1. Pendahuluan
Status gizi balita perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat jumlah balita di
Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, perhatian yang serius itu
berupa pemberian gizi yang baik. Pada lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk
mempertahankan kehidupan sekaligus meningkatkan kualitas agar mencapai
pertumbuhan optimal baik secara fisik, sosial maupun inteligensi. Pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, yang berarti
bertambahnya ukuran tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan
satuan panjang dan berat.
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang gizi makro
dan kurang gizi mikro. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun. Gizi buruk adalah kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat
berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam
waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB/TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor.
2. Latar belakang
Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat
menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya
akan menurunkan produktuvitas kerja. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada
hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas
sumber daya manusia. Kondisi seperti ini lambat laun akan menyebabkan angka kematian
bayi dan balita cukup tinggi.
Angka kematian bayi dan anak (balita) di negara-negara berkembang khususnya
Indonesia masih diketahui kurang berat badannya dan menderita kekurangan mikronutrien
seperti zat besi (Fe), seng (Zn) dan Vitamin A. Jumlah kematian anak pertahun akibat
kekurangan gizi itu mencapai 147 ribu jiwa dan separuh lebih di antaranya adalah balita.
Balita hidup mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10%.cukup tinggi. Salah satu
penyebab yang menonjol diantaranya adalah karena keadaan gizi yang kurang baik atau
bahkan buruk. Sebelum krisis menerpa 8,5 juta anak (37% dari 23 juta anak) Indonesia
Permasalahan kasus gizi buruk ini pada umumnya dapat disebabkan oleh pendidikan
orang tua rendah, kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi, kurangnya perhatian
orang tua terhadap anak, krisis ekonomi dimana terjadi penurunan daya beli terhadap
pangan dan gangguan kesehatan pada anak. Masalah gizi buruk merupakan masalah
yang perlu ditanggulangi salah satu upaya adalah dengan memberikan perawatan berupa
terapi gizi atau biasa disebut dengan TFC dan dilanjutkan dengan pemberian makanan
tambahan pada balita gizi buruk.
Oleh karena itu, pada tahun 2023 ini salah satu kegiatan program perbaikan dan
peningkatan gizi masyarakat salah satunya adalah pemberian terapi gizi (TFC) pada balita
gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok.
3. Tujuan
1) Meningkatkan status gizi Balita
2) Mencegah komplikasi lebih lanjut
3) Membiasakan dan mendidik balita mengkonsumsi makanan yang bergizi
4) Memberikan konsultasi gizi agar pengetahuan orang tua terhadap gizi bertambah.
7. Sasaran
Balita gizi buruk dengan indikator BB/U sangat kurang, kurang dan BB/TB sangat kurus.