LITERATUR RIVIEW
OLEH:
ARINA ASMARA PUTRI
1490121095
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................1
BAB I............................................................................................................................2
PENDAHULUAN........................................................................................................2
A. Latar Belakang...................................................................................................2
B. RumusanMasalah...............................................................................................5
C. TujuanPenelitian................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................6
1. Manfaat Teoristis...........................................................................................6
2. Manfaat Praktis..............................................................................................6
BAB II..........................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................8
A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)..........................................................8
1. Defenisi ISPA................................................................................................8
2. Klasifikasi ISPA.............................................................................................8
3. Etiologi ISPA.................................................................................................9
4. Faktor Mempengaruhi....................................................................................9
5. Manifestasi Klinis........................................................................................11
6. Patofisiologi.................................................................................................12
7. Komplikasi ISPA.........................................................................................12
8. Pencegahan ISPA.........................................................................................12
9. Penatalaksanaan ISPA..................................................................................13
B. Balita................................................................................................................14
C. Faktor Lingkungan Dalam Rumah..................................................................14
1. Berat Badan Lahir (BBL).............................................................................14
2. ASI Eksklusif...............................................................................................15
3. Status Imunisasi...........................................................................................15
ii
4. Ventilasi Rumah...........................................................................................16
5. Asap Rokok..................................................................................................17
D. Konsep Kerangka.............................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pernafasan akut tertinggi terjadi pada tiga bulan di awal tahun 2020 yaitu pada
bulan
2
3
januari (21,94%), Februari (21,26%), dan Maret (28,28%) (Dian 2020). ISPA
menyumbang 16 % dari seluruh jumlah kematian anak dibawah umur 5 tahun di
dunia sebesar 920.136 balita meninggal atau lebih 2.500 balita per hari (Suryananda,
2019). Terutama di Negara berpendapatan rendah dan menengah (WHO, 2020).
Wilayah Asia Tenggara seperti Indonesia merupakan Negara dengan jumlah
kematian akibat ISPA tertinggi yaitu sebesar 25.000 jiwa selama tahun 2015,
kemudian di ikuti oleh Filipina, Myanmar, Vietnam, Laos, dan Kamboja.
ISPA di pengaruhi atau ditimbulkan oleh 3 hal yaitu adanya kuman/ bakteri,
keadaan daya tubuh, keadaan lingkungan, dan kualitas udara. Penyakit infeksi
saluran pernapasan akut dapat disebabkan oleh bakteri, yaitu: Escherichia coli,
streptococcus pneumonia, chlamidya trachomatis, chlamidya pneumonia,
mycoplasma pneumonia, dan beberapa bakteri lain. ISPA juga dapat disebabkan oleh
virus, yaitu: miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, virus influenza,
rhinovirus, respiratorik, syncytial virus, dan beberapa virus lain. Faktor lain yang
berpengaruh terhadap faktor resiko penyakit ISPA yaitu keadaan lingkungan.
Lingkungan yang di maksud adalah pencemaran udara baik di dalam ruangan
maupun di luar ruangan serta sanitasi rumah. Pencemaran udara baik di dalam
ruangan maupun di luar ruangan serta sanitasi rumah. Pencemaran udara dalam
rumah seperti asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan
konsentrasi yang tinggi, kelembaban rumah, suhu rumah, asap rokok, ventilasi rumah
dan kepadatan hunian. Sanitasi rumah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
seperti suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat dapat
menjadi lingkungan yang nyaman bagi perkembangbiakan ISPA.
Profil kesehatan Jawa Barat dari laporan P2, ISPA Kabupaten Ciamis tahun
2019 terdapat data balita ISPA pneumonia dengan 3 daerah penderita terbesar yaitu
Cipaku sebanyak 350 jiwa, kemudian Rancah 324 jiwa dan Banjarsari 294 jiwa.
(Dinkes Ciamis, 2019). Terciptanya kesejahteraan rakyat dan pembangunan
masyarakat di antaranya yaitu untuk menurunkan angka kematian pada anak yang
memerangi penyakit menular serta mematikan kelestarian lingkungan hidup pada
target dari MDGs tahun 2015. Oleh karena itu adalah tantangan utama pada
pembangunan oleh seluruh dunia, juga termasuk Indonesia dimana kondisi penyakit
menular masih belum terkendali dengan optimal yang termasuk penyakit infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) (Aulia, 2015). Dengan demikian penulis mengambil
tema artikel literatur review tentang “Pengaruh Kondisi Lingkungan Terhadap
Kejadian Ispa Di Wilayah Kerja Puskesmas”. Metode yang akan digunakan dalam
penulisan artikel literatur review ini adalah dengan penelusuran beberapa artikel yang
bersumber dari electronic data base. Penulis mengambil sumbel artikel yang
5
memenuhi kriteria inklusi dan menjawab pertanyaan penelitian. Data yang diperoleh
kemudian disusun secara sistematis, ditelaah, dibandingkan yang meliputi sampel,
metode penelitian, dan hasil penelitian.
B. RumusanMasalah
Salah satu alasan yang melatar belakangi penulis mengambil tema artikel
Literatur Review ini adalah banyak masyarakat terutama keluarga inti yang tidak
memperhatikan tentang kesadaran pengaruh kondisi lingkungan terhadap kejadian
ispa pada balita, akibatnya sampai saat ini masih banyak balita yang mengalami
ISPA. Sehingga peneliti tertarik melihat bagaimana kajian Literatur Review
“Pengaruh Kondisi Lingkungan Terhadap Kejadian ISPA Pada Belita di Wilayah
Kerja Puskesmas?”
C. TujuanPenelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoristis
Hasil penelitian ini menjadi sebuah bahan kajian untuk pembelajaran dalam
bidang keilmuan keperawatan terkait yaitu, keperawatan anak, keperawatan
komunitas. Sehingga bisa juga menjadi dasar untuk melakukan penelitian lanjutan
untuk antisipasi pengaruh lingkungan terhadap kejadian ISPA di wilayah kerja
puskesmas.
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang
pengaruh kondisi lingkungan terhadap kejadain ISPA pada balita, serta
memberikan informasi tentang gejala ISPA. Sehingga masyarakat khususnya
orang tua dapat mengantisipasi bahkan mencegah datangnya penyakit ISPA
dan mewujudkan kondisi lingkungan rumah yang baik.
7
d. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini bisa menambah pengetahuan wawasan dan
pengalaman secara langsung yang dapat digunakan untuk praktek di lapangan
nantinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi ISPA
2. Klasifikasi ISPA
8
9
2. ISPA sedang apabila timbul gejala-gejala sesak napas, suhu tubuh lebih dari 39⁰C
dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok.
3. ISPA berat apabila kesadaran menurun, nadi cepat atau teraba, nafsu makan
menurun.
3. Etiologi ISPA
4. Faktor Mempengaruhi
a. Umur
Bayi umur dibawah 3 bulan mempunyai angka infeksi yang rendah,
karena fungsi pelindung dari antibodi keibuan. Infeksi meningkat pada umur 3-6
bulan, pada waktu ini antara hilangnya antibodi keibuan dan produksi antibodi
bayi itu sendiri. Sisa infeksi dari virus berkelanjutan pada waktu balita dan
10
b. Ukuran
Ukuran anatomi mempengaruhi respon infeksi sistem pernapasan.
Diameter saluran pernapasan terlalu kecil pada anak-anak akan menjadi sasaran
radang selaput lendir dan peningkatan produksi sekresi. Disamping itu, jarak
antara struktur dalam sistem yang pendek pada anak-anak, walaupun organisme
bergerak dengan cepat kebawah sistem pernapasan yang mencakup secara luas.
Pembuluh Eustachius relatif pendek dan terbuka pada anak kecil dan anak muda
yang membuat patogen mudah untuk masuk ke telinga bagian tengah.
c. Daya Tahan
Kemampuan untuk menahan organisme penyerang dipengaruhi banyak
faktor. Kekurangan sistem kekebalan pada anak beresiko terinfeksi. Kondisi lain
yang mengurangi daya tahan adalah malnutrisi, anemia, kelelahan, dan tubuh
yang menakutkan. Kondisi yang melemahkan pertahanan pada sistem
pernapasan dan cenderung yang menginfeksi melibatkan alergi (seperti alergi
rhinitis), asma, kelainan jantung yang disebabkan tersumbatnya paru-paru dan,
cystic fibrosis. Variasi Musim Banyaknya patogen pada sistem pernapasan yang
11
muncul dalam wabah selama bulan musim semi dan dingin, tetapi infeksi
mycoplasma sering muncul pada musim gugur dan awal musim semi. Infeksi
yang berkaitan dengan asma (seperti asma bronchitis) frekuensi banyak muncul
selama cuaca dingin.
5. Manifestasi Klinis
Pada umumnya penyakit ISPA ditandai dengan keluhan dan gejala yang
ringan, namun seiring berjalannya waktu, keluhan dan gejala yang ringan tersebut
dapat menjadi berat kalau tidak diatasi. Oleh sebab itu, jika anak sudah menunjukkan
gejala sakit ISPA, maka harus segera diatasi agar tidak menyebabkan gagal napas
bahkan kematian. Gejala yang ringan biasanya diawali dengan demam, batuk, hidung
tersumbat, dan sakit tenggorokan.
Menurut Rasmaliah (2004) dalam Marni (2012), tanda bahaya dapat dilihat
berdasarkan tanda-tanda klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium. Secara klinis
pada pemeriksaan respirasi akan terdapat tanda dan gejala seperti berikut :takipnea,
napas tidak teratur (apnea), retraksi dinding thoraks, napas cuping hidung, sianosis,
suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. Sedangkan pada
sistem kardiovaskuler akan menunjukkan gejala takikardi, bradikardi, hipertensi,
hipotensi, dan cardiac arrest. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium adalah jika
ditemukan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis metabolik maupun asidosis
respiratorik.
12
6. Patofisiologi
7. Komplikasi ISPA
8. Pencegahan ISPA
9. Penatalaksanaan ISPA
B. Balita
Usia balita dapat di kelompokan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia
bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan pra sekolah (> 3 - 5
tahun). (WHO, 2014).
Sedangkan menurut (Kenenkes RI, 2018). Balita merupakan seorang anak
yang mempunyai usia diatas satu tahun atau yeng lebih dikenal dengan sebutan usia
bawah lima tahun.
Terdapat banyak faktor yang mendasari penyakit ISPA pada balita. Hal ini
berhubungan dengan penjamu (host), agen penyakit (agent) dan lingkungan
(environment). Adapun beberapa faktor dibawah ini sebagai berikut :
Bayi baru lahir yang berat lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500
gram. Berat badan lahir memiliki peran penting terhadap kematian akibat ISPA.
Berat badan saat lahir bayi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan mikro dan
lingkungan makroadalah segala sesuatu yang berada di sekitar janin, terdiri dari otot
rahim, plasenta, cairan ketuban, kelahiran kembar, dan lain-lain. Lingkungan makro
mempunyai peranan terhadap berat badan bayi yang terdiri dari usia ibu saat
melahirkan, jumlah kehamilan yang dialami ibu, status terminasi kehamilan, gizi ibu,
penyakit ibu seperti perilaku merokok (Selamat, 2010).
15
Menurut Depkes (2010), imunisasi dasar lengkap yang harus dimiliki oleh bayi yaitu:
a) Vaksin Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B atau kerusakan hati.
b) Vaksin BCG untuk mencegah penyakit TBC/Tuberkulosis
16
c) Vaksin polio untuk mencegah penyakit polio atau lumpuh layu pada tungkai kaki
dan lengan tangan.
d) Vaksin DPT untuk mencegah penyakit difteri atau penyumbatan jalan napas,
batuk rejan atau batuk 100 hari serta tetanus.
e) Vaksin campak untuk mencegah penyakit campak yaitu radang paru, radang otak
dan kebutaan. Vaksin dimasukkan kedalam tubuh manusia melalui suntikan dan
oral atau mulut yang disebut imunisasi. Depkes (2010) mengeluarkan jadwal
imunisasi dasar yaitu :
1) Usia 0 bulan : Hepatitis B
2) Usia 1 bulan : BCG, Polio 1
3) Usia 2 bulan : DPT/HB 1, Polio 2
4) Usia 3 bulan : DPT/HB 2, Polio 3
5) Usia 4 bulan : DPT/HB 3, Polio 4
6) Usia 9 bulan : Campak
4. Ventilasi Rumah
minimal 10% dari luas lantairumah yang mempunyai ventilasi yang tidak berfungsi
dengan baik akan menghasilkan 3 akibat yaitu kekurangan oksigen, bertambahnya
konsentrasi karbondioksida, dan adanya bahan organik beracun yang mengendap
dalam rumah. Ventilasi rumah yang kurang baik akan lebih memungkinkan
timbulnya ISPA pada bayi dan balita karena mereka lebih lama berada di dalam
rumah sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi. (Iksan, 2018).
5. Asap Rokok
D. Konsep Kerangka
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu
variabel Independen dan variabel Dependen serperti berikut :
Ringan
Berat