tidak terlepas dari kurikulum yang tertuang dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. KI dan KD
ini kemudian harus kita jabarkan secara mandiri menjadi indikator pencapaian kompetensi atau IPK.
Apa itu IPK? IPK merupakan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian Kompetensi Dasar (KD) tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. IPK
dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional (KKO). Makna kata
kerja operasional di sini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan siswa guna menunjukkan
kompetensinya.
Dalam pembelajaran, indikator ketercapaian kompetensi (IPK) akan bermanfaat bagi semua pihak
diantaranya:
1. Bagi guru, IPK digunakan untuk mendesain kegiatan pembelajaran mengembangkan kisi-kisi
penilaian yang dilakukan melalui tes, seperti tes tertulis (ulangan harian, PTS, PAS, tes praktik,
atau tes perbuatan) maupun non-tes.
2. Bagi siswa, IPK dipakai untuk mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes.
Sehingga siswa dapat melakukan penilaian diri (self-assessment) untuk mengukur
kemampuannya sebelum mengikuti penilaian sesungguhnya.
3. Bagi kepala sekolah, IPK digunakan untuk memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan dan
capaian pembelajaran di kelas.
Menyusun indikator secara benar sangat penting agar kita bisa mengetahui ketercapaian suatu
kompetensi oleh siswa. Jika salah merumuskan indikator, maka salah pula mengetahui apakah siswa
telah mencapai kompetensi yang disyaratkan atau belum. Ada 6 (enam) langkah menyusun IPK yang
baik, yaitu:
1. Pahami KD
2. Buat uraian KD
3. Susun spektrum kemampuan yang harus dikuasai
4. Susun indikator berjenjang
5. Jadikan indikator sebagai tindak lanjut pembelajaran
6. Konsisten pada kompetensi bukan angka
Setiap guru harus mengetahui KD yang harus dicapai setiap tingkatan kelas yang tertuang dalam
Permendikbud No. 37 tahun 2018. Berikut ini contoh salah satu rumusan kompetensi yang harus
dikuasai siswa:
Dari rumusan tersebut, analisa kemampuan apa yang harus dikuasai siswa dari aspek pengetahuan
(KD di KI-3) dan keterampilan (KD di KI-4).
Jadi kompetensi utama yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan “menguraikan” dan
“mengomunikasikan”.
Dari masing-masing komponen selanjutnya ditentukan variasi pencapaian komponen tersebut. Hal ini
dilakukan untuk memberi gambaran bagaimana proses pembelajaran dilakukan dan bagaimana teknik
penilaiannya. Contohnya sebagai berikut:
Langkah 4: Susun Indikator Pencapaian Kompetensi dan langkah guru untuk mengetahui
pencapaian tersebut
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah capaian kompetensi yang harus dikuasai siswa. Dalam hal
ini yang di maksud KKM adalah “Peserta didik mampu menguraikan pendapat pribadi tentang isi buku
sastra dengan uraian rinci.” Itulah kriteria kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa. Jika siswa
belum menguasai kompetensi itu, maka belum mencapai KKM.