Anda di halaman 1dari 60

DATA-DATA HOME CARE 1

MERPATI PALU

KELOMPOK 6 DENGAN KASUS ASMA BRONCIAL

YANG DI SUSUN OLEH :

KATON ABDUL VARID

N21-016-015

NUR ANISYA B.BAHARU

N21-018-003

NUR AINUN FARKHIA

N21-018-017

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS KEDOKTERAN

PRODI D-III KEPERAWATAN

TAHUN

2019-2O2O
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................. ii
Daftar Isi.........................................................................................iii
Daftar pustaka......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................5
B. Rumusan Masalah............................................................................6
C. Tujuan Penulisan.............................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................9
A. Pengertian asma bronchial ...........................................10
B. Klasifikasi asma bronchial .......................................................................... 15
C.Etiologi asma broncial.............................................................................. 17
D.Anatomi fisiologi asma bronchial ....................................................................... 19
E. Patofisiologi asma bronchial...........................................................................25
F. Fisiologi asma bronchial...........................................................................27
G.Manifestasi klinik ...........................................................................30

BAB III PENUTUP................................................................................. 33


DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 34
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan

makalah yang berjudul “ASMA BRONCHIAL ” tepat pada

waktunya.Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari

sempurna,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun.Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

siapa saja yang membacanya.


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun
dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir,
dilaporkan bahwa prevalensi asma bronkial meningkat pada anak maupun dewasa.
Prevalensi total asma bronkial di dunia diperkirakan 7,2 % (6% pada dewasa dan
10% pada anak). Prevalensi tersebut sangat bervariasi pada tiap negara dan bahkan
perbedaan juga didapat antar daerah di dalam suatu negara. Prevalensi asma bronkial
di berbagai negara sulit dibandingkan, tidak jelas apakah perbedaan angka tersebut
timbul karena adanya perbedaan kritertia diagnosis atau karena benar-benar terdapat
perbedaan (IDAI, 2010). Sebenarnya asma bronkial bukan termasuk penyakit yang
mematikan , namun morbiditas dan mortalitas asma bronkial relatif meningkat tiap
tahunnya, menurut perkiraan WHO, sekitar 300 juta orang menderita asma bronkial
dan 255 ribu orang meninggal karena asma bronkial di dunia pada tahun 2005 dan
angka ini masih terus meningkat.

- Dilaporkan pada bahwa tahun 1994 sekitar 5500 pasien asma bronkial
meninggal di Amerika. Angka kematian pada setiap kelompok usia meningkat
pada tahun 1980-1995. Kematian akibat asma bronkial pada semua usia
meningkat 3,4% tiap tahun, sejak tahun 1980- 1998. Kematian mencapai 3,8
per 1 juta anak pada tahun 1996, menurun menjadi 3,1 per 1 juta anak pada
tahun 1997, dan meningkat kembali 3,5 per 1 juta anak pada tahun 1998.
Berdasarkan laporan NCHS pada tahun 2000, terdapat 4487 kematian akibat
penyakit asma bronkial atau 1,6 per 100.000 populasi (NCHS, 2003).
- Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh badan penelitian dan
pengembangan kesehatan dalam rangka mengetahui berbagai prevalensi
penyakit pada tahun 2007 mendapatkan bahwa prevalensi penyakit asma
bronkial di Indonesia adalah sebesar 3,32%. Prevalensi asma bronkial terbesar
adalah di provinsi sulawesi tengah yaitu sebesar 7,23%, dan terendah adalah
di provinsi NAD (Aceh) sebesar 0,09%. Sedangkan prevalensi asma bronkial
pada provinsi Lampung adalah 1,45%.Sidhartani pada tahun 1994 meneliti
632 anak usia 12-16 tahun di Semarang dan menemukan prevalensi asma
bronkial 6,2%.Penelitian multisenter di beberapa pusat pendidikan di
Indonesia mengenai prevalensi asma bronkial pada anak usia 13-14 tahun
(SLTP) menghasilkan angka prevalensi di Palembang 7,4%; di Jakarta 5,7%;
dandiBandung6,7%(Kartasasmita,1996).
- Laporan kasus penyakit tidak menular pada dinas kesehatan Jawa Tengah
khusus penderita asma bronkial bronkial dari beberapa rumah sakit di
kabupaten Kudus tahun 2005 sebanyak 6.315 penderita, tahun 2006 sebanyak
- 6.579 penderita,sedangkan pada tahun 2007 sampai pada bulan Maret
sebanyak 2.958. Laporan kasus asma bronkial bronkial pada anak rumah sakit
daerah Kudus tahun 2005 sebanyak 160 penderita asma bronkial bronkial,
sedangkan tahun 2006 sebanyak 118 anak, dan pada tahun 2007 sebanyak 89
penderita bronkial anak (Dinkes Jateng, 2007).
- Asma bronkial memberi dampak negatif bagi kehidupan pengidapnya, seperti
menyebabkan sering tidak masuk sekolah atau kerja dan membatasi kegiatan
olahraga serta aktifitas dari individu maupun seluruh keluarganya. Pada anak-
anak, biaya tidak langsung meningkat jika anak dirawat sehingga menggangu
pekerjaan keluarga. Menurut sumber, di Amerika tiap harinya 30.000 orang
kambuh, 40.000 orang tidak masuk kerja dan sekolah dan 5.000 orang masuk
Instalasi Gawat Darurat (IGD) akibat asma bronkial. Anak dengan asma
bronkial membutuhkan biaya kesehatan 2,8 kali lebih tinggi daripada anak
tanpa asma bronkial (CDC, 2010).
- Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyo pada pasien anak penderita asma
bronkial yang datang berobat ke klinik paru dokter spesialis paru di Semarang
menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara derajat penyakit asma
bronkial dengan skor kualitas hidup, semakin berat derajat penyakit asma

bronkial maka skor kualitas hidupnya semakin rendah. Dimana skor kualitas hidup
dinilai melalui keadaan fisik, emosi, sosial, dan hubungannya dengan penyakit asma
bronkial yang diderita melalui sebuah kuisioner yang ditanyakan kepada subyek
penelitian (Sulistyo, 2005).

- Berdasarkan penelitian sebelumnya, karakteristik asma bronkial pada anak


digambarkan melalui faktor-faktor risiko yang terdapat pada anak penderita
asma bronkial. Faktor risiko asma bronkial adalah berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya serangan asma bronkial, kejadian asma bronkial,
berat ringannya penyakit, serta kematian akibat penyakit asma
bronkial.Beberapa faktor tersebut sudah disepakati oleh para ahli, sedangkan
sebagian lain masih dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
jenis kelamin, usia, sosio-ekonomi, alergen, infeksi, atopi, lingkungan, dan
lain- lain (IDAI, 2010). Risiko berkembangnya asma bronkial merupakan
interaksi antara faktor pejamu (host faktor) dan faktor lingkungan. Faktor
pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk
berkembangnya asma bronkial, yaitu genetik, alergik (atopi),hipereaktivitas
bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu
dengan kecenderungan atau predisposisi asma bronkial untuk berkembang
menjadi asma bronkial, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau
menyebabkan gejala-gejala asma bronkial menetap.
Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja,
asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan(virus), diet, status sosio-ekonomi
dan besarnya keluarga. Interaksi faktor genetik dengan lingkungan dipikirkan
melalui kemungkinan bahwa baik faktor lingkungan maupun faktor genetik
masing-masing meningkatkan risiko penyakit asma bronkial, dan pajanan
lingkungan hanya meningkatkan risiko asma bronkial pada individu dengan
genetik asma bronkial (PDPI, 2003).
- Faktor-faktor yang mempengaruhi asma bronchial akan berbeda pada tiap
individu.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo pada tahun
2008 pada pasien asma bronkial di RS Daerah Kudus, didapatkan bahwa
faktor risiko yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial pada
anak adalah; jenis kelamin, kepemilikan binatang piaraan, perubahan cuaca,
riwayat penyakit keluarga, asap rokok. Sedangkan faktor risiko yang tidak
terbukti berpengaruh adalah perabot rumah tangga sumber alergen, jenis
makanan, dan debu rumah. Ketiga faktor tersebut berpengaruh akan tetapi
besar risiko yang diakibatkan lebih kecil, dan secara statistik tidak
bermakna.Terdapat hubungan antara kontak dengan kucing dengan risiko
mengidap asma bronkial pada anak. Anak yang memiliki riwayat kontak
dengan kucing memiliki empat kali lipat kemungkinan mengidap asma
bronkial dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki riwayat kontak
dengan kucing. Selain itu kontak dengan kecoa, penggunaan kasur kapuk,
perokok pasif, dan riwayat atopi juga merupakan faktor yang terbukti
berpengaruh secara signifikan (Made, 2009).

Penelitian di Australia menunjukan bahwa derajat beratnya penyakit asma bronkial


tidak banyak berubah dengan berjalannya waktu. Sebagai konsekuensi, anak dengan
asma bronkial berat saat usia sekolah akan mengalami asma bronkial berat saat
dewasa sampai berusia 35 tahun.Sebaliknya, anak dengan asma bronkial ringan akan
menunjukan gejala yang ringan pada masa dewasa.

Berdasarkan keadaan ini, bayi dan anak kecil yang mempunyai risiko mengalami
asma bronkial di kemudian hari harus diidentifikasi agar strategi intervensi dini
dapat ditentukan.

- Bandar Lampung adalah kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di


Propinsi Lampung dan masih terus bertambah, yaitu 743.109 jiwa pada tahun
2000 dan 841.370 jiwa pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah
populasi berdasarkan umur pada kelompok umur 0-4 tahun adalah 80714 jiwa,
5-9 tahun adalah 78731 jiwa, 10-14 80280 jiwa, dan 15-19 tahun sebanyak
83967 jiwa (BPS Lampung, 2011). Asma bronkial merupakan sepuluh besar
penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data
- studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 menunjukan asma
bronkial menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas)
bersama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma
bronkial, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian
- (mortalitas) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi
asma bronkial diseluruh Indonesia sebesar 13/1000 dibandingkan dengan
bronkitis kronik11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Secara keseluruhan
prevalensi asma bronkial di dunia meningkat. Kendati Indonesia dinyatakan
sebagai low prevalence country untuk asma bronkial, kenyataan sulit dibantah
bahwa asma bronkial ada di mana-mana. Sebagaimana yang tertera dalam
buku Ilmu Kesehatan Anak Nelson, disebutkan bahwa penyakit asma bronkial
merupakan penyakit kronik terbanyak pada anak.

Rumusan Masalah

Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang paling sering pada anak, dan
prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Kejadian asma bronkial dipengaruhi
oleh 2 faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.Asma bronkial yang tidak
ditangani dengan baik pada masa anak-anak akan menyebabkan penyakit asma
bronkial yang lebih berat pada masa dewasa dibandingkan dengan asma bronkial
yang ditangani dengan baik pada masa anak-anak. Sedangkan di Bandar Lampung
masih belum ada penelitian mengenai prevalensi, maupun faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian asma bronkial.Berdasarkan uraian di atas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimanakah perbedaan faktor risiko penyakit
asma bronkial pada pasien dengan asma bronkial dan pasien tanpa asma bronkial di
poli anak rawat jalan RS Anutapura Sulawesi tengah pada Oktober-Desember 2019

Tujuan Umum

- Untuk mengetahui perbedaan faktor risiko penyakit asma bronkial pada


pasien penderita asma bronkial dan pasien tanpa asma bronkial di poli anak
rawat jalan RS Anutapura pada bulan Oktober-Desember 2019
Tujuan Khusus

- Mengetahui gambaran kejadian asma bronkial pada pasien rawat jalan poli
anak di RS anutapura palu pada bulan Oktober–Desember 2019
- Mengetahui perbedaan faktor riwayat atopi pasien pada pasien dengan asma
bronkial dan pasien tanpa asma bronkial

- Mengetahui perbedaan faktor riwayat atopi keluarga pada pasien dengan asma
bronkial dan pasien tanpa asma bronkial

- Mengetahui perbedaan faktor kepemilikan binatang piaraan pada pasien


dengan asma bronkial dan pasien tanpa asma bronkial

- Mengetahui perbedaan faktor paparan asap rokok pada pasien dengan asma
bronkial dan pasien tanpa asma bronkial

- Mengetahui perbedaan faktor penggunaan kasur kapuk pada pasien dengan


asma bronkial dan pasien tanpa asma bronkial

- Mengetahui perbedaan faktor status ekonomi pada pasien penderita asma


bronkial dan pasien tanpa asma bronkial

- Mengetahui perbedaan faktor obesitas pada pasien dengan asma bronkial dan
pasien tanpa asma bronkial

- Mengetahui perbedaan faktor jenis kelamin pada pasien dengan asma bronkial
dan pasien tanpa asma bronkial
BAB ll
PEMBAHASAN

LAPORAN KASUS DENGAN PENYAKIT ASMA BRONCIAL

A. PENGERTIAN ASMA
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang
kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas
menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara.
Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih
sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30
tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari
dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005;
Bousquet, 2008)
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan nafas
pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Nelson (1996) dalam Purnomo (2008) mendefinisikan
asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik
sebagai berikut; timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari
(nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada
pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) (2006)
didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan,
khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan
mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.
Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi,
yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi ini
juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan.
Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang sangat peka
terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Akibat dari kepekaan yang
berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran nafas secara menyeluruh (Abidin, 2002).

B. KLASIFIKASI ASMA
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
a. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang berlebihan
dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan
saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau
setelah mendapat pengobatan
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional (Smeltzer, 2001). status
asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon terhadap dosis
umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika
bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan
labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi
sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di
bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal
pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
c. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)
a. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi penderita
terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
b. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari allergen.
Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk seperti klembaban,
suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.
3. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma berdasarkan beratnya
penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
1) Asma Intermiten (asma jarang)
§ gejala kurang dari seminggu
§ serangan singkat
§ gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
§ FEV 1 atau PEV > 80%
§ PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%
2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)
§ gejala lebih dari sekali seminggu
§ serangan mengganggu aktivitas dan tidur
§ gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
§ FEV 1 atau PEV > 80%
§ PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%
3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
§ gejala setiap hari
§ serangan mengganggu aktivitas dan tidur
§ gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
§ FEV 1 tau PEV 60% – 80%
§ PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4) Asma severe persistent (asma persisten berat)
§ gejala setiap hari
§ serangan terus menerus
§ gejala pada malam hari setiap hari
§ terjadi pembatasan aktivitas fisik
§ FEV 1 atau PEF = 60%
§ PEF atau FEV variabilitas > 30%
4. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan
asma yaitu: (GINA, 2006)
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa berbaring,
tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi,
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih suka
duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada
saat inspirasi,
c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara
kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop,
d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan
timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang penderita
asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat
mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas
yang dapat menyebabkan kematian

C. ETIOLOGI ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang
menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma
sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: (Smeltzer &
Bare, 2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal
seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi
traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-
alergik
2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :
a. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan
(bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap menyebabkan
gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika,
berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran
pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi
peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca,
suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga
yang berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus hiperresponsivitas
(respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang
umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma
adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut),
inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat
melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2006).
3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka,
secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang
mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor,
kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen utama
yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E
pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan
degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon
alergen berupa asma.
2) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai
Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya:
jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya
bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan
pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi
ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme
mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.
4) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya,
karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip
pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.
6) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.

D. ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ASMA


1. ANATOMI

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA


Gambar 1. Anatomi sistem pernapasan
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
Gambar 2. Anatomi keadaan normal dan Asma Bronkhial

Organ Pernapasan
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan,
terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan rongga
mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang
laring dan ke belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam
trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan
yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada
waktu kita menelan makanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20
cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah
dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang
dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-
paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari
9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung
bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung
hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke
dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo
dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri,
terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan
yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada
lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus
ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan
terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi
menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga
dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru
dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada
sewaktu ada gerakan bernapas.

2. FISIOLOGI ASMA
Proses terjadi pernapasan

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA


Gambar 3 Proses pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk
kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan
melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler
vena pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta
kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel- sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran).
Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena
masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra)
dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan
menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa
metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus
urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang
menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup
laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas
epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat
serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring.
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan
napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan
terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks
bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla
oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya,
ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat
peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila
muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian
mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang
dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik,
yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari
luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dan dengan demikian rongga
dada menjadi kecil
kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada
orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan
pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek
dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak
ditemukan pada laki-laki.

3. PATOFISIOLOGI ASMA
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot
polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel
radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan.
Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan
bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan
kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan
degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan
konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme
asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas
kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan
terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun
letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme,
pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

Gambar 4. Patofisiologi asma

Pathway Asma
Pathway Asma
E. MANIFESTASI KLINIS ASMA
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah
dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-
satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan khusus
baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar
faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi
dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah
sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi
paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan
dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan
sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara
lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa serangan asma
yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada
dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan
nafas ke kondisi normal

F. KOMPLIKASI ASMA
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang lebih berat,
yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).

Asma

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA


1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
§ Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
§ Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
§ Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
§ Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat
meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
§ Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2 maupun
penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
§ Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
§ Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
§ Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun
pada waktu penderita bebas dari serangan.
§ Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma, gambaran ini
menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga
interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang
terjadi adalah:
§ Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
§ Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
§ Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
§ Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya dan bila
lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
§ Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC selalu
menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan
disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
§ Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah jarum jam
§ Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
§ Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya relatif ST
depresi.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA


Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan
klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya,
serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan
yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan
drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama
dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta
agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg
empatkali sehari.
c) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat
kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang
mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul
empat kali sehari.
e) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan
secara oral.
f) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5
mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
DAFTAR PUSTAKA

- Arif Mansjoer, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media


Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-
2006, Prima Medika
- Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward :
terjemahan, EGC Jakarta, 1996
Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification
(NIC), Mosby-Year Book, 1996
- Judith M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis
Handbook with NIC Intervention and NOC Outcomes, Upper
Saddle River, New Jersey, 2005
Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan,
EGC, 1998
- Marion Johnson, Nursing Outcomes Classification (NOC),
Mosby-Year Book, 2000
Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak,
RSUD Wates, 2001
MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
(THE INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD

SURAT TANDA REGISTER PERAWAT


REGISTRATION CERTIFICATE OF NURSE

NOMOR REGISTRAS :26 O1 72 1 13-0715400


REGISTRATION NUMBER

NAMA : KATON ABDUL VARID

TEMPAT / TANGGAL LAHIR : PALU ,13 MEI 1998


PLACE / DATE OF BIRTH

JENIS KELAMIN :LAKI-LAKI


SEX MALE

NOMOR IJAZAH :0054/Sp-FIK/2/2012


CERTIFICATE NUMBER

TANGGAL LULUS :14 Juli 2012


DATE OF GRADUATION

PERGURUAN TINGGI :Univeritas Tadulako


UNIVERSITY

KOMPETENSI :Ners
COMPETENCE Nurse Bachelor

NOMOR SERTIFIKAT KOMPETENSI :0054/Sp-FIK/2/2012


COMPETENCE SERTIFICATION NUMBER

STR BERLAKU SAMPAI :04 April 2022


VALID UNTIL

Palu, 21 November 2018

a.n. Menteri Kesehatan


KETUA MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
CHAIRMAN OF INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD

dr. H. ABDUL RIVAL, M.Kes

MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA


(THE INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD
SURAT TANDA REGISTER PERAWAT
REGISTRATION CERTIFICATE OF NURSE

NOMOR REGISTRAS :26 O1 72 1 13-0715400


REGISTRATION NUMBER

NAMA : NUR AINUN FARAKHIA

TEMPAT / TANGGAL LAHIR : TOLI-TOLI ,18 MEI 2001


PLACE / DATE OF BIRTH

JENIS KELAMIN :PEREMPUAN


SEX FEMALE

NOMOR IJAZAH :0054/Sp-FIK/2/2012


CERTIFICATE NUMBER

TANGGAL LULUS :14 Juli 2012


DATE OF GRADUATION

PERGURUAN TINGGI :Univeritas Tadulako


UNIVERSITY

KOMPETENSI :Ners
COMPETENCE Nurse Bachelor

NOMOR SERTIFIKAT KOMPETENSI :0054/Sp-FIK/2/2012


COMPETENCE SERTIFICATION NUMBER

STR BERLAKU SAMPAI :04 April 2022


VALID UNTIL

Palu, 21 November 2018

a.n. Menteri Kesehatan


KETUA MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
CHAIRMAN OF INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD

dr. H. ABDUL RIVAL, M.Kes

MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA


(THE INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD

SURAT TANDA REGISTER PERAWAT


REGISTRATION CERTIFICATE OF NURSE
NOMOR REGISTRAS :26 O1 72 1 13-0715400
REGISTRATION NUMBER

NAMA : NUR ANISYA B.BAHARU

TEMPAT / TANGGAL LAHIR : PALU ,14 DESEMBER 1999


PLACE / DATE OF BIRTH

JENIS KELAMIN :PEREMPUAN


SEX FEMALE

NOMOR IJAZAH :0054/Sp-FIK/2/2012


CERTIFICATE NUMBER

TANGGAL LULUS :14 Juli 2012


DATE OF GRADUATION

PERGURUAN TINGGI :Univeritas Tadulako


UNIVERSITY

KOMPETENSI :Ners
COMPETENCE Nurse Bachelor

NOMOR SERTIFIKAT KOMPETENSI :0054/Sp-FIK/2/2012


COMPETENCE SERTIFICATION NUMBER

STR BERLAKU SAMPAI :04 April 2022


VALID UNTIL

Palu, 21 November 2018

a.n. Menteri Kesehatan


KETUA MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
CHAIRMAN OF INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD

dr. H. ABDUL RIVAL, M.Kes


PEMERINTAH KOTA PALU

DINAS KESEHATAN
Jl. Balai Kota Selatan No. 01. Telp. (0451) 423334 – fax (0451) 428787 SMS Center : 08114501142

SURAT IZIN PRAKTIK PERAWAT (SIPP)


NOMOR: 59/16.21/DPMPTSP/1/2018
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang penyelanggaraan pelayanan terpadu satu pintu, peraturan
Menteri Kesehatan Nomor. HK.02.02/Menkes/146/1/2010 tentang izin dan penyenggaraan praktik
perawat dan peraturan Walikota Palu No. 4 Tahun 2012 tentang Izin Praktik Tenaga Kesehatan dan
Sarana Kesehatan. Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Palu Memberikan Izin Praktik Perawat Kepada :

KATON ABDUL VARID


Tempat/tgl. Lahir : PALU 13 MEI 1998
Alamat : BULU MASOMBA
Nomor STR : 26 01 5 2119-3062389

Untuk melakukan praktek Perawat di RUMAH SAKIT TK. IV. 13.07.01 WIRABUANA, JL. ANOA NO. 1 PALU.
Jangka waktu berlakunya Surat Izin Praktek Perawat (SIPP) ini di tetapkan selama 5 (lima) tahun (sesuai
dengan masa berlakunya STR).

Ditetapkan di : PALU
Pada tanggal : 01 juni 2018

An. WALI KOTA PALU


KEPALA DINAS KESEHATAN

AJENKRIS, SE, MM
PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19651017 198503 1 004

Tembusan:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
2. Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Palu
PEMERINTAH KOTA PALU

DINAS KESEHATAN
Jl. Balai Kota Selatan No. 01. Telp. (0451) 423334 – fax (0451) 428787 SMS Center : 08114501142

SURAT IZIN PRAKTIK PERAWAT (SIPP)


NOMOR: 59/16.21/DPMPTSP/1/2018
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang penyelanggaraan pelayanan terpadu satu pintu, peraturan
Menteri Kesehatan Nomor. HK.02.02/Menkes/146/1/2010 tentang izin dan penyenggaraan praktik
perawat dan peraturan Walikota Palu No. 4 Tahun 2012 tentang Izin Praktik Tenaga Kesehatan dan
Sarana Kesehatan. Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Palu Memberikan Izin Praktik Perawat Kepada :
NUR ANISYA B.BAHARU

Tempat/tgl. Lahir : PALU 14 DESEMBER 1999


Alamat : BULU MASOMBA
Nomor STR : 26 01 5 2119-3062389

Untuk melakukan praktek Perawat di RUMAH SAKIT TK. IV. 13.07.01 WIRABUANA, JL. ANOA NO. 1 PALU.
Jangka waktu berlakunya Surat Izin Praktek Perawat (SIPP) ini di tetapkan selama 5 (lima) tahun (sesuai
dengan masa berlakunya STR).

Ditetapkan di : PALU
Pada tanggal : 01 juni 2018

An. WALI KOTA PALU


KEPALA DINAS KESEHATAN

AJENKRIS, SE, MM
PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19651017 198503 1 004

Tembusan:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
2. Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Palu
PEMERINTAH KOTA PALU

DINAS KESEHATAN
Jl. Balai Kota Selatan No. 01. Telp. (0451) 423334 – fax (0451) 428787 SMS Center : 08114501142

SURAT IZIN PRAKTIK PERAWAT (SIPP)


NOMOR: 59/16.21/DPMPTSP/1/2018
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang penyelanggaraan pelayanan terpadu satu pintu, peraturan
Menteri Kesehatan Nomor. HK.02.02/Menkes/146/1/2010 tentang izin dan penyenggaraan praktik
perawat dan peraturan Walikota Palu No. 4 Tahun 2012 tentang Izin Praktik Tenaga Kesehatan dan
Sarana Kesehatan. Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Palu Memberikan Izin Praktik Perawat Kepada :

NUR AINUN FARKHIA

Tempat/tgl. Lahir : TOLI-TOLI 18 MEI 2001


Alamat : BULU MASOMBA
Nomor STR : 26 01 5 2119-3062389

Untuk melakukan praktek Perawat di RUMAH SAKIT TK. IV. 13.07.01 WIRABUANA, JL. ANOA NO. 1 PALU.
Jangka waktu berlakunya Surat Izin Praktek Perawat (SIPP) ini di tetapkan selama 5 (lima) tahun (sesuai
dengan masa berlakunya STR).

Ditetapkan di : PALU
Pada tanggal : 01 juni 2018

An. WALI KOTA PALU


KEPALA DINAS KESEHATAN

AJENKRIS, SE, MM
PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19651017 198503 1 004

Tembusan:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
2. Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Palu
STRUKTUR ORGANISASI
HOME CARE NURSING MERPATI

KETUA

NUR ANISYA B.BAHARU

WAKIL SEKRETARIS

NUR AINUN FARKHIA KATON ABDUL VARID

PELAKSANA
NUR AINUN FARKHIA NUR ANISYA
N B.BAHARU

KATON ABDUL VARID


FORMAT PENGKAJIAN HOME CARE NURSING MERPATI

I. ASAL RUJUKAN PASIEN

 Praktik Dokter....  Puskesmas….  Lain – lain….

 RS....  Datang Sendiri….

II. BIO DATA

a. Nama Pasien :

b. Umur :

c. Pekerjaan :

d. Pendidikan :

e. Alamat :

f. Tgl Masuk :

g. Tgl Keluar :

h. Kunjungan ke :

i. Tipe :

III. TANDA – TANDA VITAL

 BP :
 Berbaring :

 Duduk :

 Berdiri :

 HR : RR : T: TD :
IV. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status mental

 Tingkat kesadaran :

 Allert  Apatis  Somnolent  Sopor  Koma

 Orientasi :

 Waktu  Tempat  Orang

 Disorientasi :

 Compused :

 Daya Ingat :

 Past memory :

 Recent memory :

 Ancietas :

b. Integument

 Warna :

 Hangat / kering :

 Diaphoresis :

 Joundice :

 Gatal – gatal :

 Luka memar :

 Lika / insisi :
 Lesi pada mukosa oral :

 KRT :

 Penampilan secara umum :

 Bersi  Kotor

c. Muskuloskeletal

 Kelemahan /paralise :

 Mengunakan alat bantu :

 Keseimbangan :

 Kuat  Lemah

 Penurunan rom :

d. Neurologi

 Pusing :

 Sakitkepal :

 Kekuatan otot exteremitas:

 Kanan…..  Kiri…..

 reaksi pupil : ……………………

 reflex : …………………….

 fisiologi : …………………….

 patologi : …………………….
e. Cardiopulmonal

 Arritmia :

 Chest pain :

 Istirahat  aktivitas

 Distensi vena jugularis :

 Crepitasi :

 Rales / ronchi :

 Wheezing :

 Batuk :

 Sputum :

 O2 : ……………………..L/m

 Oedema : ……………….

f. Gastro intestinal
 Nafsu makan : ………………………

 Intake cairan : ……………….gelas/hari ( …………. cc)

 Status nutrisi :  Baik  Buruk

 Mual/muntah : ………………………………………….
 Nyerih/muntah : ………………………………………….

 Flatus : ………………………………………….

 Disentri abdomen : ………………………………………….

 Ostomy :
 Stoma Keadaan kulit :
….
 Diare : ………………………………………….

 Konstipasi : ………………………………………..

 Bising usus : ………………………………….........

 Enteral nutrisi : …………………………………………

 NGT

 Oral

Jenis makanan : ……………………..

Jumlah : ……………………..

Frekuansi : ……………………..

g. Genitor urinaria

 Dysuria / hematurisia : …………………

 Frekuansi : …………………

 Resensi urine :

 Inkontinensia urine :

 Karakteristik urine :

 Menggunakan kateter :
 Warna : ………………

 Bau : ………………

 Jumlah : ………………

 Pengeluaran pada vagina / penis : …………………….

h. THT

 Dyspagia :

 Kehilangan pendengaran :

 Kiri  kanan

 Drainase : ……………….

 Kemerahan :

 Lain - lain :

V. NYERI

 Lokasi :

 Tingkat nyeri ( skala 1 – 10 ) :

 Sebelum makan obat

 Sesuda makan obat


VI. STATUS KESEHATAN DIRUMAH

 Hanya ditempat tidur

 Bantuan dengan kuursi roda

 Ketidak stabilan kardiovaskuler

 Perurunan pengliatan

 status mental

 penurunan kekuatan otot

 Drainase

 Nyerih berat

 Kerusakan mobilitas

 Lain – lain : ……………….

VII. PENATALAKSANAAN KOLABORATIF DAN KEPERAWATAN SETIAP


KUNJUNGAN

 Pemeriksaan laboratorium :

 Perawatan luka :

 Pemberian terapi medik :

 Pengontrolan nyeri :

 Intruksi pemberian diit :

 Pemberian rasa aman & nyaman :

 Pemantauwan penyakit terminal :


 Kontrak untuk kunjungan berikutnya :

PALU, ………………………2018

( ……………………………………………)
LEMBAR CATATAN VISITE KEPERAWATAN HOME CARE

NURSING MERPATI

Nama :

Diagnosis medis :

Perkembangan Paraf
Hari/jam/tangal Perencanaan
pasien

S:

O:

A:

P:
LEMBAR KOLABORASI / KONSULTASI MEDIS HOME CARE NURSING
MERPATI

Nama pasien :

Diagnosis medis :

Hari / tgl / jam Perjalanan penyakit Perencanaan & ESO

S: P:

O: ESO :

A:
LEMBAR KONSULTASI

HOME CARE NURSING MERPATI


Nama :

Diagnosis medis :

Hari / tangal Konsultasi keterangan


Format kwitansi
NO DIAGNOSA NIC NOC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas Setelahdilakukan 1. Buka jalan nafas,
tindakan keperawatan guanakan teknik chin lift
tidak efektif
selama 3 x 24 jam, pasien atau jaw thrust bila perlu
berhubungan dengan mampu : Respiratory
tachipnea, peningkatan status : Ventilation 2. Posisikan pasien untuk
produksi muku Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
kekentalansekresi dan Airway patency Identifikasi
Aspiration Control,
bronchospasme. Dengan kriteria hasil : 3. pasien perlunya
Mendemonstrasika n pemasangan alat jalan
batuk efektif dan suara nafas buatan Pasang
nafas yang bersih, mayo bila perlu
tidak ada sianosis
dan dyspneu(mampu 4. Lakukan fisioterapi dada
mengeluarkan jika perlu
sputum,mampu bernafas
dengan mudah, 5. Keluarkan sekret dengan
tidak ada pursed batuk atau suction
lips) Auskultasi suara nafas,
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak 6. catat adanya suara
merasa tercekik,irama tambahan
nafas,frekuensi
pernafasan dalam rentang 7. Lakukan suction pada
normal, tidak ada mayo Berikan
suara nafas abnormal) bronkodilator bila
Mampu perlu
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang 8. Berikan pelembab udara
dapat menghambat Kassa basah NaCl
jalan nafas Lembab

9. Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan
keseimbangan.

10. Monitor respirasi


dan status O2.

NIC :
1. Buka jalan nafas,
gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila
perlu
2.
Gangguan pertukaran 2. Posisikan pasien untuk
gas memaksimalkan
Berhubungan dengan Setelahdilakukan ventilasi
perubahan membrane tindakan
kapiler alveolar 3. Identifikasipasien
keperawatan
selama 3 x 24 jam, perlunya pemasangan
pasien mampu :
alat jalan nafas buatan
Respiratory
Status : Gas 4. Pasang mayo bila perlu
exchange Lakukan
Respiratory
Status : ventilation 5. fisioterapi dada jika
Vital Sign Status perlu Keluarkan sekret
Dengan kriteria dengan batuk atau
Hasil : suction
Mendemonstrasikan
Peningkatan,ventilasidan 6. Auskultasi suara nafas,
Oksigenasi,yang 7. catat adanya suara
Adekuat Memelihara tambahan
Kebersihan paru-paru dan
bebas dari tanda-tanda 8. Lakukan suction pada
distress pernafasan mayom Berikan
Mendemonstrasikan bronkodilator bial
batuk efektif dan suara
perlu
nafas yang bersih,tidak
ada 9. Berikan pelembab
Sianosis dan dyspnea udara Atur intake
(mampu mengeluarkan untuk cairan
sputum,mampu bernafas
dengan mudah,tidak ada
pursed lips) Tanda-tanda 10. mengoptimalkan
vital dalam rentang
keseimbangan Monitor
normal.
respirasi dan status O2

 Monitor rata – rata,


kedalaman, irama dan
usaha respirasi

 Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,

 penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal

 Monitor suara
nafas,seperti dengkur

 Monitor pola nafas :


bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheynestokes, biot

 Catat lokasi trakea

 Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
Auskultasi suara
nafas,

 catat area penurunan /


tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan

 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama

 Auskultasi suara paru


setelah
tindakan,untuk
mengetahui
Hasilnya.

Setelah dilakukan
Intoleransi aktivitas tindakan, Keperawatan
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, pasien NIC :
3. batuk persisten dan mampu Energy  Activity Therapy
ketidakseimbangan Conservation Self Care : Kolaborasikan
antara suplai oksigen ADLs Dengan Kriteria dengan Tenaga
dengan kebutuhan Hasil : Rehabilitasi Medik
tubuh. Berpartisipasi dalam dalam merencanakan
aktivitas fisik tanpa program terapi yang
disertai peningkatan tepat.
tekanan darah,
nadi dan RR Mampu  Bantu klien untuk
melakukan aktivitas mengidentifikasiAkti
sehari hari (ADLs) secara vitas yang mampu
mandiri dilakukan

 Bantu untuk
Memilih aktivitas
Konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social

 Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan

 Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai

 Bantu klien untuk


membuat jadwal
latihan diwaktu luang

 Bantu
pasien/keluarga
Untuk mengidentifikasi
Kekurangan dalam
beraktivitas

 Sediakan penguatan
Positif bagi yang aktif
beraktivitas

 Bantu pasien untuk


mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan Monitor
respon fisik,emoi,social
dan spiritual.
Nama pasien. : Ny.A

Diagnosa medis : Asma bronkhial

Perawat pelaksana :- Nur ANISYA b. Baharu

- Nur Ainun farkhia

-Katon abd varid

“Kamis,12 maret 2020 klien ny ‘’ A ‘’ menghubungi home care merpati palu “

Keluarga klien : selamat pagi ibu, apakah benar ini perawat home care merpati.?

Perawat anisa : iya ibu,benar disini home care merpati palu, ada yang bisa sy bantu.?

Keluarga klien : begini bu,, bisa ibu kerumah sy untuk melihat kondisi ibu sy sakit

Perawat anisa : oh iya, sebelumnya ibu ini atas nama siapa,dan bisa kirimkan alamat ibu?

Keluarga : atas nama fitri, jln kenangan

Perawat anisa : oh iya ibu nanti saya hubungi lagi ya Bu.

Keluarga :iya,makasih bu

Perawat anisa : oh iya bu.

“Perawat pelaksana pergi mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan,,,

Setelah perawat mempersiapkan alat dan bahan perawat pelaksana menghubungi keluarga klien dan
langsung menuju kerumah klien

(terdengar suara telfon)”

Perawat ainun : halo ibu kami sudah berada di jalan kenangan,rumah ibu cat warna apa,??

Keluarga : oh,oh iya ibu sy akan segera keluar rumah,.

Perawat ainun : ibu yang berdiri didepan rumah cat warna hijau

Keluarga : iya ibu..

“Beberapa saat kemudian perawat pelaksana telah sampai kerumah klien.”

Perawat ainun : assalamualaikum selamat pagi ibu, apakah benar ini dengan ibu fitri yang
menelfon tadi ??

Keluarga : waalakumussalam, iya sy ibu fitri ,silahkan masuk.

Perawat ainun : sebelum melakukan tindakan kita akan mengisi identitas klien ya ibu

Keluarga : oh iya ibu.


“Beberapa menit kemudian setelah selesai mengisi identitas klien,keluarga membawa perawat kekamar
klien”

Perawat anisa : permisi ibu sy kesini untuk melakukan pemeriksaan,apakah ibu bersedia?

Pasien : iya bu sy bersedia

Perawat anisa : permisi ibu sy ukur tekanan darahnya ibu dulu ya,,(perawat melakukan TTV)

Hasil =TD R: S: N:

Perawat 1 anisa : iya ibu ,sy telah selesai melakukan pemeriksaan kepada ibu,menurut pemeriksaan
yang sy lakukan, ibu perlu dilakukan perawatan yang intensif dengan berbagai tindakan,

Pasien : iya bu

Perawat ainun : jika ibu setuju dengan dilakukan perawatan tindakan oleh home care merpati, ibu bisa
mengisi dan menandatangani formulir persetujuan ini dan ibu bisa melihat daftar pelayanan yang di
berikan di home care kami dengan harga yang sudah ditentukan.

Keluarga : biar nanti sy yang mengisinya ( mengambil dan mengisis infomenconsen lalu keluarga
memberikan infomenconsen dan memberikan daftar harga pelayanan)

Perawat ainun : oh iya ibu terimah kasih sudah menandatangani persetujuan ini , Besok perawat dari
home care kami akan datang kembali untuk melakukan tindakan perawatan intensif pada ibu. Kami pamit
ya ibu..

Keluarga : oh iya ibu terimah kasih

“ keesokan harinya tepatnya pukul 06:30 wib tiba tiba keluarga klien menelpon dan mengatakan bahwa
klien mengalami sesak “

Perawat anisa : iya ibu ada yang bisa sy bantu ,,?

Keluarga : sy ibu fitri yang kemarin menelfon keluarga bu anis begini ibu sy tiba tiba sesak
nafas bisa ibu sekarang datang kerumah sy??

Perawat anisa : oh iya ibu kami akan segera menyiapkan alat dan akan segera datang kerumah ibu.

“Beberapa menit kemudian perawat kembali klien untuk melakukan tindakan keperawatn bedasarkan
diagnosa keperawatan klien”

Perawat ainun : assalamualikum ,,

Keluarga : waalaikumsalam mari silahkan masuk pak ,ibu,,

Perawat ainun : ibu ini teman sy perawat pk katon dia yang akan memberikan tindakan kepada orang tua
ibu

“menuju kekamar klien”

Perawat katon : permisi ibu sy akan pasangkan O2 kepada ibu dan


tindakan................................................................................................

“perawat ,mengajarkan

Perawat katon : ade nnti liat liat tabung airnya kalau habis tambahkan dengan air aQuah sja terus kalau
ibunya mau lepas selangnya, lepas sja dek nanti ibunya rasa rasa sesak baru pasangkan lagi.
Keluarga : oh iya, terimah kasih pak.

“ setelah perawat mengajarkan kepada keluarga klien pemasangan tabung O2, kemudian perawat
memonitor keadaan klien”

Perawat katon : ibu sy telah melakukan tindakan- tindakan pada ibu berdasarkan hasil pemeriksaan dan
tindakan tindakan , ibu telah memiliki perkembangan yang baik. Ibu nanti dihirup ini ( inheler )
dihirup ya kalau ibu rasa sesak

Klien : iya pak

Perawat katon : ade nanti jangan lupa perhatikan ibunya ya, kalau begitu kami permisi dulu besok
saya akan kembali lagi assalamualaikum.

Keluarga : waalaikmussalam terimahkasih pak,ibu...

“ keesokan harinya perawat kembali untuk melakukan mengevaluasi keadaan klien””

Perawat anisa : assalamuaailakum

Keluarga : waalaikumussalam, mari silakan masuk ibu.

(sampai dikamar klien)

Peraawat anisa : bagaimana perasaannya ibu, apakah sudah membaik??

Klien : alhamdulillah sudah jauh lebih baik bu.

Perawat ainun : kemarin teman sy telah mengajarkan cara menghirup inheler ??

Pasien : iya ibu, alhamdulillah sekarang jauh lebih baik

Perawat anisa : syukurlah jika ibu sudah membaik

Perawat ainun : , jadi bu kami besok akan kembali untuk mengurus administrasi selama
dilakukan perawatn ya ibu, permisi kami pamit....

“ keesokan harinya perawat pergi kerumah klien “

Perawat anisa : assalamualaikum,,,

keluarga : waalaikumussalam,mari ,bu silahkan masuk

perawat ainun : bagaimana kabarnya orang tuanya ibu,

keluarga : alhamdulillah baik bu, ibu sekarang sedang menonton

perawat ainun : lagi nonton ya,,(perawat tersenyum)

perawat anisa : jadi begini ibu kami kesini untuk memberikan rincian pembayaran dari semua tindakan
yang kami berikan kepada orang tua ibu.(sambil memperlihatkan daftar harga pembayaran
pelayanan)

keluarga : jadi totalnya berapa semua bu??

Perawat anisa : dari tindakan yang kami lakukan disini total semuanya Rp. 1.500.000

Keluarga : oh iya bu, ini uangnya (memberikan uang kepada perawat)


Perawat anisa : terimahkasih ibu ( sambil menghitung uang )

Perawat ainun : ibu terimah kasih sudah memberikan kepercayaan kepada home care kami untuk
merawat orang tua ibu,jika ada keluarga ibu yang sakit kami siap untuk memberikan pelayanan yanng
terbaik..

Keluarga : terimakasih kembali ibu sudah merawat orang tua sy.

Perawat ainun : kalau begitu kami permisi pamit dulun ibu

Perawat anis : salam sama orang tuanya

Keluarga : iya ibuu,,terimahkasih banyak

Perawat ainun dan anisa : (tersenyum dengan bahagia menerima uang dari klien)
HIHIHIHI......HEHEHEHE...

Anda mungkin juga menyukai