Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : RISMA NURUL LATIFAH
NO : 13
KELAS : XII MM 2

SMK MUHAMMADIYAH SEMIN


TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik serta hidayah Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Tidak lupa pula sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang
terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk umatnya yang akan
mendapatkan syafaatnya besok di hari kiamat. Amin.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Aklhak. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat kita semua, terutama bagi kami. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Apabila ada kekeliruan kata atau
kalimat, kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa komponen utama agama islam adalah akidah,
syariah dan akhlak. kategorisasi ini didasarkan pada penjelasan Nabi ketika melakukan
dialog dengan malaikat Jibril berkenaan dengan pengertian iman, Islam dan Ihsan.
Kata yang terakhir kerapkali disejajarkan dengan term akhlak. Terminologi ihsan
diambil dari kata ahsana, yuhsinu, ihsanan yang berarti berbuat baik.
Ketika kita merujuk pada kalamullah maka banyak kita temukan perkataan
ihsan yang berarti berbuat kebajikan atau kebaikan seperti dalam surat An-Nahl ayat
90 “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.”
Ayat kebajikan lain juga dapat kita lihat dalam surat Arrahman ayat 60 “Tidak
ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. Tentunya kebaikan atau kebajikan
inilah yang memiliki hubungan yang erat dengan peristilahan akhlak. Perkataan akhlak
sendiri memiliki persesuaian dengan kata “kholik” dan “mahluk” atau pencipta dengan
yang dicipta.
Dari sinilah asal ilmu akhlak dirumuskan, yang memungkinkan terjadinya
hubungan baik antara khalik dengan mahkluk serta antara makhluk dengan makhluk
lainnya. Dalam bahasa yang lebih islami kita dapat mengatakan bahwa akhlak adalah
sikap kepribadian manusia terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lainnya,
sesuai dengan petunjuk dan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ini berarti akhlak
merujuk pada seluruh tindak tanduk manusia dalam segala aspek baik yang bersifat
ubudiyah ataupun muamalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ahklak?
2. Maksud dari akhlak terhadap lingkungan

C. Tujuan
Makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas matakuliah budi pekerti juga
bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian Akhlak
2. Implementasi Akhlak dalam Kehidupan
3. Akhlak terhadap lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian akhlak
Akhlak menurut bahasa berasal dari bahasa Arab ‫ اخالق‬jamak dari kata ‫ُخ ُلَق‬
yang berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sementara menurut Wikipedia akhlak
secara terminologi diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatuperbuatan yang baik.
Sementara Ibnu Maskawaih memaknai akhlak sebagai suatu sikap mental
(halun lin nafs) yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan
pertimbangan. Berkaitan dengan akhlak ini, Ibnu Maskawaih membaginya dalam dua
hal yakni yang berasal dari watak (temperamen) dan ada yang berasal dari kebiasaan
dan latihan.
Hal yang tidak jauh berbeda juga diberikan oleh Imam Ghazali dalam
mengartikan akhlak. Menurutnya, akhlak adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar
dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa
perlu kepada pemikiran dan pertimbangan.
Ghazali menyebutkan bahwa jika sikap mental tersebut lahir perbuatan yang
baik dan terpuji maka ia disebut sebagai akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya
perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut dengan akhlak yang tercela.
Dalam banyak hal akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi
pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula
dengan arti kata ethic (etika). Dimana-mana setiap kesempatan dan situasional orang
berbicara tentang etika. Memang etika ini menarik untuk dibicarakan, akan tetapi sulit
untuk dipraktekkan. Etika adalah sistem dari prinsip-prinsip moral tentang baik dan
buruk. Baik dan buruk terhadap tindakan dan atau perilaku. Ethics dapat berupa sikap
yang berasal dari dalam diri sendiri (hati nurani) yang timbul bukan karena
keterpaksaan, akan tetapi didasarkan pada ethos dan esprit, jiwa dan semangat. Ethics
dapat juga berupa etiket, yaitu berasal dari luar diri (menyenangkan orang lain), timbul
karena rasa keterpaksaan didasarkan pada norma, kaidah dan ketentuan. Etika dapat
juga berarti tata susila (kesusilaan) dan tata sopan santun (kesopanan) dalam pergaulan
hidup sehari-hari baik dalam keluarga, masyarakat, pemerintahan, berbangsa dan
bernegara.

B. Akhlak terhadap Lingkungan


Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada
dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya
dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.
Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah
sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak
memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini
berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang
berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian
mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan,
bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri."
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh
Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-
Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya
adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata
dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya -
seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan
secara aniaya."
Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat petunjuk
Al-Quran yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap manusia dan
binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang, kecuali kalau
terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-
tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan terbesar.
Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh,
berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah ... (QS Al-Hasyr [59]:
5). Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran
bahwa apa pun yang berada di dalam genggaman tangannya, tidak lain kecuali amanat
yang harus dipertanggungjawabkan. "Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi,
setiap angin sepoi yang berhembus di udara, dan setiap tetes hujan yang tercurah dari
langit akan dimintakan pertanggungjawaban manusia menyangkut pemeliharaan dan
pemanfatannya", demikian kandungan penjelasan Nabi saw tentang firman-Nya dalam
Al-Quran surat At-Takatsur (102): 8 yang berbunyi, "Kamu sekalian pasti akan
diminta untuk mempertanggungjawabkan nikmat (yang kamu peroleh)." Dengan
demikian bukan saja dituntut agar tidak alpa dan angkuh terhadap sumber daya yang
dimilikinya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya
dikehendaki oleh Pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.
Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya,
kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan (QS Al-Ahqaf [46]:
3). Pernyataan Tuhan ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan
kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga
harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap
sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Memang, istilah
penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari pandangan
mitos Yunani.
Yang menundukkan alam menurut Al-Quran adalah Allah. Manusia tidak
sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan
Tuhan kepadanya. Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami,
sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]:
13).
Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan
alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat. Al-
Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad saw yang
membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat
itu, Nabi Muhammad saw bahkan memberi nama semua yang menjadi milik
pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa. "Nama" memberikan kesan
adanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk
bersahabat dengan pemilik nama.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi. Semua yang ada di bumi termasuk alam
semesta diciptakan untuk manusia. Seharusnya kita menyadari bahwa Allah manciptakan
flora & fauna untuk kemanfaatan manusia, seperti halnya, dengan mengambil manfaat dari
buah-buahan. Karena itu kita harus menjaga dan melestarikannya. Jangan sampai kita
membuat kerusakan terhadap flora & fauna.
Oleh karena itu marilah kita berakhlak baik kepada lingkungan yaitu dengan menjaga,
merawat dan melestarikannya sehingga akan terwujud kehidupan yang aman damai sejahtera
dan hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika di dalam masyarakat baik berbangsa maupun
bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Ambo Asse, M.Ag. 2003. Al-Akhlak al-Karimah Dar al-Hikmah wa al-
Ulum.Makassar: Berkah Utami.
Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia.

Anda mungkin juga menyukai