Anda di halaman 1dari 4

Panduan Pelatihan

Self Resilience : Ketahanan Leader mengelola stress

Taufiq Pasiak

Deskripsi ringkas
Resiliensi adalah kapasitas dan proses dinamis untuk mengatasi stres dan
kesulitan secara adaptif sambil mempertahankan fungsi psikologis dan fisik yang
normal. Resiliensi adalah sebuah proses dinamis beradaptasi dalam menghadapi
kesulitan, trauma, tragedi, ancaman atau sumber stres yang signifikan. Kapasitas ini
memungkinkan seseorang untuk bangkit dari kesulitan, ketidakpastian dan kegagalan.
Kemampuan ini sangat dibutuhkan menghadapi dunia dan pelbagai kejadian yang
berubah dengan cepat dan cenderung menjadi sumber stres. Resiliesi diri yang baik
memungkinkan manusia menghadapi stres dengan lebih baik dan dapat dikendalikan.
Kemampuan ini sangat penting bagi seorang pemimpin yang mengelola banyak
sumber daya. Strategi mental meningkat resiliensi diri antara lain; 2) peningkatan
fleksibilitas kognitif, 2) meningkatkan hubungan (connectedness)

Profil Lulusan Modul


Pemimpin yang dapat menggunakan pengetahuan resiliensi diri untuk mengendalikan
situasi penuh stres sehingga dapat bertumbuh ke arah positif

Kompetensi Dasar (skill)


1. Dapat menjelaskan pengertian resiliensi dan stres,
2. Dapat mengidentifikasi dan menganalisis keadaan yang berpotensi menjadi
stresor
3. Dapat mengendalikan diri ketika berada keadaan dan situasi penuh stres.
4. Dapat bangkit kembali setelah menghadapi kesulitan, kesusahan dan
kegagalan.

Tingkatan menuju KETRAMPILAN resiliensi.


1. Mengenali (mengidentifikasi).
2. Menghubungan antar komponen.
3. Melakukan

Indikator Keberhasilan
1. Peserta pelatihan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dirinya saat
berata pada situasi stres.
2. Peserta pelatihan dapat mengidentifikasi kondisi atau situasi penuh stres
(stresful).
3. Peserta pelatihan dapat bangkit ketika menghadapi situasi penuh stres.

Metode Pembelajaran1

Model Waktu Agenda Target


Pembelajaran (Menit)
Ceramah 45 Menyampaikan konsep-konsep dasar Peserta dapat menjelaskan
Pengantar dari stresor psikososial dań resiliensi, pengertian konsep-konsep kunci
dań relevansinya dałam kesuksesan dari stresor dań resiliensi
profesional, sosial dan rumah tanga
Studi Kasus 60 Penceramah menampilkan beberapa Peserta dapat menguraikan
contoh gur orang terminal yang bisa dengan jelas hal-hal penting yang
menunjukkan apa itu kegagalan dan dimiliki oley para gur sehingga
ketahanan. Misalnya, Kolonel Sanders mereka bisa lolos dalam
(penemu bambu KFC) dan Thomas menghadapi kesulitan
Alfa Eddison
Storytelling 90 Peserta menyampaikan cerita yang • Peserta dapat menyebutkan inti
sifatnya personal .Cerita harus berasal utama cerita.
dari kisah nyata tentang kegagalan dan • Peserta dapat menjelaskan
resiliensi. pokok-pokok terkait kegagalan.
• Peserta dapat menjelaskan cara
Peserta menyampaikan cerita terkait seseorang atau komunitas
resiliensi pada tingkat Komunitas bertahan dan bangun
(misalnya, resiliensi pada Masyarakat menghadapi kesulitan.
Jepang)
Diskusi 90 Menemukan pokok pokok penting dari Peserta menjelaskan pokok
Terfokus ketahanan diri dari kisah nyata (case pokok penting itu dengan
study) dan story telling (pengalaman menggunakan sejumlah teori
pribadi). stres, psikoneuroimunologi dan
resiliensi (Misalnya, teori
Adversity Quotient)
Ceramah 45 Menyampaikan saripati pembahasan Peserta dapat menyimpulkan dan
Penutup untuk menjawab pertanyaaan: faktor- menjelaskan dengan kata-kata
faktor yang menentukan resiliensi sendiri faktor2 yang menentukan
manusia menghadapi kesulitan, trauma resiliensi.
dan stresor.

Dasar-dasar Teoritis.2
1. Stres Adalah respon tubuh terhadap tekanan. Sejumlah situasi atau peristiwa
kehidupan yang berbeda dapat menyebabkan stres. Stres sering dipicu ketika

1 durasi waktu bisa disesuaikan.


2Disertakan link dari setiap pernyataan yang penting, Instruktur dapat melihat uraian lengkap ke
dalam link yang disertakan pada setiap poin.
fi
fi
seseorang mengalami (1) paparan hal yang baru, tidak terduga atau yang
mengancam rasa diri, atau (2) ketika seseorang merasa memiliki sedikit kendali
atas suatu situasi. (https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/s/stress).
2. Merupakan respon tubuh (fisik, mental, sosial, spiritual) yang tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan perubahan. Artinya, setiap faktor internal atau eksternal,
positif atau negatif, yang mengganggu keseimbangan dapat dianggap sebagai
“stres.” Meskipun stres tidak dapat dihindari, stres tidak sepenuhnya bersifat
negatif atau sesuatu yang harus dihindari secara sepihak (https://
www.brainfacts.org/diseases-and-disorders/mental-health/2018/what-is-stress-
resilience-and-can-it-be-learned-071018)
3. Setidaknya ada 45 jenis stresor yang dapat memengaruhi respon seseorang
terhadap stres. Identifikasi terhadap sumber stresor ini akan memudahkan upaya
untuk membangun resiliensi. Dikenal sebagai The Holmes-Rahe Stress Inventory
(https://www.stress.org/holmes-rahe-stress-inventory-pdf)
4. Kemampuan seseorang menghadapi kesulitan dapat diukur dengan Adversity
Quotient (AQ), secara luas dipahami dalam kosenp resiliensi (
5. resiliensi harus dilihat sebagai proses dan hasil karena kemampuan untuk
mengatasi keadaan yang merugikan sebagian merupakan hasil dari pengalaman
hidup melalui pengalaman sulit sepanjang hidup. Dengan demikian, resiliensi
bukanlah konsep yang statis, melainkan terus terakumulasi sepanjang perjalanan
hidup Ketahanan dicapai melalui pemanfaatan berbagai sumber daya internal dan
eksternal. Kemampuan menyesuaikan diri terhadap stresor, kesulitan, trauma,
tragedi, ancaman, atau resiliensi dapat dilatih. Untuk melatihnya seseorang harus
berfokus pada 4 hal: connection, wellness, healthy thinking, and meaning (https://
www.apa.org/topics/resilience).
6. Spiritualitas adalah salah satu faktor yang berperanan penting dalam resiliensi.
Spiritualitas penting bagi sebagian besar populasi orang dewasa yang lebih tua
dan berfungsi sebagai faktor kunci ketahanan diri (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC7743140/). Di antara orang dewasa yang lebih tua secara
khusus, dilaporkan agama memegang kehadiran dan pengaruh terbesar dalam
kehidupan sehari-hari daripada populasi usia lainnya.3
7. Studi Ilmiah menunjukkan bahwa ada hubungan yang kompleks dan dinamis
antara spiritualitas dan resiliensi. Sebagai aspek resiliensi, spiritualitas
menyediakan kerangka kerja yang membimbing individu melalui tantangan

3Pickard JG, and King MD (2011). African American Caregivers Finding Resilience Trough Faith
Pp. 261–270 in Resilience in Aging: Concepts, Research and Outcomes, edited by Resnick B,
Gwyther LP, and Roberto KA Springer, Pub; San Francisco, CA. J Relig Spiritual Aging. Author
manuscript; available in PMC 2020 Dec 16
hidup, memfasilitasi yang positif dari yang negatif. Sejumlah studi menemukan
bahwa partisipan mengalami spiritualitas sebagai sarana atau jalan menuju
resiliensi. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa spiritualitas dan ketahanan
"terkait secara instrumental" dengan memiliki dan mempertahankan
kesejahteraan.4

Penilaian dan Evaluasi Belajar.

Bahan Lanjut
• Rutter, M. (1993). Resilience: some conceptual considerations. J. Adolesc.
Health 14, 626–631, 690–696.
• Todd Hearton. Neuroscience of Self and Self-Regulation. Annu Rev Psychol. 2011;
62: 363–390.
• Grant H. Brenner, Daniel H. Bush, Joshua Moses editorsCreating Spiritual and
Psychological Resilience, Roulege, 2010
• Committee on Private–Public Sector Collaboration to Enhance Community
Disaster ResilienceBuilding Community Disaster Resilience Through Private–
Public Collaboration. National Academic Press, 2011

4 Lidya Manning. Spiritual resilience: Understanding the protection and promotion of well-being in
the later life.

Anda mungkin juga menyukai