Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“HANDOVER DENGAN METODE SBAR”

Disusun Oleh :

Nama:Naufal tsamar mumtaz


Npm:2110070170091

Dosen Pengampu :
Ns.Nopan saputra M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “HANDOVER DENGAN METODE SBAR” ini dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah manajemen dan kepemimpinan.

Penulis menyadari makalah bertema handover ini masih perlu banyak penyempurnaan
karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik
terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Padang, 1 Mei 2023

Naufal tsamar mumtaz

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Kata Pengantar...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Makalah.........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Handover...................................................................................................................3
B. Handover Dengan Metode SBAR..............................................................................4
C. Langkah-langkah Handover dengan Metode SBAR..................................................4
D. Kelebihan dan Kekurangan Handover dengan Metode SBAR...................................5
E. Tugas Kepala Ruangan..............................................................................................7
F. Tugas Ketua Tim.......................................................................................................8
G. Tugas Perawat Pelaksana...........................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Kata Pengantar
Handover adalah salah satu aspek penting dalam pengelolaan pasien di unit perawatan
kesehatan. Handover dilakukan sebagai bentuk koordinasi informasi antara perawat yang
sedang bertugas dengan perawat yang akan mengambil alih tugas selanjutnya. Dalam
melakukan handover, perawat harus menyampaikan informasi yang jelas dan lengkap
mengenai kondisi pasien, diagnosis, tindakan yang telah dilakukan, serta rencana tindak
lanjut yang akan dilakukan pada pasien selanjutnya.
Salah satu metode komunikasi yang digunakan dalam handover adalah SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation). Metode SBAR digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi secara singkat dan efektif antara perawat dalam situasi yang
kritis. Situasi kritis dapat terjadi ketika pasien mengalami perburukan kondisi atau saat terjadi
perubahan tugas atau pergantian shift.
Metode SBAR terdiri dari empat komponen yaitu situasi, latar belakang, penilaian,
dan rekomendasi. Situasi berisi ringkasan singkat mengenai kondisi pasien dan alasan
mengapa handover dilakukan. Latar belakang berisi informasi mengenai riwayat kesehatan
pasien dan tindakan yang telah dilakukan. Penilaian berisi hasil evaluasi kondisi pasien serta
rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Sedangkan, rekomendasi berisi saran atau
rekomendasi yang diberikan oleh perawat.
Metode SBAR sangat membantu dalam mengurangi kesalahan komunikasi dan
meningkatkan keamanan pasien selama handover. Selain itu, metode ini juga mempermudah
perawat dalam mengidentifikasi masalah dan membuat keputusan yang tepat. Oleh karena
itu, penting bagi setiap perawat untuk menguasai metode SBAR dan menerapkannya dalam
praktik klinis sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana handover dengan metode SBAR?
2. Apa tugas Kepala Ruangan?
3. Apa tugas Ketua Tim?
4. Apa tugas Perawat Pelaksana

1
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui tentang handover dengan metode SBAR
2. Mengetahui tugas Kepala Ruangan
3. Mengetahui tugas Ketua Tim
4. Mengetahui tugas Perawat Pelaksana

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Handover
Handover dalam dunia kesehatan biasanya merujuk pada proses transfer informasi
antara tenaga medis atau profesional kesehatan yang berbeda mengenai kondisi pasien yang
sedang dirawat. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan keselamatan dan kelancaran
perawatan pasien selama di rumah sakit atau klinik (Rachmah, 2018).
Handover dapat dilakukan secara lisan atau tertulis, tergantung pada kebijakan rumah
sakit atau klinik. Tujuan utama dari handover adalah untuk memastikan bahwa semua
informasi yang diperlukan tentang pasien telah disampaikan dengan jelas dan lengkap kepada
tenaga medis atau profesional kesehatan yang baru bertanggung jawab atas perawatan pasien.
Informasi yang biasanya disampaikan dalam handover meliputi riwayat medis pasien,
diagnosis, pengobatan, tindakan medis yang telah dilakukan, kondisi saat ini, serta rencana
perawatan selanjutnya. Handover yang efektif dapat membantu mencegah kesalahan dalam
pengobatan dan memastikan pasien menerima perawatan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan mereka (Rachmah, 2018).
Selain itu, handover juga dapat membantu meningkatkan koordinasi antara tenaga
medis atau profesional kesehatan yang berbeda dan memfasilitasi aliran informasi yang
efektif di antara mereka (Rachmah, 2018). Hal ini dapat membantu mempercepat proses
perawatan pasien dan mencegah kelebihan kerja atau duplikasi tindakan medis yang tidak
perlu.
Handover juga merupakan waktu yang tepat untuk bertukar informasi antara tenaga
medis atau profesional kesehatan yang berbeda mengenai kekhawatiran atau pertanyaan yang
mungkin mereka miliki tentang pasien. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi masalah
atau risiko potensial dalam perawatan pasien dan memastikan bahwa perawatan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Selain itu, handover juga dapat membantu memperkuat hubungan antara tenaga medis
atau profesional kesehatan yang berbeda dengan pasien dan keluarganya. Dalam beberapa
kasus, pasien dan keluarganya dapat diminta untuk berpartisipasi dalam handover untuk
membantu memastikan bahwa semua informasi yang diperlukan tentang kondisi pasien telah
disampaikan dengan jelas dan lengkap (Rachmah, 2018).
Secara keseluruhan, handover merupakan proses yang sangat penting dalam dunia
kesehatan untuk memastikan keselamatan dan kelancaran perawatan pasien. Handover yang
3
efektif membutuhkan komunikasi yang jelas dan efektif antara semua pihak yang terlibat
dalam perawatan pasien dan dilakukan secara teratur selama pasien dirawat di rumah sakit
atau klinik.

B. Handover Dengan Metode SBAR


Handover adalah proses penting dalam dunia kesehatan yang melibatkan pengalihan
tanggung jawab pasien dari satu petugas kesehatan ke petugas kesehatan lainnya. Proses ini
penting untuk memastikan kontinuitas perawatan pasien yang aman dan efektif. Salah satu
metode yang digunakan dalam handover adalah SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation).
Metode ini digunakan untuk memudahkan komunikasi antara petugas kesehatan
dalam hal handover pasien. Komunikasi yang efektif sangat penting dalam handover pasien,
karena meminimalkan kesalahan dan memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang
tepat. Dengan menggunakan SBAR, petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang
jelas dan terstruktur kepada petugas kesehatan lainnya (Sudresti, 2017).
Dalam melakukan handover dengan metode SBAR, perawat perlu mengikuti beberapa
prinsip dasar agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif (Sudresti, 2017). Pertama,
perawat harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan berkaitan dengan situasi
pasien yang sedang dihadapi. Kedua, perawat harus menyampaikan informasi secara jelas
dan singkat agar mudah dipahami oleh perawat yang menerima handover. Ketiga, perawat
harus memperhatikan bahasa tubuh dan intonasi suara saat menyampaikan informasi agar
pesan dapat disampaikan dengan efektif.
Dalam konteks penerapan metode SBAR, perawat juga perlu mengedepankan aspek
keamanan pasien dengan mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi pada pasien dan
memberikan rekomendasi tindakan yang tepat (Sudresti, 2017). Selain itu, perawat juga harus
berkomunikasi dengan tim perawatan lainnya untuk memastikan bahwa rencana tindak lanjut
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.

C. Langkah-langkah Handover dengan Metode SBAR


Berikut adalah langkah-langkah handover menggunakan metode SBAR di kesehatan
(Rachmah, 2018):
a. Situation (S) - Situasi saat ini
Deskripsikan situasi pasien secara singkat dan jelas, seperti kondisi vital
pasien, perubahan status pasien, atau gejala baru yang muncul. Contoh: "Saat ini,
4
pasien yang saya rawat mengalami peningkatan suhu tubuh hingga 38,5°C dan
keluhan sakit kepala."
b. Background (B) - Latar belakang pasien
Jelaskan latar belakang medis pasien, termasuk kondisi medis sebelumnya,
pengobatan yang sedang berlangsung, riwayat alergi, atau hal-hal lain yang perlu
diketahui oleh petugas yang akan menerima pasien.
Contoh: "Pasien tersebut memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu
dan sedang menjalani pengobatan untuk tekanan darah tinggi."
c. Assessment (A) - Evaluasi terhadap kondisi pasien
Jelaskan hasil pemeriksaan atau evaluasi terhadap kondisi pasien, termasuk
temuan yang ditemukan dan tindakan yang telah dilakukan.
Contoh: "Saat ini, pasien mengalami nyeri di dada dan hasil elektrokardiogram
menunjukkan adanya tanda-tanda serangan jantung. Saya telah memberikan
nitrogliserin dan sedang memantau tanda-tanda vital pasien."
d. Recommendation (R) - Rekomendasi atau tindakan yang perlu dilakukan
Berikan rekomendasi atau tindakan yang perlu dilakukan oleh petugas atau tim
yang akan menerima pasien.
Contoh: "Saya merekomendasikan pasien segera dipindahkan ke unit
perawatan intensif untuk penanganan lebih lanjut dan dilakukan pengukuran enzim
jantung secara berkala."
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, handover menggunakan metode SBAR
akan membantu memastikan bahwa informasi yang relevan disampaikan dengan jelas dan
efektif sehingga pasien dapat menerima perawatan yang optimal dari petugas yang menerima
pasien.

D. Kelebihan dan Kekurangan Handover dengan Metode SBAR


a. kelebihan
Berikut adalah 5 kelebihan dari handover dengan metode SBAR dalam dunia
kesehatan (Pasaribu, 2020):
a) Memastikan transfer informasi yang jelas dan tepat: Metode SBAR membantu
petugas kesehatan untuk memberikan informasi yang jelas dan tepat mengenai
situasi pasien, riwayat medis, dan kondisi saat ini, sehingga memastikan transfer
informasi yang akurat dan meminimalkan kesalahan yang mungkin terjadi.

5
b) Mempercepat dan memudahkan proses handover: Metode SBAR membantu
petugas kesehatan untuk mengorganisasi informasi dengan mudah, sehingga
mempercepat dan memudahkan proses handover antara petugas kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap pasien yang sama.
c) Mengurangi risiko kesalahan: Metode SBAR membantu petugas kesehatan untuk
memperjelas informasi, sehingga meminimalkan kesalahan dan memastikan
bahwa pasien menerima perawatan yang tepat dan sesuai.
d) Meningkatkan koordinasi tim: Metode SBAR membantu petugas kesehatan untuk
berkomunikasi dengan jelas dan terstruktur, sehingga meningkatkan koordinasi
tim dan memastikan bahwa semua petugas kesehatan yang terlibat dalam
perawatan pasien memiliki pemahaman yang sama mengenai situasi pasien.
e) Meningkatkan transparansi: Metode SBAR dapat membantu memastikan bahwa
semua anggota tim perawatan memiliki pemahaman yang sama tentang situasi
pasien dan perawatan yang diperlukan. Hal ini dapat meningkatkan transparansi
dan memungkinkan lebih banyak anggota tim perawatan untuk berkontribusi pada
perawatan pasien dengan cara yang efektif.
b. kelemahan
Metode SBAR membantu untuk menghindari kesalahan dan memastikan
informasi yang tepat diterima oleh pihak yang berwenang. Namun, seperti halnya
metode komunikasi lainnya, SBAR juga memiliki beberapa kelemahan. Berikut
adalah lima kelemahan handover dengan metode SBAR dalam dunia kesehatan
(Rachmah, 2018):
a) Keterbatasan informasi: SBAR hanya mencakup informasi penting dan relevan
untuk situasi tertentu. Informasi yang dianggap tidak relevan dapat diabaikan,
sehingga dapat terjadi hilangnya informasi penting yang mungkin dapat
mempengaruhi perawatan pasien.
b) Kesalahan interpretasi: Terkadang informasi yang disampaikan dalam SBAR
dapat diinterpretasikan dengan cara yang salah. Hal ini dapat terjadi karena
penggunaan bahasa yang ambigu atau perbedaan interpretasi antara pengirim dan
penerima informasi.
c) Kurangnya kesempatan untuk bertanya: Dalam SBAR, waktu yang dialokasikan
untuk menyampaikan informasi terbatas. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya
kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan informasi tambahan yang
diperlukan.
6
d) Gangguan dalam komunikasi: Ada kemungkinan bahwa komunikasi dapat
terganggu atau terputus selama handover. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
eksternal seperti kebisingan atau ketidakhadiran salah satu pihak yang terlibat.
e) Kurangnya konteks: SBAR hanya mencakup informasi spesifik yang diperlukan
untuk situasi tertentu. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya konteks, terutama
jika situasi tersebut membutuhkan informasi yang lebih luas atau informasi
historis yang relevan.

E. Tugas Kepala Ruangan


Kepala ruangan di rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan
memimpin unit atau ruangan tertentu di rumah sakit. Tugas-tugas utama kepala ruangan di
antaranya adalah (Sigit, 2009):
a. Mengelola staf: Kepala ruangan bertanggung jawab atas pengelolaan staf di ruangan
tersebut, termasuk rekrutmen, pelatihan, pengembangan, dan penilaian kinerja.
b. Menjamin keamanan pasien: Kepala ruangan harus memastikan bahwa pasien di
ruangannya mendapat perawatan yang aman dan berkualitas tinggi. Hal ini meliputi
memastikan bahwa prosedur medis dilakukan dengan benar, memastikan bahwa staf
mengikuti prosedur keamanan dan higienis yang tepat, dan memantau lingkungan
ruangan untuk mencegah terjadinya risiko keselamatan.
c. Mengelola sumber daya: Kepala ruangan bertanggung jawab atas pengelolaan sumber
daya di ruangan tersebut, termasuk anggaran, peralatan medis, obat-obatan, dan stok
barang-barang medis lainnya.
d. Berkoordinasi dengan departemen lain: Kepala ruangan harus bekerja sama dengan
departemen lain di rumah sakit, seperti administrasi, pelayanan pasien, dan
keperawatan, untuk memastikan bahwa perawatan pasien dikelola secara terintegrasi
dan efektif.
e. Mengembangkan kebijakan dan prosedur: Kepala ruangan juga bertanggung jawab
untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
ruangan tersebut beroperasi secara efektif dan efisien, serta memenuhi standar
keselamatan dan kualitas yang ditetapkan.
f. Memimpin tim: Kepala ruangan bertanggung jawab untuk memimpin tim staf di
ruangan tersebut, termasuk mengarahkan tugas-tugas harian, memberikan umpan
balik, dan memastikan bahwa semua orang di tim bekerja bersama untuk mencapai
tujuan yang sama.
7
Dengan menjalankan tugas-tugas tersebut, kepala ruangan di rumah sakit dapat
memastikan bahwa pasien menerima perawatan berkualitas tinggi dan staf memiliki
lingkungan kerja yang aman dan efektif.

F. Tugas Ketua Tim


Sebagai ketua tim di tenaga kesehatan, tugasnya adalah memimpin dan
mengoordinasikan anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
kepada pasien. Berikut adalah beberapa tugas yang dapat dilakukan oleh seorang ketua tim di
tenaga kesehatan:
a. Mengatur dan mengarahkan aktivitas tim kesehatan agar berjalan dengan efektif dan
efisien.
b. Menentukan tugas dan tanggung jawab setiap anggota tim untuk memastikan
pekerjaan dilakukan dengan benar dan tepat waktu.
c. Memastikan bahwa tim kesehatan mematuhi prosedur dan standar operasional yang
telah ditetapkan untuk memastikan keselamatan dan keamanan pasien.
d. Menyusun jadwal kerja untuk anggota tim sehingga pelayanan kesehatan dapat terus
berjalan selama 24 jam.
e. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien, keluarga pasien, dan tenaga medis
lainnya agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan merespon
dengan cepat terhadap perubahan kondisi pasien.
f. Menjaga ketersediaan dan kualitas alat dan obat-obatan yang diperlukan untuk
pelayanan kesehatan.
g. Melakukan evaluasi berkala terhadap kinerja anggota tim dan melakukan perbaikan
atau perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
h. Menangani konflik atau masalah yang timbul di antara anggota tim dan memberikan
solusi terbaik untuk menjaga harmonisasi dan produktivitas tim.
i. Memastikan bahwa semua kegiatan tim kesehatan sesuai dengan standar etika dan
kode etik profesi kesehatan.
Dengan melakukan tugas-tugas di atas, seorang ketua tim di tenaga kesehatan dapat
membantu memastikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman untuk pasien dan
keluarga pasien, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja tim kesehatan secara
keseluruhan.

8
G. Tugas Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang tenaga kesehatan yang bertanggung jawab untuk
memberikan perawatan langsung kepada pasien di berbagai setting, seperti rumah sakit,
klinik, panti jompo, dan sebagainya. Tugas utama perawat pelaksana meliputi:
a. Menjaga kenyamanan dan keamanan pasien: Perawat pelaksana bertanggung jawab
untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pasien, termasuk memastikan bahwa
pasien mendapatkan perawatan yang tepat dan aman.
b. Melakukan tindakan keperawatan: Perawat pelaksana melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan standar profesi dan protokol yang ada, seperti
memberikan obat, memeriksa tekanan darah, memasang infus, mengganti balutan, dan
sebagainya.
c. Memantau kondisi pasien: Perawat pelaksana juga bertanggung jawab untuk
memantau kondisi pasien secara terus-menerus, seperti memeriksa suhu tubuh,
memantau denyut jantung, dan sebagainya. Jika ada perubahan yang signifikan dalam
kondisi pasien, perawat pelaksana harus segera memberitahu dokter atau perawat
yang bertanggung jawab.
d. Membantu dalam perencanaan perawatan: Perawat pelaksana juga membantu dalam
perencanaan perawatan pasien dengan bekerja sama dengan tim perawatan kesehatan
lainnya, seperti dokter, terapis, dan sebagainya.
e. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga: Perawat pelaksana memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi kesehatan pasien, pengobatan,
dan perawatan yang diperlukan setelah pasien pulang dari rumah sakit atau klinik.
f. Menjaga catatan medis pasien: Perawat pelaksana harus memastikan bahwa catatan
medis pasien terjaga dengan baik, termasuk menulis catatan perawatan yang
dilakukan, kondisi pasien, dan pengobatan yang diberikan.
Dalam menjalankan tugasnya, perawat pelaksana harus memahami prinsip-prinsip
etika keperawatan, seperti menjaga kerahasiaan pasien, memberikan perawatan yang adil dan
tidak diskriminatif, dan memperhatikan kebutuhan spiritual, sosial, dan psikologis pasien.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Handover dengan metode SBAR adalah salah satu cara untuk memberikan informasi
secara efektif dan sistematis dalam situasi transfer pasien atau tugas kepada orang lain di
lingkungan perawatan kesehatan. SBAR adalah singkatan dari Situasi, Background,
Assessment, dan Recommendation, yang merupakan kerangka acuan untuk memberikan
informasi yang jelas dan terstruktur.
Handover dengan metode SBAR sangat penting dalam lingkungan perawatan
kesehatan karena dapat membantu meningkatkan keselamatan pasien dan mengurangi
kesalahan komunikasi antara tim kesehatan. Dalam penggunaannya, metode SBAR harus
diikuti dengan baik oleh semua pihak yang terlibat dalam handover agar informasi yang
disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik. Dengan menggunakan metode SBAR,
tim kesehatan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas komunikasi, dan pada gilirannya
dapat meningkatkan hasil perawatan pasien.
Selain itu, handover dengan metode SBAR juga dapat membantu menghindari
kesalahan dalam memberikan perawatan pada pasien. Dalam situasi yang sering terjadi di
lingkungan perawatan kesehatan, seperti adanya perubahan shift, perpindahan pasien ke unit
yang berbeda, atau transfer pasien ke rumah sakit lain, handover dengan metode SBAR dapat
membantu memastikan bahwa informasi yang relevan tentang pasien dan perawatan yang
telah dilakukan dapat disampaikan dengan jelas dan terstruktur.
Dalam penggunaannya, metode SBAR memerlukan kemampuan komunikasi yang
baik dan keahlian dalam memberikan informasi yang relevan dan spesifik. Selain itu, tim
kesehatan juga perlu melatih diri dalam menggunakan metode SBAR secara konsisten dan
efektif. Dengan latihan yang tepat dan konsisten, penggunaan metode SBAR dapat menjadi
rutinitas dalam komunikasi antar tim kesehatan, sehingga dapat meningkatkan keselamatan
pasien secara keseluruhan.
Dalam kesimpulannya, handover dengan metode SBAR merupakan cara yang efektif
dan terstruktur dalam memberikan informasi yang penting dalam situasi transfer pasien atau
tugas di lingkungan perawatan kesehatan. Metode SBAR dapat membantu meningkatkan
efisiensi dan efektivitas komunikasi, mencegah kesalahan dalam memberikan perawatan, dan
pada akhirnya dapat meningkatkan keselamatan pasien secara keseluruhan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Pasaribu, Y. (2020). Handover Dengan Tehnik SBAR Dalam Meningkatkan Patient Safety.
Rachmah. (2018). OPTIMALISASI KESELAMATAN PASIEN MELALUI KOMUNIKASI
SBAR DALAM HANDOVER SBAR Communication and Patient Safety
Improvement in an Indonesia Hospital. Idea Nursing Journal, 9(1), 34-41.
Sigit, A. (2009). Pengaruh fungsi pengarahan kepala ruangan dan ketua tim terhadap
kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD Blambangan Bayuwangi. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Universitas Indonesia, 1-114.
Sudresti, N. M. (2017). Hubungan Penggunaan Komunikasi Sbar Dengan Kualitas
Pelaksanaan Bedside Handover. Community of Publishing in Nursing, 5(2), 73.

11

Anda mungkin juga menyukai