dalam Al-Qur'an. Sujud tilawah berasal dari dua kata dasar bahasa Arab, yaitu sujud yang artinya
tunduk dan merendahkan diri, sementara tilawah berarti membaca Al-Qur'an.
Dijelaskan dalam buku Serba-serbi Sujud Tilawah susunan Maharati Marfuah Lc, keutamaan sujud
tilawah adalah dijauhi oleh setan. Hal ini tercantum dalam sebuah hadits yang berbunyi sebagai
berikut,
"Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil
menangis. Setan pun akan berkata-kata; "Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud,
maka baginya surga.
Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas
mendapatkan neraka," (HR Muslim).
Sujud tilawah merupakan amalan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dalil mengenai pengerjaan sujud tilawah terdapat
dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Nabi Muhammad bersabda:
"Wahai sekalian manusia. Kita telah melewati ayat sajadah. Barangsiapa bersujud, maka dia mendapatkan pahala. Barangsiapa
yang tidak bersujud, dia tidak berdosa." Kemudian 'Umar pun tidak bersujud," (HR Bukhari).
Cara pengerjaan sujud tilawah sama seperti sujud pada umumnya. Ketika sujud, maka tujuh anggota tubuh menyentuh alas
sholat atau lantai.
Ketujuh anggota tubuh tersebut ialah kening, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki. Lalu, menjauhkan
kedua lengan dari kedua lambung, menjauhkan perut dari kedua paha, merenggangkan kedua lutut dan membaca doa sujud
tilawah.
Arab latin: "Sajada wajhiya lil ladzî khalaqahû wa shawwarahû wa syaqqa sam'ahû wa basharahû bi haulihî wa quwwatihî."
Artinya: "Wajahku bersujud kepada Allah SWT, yaitu Zat yang menciptakan, yang membuka pendengaran juga penglihatan-Nya
dengan daya dan kekuatan-Nya."
Artinya: "Aku berniat sujud tilawah, (yang hukumnya) sunnah karena Allah Ta'ala,"
Namun, apabila dalam sholat berjamaah makmum mendengar bacaan ayat sajadah, maka makmum tidak boleh melakukan
sujud tilawah jika imam tidak melakukannya. Sebaliknya, jika imam melakukannya, maka makmum harus ikut
melakukannya juga.