6. TADARRUJ (GRADUAL)
a. konsep tadarruj
Allah ‘Azza wa jalla menyebutkan bahwa kedudukan dan derajat manusia disisi-nya
bertingkat tingkat sesuai dengan amal perbuatan masing masing. Ibarat anak kecil yang mulai
tumbuh berkembang, ia akan memulai segala gerakannya secara perlahan, sedikit demi sedikit,
setahap demi setahap dan memulainya dari yang paling sederhana dan mudah. Begitupun dalam
proses mendirikan bangunan, maka semuanya akan diawali dengan yang paling dasar. Nah,
kalimat ‘tadarruj’ itu mengandung semua uraian dan ungkapan tersebut. Karenanya istilah
tadarruj bisa didefinisikan sebagai:
“ mengajak obyek dakwah (umat) sedikit demi sedikit mengarah kepada tujuan yang dikehendaki
sesuai dengan cara-cara khusus yang telah disyari’atkan”
Allah telah menurunkan Al Quran kepada rasul nya secara tadriji (bertahap). Selama kurang
lebih 23 tahun proses pendistribusian firman-firmannya itu berlangsung, sebuah waktu yang
relatif lama.
Firman allah :
“Dan al quran itu telah kami turunkan dengan berangsur angsur agar kamu membacakannya
perlahan lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian” QS. Al Isra’
[17:106]
Manna’ al Qaththan menerangkan bahwa dibalik turunnya al qur’an yang beangsur angsur itu
terdapat lima hikmah, yaitu:
Perjalanan dakwah rasulullah dikategorikan menjadi dua periode yang memiliki karakteristik
yang berbeda. Yaitu periode Makkah yang berlangsung selama kurang lebih 13 tahun dan
periode Madinah yang berlangsung selama kurang lebih 10 tahun.
Periode Makkah
Ini merupakan tahap permulaan dimana genderang dakwah mulai ditabuh yang sekaligus
menandai terbitnya fajar islam. Pada periode ini metode dakwah yang diterapkan oleh rasulullah
bisa disebut dengan istilah revolusi damai. Artinya rasulullah lebih memilih jalan damai dalam
berinteraksi dengan kaum kafir Quraisy. Maka, selama berada di Makkah praktis tidak ada sikap
konfrontasi dari beliau beserta para pengikutnya terhadap sikap kafir Quraisy. Meskipun
berbagai jenis teror, intimidasi, dan perlakuan semena-mena setiap saat mereka terima. Namun
demikian, sesungguhnya yang menjadi alasan fundamental dipilihnya sikap diam adalah karena
belum adanya perintah dari Allah untuk melakukan pergerakan.
Dakwah nabi di Makkah memiliki karakteristik dan corak tersendiri diantaranya sebagai berikut:
Yaitu dalam peletakan dasar-dasar akhlak karimah dan budi pekerti luhur.
Yaitu dalam bentuk perekrutan dan pembinaan secaara intensif dan masif terhadap keislaman
para sahabat.
Periode Madinah
Berbeda saat berada ndi Makkah, penduduk Madinah lebih baik, bersahabat, dan terbuka
terhadap kehadiran islam dan bersedia menerima agama baru ini. Maka dari itu rasulullah mulai
berpikir untuk memindahkan medan dakwahnya dar Makkah ke Madinah. Tercatat ada tiga
langkah awal yang ditempuh oleh rasulullah dalam mengawali kehidupannya di Madinah. Yaitu:
a) Membangun masjid
b) Pembinaan internal kaum muslimin
c) Menegakkan persatuan nasional
d) Penyebaran islam keluar Madinah
Nabi mulai menyambut perintah dakwah dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah
semata dan meninggalkan berhala. Tetapi dakwah ini dilakukan secara rahasia untuk
menghindari tindakan buruk orang orang Quraisy. Pada tahapan ini metode dakwah beliau lebih
bersifat pendekatan individual. Rasulullah SAW tidak memperlihatkan dakwahnya di tempat
umum ataupun pusat keramaian. Namun dakwah yang beliau lakukan lebih tertuju pada orang
orang 0yang memiliki kedekatan baik dalam bentuk kerabat atau persahabatan
Shafiyyurrahman al mubarakfuri menerangkan bahwa ayat ini merupakan ayat yang pertama kali
turun berkaitan dengan perintah berdakwah secara terang terangan. Maka, setelah turun ayat ini,
rasulullah bergegas menjumpai bani hasyim dan beberapa orang dari bani muthalib. Dihadapan
sekitar 45 orang yang hadir dalam pertemuan itu, abu lahab secara lantang menolak maksud
rasulullah. Raksi keras dari abu lahab tidak menghalngi buelia untuk menyeru mereka sekali lagi.
Dalam pertemuan itu abu thalib secara terang terangan mengikrarkan diri untuk siap membela
rasulullah meskipun ia tetap teguh pada pendirian dan keyakinannya dalam kekafiran.