Anda di halaman 1dari 3

Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental

Media sosial telah menjadi bagian dari cara berinteraksi sehari-hari, bagi hampir setiap orang.
Meski begitu, tidak sedikit juga yang belum menggunakannya dengan bijaksana sehingga
dampak negatif media sosial masih sulit untuk dihindari.
Biasanya orang menggunakan media sosial untuk meredakan stres atau melampiaskan
sesuatu, mulai dari mengkritik suatu pemberitaan, layanan konsumen, menyerukan
kampanye, melihat video lucu, dan lain-lain. Sayangnya, sering kali unggahan seseorang
justru menyerupai stres yang tak ada habisnya. Penggunaan media sosial berlebih dapat
memberikan pengaruh terhadap kesehatan mental Anda. Bahkan, penggunaan media sosial
disebut sebagai salah satu penyebab depresi. Benarkah demikian?
Di sisi lain, penggunaan media sosial yang kurang bijak dapat berpengaruh buruk terhadap
kesehatan mental Anda. Saat ini, media sosial kerap dikaitkan sebagai salah satu faktor risiko
depresi dan gangguan kecemasan. Kaitan antara depresi dan media sosial tidak hanya seputar
tekanan sosial untuk membagikan atau mengikuti berita terkini.
Munculnya kondisi kejiwaan yang satu ini juga disebabkan oleh kecenderungan pengguna
sosial media membandingkan dirinya dengan keberhasilan yang dicapai orang lain. Saat
melihat teman atau kerabat yang memiliki pekerjaan yang bagus, pasangan yang baik, serta
rumah yang indah, Anda dapat merasa turut berbahagia. Namun tidak jarang, rasa iri yang
dapat memicu depresi, justru muncul. Bahkan perasaan ini memicu keinginan bunuh diri,
ketika melihat pencapaian Anda tidak sebanding dengan teman-teman Anda.
Hubungan depresi dan media sosial, juga berkaitan dengan koneksi yang Anda miliki dengan
teman-teman di jejaring tersebut. Koneksi yang terbentuk di media sosial, tidak berlangsung
melalui tatap muka secara langsung. Hal tersebut membuat koneksi yang terbentuk menjadi
kurang memuaskan secara emosional, sehingga memicu munculnya rasa terisolasi dari
kehidupan sosial.
Media sosial tidak selamanya buruk untuk kesehatan mental Anda. Beberapa dampak sosial
media yang positif juga bisa Anda dapatkan, seperti berikut ini :
1.Dapat Menginspirasi Gaya Hidup Sehat
Media sosial dapat Anda gunakan sebagai alat motivasi dalam mencapai gaya hidup sehat.
Misalnya untuk berhenti merokok atau rutin berolahraga. Dengan membagikan resolusi di
media sosial, Anda bisa mendapatkan dukungan positif dan menjadi inspirasi agar orang lain
mengikutinya.
2. Sebagai Sarana untuk Menyebarkan Bantuan
Medsos dapat menjadi sarana untuk membantu orang lain. Begitu banyak akun yang
menyediakan informasi mengenai saluran pencegahan bunuh diri, maupun forum-forum
anonim yang membantu pengguna internet untuk membagikan pengalaman pribadinya, dan
menerima motivasi serta saran untuk memerbaiki kehidupannya.
3. Membantu Menemukan Solusi bagi Persoalan Hidup
Permasalahan yang umumnya dialami oleh orang dengan masalah pada kesehatan mental
seperti depresi, adalah keengganan untuk menceritakan masalah kepada orang-orang terdekat.
Saat ini, sudah semakin banyak orang yang mencari solusi untuk hal tersebut melalui media
sosial. Anda bisa menemukan banyak akun media sosial yang membagikan saran seputar
masalah kesehatan, dan topik-topik lain. Meski media sosial dapat memberikan dampak
negatif pada kesehatan mental, jika Anda menggunakannya dengan bijak, kemajuan teknologi
ini dapat membantu memperbaiki kesehatan Anda. Ikutilah akun-akun yang membangun,
dapat memberi motivasi, dan membagikan informasi yang berguna bagi Anda.
Berbagai bukti kaitan antara depresi dan media sosial
Salah satu peneliti studi, Jordyn Young dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat,
mengemukakan bahwa seseorang yang lebih jarang menggunakan media sosial umumnya
cenderung tidak depresi dan tidak kesepian. Ia juga menambahkan, mengurangi penggunaan
media sosial dapat menyebabkan terjadinya perbaikan, utamanya dalam hal kualitas
kesejahteraan hidup seseorang.
Studi tersebut melibatkan 143 mahasiswa dari Universitas Pennsylvania yang dibagi secara
acak menjadi dua kelompok: kelompok yang diperbolehkan melanjutkan penggunaan media
sosial seperti biasa dan kelompok yang diberikan batasan signifikan terhadap penggunaan
media sosialnya.
Selama tiga minggu, kelompok yang dibatasi tersebut hanya boleh mengakses media sosial
paling lama 30 menit setiap harinya. Waktu tersebut dibatasi, yaitu 10 menit untuk masing-
masing tiga platform yang berbeda, yakni Facebook, Instagram, dan Snapchat.
Untuk memastikan kondisi eksperimental tetap berjalan, para peneliti melihat data
penggunaan aplikasi di ponsel para peserta, yang mendokumentasikan berapa lama waktu
yang digunakan untuk membuka masing-masing aplikasi setiap harinya. Pada akhir studi,
didapat hasil bahwa pada kelompok yang dibatasi penggunaan media sosialnya, tampak
terdapat penurunan gejala depresi serta kesepian setelah membatasi penggunaan media sosial.
Para pakar berhipotesis, ini merupakan akibat suatu konten yang biasanya telah dipilih secara
saksama, dalam arti hanya menampilkan apa yang ingin orang tersebut perlihatkan. Misalnya
mengunggah makan di restoran mewah, dokumentasi kebahagiaan liburan keluarga, liburan
romantis dengan pasangan, pesta dengan teman-teman, atau konten lain yang umumnya ingin
memperlihatkan keriaan atau energi positif lainnya.
Nah, orang-orang yang melihat konten tersebut akan membandingkan hidupnya dengan
konten yang ia lihat, yang mana konten tersebut terkesan jauh lebih menarik. Adanya
perbandingan inilah yang diduga memicu seseorang mengalami depresi.
Karena sudah ada hasil studi yang mengemukakan bahwa aktivitas media sosial yang
berlebihan dapat mengakibatkan rasa kesepian dan depresi, karenanya Anda diharapkan
bersikap bijak dalam hal penggunaannya. Misalnya saat bersama dengan teman-teman atau
keluarga, baiknya jangan sibuk memandangi smartphone. Ingat, kebersamaan di dunia nyata
jauh lebih membahagiakan ketimbang sibuk melihat berbagai konten unggahan di media
sosial.

Anda mungkin juga menyukai