Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH KHALIFAH TURKI UTSMANI

Oleh:
SRI KHANSA ALISHA

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA


PRODI SARJANA GIZI
2023
KATA PENGANTAR

‫ وعلى آله‬، ‫ سيدنا محمد امام المجاهدين‬، ‫ والصالة والسالم على رسوله المبشروالمنذر األمين‬، ‫الحمد هلل رب العالمين‬
‫ أّم ابعد‬. ‫ والتابعين لهم بإحسان الى يوم الدين‬، ‫ وصحابته من األنصار والمهاجرين‬.

Segala puji hanya milik Allah yang telah melimpahkan segala karunianya yang tidak
terhingga, khususnya ni’mat iman dan islam. Yang dengan keduanya diperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah atas Baginda Nabi Muhammad SAW, dan atas
keluarga dan sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka itu hingga
akhir zaman.
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT makalah ini telah dapat kami
selesaikan, dengan tema yang telah ditentukan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Malik M.Ag sebagai Dosen Pembimbing mata
kuliah Pendidikan Agama Islam, atas bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, dan penuh dengan kekurangan,
mudah-mudahan bisa lebih disempurnakan lagi di masa-masa mendatang.
Akhirnya semoga pekerjaan kita ini diberi pahala oleh Allah SWT. Amiin.

Batam, 26 September 2023

Sri Khansa Alisha


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan ............................................................................................................. 3
D. Batasan ............................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
A. Kemunculan Turki Usmani ................................................................................. 5
B. Raja-Raja Dinasti Usmaniyah ............................................................................. 6
C. Kemajuan Peradaban dan Kebudayaan di Masa Turki Usmani ..........................12
D. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani ..................................................................15
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di masa sekarang ini kita umat Islam mendapat ujian yang sangat berat, di mana keadaan
umat Islam sangat ketinggalan dalam segala aspek kehidupan duniawi dibanding umat lain.
Padahal kalau dilihat kebelakang, umat Islam begitu berjaya selama lebih dari 5 abad, bahkan
kemajuan yang dirasakan bangsa-bangsa Barat sekarang, tidak mungkin bisa dilepaskan dari
peranan umat Islam di masa keemasannya.
Umat Islam sekarang perlu berkaca kepada pendahulu mereka, mempelajari sejarah
mereka, dan mengambil i’tibar serta meneladani perjuangan, semangat mereka dalam
memajukan Islam dan kaum muslimin. Sehingga dengan begitu timbullah rasa bangga, percaya
diri, dan berkobarlah semangat yang sudah lama tergerus oleh bayang-bayang gemerlap
kemajuan bangsa-bangsa barat yang telah memenuhi segala aspek kehidupan kita.

Firman Allah SWT kepada Nabi-Nya:

..... ‫َو ُك اًّل َنُقُّص َع َلْيَك ِم ْن َأْنَبآِء َم ا ُنَثِّبُت ِبِه ُفَؤ اَدَك‬

“ Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu ... “ (Hud : 120)[1]

Allah SWT meneguhkan hati Rasulullah serta para sahabat beliau diantaranya dengan
menceritakan para Rasul serta umat-umat terdahulu di dalam Al-Quran..
Dengan mengetahui sejarah para pendahulu kita dapat bercermin bagaimanakah mereka
bisa berhasil, dan bagaimana keadaan umat Islam sekarang dibanding masa dahulu.

Kata Imam Malik bin Anas RA :

]2[‫َو اَل ُيْص ِلُح آخَر هذه األمة إال ما أْص َلَح َأَّو َلَه‬

Dan tidaklah bisa memperbaiki akhir ini umat, melainkan oleh sesuatu yang memperbaiki akan
awalnya ..

‫ أي المدينتين تفتح أوال القسطنطينية أو رومية ؟ فدعا عبدهللا‬: ‫ كنا عند عبدهللا بن عمرو بن العاص وسئل‬: ‫عن أبي قبيل قال‬
‫ بينما نحن حول رسول هللا صلى هللا عليه و سلم نكتب إذ سئل‬: ‫ فقال عبدهللا‬: ‫ فأخرج منه كتابا قال‬: ‫بصندوق له حلق قال‬
: ‫ أقسطنطينية أو رومية ؟ فقال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬: ‫ أي المدينتين تفتح أوال‬: ‫رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫ قسطنطينية‬: ‫ يعني‬. ‫مدينة هرقل تفتح أوال‬
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia
ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan
kitab. Abdullah berkata: Ketika kami dahulu sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel
atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. [H.R. Ahmad,
Ad-Darimi, Al-Hakim]

Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

‫ (لتفتحن القسطنطينية فلنعم األمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش ) (روه اإلمام أحمد‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
) ‫في مسنده‬.

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah
sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik
pasukan.”[3]

Disemangati hadits ini, pemimpin-pemimpin Islam berlomba-lomba berusaha


menaklukkan ibukota imperium Romawi ini, demi memperoleh keistimewaan pujian Rasulullah
di dalam Hadits tersebut, sebagai sebaik-baik pemimpin. Upaya pertama dilakukan oleh
Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668 M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah
SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra. gugur. Sebelumnya Abu Ayyub sempat berwasiat jika ia
wafat meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim karena ingin
mendengarkan derap langkah kuda sebaik-baik pemimpin di zamannya. Dan para sahabatnya
berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di
wilayah Golden Horn.
Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah maupun Kekhalifahan Abbasiyah hingga
zaman Turki Usmani di masa Sultan Murad II juga gagal menaklukan Konstantinopel. Salah satu
peperangan Murad II adalah melawan Vlad Dracul, seorang tokoh Crusader yang bengis dan
sadis yang telah membunuh ratusan ribu muslimin. Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi,
hingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Usmani, dan diusianya yang
sangat muda 19 tahun beliau berhasil membuktikan nubuwwah Rasulullah SAW yaitu
menaklukkan kota Konstatinopel. [4]
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah pendiri Kerajaanan Turki Usmani itu dan bagaimana sejarah kemunculannya?
2. Siapa sajakah yang memimpin Kerajaan Turki Usmani?
3. Bagaimana perkembangan kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam di masa Kerajaan
Turki Usmani?
4. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani

C. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini disusun untuk :
1. Mengetahui pendiri Kerajaan Turki Usmani dan proses kemunculannya
2. Mengetahui siapa saja para pemimpin dimasa Kerajaan Turki Usmani
3. Mengetahui perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam di masa Kerajaan Turki

D. Batasan Masalah
Dalam makalah ini kami hanya membahas seputar Kerajaan Turki Usmani mulai
kemunculannya sampai keruntuhannya, dan sekitar yang terjadi di masa kekuasaan Turki
Usmani
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEMUNCULAN TURKI USMANI


Setelah kekhalifahan Bani Abbasiyah runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan
politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik
dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa
peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol
itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di situ. Timur Lenk terus menghancurkan pusat-
pusat kekuasaan Islam yang lain.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah
muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi
di Persia. Kerajaan Usmani, disamping yang pertama berdiri , juga yang terbesar dan paling lama
bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah
ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau
kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan
Mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat
pengungsian di tengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia
Kecil. Di sana, di bawah pimpina Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin
II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka,
Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang
tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu, mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya,
Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman
memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada
Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang
berdekatan dengan kota Broesse. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan
Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam
beberapa kerjaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah
yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Secara singkat masa
kepemimipinan Kerajaan Turki Usmani dapat dibagi dalam 5 periode :

Periode I (1299-1402) Pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan yang disusul dengan


perluasan wilayah hingga menyeberang ke daratan Eropa. Kekuatan Timur Lenk kemudian dapat
membendung langkah maju Turki Utsmani, di mana mereka dapat merebut wilayah Timur
kerajaan pada 1402.

Periode ke II (1403-1566) Masa transisi; anak-anak Bayazid berebut kekuasaan, sampai


akhirnya dikuasai penuh oleh Muhammad I. Muhammad II (Al-Fatih) menaklukan
Konstantinopel pada 1453, sementara Salim menaklukan Mesir pada 1517.

Periode ke III (1566-1703) Hanya bertahan dan tidak terjadi perluasan wilayah; bahkan ada
wilayahnyayang sudah jatuh (seperti Hongaria) ke pihak musuh.

Periode ke IV (1703-1839) masa kemunduran.

Periode ke V (1839-1924) terjadi modernisasi sampai kemudian jatuh pada 1924. Berdirilan
Republik Islam Turki.[5]

B. RAJA-RAJA DINASTI USMANIYAH


1. Sultan Usman bin Ertoghrul (699-726 H/ 1294-1326 M)
Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (raja besar
keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat
diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantiumdan menaklukkan kota Broessa tahu
1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.[6]

2. Sultan Orkhan bin Usman (726-761 H/ 1326-1359 M)


Sultan Orkhan adalah putera Usman I. sebelum Orkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak
membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota
kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhasil mengalahkan dan menguasai sejumlah
kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah atau
Jenissary. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah
pertama kali dipergunakan senjata meriam.[7] Pada masa ini Turki Usmani dapat menaklukkan
Azmir (Smirna) tahun1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M),
dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki
kerajaan Turki Usmani.[8]

3. Murad I bin Orkhan (761 H/1359 M – 791 H/1389 M)


Pengganti Sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam
negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan beberapa daerah ke benua Eropa.
Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta
membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan
Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai
cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum
muslimin dari daratan Eropa. Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan
sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh
Sijisman raja Hongaria. Terjadilah peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada
tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan
jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur
seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.

4. Bayazid I bin Murad I ( 791 H/1389 M – 805H/1403 M)


Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas
wilayahnya seperti Eiden, Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani
Saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus
Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan perangan ini yang
merupakan penyebab terjadinya Perang Salib.[9]
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan
Bayazid. Dan keberhasilan ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke
Konstatinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil.
Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami
kekalahan. Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada
tahun 1403 M. Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa dampak buruk bagi Turki Usmani.
Penguasa-penguasa Seljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani.
Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamirkan kemerdekaan. Dalam masa itu,
putra-putra Bayazid saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan
Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya.[10]

5. Muhammad I bin Bayazid (816 H/1403 M - 824 H/1421 M)


Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula
berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah
Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani.[11] Setelah Timur Lenk meninggal
dunia tahun 1405 M, kerajaan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putra-putranya yang satu-
sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan penguasa Turki Usmani untuk melepaskan
diri dari kekuasaan Mongol. Namun pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putra-
putra Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan
terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Sultan Muhammad I
berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan
semula. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan
meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usahanya ini diteruskan oleh Murad II (1421 –
1484 M) [12]
6. Murad II bin Muhammad ( 824 H/ 1421 M - 855 H/1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sultan Murad II. Cita-
citanya adalah melanjutkan usaha Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah
yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah
Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI
kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang
salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II
dapat dilanjutkan kembali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi
normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan
Muhammad II (Al-Fatih).[13]

7. Muhammad II bin Murad II atau Muhammad Al-Fatih (855 H/1451 M-886 H/1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh
putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih (Sang Penakluk). Ia diberi gelar Al-Fatih
karena dapat menaklukkan Konstantinopel, yang sudah lama ditunggu-tunggu umat Islam sesuai
yang dijanjikan Rasulullah langsung. Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih
tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah
meninggalkan solat tahajud sejak baligh. Hanya Sultan Muhammad Al Fatih saja yang tidak
pernah meninggalkan solat wajib, tahajud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.
[14] Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah gemilang umat Islam
sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah
kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.

Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan
Islam. Tiga alasan Muhammad II menaklukkan Konstantinopel, yaitu:

1) Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi
Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
2) Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
3) Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan
benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid.
Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang
didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan
perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad bersama
gurunya, Syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha
merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan
berbekal 150.000 pasukan dan meriam buatan Urban –teknologi baru pada saat itu– Muhammad
II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam atau menyerahkan penguasaan kota
secara damai atau perang. Constantine Paleologus menjawab tetap mempertahankan kota dengan
dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa. Pasukan
Muhammad II menyerbu Byzantium dari arah barat (Balkan). Sedangkan, di bagian timur (di
selat Bosporus) dijaga armada Turki untuk menghalangi bantuan yang di tujukan pada
Konstantinopel. Tanggal 28 mei 1453 M pasukan Turki serentak menyerbu kedalam kota,
akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam (29 Mei 1453 M) dan Kaisar
Bizantium Palaelogus tewas bersama tentara Romawi Timur. Konstantinopel telah jatuh,
penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan Sultan Muhammad II
memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Islam, Yahudi ataupun Kristen.
Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya
bagi penganutnya. Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu dijadikan sebagai
ibukota dan namanya diganti menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah
diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul.[15] Jatuhnya kota Konstantinopel ke
tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti
Serbia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia.
Setelah pemerintahan Sultan Muhammad II, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh
beberapa Sultan, yaitu:

8. Sultan Bayezid II (1481-1512 M)


Bayezid II adalah sultan Utsmaniyah ke delapan yang berkuasa pada 1481–1512. Dia merupakan
sultan Ottoman pertama yang ditantang oleh penyebaran kerajaan Safawi di Persia.Bayezid II
adalah putra sulung Sultan Mehmed II, penakluk Konstantinopel. Atas kematian ayahnya pada
tahun 1481, saudara laki-lakinya Cem memperebutkan suksesi.Bayezid, didukung oleh faksi
pejabat istana yang kuat di Konstantinopel, berhasil merebut tahta. Cem akhirnya mencari
perlindungan dengan Knights of Saint John di Rhodes dan tetap menjadi tawanan sampai
kematiannya pada tahun 1495.

9. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)


Di masa Sultan Salim I, perhatian beralih ke arah timur dengan menaklukkan Persia, Syiria, dan
Dinasti Mamalik Mesir.

10. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)


Sultan Sulaiman Al-Qanuni termasuk Sultan yang sukses memimpin Kerajaan Turki Usmani, ia
tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat, tetapi seluruh wilayah yang
berada di sekitar Turki Usmani merupakan obyek yang menggoda hatinya. Sultan Sulaiman
berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budhapes, dan Yaman. Dengan
demikian, luas wilayah Kerajaan Turki Usmani pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni
mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libya, Tunis, dan
Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Setelah Sultan Sulaiman wafat, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang
menyebabkan kerajaan mengalami kemunduran. Akan tetapi, meskipun terus mengalami
kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat,
terutama dalam bidang militer.[16]

11. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)


Salim II lahir pada 28 Mei 1524. Ia menjabat sebagai Sultan Turki Utsmani sejak 1566 hingga
1574 M. Ia adalah putra Sulaiman Al-Qanuni dan istri tercintanya, Roxelana. Setelah naik tahta
sesudah intrik istana dan pertentangan antar saudara, Salim II menjadi sultan pertama yang sama
sekali tidak tertarik dengan ekspedisi militer dan mencoba menyerahkan kekuasaan ke tangan para
menterinya.
12. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Murad III adalah Sultan Turki Utsmani sejak 1574 hingga kematiannya. Murad III adalah putra
sulung Sultan Salim II dan Nur Banu (Cecilia Venier-Baffo). Pemerintahan Murad III ditandai
dengan perang dengan Persia dan Austria beserta penurunan dan pembusukan institusi
Utsmani.Sultan Murad III naik tahta setelah ayahnya meninggal. Dia memiliki kepedulian pada
masalah-masalah keilmuan, sastra dan syair. Dia menguasai tiga bahasa sekaligus; Arab, Persia dan
Turki. Ia pun banyak mempelajari ilmu tasawuf, terkenal takwa dan perhatian terhadap
ulama.Pekerjaan pertama yang ia lakukan adalah mengeluarkan perintah agar semua bentuk
minuman keras dilarang setelah sebelumnya kebiasaan ini merebak luas di masyarakat, apalagi di
kalangan militer Utsmani, terutama pada pasukan elitnya. Larangan ini membuat pasukan elit
Utsmani terusik dan memaksa agar larangan itu dicabut.

13. Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai
berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar
kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang,
sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti Turki Usmani dapat
diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia.[17] Sehingga kekuasaan Turki
Usmani semakin lemah dan berkurang hingga akhirnya di akhir PD II, Turki termasuk negara
yang kalah perang. Kemal Attaturk kemudian memproklamirkan Republik Turki sebagai ganti
dari Kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian runtuhlah kerajaan dan kekhalifahan Turki
Usmani.
C. KEMAJUAN PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI MASA TURKI USMANI
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan
berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang
kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bidang Militer
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat,
sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian,
kemajuan Kerajaan Usmani mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena
keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan
ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian , keterampilan, ketangguhan, dan
kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan di mana saja.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan
teratur ketike terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah
terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik, dan strategi tempur militer Usmani
berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan
militer yang besar ini dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Merasa merasa
dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan tersebut
segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam
tubuh militer.
Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi
personel-personel pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-
bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil
diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata
berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau
Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang
paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negari-negeri non-
Muslim.
Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada
pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun
dibenahi, karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani.
Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer
turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di
Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang yang mendorong kemajuan di lapangan
kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap
peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia
Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan
yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa
bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh
shadrul a’dham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai
daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-‘alawiyah.
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I, disusun sebuah
kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-abhur, yang menjadi
pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19.
Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar Al-
Qanuni.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan, diantaranya
adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak
mengambil ajaran-ajarantentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran
tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka terima
dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Usmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan
mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini
mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka
adalah orang nomad yang hidup di dataran Asia Tengah.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan
mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan
tidak begiu menonjol. Karena itulah, di dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan
ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam
pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti
Masjid Al-Muhammadi atau Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman,
dan Masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang
indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang
asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani yang
ada sebelumnya.
Pada masa Sultan Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya, banyak dibangun
masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian
umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinat Sinan,
seorang arsitek asal Anatolia.
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial
dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat
terikat dengan syariat sehingga, fatwa Ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama
mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti, sebagai
pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan
yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak
berjalan.
Pada masa Turki Usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh
kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di
kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi, sementara tarekat
Maulawi mendapat dukungan penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadits
boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang yang berarti. Para penguasa lebih
cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan menekan madzhab lainnya.
Sultan Abdul Hamid II, misalnya begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa perlu
mempertahankan aliran tersebut dari kritik-kritikan aliran lain. Ia memerintahkan kepada Syekh
Husein Al-Jisri menulis kitab Al-Hushun Al-Hamidiyah (benteng pertahanan Abd. Al-Hamid)
untuk melestarikan aliran yang dianutnya itu. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan
fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam
bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiah (semacam catatan) terhadap karya-karya masa klasik.
[18]

D. KEMUNDURAN KERAJAAN TURKI USMANI


Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai
memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan
kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Perlahan tapi pasti kejayaan Turki Usmani mulai
memudar, karena para pemimpin yang menggantikannya tidak mempunyai kemampuan yang
cukup memadai untuk mengatasi permasalahan yang timbul, diantaranya pemberontakan-
pemberontakan di wilayah-wilayah kekuasaan, dan bangsa-bangsa Eropa yang mulai mengalami
masa kemajuan yang pesat. Hingga akhirnya di akhir Perang Dunia II 1942 H dimotori oleh
Kemal Attaturk, Kerajaan Turki Usmani berubah menjadi Republik Turki. Maka dengan
demikian berakhirlah kerajaan Islam yang berkuasa selama 6 abad.
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani itu mengalami kemunduran,
diantaranya adalah :
1. Wilayah kekusaan yang sangat luas, sedangkan administrasi pemerintahan kerajaan tidak
beres.
2. Heterogenitas penduduk dengan wilayah yang sangat luas, sehingga perbedaan bangsa dan
agama acapkali menyebabkan terjadinya pemberontakan.
3. Pemerintahan yang lemah setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni, menyebabkan banyak terjadi
kekacauan di pemerintahan.
4. Pemberontakan tentara Jenissari, tentara yang menjadi sumber kekuatan militer Turki Usmani,
pernah terjadi 4 kali.
5. Kemerosotan Ekonomi.
6. Terjadi stagnasi dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara bangsa-bangsa
Eropa sedang mengalami masa pesatnya ilmu pengetahuan.[19]
Bagaimanapun, kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah
kekuasaan Islam ke Benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak
ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan
tetapi, karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan – kecuali dalam hal-hal yang yang
bersifat fisik – perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka, bukan saja
neger-negeri yang sudah ditaklukkan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tetapi juga
masyarakatnya tidak banyak yang memeluk agama Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asal-muasal Kerajaan Turki Usmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka
pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan
atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan
Mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat
pengungsian di tengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia
Kecil. Di sana, di bawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin
II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka,
Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang
tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu, mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih Syukud sebagai ibu kota.
Setelah Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya,
Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman
memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada
Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang
berdekatan dengan kota Broesse. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan
Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam
beberapa kerjaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah
yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
2. Kerajaan Turki Usmani pernah dipimpin sebanyak 40 orang raja, di mana yang pertama adalah
pendirinya yaitu Sultan Usman bin Ertoghrul, kemudian dilanjutkan raja-raja setelahnya.
Diantara raja yang paling sukses adalah Muhammad Al-Fatih dan Sultan Sulaiman I.
3. Di masa Kerajaan Turki Usmani perkembangan yang paling pesat adalah di bidang militer dan
infrastuktur, sedangkan bidang lain tidak terlalu mengalaami kemajuan berarti.
4. Kerajaan Turki Usmani mulai mengalami masa kemunduran setelah wafatnya Sultan Sulaiman
Al-Qanuni, sultan setelahnya tidak mampu meneruskan jalannya pemerintahan dengan baik,
sementara bangsa-bangsa Eropa mengalami masa kemajuan ilmu pengetahuan, hingga akhirnya
tahun1942 Republik Turki diproklamirkan menggantikan kerajaan Turki Usmani.

B. Saran
1. Agar seluruh mahasiswa dan kaum muslimin mempelajari sejarah perjuangan umat Islam masa
lalu agar memicu semangat ingin memajukan Islam
2. Terus tingkatkan ilmu pengetahuan, karena kita sudah sangat tertinggal dengan bangsa Barat
3. Tetaplah teguh dan bangga dengan ke islaman karena Islam memiliki sejarah yang sangat
membanggakan

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Quranul Karim
http://bukitbarisan.wordpress.com/2009/12/29/kisah-penaklukan-konstantinopel-1453-m-dan-
terbunuhnya-dracula-1476-m/ [diakses : 12 Maret 2014]
2. Http://www.slideshare.net/lukmanul/turki-utsmani [29 Maret 2014, 22:35]
3. Kejatuhan Konstaninopel, http://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel [ diakses : 11
Maret 2014 ]
4. Kisah Penaklukan KONSTANTINOPEL (1453 M) dan Terbunuhnya DRACULA (1476 M)
5. Makalah Sejarah Peradaban Islam Masa Turki Usmani, http://www.jungpasir27.blogspot.com
6. Maktabah Syamilah
7. Peradaban Islam di Turki Era Turki Usmani,
http://melianatureoku.blogspot.com/2013/02/peradaban-islam-di-turki-era-turki.html
8. Sejarah Penaklukan Konstantinopel Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih,
http://soalsdn2.blogspot.com/2012/09/sejarah-penaklukan-konstantinopel-oleh.html
9. Sejarah Peradaban Islam Masa Turki Usmani,
http://ladydeeana91.blogspot.com/2012/04/sejarah-peradaban-islam-masa-turki.html
10. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003
GLOSARIUM
[1] Al-Quran Surah Hud : 120
[2] Assyifa bita’rifi huquqil Mustafa
[3] Musnad Ahmad bin Hanbal
[4] www.bukitbarisan.wordpress.com [diakses : 12 Maret 14]
[5] www.slideshare.net/lukmanul/turki-utsmani
[6] Sejarah Peradabab Islam, Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 130
[7] www.jungpasir27.blogspot.com
[8] Sejarah Peradabab Islam, Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 131
[9] www.jungpasir27.blogspot.com
[10] Sejarah Peradabab Islam, Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 131
[11] www.jungpasir27.blogspot.com
[12] Sejarah Peradabab Islam, Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 132
[13] www.jungpasir27.blogspot.com
[14] www.soalsdn2.blogspot.com
[15] www.soalsdn2.blogspot.com
[16] Sejarah Peradabab Islam, Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 132-133
[17] www.jungpasir27.blogspot.com
[18] Sejarah Peradabab Islam, Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 133-138
[19] Sejarah Peradabab Islam, Dr. Badri Yatim, M. A. Hal 163-169

Anda mungkin juga menyukai