-hal yang
direkomendasikan oleh KLHS
5. Indikasi Program, 1.1
Perwujudan PKN, butir m, n,
dan o.

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 7


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
3 Perwujudan Sistem 1. Perencanaan, monitoring, dan evaluasi 1. BAB II. Kebijakan, Peraturan Zonasi Sistem Jaringan
Transportasi pembangunan jaringan jalan berbasis a. Kebijakan pengembangan Transportasi, Pasal 57 ayat 3 dan
mitigasi bencana alam struktur ruang, huruf e. ayat 4.
2. Perjanjian kerja sama penggunaan b. Strategi pengembangan
kawasan konservasi untuk sistem perkotaan, huruf c,
pembangunan jalan baru dan butir 11.
pengembangan jalan yang sudah ada. 2. BAB III yang akan diperdetail
3. Tidak membangun atau diizinkan dalam Sistem Zonasi daerah
dengan syarat rekayasa teknologi Kabupaten/Kota di Sulawesi
untuk rencana jalan dan jalur kereta Tengah
api yang melintasi kawasan konservasi,
kawasan hutan, dan kawasan dengan 3. BAB VII. Arahan Pengendalian
status keanekaragaman hayati tinggi Pemanfaatan Ruang Wilayah,
dan sangat tinggi sesuai ketentuan Poin B. Peraturan Zonasi
perundang-undangan yang berlaku. Sistem Jaringan Transportasi
4. Pembangunan median jalan dengan 4. Indikasi program, 1.5
penanaman vegetasi sepanjang Perwujudan Kawasan rawan
koridor yang digunakan untuk bencana, huruf d.
meningkatkan luasan RTH publik
5. Program pengembangan jalan dan
jalur kereta api dengan
memperhatikan pola ruang eksisting.

4. Perwujudan Sistem 1. Menetapkan kebijakan energi untuk 1. BAB III yang akan diperdetail Indikasi Arahan Peraturan
Jaringan Energi menyediakan kerangka kerja jangka dalam Sistem Zonasi daerah Zonasi untuk Sistem Jaringan
panjang sistem energi Sulawesi Kabupaten/Kota di Sulawesi Energi, Pasal 60, ayat 3.
Tengah. Kebijakan ini mencakup Tengah

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 8


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
pernyataan yang jelas tentang 2. BAB VII. Arahan Pengendalian
transformasi energi terbarukan; Pemanfaatan Ruang Wilayah,
mengidentifikasi keberlanjutan Poin C. Indikasi Arahan
sumber daya minyak, gas alam, dan Peraturan Zonasi untuk
batu bara domestik; menentukan Sistem Jaringan Energi
target untuk energi terbarukan;
mengidentifikasi prioritas efisiensi dan
infrastruktur; dan memberikan insentif
untuk penelitian dan pengembangan.
2. Menetapkan infrastruktur dan sistem
energi yang dibutuhkan melalui upaya
jangka panjang, berkelanjutan,
terkoordinasi dan perubahan signifikan
dalam investasi energi.
3. Melakukan pemantauan dan
pengawasan kualitas lingkungan
secara berkala terhadap cemaran
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
dan pembangkit listrik tenaga disel
(PLTD)
4. Menegakkan regulasi dan kearifan
lokal untuk menjaga baku mutu air di
kawasan pertambangan dan
sekitarnya sesuai dengan PP No.82
Tahun 2001 dan PERMENKES No. 416
tahun 1990.
5. Menegakkan regulasi dan kearifan
lokal untuk menjaga baku mutu udara

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 9


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
di kawasan pertambangan dan
sekitarnya sesuai dengan PP No.41
Tahun 1999
6. Menetapkan jaringan pipa minyak dan
gas bumi sistem provinsi yang
terintegrasi dengan perencanaan
spasial Sulawesi Tengah
7. Menetapkan jaringan energi listrik
sistem provinsi yang terintegrasi
dengan perencanaan spasial Sulawesi
Tengah
8. Menetapkan ketersediaan pasokan
tenaga listrik untuk kepentingan
umum di kawasan perkotaan,
perdesaan hingga kawasan terisolasi;
9. Menetapkan ketersediaan pasokan
tenaga listrik untuk mendukung
pengembangan kawasan perdesaan,
pulau-pulau kecil, dan kawasan
terisolasi;
10. Menetapkan pemanfaatan teknologi
baru untuk menghasilkan sumber
energi yang mampu mengurangi
ketergantungan terhadap energi tak
terbarukan;
11. Menetapkan lokasi jaringan energi
yang aman terhadap kegiatan lain

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 10


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
dengan memperhatikan jarak bebas
dan jarak aman.
12. Menetapkan kebijakan jangka panjang
yang jelas dari skala regional, kota,
hingga skala tapak tentang
pemanfaatan energi rendah emisi
karbon.
13. Pembuatan infrastruktur limbah pada
struktur ruang
14. Pengendalian terhadap pengelolaan,
pemanfaatan dan penimbunan limbah
15. Jaringan eksist dan rencana jaringan
listrik tegangan tinggi baru perlu
berbasis rekayasa teknologi untuk
meminimalisasi degradasi kawasan
dengan status keanekaragaman hayati
tinggi dan sangat tinggi.
16. Menetapkan standar infrastruktur
jaringan energi yang adaptif dengan
bencana alam
17. Penyiapan dokumen kesepakatan dan
kerjasama dengan lembaga yang
berwenang pada kawasan konservasi.
18. Pembaharuan dokumen kesepakatan
dan perjanjian kerjasama yang telah
habis masa berlakunya, atau
dikarenakan penambahan / perubahan
isi perjanjian kerjasama untuk

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 11


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
pemanfaatan pembangunan jaringan
energi berupa gardu induk
19. Kajian lebih lanjut untuk identifikasi
fungsi ekosistem dan dampaknya
terhadap sebaran populasi spesies
endemis di sekitar kawasan dengan
status keanekaragaman hayati tinggi
dan sangat tinggi yang dipinjam pakai
untuk jaringan energi
20. Pengelolaan limbah dan polusi sebagai
akibat dari aktivitas jaringan pipa
minyak dan gas serta energi listrik
21. Tidak membangun atau diizinkan
dengan syarat rekayasa teknologi
untuk rencana jaringan sistem energi
yang melintasi kawasan ekosistem
dengan status keanekaragaman hayati
tinggi dan sangat tinggi.
22. Tidak membangun atau diizinkan
dengan syarat rekayasa teknologi
untuk rencana jaringan sistem energi
yang melintasi kawasan dengan status
rawan bencana tinggi.

1. Perwujudan 1. Meningkatkan efisiensi 1. BAB III yang akan diperdetail Indikasi Arahan Peraturan Zonasi
Kawasan Pertanian pemanfaatan air melalui dalam Sistem Zonasi daerah untuk Kawasan Pertanian, Pasal
peningkatan kapasitas dan kualitas Kabupaten/Kota di Sulawesi 73
jaringan irigasi pada kawasan yang Tengah

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 12


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
terindikasi sebagai kawasan 2. BAB IV, Sub Bab Kawasan
dengan daya dukung air yang telah Pertanian
terlampaui. 3. BAB VII. Arahan Pengendalian
2. Melakukan penambahan jaringan Pemanfaatan Ruang Wilayah,
baru dan rehabilitasi jaringan irigasi Indikasi Arahan Peraturan
yang mengalami kerusakan, Zonasi untuk Kawasan
penurunan fungsi, dan kapasitas Pertanian
penyediaan air irigasi.
3. Penambahan jaringan baru irigasi
pertanian harus memperhatikan
kondisi topografi kawasan
pertanian.
4. Untuk daerah dengan daya dukung
pangan yang telah terlampaui,
diperlukan optimalisasi
produktivitas lahan dengan
introduksi teknologi pertanian
yang dapat berkontribusi dalam
peningkatan produksi hasil
tanaman pangan.
5. Untuk menggantikan lahan
pertanian yang telah terkonversi,
perlu identifikasi potensi lahan dan
menambah luasan KP2B di setiap
wilayah kabupaten sesuai dengan
daya dukung dan kesesuaian lahan
untuk tiap jenis komoditi tanaman
pangan.

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 13


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
6. Diterapkan sistem
insentif/disinsentif untuk upaya
mempertahankan luasan lahan
pertanian produktif untuk
meningkatkan daya dukung
pangan.
7. Perubahan delineasi kawasan
pertanian yang masuk dalam
kawasan hutan konservasi dan
lindung seluas 198.031 ha
8. Pengembangan infrastruktur
pengelolaan limbah pertanian dan
perkebunan
9. Implementasi teknologi pertanian
dan perkebunan ramah lingkungan
10. Mempertahankan efisiensi
penggunaan air untuk jangka
panjang melalui pengelolaan daerah
tangkapan air melalui kebijakan
konservasi; dan mencegah alih fungsi
lahan di kawasan hulu berakibat
perubahan hidrologi dan merusak
keseimbangan sumber daya air.
11. Penegakan aturan bagi kawasan
pertanian dan perkebunan yang
masuk dalam kawasan Peta
Indikatif Penghentian Pemberian
Izin baru (PIPPIB).

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 14


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
12. Adaptasi pola penggunaan lahan
pada kawasan pertanian yang
berada pada kawasan hutan,
kawasan rawan bencana alam
berstatus tinggi dan sangat tinggi

2. Perwujudan 1. Penetapan dan pemanfaatan ruang 1. BAB III yang akan diperdetail Indikasi Arahan Peraturan Zonasi
Pengembangan untuk kawasan pertambangan harus dalam Sistem Zonasi daerah untuk Kawasan Pertambangan,
Kawasan memperhatikan daya dukung dan daya Kabupaten/Kota di Sulawesi Pasal 75
Pertambangan tampung lingkungan hidup dan risiko Tengah
bencana alam 2. BAB IV, Sub Bab Kawasan
2. Wajib menyusun kajian kelayakan Peruntukkan Pertambangan
lokasi dan kelayakan lingkungan dalam 3. BAB VII. Arahan Pengendalian
WIUP (wilayah izin usaha Pemanfaatan Ruang Wilayah,
pertambangan) yang ketat dalam Indikasi Arahan Peraturan
penentuan lokasi pertambangan Zonasi untuk Kawasan
mineral logam dan batuan . Pertambangan
3. Wajib melaksanakan program 4. Indikasi Program, 2.5
monitoring dan evaluasi sesuai dengan Perwujudan Kawasan
(izin usaha pertambangan) IUP yang Pertambangan, huruf h dan p.
diterbitkan dan dalam jangka waktu
yang telah disepakati dalam kontrak
secara berkala.
4. Program penyusunan rencana zonasi
wilayah pertambangan berkelanjutan,
terutama dalam melindungi dan
mengelola lingkungan pra serta pasca
kegiatan tambang. Sesuai dengan

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 15


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
"Keputusan Menteri ESDM RI Nomor
1796 K/30/MEM/ 2018 tentang
Pedoman Pelaksanaan Permohonan,
evaluasi, serta Penerbitan Perizinan di
Bidang Pertambangan Mineral dan
Batubara
5. Kajian lebih lanjut untuk identifikasi
fungsi ekosistem dan dampaknya
terhadap sebaran populasi spesies
endemis di sekitar kawasan dengan
status keanekaragaman hayati tinggi
dan sangat tinggi di kawasan
pertambangan.
6. Menetapkan larangan menambang
batuan di perbukitan yang di
sekitarnya terdapat mata air.
7. Menetapkan larangan atau dengan
rekayasa teknologi tinggi untuk
pertambangan batuan di perbukitan
dengan status kawasan rawan
bencana gerakan tanah tinggi dan
sangat tinggi.
8. Kegiatan pertambangan mulai dari
tahap perencanaan, tahap eksplorasi,
eksploitasi dan pasca tambang harus
diupayakan sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan perselisihan dan/atau
persengketaan dengan masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 16


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
setempat menjadi salah satu Indikasi
arahan peraturan zonasi untuk
Kawasan Peruntukan Pertambangan
9. Menegakkan regulasi dan kearifan
lokal untuk pengelolaan limbah B3 di
kawasan pertambangan sesuai dengan
PP No.101 Tahun 2014.
10. Menegakkan regulasi dan kearifan
lokal untuk menjaga baku mutu air di
kawasan pertambangan dan
sekitarnya sesuai dengan PP No.82
Tahun 2001 dan PERMENKES No. 416
tahun 1990.
11. Menegakkan regulasi dan kearifan
lokal untuk menjaga baku mutu udara
di kawasan pertambangan dan
sekitarnya sesuai dengan PP No.41
Tahun 1999
12. Pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan tambang dan pasca tambang
13. Wajib melaksanakan kaidah
pertambangan yang baik sesuai
dengan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2018
Tentang Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik dan

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 17


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
Pengawasan Pertambangan Mineral
dan Batubara.
14. Perlindungan dan konservasi kawasan
pertambangan dengan status jasa
ekosistem fungsi penyediaan pangan,
penyediaan air, pengaturan
keanekaragaman hayati berkategori
tinggi dan sangat tinggi; dan
pengaturan bencana berkategori
rendah dan sangat rendah.
15. Usaha pertambangan diwajibkan
menyelenggarakan corporate sosial
responsibility (CSR) untuk upaya
pelestarian lingkungan hidup,
pelestarian keanekaragaman hayati,
dan mitigasi bencana alam.
16. Kegiatan pertambangan tidak
menyebabkan gangguan dan
penurunan kualitas lingkungan pada
kawasan permukiman di sekitarnya.
3. Perwujudan 1. Penetapan Koefisien Dasar Bangunan 1. BAB III yang akan diperdetail Indikasi Arahan Peraturan Zonasi
Pengembangan (KDB) dan Koefisien Dasar Hijau (KDH) dalam Sistem Zonasi daerah untuk Kawasan Permukiman, Pasal
Kawasan di kawasan permukiman didasarkan Kabupaten/Kota di Sulawesi 78.
Peruntukan pada status daya dukung lingkungan Tengah
Permukiman hidup. 2. BAB IV, Sub Bab Kawasan
2. Peningkatan sistem pengelolaan Peruntukkan Permukiman
persampahan pada kawasan 3. BAB VII. Arahan Pengendalian
permukiman Pemanfaatan Ruang Wilayah,

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 18


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
3. Permukiman disertai dengan sistem Indikasi Arahan Peraturan
pembuangan air limbah yang Zonasi untuk Kawasan
memenuhi SNI 03-1733-2004 Permukiman
4. Relokasi kawasan permukiman yang
berada di dalam kawasan hutan seluas
7.948,82 ha
5. Permukiman disertai dengan sistem
pembuangan air limpasan permukaan
dengan kapasitas yang cukup untuk
menghindari genangan dan luapan air
permukaan.
6. Pengembangan sistem IPAL Komunal
7. Pengendalian atau diizinkan bersyarat
dengan rekayasa teknologi pada
lingkungan dan bangunan untuk
permukiman yang berada di kawasan
dengan status rawan bencana tinggi
dan sangat tinggi.
8. Menjamin ketersediaan dan
aksesibilitas air di kawasan
permukiman
9. Kawasan permukiman dengan tata
aliran air dan banjir rendah
membutuhkan: (i) sistem drainase
yang baik sesuai volume dan debit air
pada saat terjadi banjir; (ii)
penghijauan untuk mengurangi laju
limpasan air permukaan.

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 19


Integrasi
No KRP Rekomendasi
MATEK RAPERDA
10. Pengembangan sumur resapan
terutama pada permukiman yang telah
terbangun dan padat
11. Penertiban dan larangan permukiman
di sempadan sungai.
12. Pembangunan dan pengembangan
Coastal protection sesuai dengan
tipologi ekosistem pesisir.
13. Penataan lingkungan permukiman
harus mempertahankan karakteristik
lanskap alami dengan penentuan KDB
dan KDH yang spesifik dan sesuai
kondisi lahan
14. Penetapan jalur evakuasi, tempat
evakuasi sementara, dan tempat
evakuasi bencana di kawasan
permukiman.

RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 20


RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 21

Arahan Pola dan Struktur Ruang


Hasil analisis 6 muatan dari KLHS RTRW Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2021-2041, terdapat dinamika luasan provinsi karena adanya karena
adanya faktor ketidaksesuaian antara batas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
dengan provinsi lainnya, adanya kebijakan nasional dan kebijakan daerah.
Hasil analisis KLHS memberikan input perubahan luasan fungsi kawasan
lindung meliputi matriks eksisting tutupan lahan tahun 2017 sebesar 29,02%,
Hasil RTRW Sulawesi Tengah Tahun 2019 sebesar Luasan 32,87% dan hasil
KLHS RTRW fungsi lindung menjadi sebesar 36,82%.

Pola Ruang Eksisting

Pemanfaatan Ruang Luas (ha) Persentase (%)


Kawasan Lindung 1.778.349,84 29,02
Kawasan Konservasi 589.475,92 9,62
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
1.188.873,92 19,40
Kawasan bawahnya
Kawasan Budidaya 4.348.808,07 70,98
Kawasan Ekosistem Mangrove 39.263,64 0,64
Kawasan Hutan Produksi 2.236.883,66 36,51
Kawasan Hutan Rakyat 611,47 0,01
RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 22

Pemanfaatan Ruang Luas (ha) Persentase (%)


Kawasan Pemukiman 49.539,68 0,81
Kawasan Pertambangan 8.510,19 0,14
Kawasan Pertanian 1.944.739,31 31,74
Tubuh Air 54.797,34 0,89
N/A 14.462,79 0,24
Total Luas (ha) 6.127.157,90 100,00
Sumber: Penggunaan lahan Tahun 2019 dan batas administrasi menurut Permendagri

Pola Ruang RTRW


Pola Ruang Luas (ha) Persentase (%)
Kawasan Lindung 2.014.293,70 32,87
Kawasan Ekosistem Mangrove 19.385,11 0,32
Kawasan Konservasi 586.123,72 9,57
Kawasan Lindung Geologi 112.229,65 1,83
Kawasan Perlindungan Setempat 106.731,81 1,74
Kawasan Perlindungan Setempat/Kawasan yang
Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan 6,29 0,00
Bawahannya
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
1.187.107,52 19,37
Kawasan Bawahannya
Kawasan Hutan Produksi/Kawasan Konservasi 2.611,86 0,04
Kawasan Perikanan/Kawasan yang Memberikan
41,07 0,00
Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Kawasan Pertanian/Kawasan Konservasi 56,67 0,00
Kawasan Budidaya 4.112.864,21 67,13
Kawasan Hutan Produksi 1.906.574,44 31,12
Kawasan Hutan Produksi/Kawasan Permukiman 4.278,71 0,07
Kawasan Hutan Produksi/Kawasan Pertambangan
15.748,59 0,26
dan Energi
Kawasan Hutan Produksi/Kawasan Pertanian 104.096,04 1,70
Kawasan Hutan Produksi/Kawasan Peruntukan
23,20 0,00
Industri
Kawasan Perikanan 9.550,49 0,16
Kawasan Permukiman 108.352,38 1,77
Kawasan Pertambangan dan Energi 5.188,06 0,08
Kawasan Pertanian 1.676.974,48 27,37
Kawasan Pertanian/Kawasan Hutan Produksi 1.640,73 0,03
Kawasan Konservasi/Kawasan Hutan Produksi 2.681,92 0,04
Kawasan Konservasi/Kawasan Permukiman 1.932,20 0,03
Kawasan Konservasi/Kawasan Pertanian 67.093,02 1,10
Kawasan Peruntukan Industri 69.956,48 1,14
RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 23

Pola Ruang Luas (ha) Persentase (%)


Badan Air 52.111,34 0,85
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
31.844,89 0,52
Kawasan Bawahannya/Kawasan Hutan Produksi
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
299,35 0,00
Kawasan Bawahannya/Kawasan Pariwisata
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
3.872,31 0,06
Kawasan Bawahannya/Kawasan Permukiman
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
Kawasan Bawahannya/Kawasan Pertambangan dan 5.003,30 0,08
Energi
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
45.642,28 0,74
Kawasan Bawahannya/Kawasan Pertanian
Total 6.127.157,90 100,00
Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2021-2041

Pola Ruang Arahan KLHS


Arahan Pola Ruang KLHS Luas (ha) Persentase (%)
Kawasan Lindung 2.255.718,41 36,82
Kawasan Ekosistem Mangrove 19.382,44 0,32
Kawasan Konservasi Setempat 11.487,46 0,19
Kawasan Lindung Geologi 112.229,63 1,83
Kawasan Perlindungan Setempat 165.708,40 2,70
Kawasan Perlindungan Setempat
53.027,56 0,87
(Badan Air)
Kawasan Rawan Bencana 1.557,37 0,03
Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian
2.827,70 0,05
Alam Air
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian
641.344,99 10,47
Alam, dan Cagar Alam
Kawasan yang Memberikan
Perlindungan Terhadap Kawasan 1.248.152,85 20,37
Bawahnya
Kawasan Budidaya 3.871.439,50 63,18
Kawasan Hutan Produksi 2.032.910,52 33,18
Kawasan Hutan Rakyat 669,01 0,01
Kawasan Perikanan 8.916,82 0,15
Kawasan Permukiman 107.616,04 1,76
Kawasan Pertambangan dan Energi 5.617,46 0,09
Kawasan Pertanian 1.646.228,42 26,87
Kawasan Peruntukan Industri 69.481,23 1,13
Grand Total 6.127.157,90 100,00
Sumber: Analisis Spasial KLHS RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2021-2041
RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 24

Gambar Error! No text of specified style in document..1 Peta Pemanfaatan


Ruang Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: diolah oleh TIM Ahli KLHS (2021)
RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 25

Gambar Error! No text of specified style in document..2 Peta Pola Ruang


RTRW Sulawesi Tengah Tahun 2021-2041
Sumber: diolah oleh TIM Ahli KLHS (2021)
Gambar Error! No text of specified style in document..3 Peta Indikatif Perubahan Pola Ruang
RINGKASAN EKSEKUTIF KLHS RTRW SULAWESI TENGAH | 26

berdasarkan Arahan KLHS RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2021-2041


Sumber: diolah oleh TIM Ahli KLHS (2021)

Anda mungkin juga menyukai