Anda di halaman 1dari 2

Welding Procedure Qualification (WPS)

Procedure pengelasan (WPS) adalah suatu perencanaan untuk pelaksanan pengelasan yang meliputi cara
pembuatan konstruksi pengelasan yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan
semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang menetukan procedure
pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam hal pengetahuan bahan dan teknologie pengelasan itu
sendiri serta dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk efesiensi dari suatu aktivitas produksi.
Didalam pembuatan prosedur pengelasan (WPS) code atau standard yang lazim digunakan di Negara kita
adalah : ASME, AWS dan API selain itu juga kita juga kenal adanya standard atau code yang sering
digunakan adalah : British standard (BS), Germany Standard (DIN), dan Japan Industrial Standard (JIS) dan
ISO

Akan tetapi hingga saat ini standard yang paling sering dijadikan acuan untuk pembuatan prosedur
pengelasan adalah ASME Code section IX (Boiler Pressure Vessel) API std 1104 untuk pipe line dan AWS
D1.1 untuk Structure & Platform.

Apakah WPS itu?

WPS adalah prosedur yang digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan proses pengelasan yang meliputi
rancangan rinci dari teknik pengelasan yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan

Dalam hal ini prosedur pengelasan merupakan langkah-langkah pelaksanaan pengelasan untuk
mendapatkan mutu pengelasan yang memenuhi persyaratan.

Dalam prosedur pengelasan harus ditampilkan variable-variable yang mempengaruhi kualitas hasil
pengelasan, yang mana dapat digolongkan menjadi tiga kelompok :

1. Essential variable (Procedure)


Suatu variable pada kondisi pengelasan yang bila dirubah akan berpengaruh pada sifat mekanik
(misalnya perubahan P no. Welding process, filler metal, electrode, preheat atau PWHT) dari hasil
pengelasan.

2. Essential variable (Performance)


Suatu variable pada kondisis pengelasan yang bila dirubah akan berpengaruh pada kemampuan
tukang las untuk membuat pengelasan yang mulus (misalnya perubahan welding process, backing,
jenis kawat las technic dll)

3. Supplementary Essential variable (Procedure)


Suatu variable pada kondisi pengelasan yang bila dirubah akan berpengaruh pada nilai impact
(impact value) dari hasil pengelasan.
Misalnya : Perubahan welding process, pengelasan naik dan turun, pemasukan panas, preheat atau
PWHT dll.

4. Non Essential variable (Procedure)


Suatu variable yang bila dirubah tidak akan mempengaruhi pada sifat mekanik (mechanical
properties) atau nilai impact (impact value) dari hasil pengelasan.
Misalnya : Design sambungan, cara back gouging or cleaning dll.

1 of 2
Langkah-langkah pembuatan WPS

1. Menyusun draft / prelimenary procedure pengelasan


2. Melakukan pengelasan pada test coupon sesuai dengan parameter-parameter pengelasan yang
tertulis dalam draft prosedur tersebut
3. Membuat test specimen dan melakukan uji specimen dengan destructive test (DT)
4. Mengevaluasi hasil destructive test (DT) dengan standard atau code yang digunakan
5. Memcatat dan mensertifikasi hasil uji tersebut pada lembar Procedure Qualification Record (PQR)

Faktor utama yang diperhitungkan dalam penyusunan WPS :

1. Jenis material induknya (Base metal)


2. Proses pengelasan yang digunakan
3. Jenis kawat yang akan dipakai
4. Kondisi pemakaian alat yang akan dilas
Selain itu juga masih terdapat persyaratan lain yang harus diperhitungkan :

1. Compability antara kawat las dan base metal


2. Sifat-sifat metallurgy dari material tersebut, khususnya weldability-nya
3. Proses pemanasan (Preheat, Post heat, Interpass tempratur dan PWHT)
4. Design sambungan dan beban
5. Mechanical properties yang diinginkan
6. Lingkungan kerja pada equipment tersebut
7. Kemampuan welder
8. Safety

Bagaimana mengkualifikasi WPS

Langkah-langkah dalam mengkualifikasi prosedur pengelasan yaitu :

a. Membuat test coupon


b. Melakukan pengelasan pada test coupon dengan parameter-parameter sesuai yang tercantum pada
draft WPS tersebut. Hal-hal yang dianjurkan adalah mencatat semua variable essensial, non essensial
maupun supplementary essensial.
c. Memotong test coupon untuk dijadikan specimen test DT (Destructive Test)
d. Jika hasil test DT dinyatakan lulus harus dicatat pada Prosedur Qualification Record (PQR)
e. Membanding hasil PQR dengan parameter yang ada di WPS untuk menjamin bahwa range dan
parameter yang tercantum dalam WPS terangkum semua pada PQR.

--- SH ---

2 of 2

Anda mungkin juga menyukai