Anda di halaman 1dari 9

FM/JGU/L.

003

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA.2022/2023


PELAKSANA AKADEMIK MATA KULIAH (PAMK)
JAKARTA GLOBAL UNIVERSITY (JGU)

Mata Kuliah Procurement & Contract Waktu 90 menit


Administration
Dosen Dr. Ir. Yunan Hanun, Sifat Ujian Closed Book
S.T., M.M., M.T.
Jurusan Teknik Sipil Waktu Kuliah Malam
Hari/Tgl. Rabu, 19 Juli 2023 Jam Kuliah 18.00 - 19.30 WIB
Kolom Verifikasi Soal
Tanggal dan TandaTangan Dosen Tanggal dan Tanda Tangan Kajur

Petunjuk Peserta Ujian


1. Tuliskan Nama dan NPM dengan lengkap.
2. Bacalah dengan seksama, kemudian baru kerjakan, pilih yang mudah.
3. Ikuti petunjuk dan tata tertib.
4. Bentuk kecurangan jenis apapun akan mendapatkan konsekuensi berupa pengurangan
nilai dengan maksimal nilai E
5. Selamat mengerjakan

No Soal Bobot
Nilai
1 Jelaskan penyebab ditolaknya suatu pekerjaan di proyek yang sudah selesai dikerjakan ! 10

2 Jelaskan apa yang harus dilakukan agar suatu pekerjaan di proyek yang sudah selesai 10
dikerjakan dan telah ditolak oleh pemberi kerja, agar bisa diterima kembali oleh pemberi kerja!

3 Jelaskan apa saja yang perlu dicantumkan di dalam rencana kerja suatu proyek ! 10

4 Apabila kontraktor terlambat dalam menyelesaikan suatu proyek, apakah bisa didenda ? 10
Jelaskan !

5 Kaitannya dengan point 4. 10


Apabila kontraktor terlambat dalam menyelesaikan suatu proyek dan sudah didenda akibat
pekerjaan terlambat, apakah kontraktor tersebut tetap harus menyelesaikan pekerjaan sampai
dengan selesai ?
Jelaskan !

6 Jelaskan apa yang harus dilakukan oleh enjinir, apabila kontraktor terlambat melaksanakan 10
pengujian terhadap pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan !
FM/JGU/L.003

7 Apabila Kontraktor gagal untuk melaksanakan Pengujian pada Akhir Pekerjaan dalam waktu 10
21 hari, apa yang harus dilakukan Personil Pengguna Jasa ?

8 Bilamana Pekerjaan, atau suatu Bagian Pekerjaan, tidak lolos Pengujian pada Akhir 10
Pekerjaan yang diulang, Enjinir berhak melakukan apa ?
Jelaskan !

9 Biaya perbaikan untuk pekerjaan yang cacat mutu, tanggung jawab siapa ? 10
Jelaskan !

10 Apabila Kontraktor gagal untuk memperbaiki setiap cacat mutu atau kerusakan sampai dengan 10
tanggal yang ditentukan, Pengguna Jasa berhak melakukan apa >
Jelaskan !
FM/JGU/L.003

UAS PROCUREMENT CONTRACT


Nama : Andhika Fajar Abadi
NIM : 200111101009
Semester :5

Jawab :

1. Penolakan suatu pekerjaan dalam proyek yang telah selesai dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Berikut adalah beberapa alasan umum mengapa pekerjaan tersebut mungkin ditolak:

a. Kualitas hasil pekerjaan tidak memenuhi standar: Jika hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
standar kualitas yang telah ditetapkan dalam proyek, kemungkinan besar akan ditolak oleh
pihak yang bertanggung jawab atas penerimaan pekerjaan tersebut.
b. Ketidaksesuaian dengan spesifikasi: Jika pekerjaan tidak memenuhi spesifikasi teknis atau
persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka pekerjaan tersebut mungkin ditolak
karena tidak memenuhi persyaratan yang telah disepakati.
c. Keterlambatan dalam penyelesaian: Jika pekerjaan tidak selesai tepat waktu atau mengalami
keterlambatan yang signifikan, pihak yang memeriksa proyek mungkin menolak pekerjaan
tersebut karena dapat berdampak pada proyek secara keseluruhan.
d. Kegagalan dalam mencapai tujuan: Jika pekerjaan tidak mencapai tujuan yang telah
ditetapkan atau tidak memberikan hasil yang diharapkan, kemungkinan besar akan ditolak.
e. Kesalahan dalam proses atau metodologi: Jika terdapat kesalahan dalam proses atau
pendekatan yang digunakan dalam pekerjaan, ini dapat menyebabkan hasil yang tidak
memuaskan dan akhirnya ditolak.
f. Ketidaksesuaian dengan regulasi atau peraturan: Pekerjaan yang melanggar peraturan,
standar keselamatan, atau regulasi yang berlaku dapat dengan cepat ditolak.
g. Ketidaksesuaian dengan kebutuhan klien: Jika pekerjaan tidak sesuai dengan kebutuhan dan
harapan klien, maka pekerjaan tersebut mungkin ditolak karena tidak dapat memenuhi
persyaratan yang diberikan.
h. Ketidakcocokan dengan perubahan lingkungan atau kebijakan: Jika proyek mengalami
perubahan lingkungan atau kebijakan yang signifikan sejak awal perencanaan, pekerjaan
yang selesai sebelum perubahan tersebut mungkin tidak lagi relevan atau efektif.
i. Masalah anggaran: Jika pekerjaan melebihi anggaran yang telah ditetapkan, pihak yang
bertanggung jawab atas proyek mungkin menolak pekerjaan tersebut karena alasan
keuangan.
j. Kesalahan administratif: Pekerjaan bisa ditolak karena masalah administratif seperti
kelalaian dalam dokumentasi, ketidaksesuaian dalam prosedur penerimaan, atau masalah
serupa.
2. Jika sebuah pekerjaan di proyek telah selesai dikerjakan d an ditolak oleh pemberi kerja, ada
beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan peluang agar pekerjaan tersebut
diterima kembali oleh pemberi kerja. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda coba:
a. Cari tahu alasan penolakan: Komunikasi dengan pemberi kerja dan mintalah umpan balik
mengenai alasan penolakan proyek. Hal ini penting untuk memahami perspektif mereka dan
mengetahui area di mana pekerjaan bisa ditingkatkan.
b. Evaluasi kembali pekerjaan: Periksa pekerjaan yang telah Anda selesaikan secara objektif.
Identifikasi area di mana proyek dapat diperbaiki atau perlu perubahan. Tinjau kembali
bagian-bagian yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi pemberi kerja dan cari cara untuk
memperbaikinya.
c. Tinjau kembali kontrak: Teliti kembali kontrak atau persyaratan proyek asli. Pastikan bahwa
Anda telah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan dan memahami kebutuhan pemberi
FM/JGU/L.003

kerja dengan jelas. Jika ada ketidaksesuaian, periksa apakah ada kesalahan atau kekurangan
dari pihak Anda dan siapkan langkah-langkah perbaikan yang sesuai.
d. Berkomunikasi dengan pemberi kerja: Setelah melakukan evaluasi, hubungi pemberi kerja
dan sampaikan keinginan Anda untuk memperbaiki dan memperbaiki pekerjaan yang ditolak.
Jelaskan langkah-langkah yang telah Anda ambil untuk memperbaiki pekerjaan tersebut dan
berikan argumen yang meyakinkan mengapa proyek sekarang layak diterima.
e. Tawarkan solusi alternatif: Jika pekerjaan awalnya ditolak karena beberapa alasan yang tidak
dapat Anda perbaiki, tawarkan solusi alternatif. Ajukan proposal dengan ide-ide baru yang
mungkin menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi sebelumnya. Tunjukkan kepada
pemberi kerja bahwa Anda dapat beradaptasi dan menemukan solusi yang memenuhi
kebutuhan mereka.
f. Tampilkan komitmen dan profesionalisme: Pastikan bahwa Anda menunjukkan sikap yang
profesional dan komitmen yang tinggi untuk memperbaiki pekerjaan tersebut. Sampaikan
kepada pemberi kerja bahwa Anda bersedia bekerja sama dengan mereka dan berusaha keras
untuk memenuhi harapan mereka.
g. Pertimbangkan saran pemberi kerja: Jika pemberi kerja memberikan saran atau kritik
konstruktif, terimalah dengan baik. Pertimbangkan saran mereka dengan serius dan perbaiki
pekerjaan Anda sesuai dengan masukan yang diberikan.
h. Sediakan referensi dan bukti prestasi: Jika Anda memiliki bukti prestasi lainnya atau referensi
dari klien lain yang puas dengan pekerjaan Anda, sediakan informasi tersebut kepada pemberi
kerja. Hal ini dapat membantu membangun kepercayaan mereka kembali kepada kemampuan
Anda.
3. Dalam rencana kerja suatu proyek, terdapat beberapa informasi penting yang perlu dicantumkan.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dicantumkan dalam rencana kerja proyek:
a. Deskripsi Proyek: Jelaskan secara ringkas tujuan proyek, latar belakang, dan ruang lingkup
pekerjaan yang akan dilakukan. Sampaikan juga visi umum proyek dan dampak yang
diharapkan.
b. Tujuan dan Sasaran: Tetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh proyek. Pastikan
tujuan tersebut spesifik, terukur, terjangkau, relevan, dan berbatasan waktu (SMART).
c. Tugas dan Tanggung Jawab: Tentukan tugas dan tanggung jawab masing -masing anggota
tim atau departemen yang terlibat dalam proyek. Jelaskan peran mereka dengan jelas untuk
menghindari kebingungan dan tumpang tindih tanggung jawab.
d. Jadwal dan Penugasan Waktu: Buat jadwal proyek yang mencakup berbagai tahapan,
aktivitas, dan penugasan waktu. Tetapkan batas waktu untuk setiap tahap dan aktivitas agar
proyek dapat selesai tepat waktu.
e. Sumber Daya yang Dibutuhkan: Identifikasi sumber daya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek, seperti tenaga kerja, anggaran, peralatan, dan bahan. Pastikan sumber
daya tersebut tersedia dan dialokasikan dengan baik.
f. Anggaran Proyek: Tentukan anggaran yang diperlukan untuk proyek, termasuk biaya
pengadaan, upah, biaya operasional, dan lain-lain. Rinciankan estimasi biaya untuk setiap
komponen proyek dan perluas anggaran jika diperlukan.
g. Risiko dan Manajemen Risiko: Identifikasi potensi risiko yang mungkin timbul selama
proyek dan tetapkan strategi untuk mengelola dan meresponsnya. Sertakan langkah-langkah
mitigasi risiko yang dapat dilakukan.
h. Monitoring dan Evaluasi: Tetapkan metode dan alat yang akan digunakan untuk memonitor
kemajuan proyek. Jelaskan juga bagaimana evaluasi akan dilakukan, termasuk kriteria
keberhasilan dan indikator kinerja yang akan digunakan.
FM/JGU/L.003

i. Komunikasi: Tentukan saluran komunikasi yang akan digunakan antara anggota tim, pihak
terkait, dan stakeholder proyek. Pastikan ada sistem yang efektif untuk berbagi informasi
dan berkoordinasi.
j. Pemangku Kepentingan: Identifikasi semua pemangku kepentingan yang terkait dengan
proyek dan jelaskan bagaimana Anda akan melibatkan mereka. Pertimbangkan kepentingan,
kebutuhan, dan harapan mereka dalam rencana kerja.
k. Perubahan dan Perbaikan: Jelaskan bagaimana perubahan atau perbaikan dalam rencana
kerja akan dikelola. Tetapkan prosedur untuk mengatasi perubahan ruang lingkup, jadwal,
atau anggaran yang mungkin terjadi selama proyek.
l. Penutup: Sertakan penutup yang mencakup penandatanganan dan persetujuan dari pihak-
pihak terkait, serta catatan revisi jika ada perubahan yang dibuat pada rencana kerja
4. Ya, dalam banyak kasus, jika seorang kontraktor terlambat menyelesaikan suatu proyek sesuai
dengan kesepakatan dalam kontrak, pemberi kerja memiliki hak untuk memberikan denda
kepada kontraktor. Denda ini bertujuan untuk mengkompensasi kerugian yang mungkin diderita
oleh pemberi kerja akibat keterlambatan tersebut. Adanya klausul mengenai denda keterlambatan
biasanya diatur dalam kontrak proyek. Denda keterlambatan umumnya dihitung berdasarkan
jumlah uang tertentu yang akan dikurangkan dari pembayaran kontraktor untuk setiap periode
keterlambatan. Jumlah denda ini mungkin bervariasi tergantung pada perjanjian dalam kontrak
dan berdasarkan seberapa signifikan dampak keterlambatan terhadap proyek.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait denda keterlambatan:
a. Batas Waktu: Dalam kontrak, biasanya disepakati batas waktu maksimum yang
diperbolehkan untuk menyelesaikan proyek. Jika kontraktor melebihi batas waktu tersebut,
denda akan dikenakan.
b. Alasan Keterlambatan: Dalam beberapa kasus, alasan keterlambatan tertentu dapat dianggap
sebagai kecualian, seperti perubahan lingkup proyek yang signifikan, keadaan tak terduga,
atau faktor di luar kendali kontraktor. Dalam hal ini, pemberi kerja dapat
mempertimbangkan untuk tidak memberlakukan denda atau melakukan negosiasi terkait
perpanjangan waktu.
c. Pemberitahuan: Kontraktor biasanya harus memberi pemberitahuan tertulis tentang
keterlambatan yang mungkin terjadi. Pemberitahuan ini perlu dilakukan sesegera mungkin
dan berisi alasan serta perkiraan waktu penyelesaian proyek yang baru.
d. Batasan Denda: Dalam beberapa yurisdiksi, ada batasan hukum atas jumlah denda yang
dapat dikenakan kepada kontraktor. Pemberi kerja perlu memastikan bahwa jumlah denda
yang ditetapkan dalam kontrak tidak melampaui batasan hukum yang berlaku.
5. Denda keterlambatan adalah alat yang umum digunakan untuk mendorong kontraktor untuk
menyelesaikan proyek sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Namun, denda ini harus
diterapkan dengan bijaksana dan adil sesuai dengan keadaan proyek yang sebenarnya. Kedua
belah pihak, pemberi kerja dan kontraktor, perlu mematuhi ketentuan kontrak dan bekerja sama
untuk mencari solusi jika ada keterlambatan yang terjadi.
kontraktor tetap bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan hingga selesai,
meskipun mereka telah didenda karena keterlambatan. Meskipun denda mungkin telah dikenakan
sebagai konsekuensi dari keterlambatan, itu tidak mengubah kewajiban kontraktor untuk
menyelesaikan proyek sesuai dengan persyaratan kontrak.
Dalam kebanyakan kasus, kontraktor masih diharapkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang
tersisa, bahkan setelah didenda. Tujuan utama dari kontrak adalah untuk menyelesaikan proyek
dengan sukses, dan denda keterlambatan adalah mekanisme untuk mendorong kontraktor agar
mematuhi jadwal yang telah disepakati.
Namun, dalam situasi tertentu di mana keterlambatan kontraktor sangat signifikan atau proyek
tidak memungkinkan untuk diselesaikan dengan kontraktor yang sedang berjalan, pemberi kerja
FM/JGU/L.003

dapat mengambil langkah-langkah hukum untuk menggantikan kontraktor tersebut atau mencari
alternatif lain sesuai dengan ketentuan kontrak dan hukum yang berlaku.
Namun, secara umum, kontraktor masih memiliki kewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan kontrak meskipun telah didenda karena keterlambatan. Kontraktor harus berusaha
sebaik mungkin untuk memenuhi kewajiban mereka dan menyelesaikan proyek dengan baik,
bahkan jika ada kendala yang mungkin timbul selama proses tersebut.

6. Jika kontraktor terlambat melaksanakan pengujian terhadap pekerjaan yang sudah selesai
dikerjakan, engineer (insinyur) dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk mengatasi
situasi tersebut:
a. Komunikasi dengan Kontraktor: Engineer harus segera berkomunikasi dengan kontraktor
untuk menanyakan alasan keterlambatan pengujian. Penting untuk memahami faktor-faktor
yang menyebabkan keterlambatan agar dapat mencari solusi yang tepat.
b. Ingatkan Kewajiban Kontraktor: Engineer harus mengingatkan kontraktor mengenai jadwal
yang telah ditetapkan dalam kontrak. Jika pengujian harus dilakukan pada waktu tertentu
setelah selesai dikerjakan, pastikan kontraktor memahami tanggung jawab mereka untuk
melaksanakan pengujian sesuai dengan ketentuan kontrak.
c. Periksa Kontrak: Engineer harus memeriksa kembali ketentuan kontrak terkait pengujian.
Pastikan bahwa persyaratan pengujian, batas waktu, dan prosedur yang dijelaskan dalam
kontrak telah dipenuhi dengan benar oleh kontraktor.
d. Evaluasi Dampak Keterlambatan: Engineer harus mengevaluasi dampak dari keterlambatan
pengujian ini terhadap proyek secara keseluruhan. Apakah keterlambatan ini berpotensi
mempengaruhi jadwal keseluruhan proyek atau menghambat aktivitas berikutnya?
e. Koordinasi dengan Pihak Terkait Lainnya: Jika ada pihak terkait lain yang terpengaruh oleh
keterlambatan ini, engineer harus berkoordinasi dengan mereka untuk mencari solusi
bersama atau mengkoordinasikan upaya penyelesaian.
f. Peringatkan tentang Konsekuensi: Jika keterlambatan pengujian ini berpotensi menyebabkan
masalah yang serius bagi proyek, engineer harus memberi peringatan tentang konsekuensi
yang mungkin dihadapi oleh kontraktor akibat pelanggaran kontrak ini.
g. Pertimbangkan Kemungkinan Perpanjangan Waktu: Jika keterlambatan pengujian
disebabkan oleh alasan yang sah dan di luar kendali kontraktor, engineer dan pemberi kerja
harus mempertimbangkan kemungkinan memberikan perpanjangan waktu untuk pengujian.
h. Pelajari Kemungkinan Penyelesaian: Engineer harus bekerja sama dengan kontraktor untuk
mencari cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. Jika diperlukan, mintalah kontraktor
untuk memberikan rencana tindakan yang akan mereka lakukan untuk mengejar
keterlambatan dan menyelesaikan pengujian.
i. Dokumentasi: Selalu penting untuk mendokumentasikan segala komunikasi, tindakan, dan
keputusan yang diambil terkait keterlambatan pengujian ini. Hal ini bisa menjadi penting
jika ada sengketa atau pertanyaan lebih lanjut di masa depan.
Keterlambatan dalam melaksanakan pengujian bisa menjadi masalah serius dalam proyek,
namun dengan komunikasi yang baik, koordinasi, dan tindakan tepat, engineer dapat membantu
menyelesaikan masalah ini dengan efisien dan memastikan pekerjaan berlanjut sesuai rencana.
7. Jika kontraktor gagal melaksanakan pengujian pada akhir pekerjaan d alam waktu 21 hari,
personil pengguna jasa (pemberi kerja) dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk
menghadapinya:
a. Komunikasi Langsung: Personil pengguna jasa harus segera menghubungi kontraktor dan
menanyakan alasan keterlambatan. Jalin komunikasi langsung untuk memahami situasi
dengan lebih baik.
FM/JGU/L.003

b. Rujuk ke Kontrak: Cek kembali isi kontrak untuk memastikan batas waktu pengujian akhir
yang telah disepakati. Pastikan bahwa kontraktor benar-benar telah melewati batas waktu
yang ditetapkan dalam kontrak.
c. Ingatkan Kewajiban: Ingatkan kontraktor mengenai kewajibannya untuk melaksanakan
pengujian akhir sesuai dengan ketentuan kontrak. Jika ada klausul mengenai denda
keterlambatan dalam kontrak, pastikan bahwa hal tersebut disampaikan dengan jelas.
d. Penegakan Kontrak: Jika dalam kontrak telah ditentukan denda keterlambatan atau sanksi
lainnya terkait kegagalan melaksanakan pengujian tepat waktu, personil pengguna jasa dapat
menerapkan sanksi tersebut sesuai dengan ketentuan kontrak.
e. Perpanjangan Waktu atau Negosiasi: Jika alasan keterlambatan adalah karena faktor yang
sah dan di luar kendali kontraktor, pertimbangkan untuk memberikan perpanjangan waktu
untuk melaksanakan pengujian. Namun, pastikan perpanjangan waktu ini sesuai dengan
ketentuan kontrak dan setujui batas waktu yang jelas.
f. Evaluasi Dampak: Pelajari dampak keterlambatan ini terhadap proyek secara keseluruhan.
Jika keterlambatan ini mempengaruhi keberlanjutan proyek atau menyebabkan masalah
lebih lanjut, diskusikan hal ini dengan kontraktor dan cari solusi bersama.
g. Pertimbangkan Alternatif: Jika keterlambatan pengujian ini sangat serius dan mengancam
kelangsungan proyek, pertimbangkan untuk mencari kontraktor pengganti atau mencari
alternatif lain untuk menyelesaikan pengujian akhir.
h. Pelaporan dan Dokumentasi: Selalu penting untuk mendokumentasikan semua komunikasi,
perjanjian, dan tindakan yang diambil terkait keterlambatan ini. Hal ini dapat menjadi
penting jika ada perselisihan atau sengketa di masa depan.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi personil pengguna jasa untuk tetap profesional dan
berkomunikasi dengan kontraktor dengan baik. Upayakan untuk mencari solusi yang tepat dan
mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Jika diperlukan, pertimbangkan untuk
mencari bantuan hukum untuk menyelesaikan sengketa jika tidak dapat diatasi secara langsung.
8. Jika pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak lolos pengujian pada akhir pekerjaan dan perlu
diulang, engineer (insinyur) memiliki hak untuk melakukan beberapa tindakan berikut:
a. Memerintahkan Pekerjaan Ulang: Engineer dapat memerintahkan kontraktor untuk
melakukan pekerjaan ulang atau memperbaiki bagian pekerjaan yang tidak lolos pengujian
sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kontrak. Hal ini bertujuan
untuk memastikan pekerjaan akhir memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditentukan.
b. Mengevaluasi Alasan Kegagalan: Engineer harus mengevaluasi alasan mengapa pekerjaan
atau bagian pekerjaan tidak lolos pengujian. Apakah ada kesalahan dalam pelaksanaan,
material yang digunakan, atau faktor lain yang menyebabkan kegagalan tersebut?
Pengevaluasian ini akan membantu menentukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
c. Memberikan Panduan dan Petunjuk: Engineer dapat memberikan panduan atau petunjuk
lebih lanjut kepada kontraktor tentang bagaimana pekerjaan harus dikerjakan ulang atau
diperbaiki. Berikan penjelasan rinci mengenai persyaratan kualitas yang harus dipenuhi agar
tidak ada kebingungan.
d. Mengawasi Pekerjaan Ulang: Engineer dapat mengawasi proses pekerjaan ulang atau
perbaikan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Hal ini penting untuk memastikan hasil akhir yang memuaskan.
e. Penjadwalan Ulang: Engineer dan kontraktor harus membuat jadwal ulang untuk pekerjaan
atau bagian pekerjaan yang akan diulang. Pastikan jadwal baru ini memungkinkan waktu
yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
f. Evaluasi Biaya: Engineer dapat mengevaluasi biaya tambahan yang mungkin timbul akibat
pekerjaan ulang atau perbaikan. Jika kegagalan tersebut disebabkan oleh kesalahan
kontraktor, biaya tambahan mungkin harus ditanggung oleh kontraktor.
FM/JGU/L.003

g. Pelaporan: Engineer harus melakukan pelaporan kepada pihak terkait atau manajemen
proyek tentang kegagalan pengujian dan langkah-langkah yang diambil untuk melakukan
pekerjaan ulang atau perbaikan.
h. Menggunakan Kewenangan Kontrak: Engineer dapat menggunakan kewenangan yang
diberikan oleh kontrak untuk memastikan pekerjaan ulang dilakukan dengan benar dan tepat
waktu. Ini termasuk penggunaan klausul kontrak terkait penalti keterlambatan atau sanksi
lainnya jika diperlukan.
Tujuan utama dari tindakan engineer adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan akhir
memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan dalam kontrak. Dengan komunikasi yang baik
antara engineer dan kontraktor, serta pemantauan yang cermat selama pekerjaan ulang dilakukan,
diharapkan hasil akhirnya akan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
9. Tanggung jawab biaya perbaikan untuk pekerjaan yang cacat mutu dapat berada pada beberapa
pihak, tergantung pada penyebab cacat mutu dan kontrak yang telah disepakati. Berikut adalah
beberapa kemungkinan tanggung jawab untuk biaya perbaikan:
a. Kontraktor: Jika cacat mutu disebabkan oleh kesalahan atau pelaksanaan yang buruk d ari
kontraktor, maka kontraktor bertanggung jawab untuk biaya perbaikan. Dalam kontrak,
biasanya ada klausul mengenai jaminan kualitas dan garansi pekerjaan, yang mengharuskan
kontraktor untuk memperbaiki cacat mutu tanpa biaya tambahan jika terjadi dalam jangka
waktu tertentu setelah penyelesaian proyek.
b. Subkontraktor atau Pemasok: Jika cacat mutu terjadi karena kesalahan atau cacat bahan dari
subkontraktor atau pemasok yang bekerja sama dengan kontraktor utama, tanggung jawab
biaya perbaikan mungkin berada pada subkontraktor atau pemasok tersebut, tergantung pada
persyaratan kontrak.
c. Engineer atau Pengawas Proyek: Jika cacat mutu terjadi karena kesalahan atau kelalaian dari
engineer atau pengawas proyek dalam mengawasi dan mengendalikan pekerjaan, tanggung
jawab biaya perbaikan dapat berada pada mereka.
d. Pemberi Kerja: Dalam beberapa kasus, terutama jika kontraktor atau pemasok tidak dapat
ditemukan atau tidak mampu melakukan perbaikan, pemberi kerja bisa saja memutuskan
untuk melakukan perbaikan sendiri dan menanggung biaya tersebut. Namun, hal ini biasanya
dilakukan jika cacat mutu sangat kritis dan berdampak besar terhadap proyek.
e. Force Majeure: Dalam situasi force majeure, di mana cacat mutu terjadi karena peristiwa di
luar kendali siapa pun, seperti bencana alam atau peristiwa tak terduga lainnya, biaya
perbaikan mungkin tidak menjadi tanggung jawab siapa pun, tergantung pada klausul force
majeure dalam kontrak.
Dalam semua kasus, penting untuk mengacu pada kontrak proyek untuk mengetahui secara
pasti siapa yang bertanggung jawab atas biaya perbaikan dalam kasus cacat mutu. Kontrak harus
memuat ketentuan yang jelas mengenai jaminan kualitas, garansi, dan tanggung jawab terhadap
cacat mutu, sehingga memudahkan dalam menentukan pihak yang harus bertanggung jawab dan
langkah-langkah yang harus diambil untuk perbaikan. Jika terjadi ketidaksepakatan, maka bisa
saja masalah ini perlu diselesaikan melalui proses mediasi atau lewat sistem hukum.
10. Jika kontraktor gagal untuk memperbaiki setiap cacat mutu atau kerusakan sampai dengan
tanggal yang ditentukan dalam kontrak, Pengguna Jasa (pemberi kerja) memiliki hak untuk
mengambil tindakan sesuai dengan ketentuan kontrak dan hukum yang berlaku. Berikut adalah
beberapa langkah yang dapat diambil oleh Pengguna Jasa:
a. Pemberitahuan Tertulis: Pengguna Jasa harus memberikan pemberitahuan tertulis kepada
kontraktor tentang kegagalan mereka untuk memperbaiki cacat mutu atau kerusakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pemberitahuan ini harus mencantumkan tanggal dan
keterangan mengenai cacat atau kerusakan yang perlu diperbaiki.
FM/JGU/L.003

b. Konfirmasi Kembali dalam Kontrak: Pastikan bahwa dalam kontrak terdapat ketentuan
mengenai batas waktu perbaikan cacat mutu atau kerusakan, dan konsekuensi jika kontraktor
gagal memperbaiki sesuai dengan tenggat waktu tersebut.
c. Penilaian Kembali Kinerja Kontraktor: Pengguna Jasa harus menilai kembali kinerja
kontraktor secara keseluruhan. Jika kontraktor gagal untuk memperbaiki cacat mutu atau
kerusakan dengan tepat waktu, pertimbangkan bagaimana kegagalan tersebut telah
mempengaruhi proyek secara keseluruhan dan kemampuan kontraktor untuk memenuhi
kewajibannya.
d. Perpanjangan Waktu: Jika alasan kontraktor tidak dapat memperbaiki cacat mutu atau
kerusakan sesuai jadwal adalah karena alasan yang sah dan di luar kendali mereka,
pertimbangkan untuk memberikan perpanjangan waktu dengan ketentuan yang jelas dalam
kontrak.
e. Sanksi atau Denda: Jika kontraktor terbukti melanggar ketentuan kontrak terkait perbaikan
cacat mutu atau kerusakan, Pengguna Jasa dapat menerapkan sanksi atau denda sesuai
dengan ketentuan kontrak. Hal ini bertujuan untuk memberikan insentif bagi kontraktor
untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan perbaikan dengan tepat waktu.
f. Gugatan atau Pembatalan Kontrak: Jika kontraktor terus gagal untuk memperbaiki cacat
mutu atau kerusakan setelah mendapat pemberitahuan dan peluang yang memadai,
Pengguna Jasa dapat mempertimbangkan untuk mengajukan gugatan atau memutuskan
kontrak dengan kontraktor dan mencari alternatif lain untuk menyelesaikan pekerjaan.
Penting untuk mengacu pada ketentuan kontrak secara cermat dan mendokumentasikan
semua langkah yang telah diambil. Dalam kasus perselisihan atau sengketa lebih lanjut,
dokumentasi yang baik akan menjadi bukti kuat yang dapat digunakan dalam proses
penyelesaian. Selain itu, jika terjadi situasi yang kompleks atau perselisihan yang tidak dapat
diselesaikan dengan cara biasa, sebaiknya pertimbangkan untuk mencari bantuan hukum untuk
mendapatkan nasihat dan panduan yang tepat

Anda mungkin juga menyukai