Suhrawardi al-Maqtul
Rizkyatul mufidah
Ikhwan Ash-Shafa
A. Biografi ikhwan Ash-Shafa
Identitas kelompok ini tidak jelas karena mereka bersama para anggotamerahasiakan diri dan
aktivitas mereka. Menurut informasi As-Sijistani (w.391H/1000M), para pemuka mereka adalah Abu
Sulaiman Al-Busti (terkenal dengangelar (Al-Muqaddas), Abu Al-Hasan Az-Zanjani, Abu Ahmad An-
Nahrajusri (AliasAl-Mihrajani), Abu Al-Hasan Al-Aufi, Dan Zaid Bin Rita’ah, kalangan syi’ahterutama
kalangan Syi’ah Ismailiyah mengkalim bahwa Ikhwan Ash-Shafa adalahkelompok dari kalangan
mereka. Kendati identitas mereka tidak jelas, risalahensiklopedis yang mereka hasilkan itu, menurut
Abu Hayyan At-Tauhidi(w.414/1023) dan dan data internal dalam risalah mereka, dapat di
simpulkan berasaldari masa antara tahun 347 H/958 M atau dari perempat ketiga abad ke-4 H,
pusatkegiatan mereka di kota Basrah, tetapi di Bagdad juga terdapat cabang dari kelompok
rahasia itu.
Kota Basrah merupakan tempat asal Ikhwan. Sumber-sumber Arabmenyebutkan nama masing-
masing secara berlainan dan barangkali ini merupakantidakan kerahasiaan yang behasil mereka
upayakan pada masa itu sehingga hanyasedikit sekali yang kita ketahui tentang kehidupan
mereka pada zaman kita sekarang.Laksana perkemahan kekasih yang telah ditinggalkan dalam
@reallygreatsite
syair Arab kuno, jejak- jejak perjalanan kehidupan mereka meredup dan tinggal bayang-bayang,
(Netton[1982]:1).
Ikhwan Ash-Shafa
Pengetahuan syaraiat adalah pengetahuan nubuwwah yang di sampaikan oleh para nabi, sedangkan
pengetahuan adab/sastra dan pengetahuan filsafat merupakanhasil upaya jiwa manusia. Bagi mereka,
pengetahuan yang paling mulia adalah pengetahuan syyariat/nubuwwah, yakni pengetahuan yang di
peroleh para nabimelalui wahyu, sedangkan yang paling mulia sesudahnya adalah pengetahuan
filsafat,yakni pengetahuan yang di peroleh tidak melalui wahyu, tetapi melalui pemikiran akal yang
mendalam. Aktifias filsafatdikatakan sebagai upaya menyerupai Tuhan, karena Tuhan tidaklah
mengatakankecuali yang benar, dan tidak melakukan, kecuali kebaikan. Dalam penilain mereka,syariat
telah dikotori oleh kebodohan dan kesesatan manusia dalam memahaminya.Dan menurut mereka, tidak
ada jalan untuk membersihkannya, kecuali @reallygreatsite
dengan filsafatkarena filsafat mengandung hikmah dan
kemaslahatan
a. Filsafat Alam
Sebagaimana Al-Farabi, Ikhwan Ash-Shafa’ juga menganut paham penciptaanalam oleh Tuhan melalui cara
emanasi. Namun, paham emanasi mereka berbedadengan paham emanasi Al-Farabi. Menurut paham emanasi
mereka, Tuhanmemancarkan akal universal atau akal aktif. Akal universal memancarkan jiwa universal. Jiwa
universal lalu memancarkan materi pertama, yaitu bentuk dan jiwa dandari materi pertama, muncul tabiat-
tabiat yang menyatu dengan jiwa. Jiwa universaldengan bantuan akal universal menggerakan materi pertama
sehingga mengambil bentuk yang meiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi. Dengan demikian, terwujudtubuh
yang mutlak itu, tersusun alam falak/langit dan unsur yang empat(tanah,air,api,udara). Karena pengaruh langit
berputar, terjadi percampuran unsur yang empat sehingga muncul mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
manusia
Seperti halnya Al-Kindi, Ar-Razi, dan Al-Farabi, Ikhwan Ash-Shafa’ memandang manusia terdiri dari dua unsur,
yaitu jiwa, yang bersifat imateri, dantubuh yang merupakan campuran dari tanah, air,udara, dan api. Dalam salah
satutulisan mereka, dikatakan bahwa masuknya jiwa kedalam tubuh merupakan hukumankepada jiwa yang telah
melakukan pelanggaran (melanggar larangan Tuhan,sepertidalam kisah Adam a.s dan pasangannya, Hawa).
Karena pelanggaran itu, jiwa diusir dari syurga, yakni alam rohani dan harus turun ke bumi, masuk ke dalam
tubuh.Dengan hukuman itu, jiwa yang semulanya memiliki pengetahuan yang banyak secaraaktual, setelah
memasuki tubuh, menjadi lupa sama sekali dengan pengetahuannya dan jadilah pengetahuan itu terdapat dalam
jiwa secara potensial saja. Dengan bantuantubuh dan pancaindra tubuh sebagai alat jiwa, secara berangsur-
angsur jiwa manusiadapat memiliki kembali pengetahuan secara aktual.
Lepas dari masalah sebab keberadaan jiwa dalam tubuh manusia, jiwamanusia, menurut ikhwan ash-shafa, karena
berada didalam tubuh, awalnya tidak mengetahui apa-apa, tetapi memiliki kemampuan untuk menerima
pengetahuan secara berangsur-angsur. Manusia haruslah dididik sedemikian rupa dengan ajaran-ajaranyang
diwahyukan dan pengajaran filsafat sehingga mengaktual pada jiwanya pandangan keyakinan dan pengetahuan
yang benar, baik tentang realitas maupuntentang apa yang seharusnya dibiasakan manusia. Dengan pendidikan
yang benar, jiwa manusia menjadi suci, tidak bergelimang dosa karena memperturutkan hawanafsu
Suhrawardi Al-Maqtul
A. Biografi Suhrawardi Al-Maqtul
Suhrawardi al-Maqtul yang memiliki namaasli Abu Futuh Yahya bin Habasy bin ‘Amirak al-Suhrawardi al-Kurdi, lahir
diSuhrawardi sebuah desa dekat kota zinjan di Iran selatan dan meninggal di Aleppo pada tahun 1197 M. Ia dijuluki al-
Maqtul (yang terbunuh) karena dibunuh atassuruhan al-Malik al-Zahir (raja Aleppo) dengan tuduhan ajarannya telah
menyimpang jauh dengan ajaran agama Islam Suhrawardi memiliki riwayat pendidikan kepada beberapa guru dan
beberapatempat yakni Majd al-Din al-Jili seorang pengajar filsafat dan Teologi di Maragha,lalu melanjutkan kepada
Fakhr al-Din al-Mardini sebagai seorang teolog, filsuf dansufi. Lalu dilanjut pendidikan kepada Zahir al-Farsi tentang
mendekati Tuhan dengan pengamatan. Dan kepada Umar bin Sahla al-Sawli tentang Logika.
Sampai pada perjalanannya Suhrawardi berangkat menuju Aleppo untuk mengamalkan keilmuannya disana, sebagai
seorang sufi dan filsfuf Suhrawardi sudahdipastikan memiliki pemikiran yang sangat jauh dari pemikiran formal seperti
yangdilakukan oleh para fuqaha. Maka karena itulah banyak para fuqaha menganggap bahwa pemikiran suhrawardi
melenceng dan jauh dari syari’at Islam sampai padaakhirnya para fuqaha menuntut al-Malik al-Zahir untuk
menghukum mati Suhrawardikarena pemikirannya.
Atas dasar itulah akhirnya al-Malik al-Zahir memberikan hukuman matikepada Suhrawardi ketika usia sang pemikir
masih 38 tahun. Setelah kejadian itu suharwardi diberi gelar al-Maqtul karena terbunuh oleh pemikirannya sendiri.
Kisahhidupnya mungkin hampir mirip dengan al-Halaj namun, kiranya mungkin ini gariskehidupan sang pemikir
Iluminasi.
B. Karya-karya Suhrawardi Al-Maqtul
Meskipun meninggal di usia yang masih terbilang cukup muda ternyatasuhrawardi sudah memiliki cukup banyak karya yang
menghiasi khazanah keilmuanislam di bidang filsafat dan Sufi, dengan pemikiran yang cemerlang dan keilmuanyang banyak
tidak heran apabila karyanya memang sangat beragam.Diantara karyanya ialah :
1. At-Talwihat (Pemberitahuan)
2. Al-Muqawwamat (Yang Tepat).
3. Al-Masyari wa Al-Mutharahat (Jalan Dan Pengayoman).
4. Hikmah al-Isyraq (Filsafat Pencerahan)Empat kitab ini membahas pemikiran Suhrawardi tentang filsafat Iluminasiyang
menjadi ciri khas dirinya.
5. Al-Lamhat
6. Hayakil Nur (Rumah Suci Cahaya)
7. Risalah fi Isyraq (Ketiga kitab ini membahas tentang perjalanan berfilsafatnya dia sampaimemiliki konsepsi-konsepsi
pemikiran yang sangat luas.
8. Al-Aql al-Ahmar (akal Merah).
9.Al-Gharb al-Gharbiyah
10. Yaumun ma’a jama’at as-sufiyyin (Sehari Dengan Para Sufi).Ini merupakan kitab-kitab sufi yang ditulis dalam bahasa Persia
11. Risalah Al-Thair (Risalah Burung)
12. Risalah al-Ishq (Risalah Cinta).Kedua kitab ini merupakan karya Ibnu Sina yang diterjemahkan kedalam bahasa Persia oleh
Suhrawardi
13. Al-Wiradat al-Taqdisat
Pemikiran suhrawardi dimulai dengan jenis cahaya. Ada cahaya dalam realitasdirinya dan
untuk dirinya sendiri (nur bi nafsihi li nafsihi) dan cahaya dalam dirinyasendiri tetapi untuk
sesuatu yang lain (nur fi nafsihi wa huwa li gairihi) . Bentuk cahaya pertama merupakan
cahaya asli, paling murni, tidak tercampur dengankegelapan sedikit pun, dan tidak inheren di
dalam sesuatu apapun yang lain. Cahaya jenis ini merupakan bentuk cahaya yang paling
mandiri. Sementara, cahaya yangkedua adalah bentuk cahaya yang bersifat aksidental dan
terkandung di dalam sesuatuyang lain. Cahaya ini sudah tercampur dengan unsur kegelapan.
Setelah itu keduacahaya itu dipisahkan oleh suatu pembatas yang di namakan barzakh
Selanjutnya ialah konsep pemikiran Suhrawardi secara lebih mendalam itudijelaskan dalam mekanisme
keteraturan cahaya dalam hierarki-hierarki, yaknisebagai berikut:
Cahaya-cahaya murni dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu cahaya-cahayadominator (-anwar al-
qahirah) dan cahaya-cahaya pengatur (al-anwar al-mudabbirah) . Cahaya-cahaya dominator dibagi ke
dalam dua jenis, yaitu: Cahaya-cahaya dominator vertikal (al-anwar al-qahirah at-tuliyyah), yang
menghasilkanhierarki-hierarki cahaya tegak lurus yang dinamakan tabaqah at-tul ,Cahaya-
cahayadominator horizontal (al-anwar al-qahirah al-ardiyyah), yang menghasilkan hierarki-hierarki
cahaya horizontal yang disebut
thabaqah al-ard.