Anda di halaman 1dari 20

JENIS-JENIS AKHLAK

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

ALIF SYAWALLANDI SALMA HAANIYAH BARIIROH


PRASETYA AJI NUGRAHA SYADZA AFIFAH NURI
RAISHA ADINDA DEANY WILDAH ARYANI SIREGAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA


ANALISIS KIMIA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK AKADEMI KIMIA ANALIS BOGOR
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
ISI........................................................................................................................... 1
A. JENIS AKHLAK.......................................................................................... 1
1. Akhlak mulia atau terpuji (al-akhlakul mahmudah atau karimah)........... 1
2. Akhlak buruk atau tercela (al-akhlakul mazmumah)...............................1
B. AKHLAK MAHMUDAH PARA NABI DAN RASUL.................................... 2
1. Teladan Akhlak dari Nabi Nuh A.S......................................................... 2
2. Teladan Akhlak dari Nabi Ibrahim A.S.................................................... 3
3. Teladan Akhlak dari Nabi Musa A.S....................................................... 4
4. Teladan Akhlak dari Nabi Isa A.S........................................................... 4
5. Teladan Akhlak dari Nabi Muhammad SAW........................................... 5
C. AKHLAK MAHMUDAH TERHADAP ALLAH............................................. 6
1. Taubat.....................................................................................................6
2. Syukur.................................................................................................... 6
3. Ikhlas...................................................................................................... 7
4. Sabar...................................................................................................... 7
5. Tawakal...................................................................................................7
6. Zuhud..................................................................................................... 7
7. Wara’...................................................................................................... 7
D. AKHLAK MAHMUDAH TERHADAP MANUSIA........................................ 8
1. Sabar (shabr)..........................................................................................8
2. Keadilan (adil).........................................................................................8
3. Kesetiaan (wafa).....................................................................................8
4. Kedermawanan (sadaqah)..................................................................... 8
5. Kesopanan (adab).................................................................................. 8
6. Pengampunan (afwu)............................................................................. 8
7. Keramahan (husn al-khuluq).................................................................. 8
8. Ikhlas (ikhlas)..........................................................................................8
E. AKHLAK MADZMUMAH TERHADAP ALLAH.......................................... 9
1. Syirik.......................................................................................................9
2. Takabur (Sombong).............................................................................. 10
3. ‘Ujub......................................................................................................11
4. Munafik................................................................................................. 11
5. Iri dan Dengki....................................................................................... 12
6. Cinta dunia........................................................................................... 12
F. AKHLAK MADZMUMAH TERHADAP MANUSIA.................................... 13
REFERENSI.........................................................................................................16

ii
ISI

A. JENIS AKHLAK

Akhlak sangat penting untuk kehidupan setiap muslim, baik secara


pribadi maupun masyarakat. Karena dengan akhlak seseorang dapat
menyempurnakan kepribadiannya. Maka dari itu, setiap aspek ajaran islam
berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak yang mulia.
Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah
diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Arab kata akhlak
merupakan jama’ kata khuluqun yang mengandung arti:
1. Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa
dikehendaki (tanpa kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).
2. Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui
latihan yakni berdasarkan keinginan.
3. Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal yang
diupayakan sehingga menjadi adat kebiasaan.

Secara garis besar, pada dasarnya akhlak terbagi menjadi dua


bagian, yaitu:
1. Akhlak mulia atau terpuji (al-akhlakul mahmudah atau karimah)
Akhlak mulia atau terpuji disebut juga dengan Akhlakul Mahmudah atau
Akhlakul Karimah yaitu sikap dan tingkah laku yang mulia atau terpuji
terhadap Allah, sesama manusia dan lingkungannya. Sifat mulia
tersebut bagi setiap muslim perlu diketahui yang bersumber dari Al
Quran dan hadis. Sifat terpuji sangat memberikan jaminan keselamatan
kehidupan manusia, dalam hubungan dengan Allah, kehidupan pribadi,
bermasyarakat dan negara.
2. Akhlak buruk atau tercela (al-akhlakul mazmumah)
Akhlak tercela disebut juga Akhlakul mazmumah yaitu Sikap dan
tingkah laku yang buruk terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk
lain serta lingkungan. Diharapkan agar setiap muslim menghindari sifat
tercela karena ini sangat merusak kehidupan manusia, baik dalam

1
kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat maupun kehidupan
bernegara, dan begitu juga hubungan dengan Allah.

B. AKHLAK MAHMUDAH PARA NABI DAN RASUL

1. Teladan Akhlak dari Nabi Nuh A.S.

a. Bersabar dalam menghadapi kesulitan

Nabi Nuh A.S. selama berdakwah 950 tahun selalu mendapatkan


tantangan dan cemoohan. Namun, beliau tak lelah untuk terus
mengajak kaumnya untuk meninggalkan berhala dan menyembah
Allah SWT. Ejekan dan olokan semakin menjadi-jadi saat Nabi Nuh
dan umatnya membuat kapal besar dari kayu atas perintah Allah SWT.

b. Selalu bersyukur kepada Allah SWT.

Nabi Nuh A.S. senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. atas


makanan, minuman, pakaian, dan segala hal yang dianugerahkan
kepada dirinya. Sebagaimana Allah SWT. berfirman :

َ ‫ُذرِّ َّي َة َمنْ َح َم ْل َنا َم َع ُن ْو ۗ ٍح ِا َّن ٗه َك‬


‫ان َع ْب ًدا َش ُك ْورً ا‬
“(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya
dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS. Al-Isra
(17): 3)

c. Ketekunan

Nabi Nuh A.S. diperintahkan oleh Allah SWT. untuk membuat kapal
besar yang terbuat dari kayu. Namun, Nabi Nuh A.S. belum tahu cara
membuatnya. Berdasarkan petunjuk wahyu dari Allah, Nabi Nuh A.S.
mulai mengumpulkan bahan dan merancang kapal yang akan dibuat.
Semua orang beriman waktu itu ikut serta dalam pembuatan perahu
tersebut. Selama pembuatan kapal, orang-orang kafir mencemooh dan
mengejek mereka. Mendengar hal itu, Nabi Nuh A.S. serta umatnya
tetap sabar dan terus melanjutkan membuat perahu dengan tekun
hingga kapal selesai dibuat. Kapal itu merupakan perahu pertama di
dunia.

2
2. Teladan Akhlak dari Nabi Ibrahim A.S.

a. Mempunyai semangat yang besar untuk mencari kebenaran

Nabi Ibrahim A.S. merupakan anak dari seorang pembuat patung yang
andal. Beliau tidak lantas percaya begitu saja untuk ikut ajaran nenek
moyangnya. Dengan semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi, Nabi
Ibrahim A.S. meneliti dan memikirkan Tuhan. Nabi Ibrahim A.S. tidak
pernah menyerah untuk menemukan apa yang beliau yakini sebagai
kebenaran. Hingga akhirnya menemukan Allah SWT. sebagai Tuhan
yang benar dan Tuhan Pencipta Alam Semesta.

b. Kesabaran dalam menghadapi cobaan

Nabi Ibrahim A.S. selalu mengajak ayahnya untuk hanya menyembah


Allah SWT. dan meninggalkan patung-patung berhala, walaupun
ayahnya tetap tidak mau beriman. Beliau selalu berdoa kepada Allah
agar ayahnya diberi petunjuk. Selain itu, Nabi Ibrahim A.S. senantiasa
sabar berdoa kepada Allah SWT. untuk menganugerahkan anak yang
saleh. Hingga akhirnya lahirlah Ismail dari Siti Hajar dan Ishaq anak
yang dilahirkan oleh Siti Sarah.

c. Menempatkan Allah SWT. di atas segalanya

Imannya kepada Allah SWT. dibuktikan oleh Nabi Ibrahim A.S. dengan
melaksanakan perintah Allah SWT. untuk mengorbankan anak
kesayangannya yaitu Ismail. Kemudian Allah SWT. berfirman:

ۤ
‫ت الرُّ ۡء َيا ​ ​ۚ ِا َّنا َك ٰذل َِك َن ۡج ِزى‬ َ ‫ص َّد ۡق‬ َ ‫] َق ۡد‬١٠٤[ ‫َو َنادَ ۡي ٰن ُه اَ ۡن ٰ ّيا ِۡب ٰره ِۡي ۙ ُم‏‬
‫] َو َفدَ ۡي ٰن ُه ِبذ ِۡب ٍح َعظِ ۡي ٍ‏م‬١٠٦ [‫] اِنَّ ٰه َذا َله َُو ۡال َب ٰ ٓلُؤ ا ۡالم ُِب ۡينُ ‏‬١٠٥ [‫ۡالم ُۡحسِ ن ِۡي َن ‏‬
]١٠٧ [

“Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpimu itu.


Sudah cukup ujian bagimu. Dan, kami ganti anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar.” (QS. As-Shafaat (37): 104-107)

3
Saat itulah, Allah SWT. menggantikan Ismail dengan seekor domba
yang besar yang akhirnya menjadi hewan kurban. Hal ini dapat juga
sebagai bukti ketaqwaan kepada Allah SWT. dengan berkurban dapat
mengajarkan arti dari keikhlasan.

3. Teladan Akhlak dari Nabi Musa A.S.

a. Pemberani dalam menyampaikan kebenaran

Nabi Musa A.S. senantiasa mengajak raja Fir’aun yang merupakan


penguasa yang sangat kejam dan sewenang-wenang untuk
menyembah Allah SWT. Beliau tidak pernah takut untuk
menyampaikan kebenaran.

b. Membela yang lemah

Ketika Nabi Musa A.S. tinggal di istana Raja Fir’aun dan melihat
pertengkaran antara penduduk asli mesir (orang Qibti) dan dari
kalangan Bani Israil. Beliau justru membela kalangan Bani Israil yang
lemah. Secara tidak sengaja Nabi Musa A.S. membunuh orang Qibti
tersebut dan beliau langsung bertaubat atas perbuatannya kepada
Allah SWT.

4. Teladan Akhlak dari Nabi Isa A.S.

a. Berjuang membela agama Allah SWT.

Nabi Isa A.S. adalah seseorang yang sangat gigih memperjuangkan


keimanan kepada Allah SWT. meski dicemooh. Ajakan Nabi Isa A.S.
dalam dakwahnya antara lain untuk meng-Esakan Allah SWT., perintah
untuk menepati janji dan sumpah serta tidak tamak terhadap
kekayaan. Namun, banyak yang tidak terima dakwah yang
disampaikannya dan beliau diancam akan dibunuh. Beliau juga
dikhianati oleh muridnya Yudas Iskariot karena membocorkan tempat
persembunyian Nabi Isa A.S. kepada tentara Romawi. Namun Allah
SWT. menyelamatkan Nabi Isa A.S. dari pembunuhan dengan
menaikkannya ke langit sebagaimana Allah SWT. berfirman:

4
‫وَّ َق ۡول ِِهمۡ ِا َّنا َق َت ۡل َنا ۡالمَسِ ۡي َح عِ ۡي َسى ۡاب َن َم ۡر َي َم َرس ُۡو َل هّٰللا ِ​ ۚ َو َما َق َتلُ ۡوهُ َو َما‬
ٖ‫ك م ِّۡن ُ​هؕ َما َلهُمۡ ِبه‬ ُ ‫ص َلب ُۡوهُ َو ٰلـك ِۡن‬
ٍّ ‫ش ِّب َه َلهُمۡ​ ؕ َواِنَّ الَّذ ِۡي َن ۡاخ َت َلـفُ ۡوا ف ِۡي ِه َلف ِۡى َش‬ َ
ؕ ‫] َب ْل رَّ َف َع ُه هّٰللا ُ ِا َل ۡي ِ​ه‬١٥٧ [ ‫الظنِّ​ ۚ َو َما َق َتلُ ۡوهُ َيق ِۡي ًنا ۢ ۙ‏‬ َّ ‫اع‬ َ ‫م ِۡن عِ ۡل ٍم ِااَّل ا ِّت َب‬
]١٥٨ [ ‫ان هّٰللا ُ َع ِز ۡي ًزا َحك ِۡي ًما‏‬ َ ‫َو َك‬
“Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami
telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,1 padahal
mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang
mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa.
Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang
(pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang siapa yang
dibunuh. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang
dibunuh), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak
yakin telah membunuhnya, tetapi Allah telah mengangkat Isa
kehadirat-Nya.1 Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa
(4): 157-158)

b. Peduli terhadap sesama

Nabi Isa A.S. sangat peduli kepada kaumnya. Hal ini dibuktikan
dengan adanya beberapa mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT.
Mukjizatnya, antara lain: dapat membuat burung dari tanah,
menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta serta menghidupkan
orang mati dengan izin Allah SWT. Beberapa mukjizat yang dimilikinya
tersebut dimanfaatkan untuk menolong umatnya.

5. Teladan Akhlak dari Nabi Muhammad SAW.

a. Siddiq
Siddiq artinya jujur dan berkata benar. Nabi Muhammad SAW. selalu
mengucapkan perkataan yang benar, baik dalam menyampaikan
wahyu yang datang dari Allah SWT. maupun benar dalam perkataan
duniawi. Kejujuran penting dilakukan untuk orang beriman.
Sebagaimana Allah SWT. Berfirman:

5
‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا ِانْ َج ۤا َء ُك ْم َفاسِ ۢ ٌق ِب َن َب ٍا َف َت َب َّي ُن ْٓوا اَنْ ُتصِ ْيب ُْوا َق ْوم ًۢا ِب َج َها َل ٍة‬

‫َف ُتصْ ِبح ُْوا َع ٰلى َما َف َع ْل ُت ْم ٰن ِد ِمي َْن‬


“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar
kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." (Q.S.
Al-Hujurat (49):6).
b. Amanah
Amanah yang berarti dapat dipercaya. Nabi Muhammad SAW. adalah
pribadi yang dapat dipercaya dan amanah. Beliau selalu menjaga diri
dari segala perbuatan dosa untuk menjaga kepercayaan umatnya.
Sebagaimana dalam sebuah hadis Nabi bersabda:

َ ‫ان لِ َمنْ الَ َأ َما َن َة َل ُه َوالَ د‬


‫ِين لِ َمنْ الَ َعهْدَ َل ُه‬ َ ‫ِإي َم‬
“Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak menjaga amanah dan
tidak sempurna agama orang yang tidak menunaikan janji” (H.R.
Ahmad).
c. Fathonah
Fathonah berarti pandai atau cerdas. Nabi Muhammad SAW. adalah
seseorang yang cerdas, pandai dan bijaksana. Dengan kepandaian
dan kecerdasannya mampu mengatasi berbagai permasalahan yang
muncul dari kaum yang mereka hadapi. Dan beliau dapat
menyampaikan ribuan ayat Al-Qur’an, menjelaskan dalam puluhan ribu
hadits, menjelaskan firman-firman Allah dan dituntut mempunyai
kemampuan berdebat dengan orang kafir dengan cara sebaik
mungkin.
d. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Nabi Muhammad SAW. sering
mendapatkan wahyu dari Allah SWT. melalui malaikat Jibril. Wahyu ini
berupa perintah maupun larangan kepada umat Islam. Tentu berbagai
wahyu ini harus disampaikan kepada umat agar mereka bisa
memahaminya tanpa ada yang disembunyikan.

6
C. AKHLAK MAHMUDAH TERHADAP ALLAH

1. Taubat

Taubat artinya “kembali”. Secara istilah, tobat adalah memohon ampun


kepada Allah Swt. atas segala dosa dan kesalahan dan berjanji dengan
sungguh-sungguh dan tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut
lagi, kemudian diikuti dengan melakukan amal-amal kebajikan.

2. Syukur

Syukur ialah seorang mukmin yang sentiasa berterima kasih kepada Allah
atas segala nikmat yang diberikan. Bersyukur kepada Allah ini banyak
caranya seperti melaksanakan segala ibadah kepada Allah dengan hati
yang ikhlas. Sentiasa memuji Allah dengan menyebut kalimah tayyibah
(Perkataan yang baik) seperti Allah Akbar, Subhanallah, Alhamdulillah
dan sebagainya.

3. Ikhlas

Ikhlas dan benar ialah mukmin yang sentiasa membersihkan amalannya


dinamakan orang yang benar ikhlas. Ikhlas adalah perbuatan yang
dikerjakan hanya karena Allah semata dengan niat ikhlas, menjauhkan
diri dari riya ketika melakukan amal baik Setiap amalan ibadah atau
pekerjaan agama hendaklah dilaksanakan dengan ikhlas hati, ihsan
kepada Allah dengan sebenar-benar ibadah seolahnya Allah berada
dihadapan kita.

4. Sabar

Sabar adalah menghindari diri dari hal-hal yang bertentangan dengan apa
yang dilarang Allah, ia tenang ketika mendapatkan cobaan, dan
menampakkan sikap perwira walaupun sebenarnya berada dalam
kefakiran dalam bidang ekonomi. Sabar sendiri ada kalanya sabar dalam
menjalankan perintah-perintah Allah, sabar dalam menjauhi segala
larangan-larangan-Nya, dan sabar dalam menerima segala
cobaan-cobaan yang ditimpakan-Nya kepadanya.

7
5. Tawakal

Tawakal adalah penyerahan diri seorang hamba kepada Allah setelah ada
usaha maksimal. Proses tawakal bisa dijalankan asalkan seseorang telah
melakukan usaha dengan maksimal dan tidak mengharapkan sesuatu
kecuali menerima segala ketentuan dari Allah atas usahanya tersebut.

6. Zuhud

Zuhud secara bahasa adalah tidak ingin terhadap sesuatu yang bersifat
keduniawian. Sedangkan secara istilah adalah seseorang yang lebih
mengutamakan dan sangat merindukan kebahagiaan hidup di akhirat,
bahagia dan kekal serta abadi, daripada mengejar kehidupan dunia yang
fana.

Zuhud ialah satu corak kehidupan mukmin yang mengekang jiwa


daripada segala rupa kesenangan dunia sambil berusaha meninggalkan
semua perkara yang tidak baik. Zuhud adalah tidak adanya
ketergantungan di dalam hati seorang hamba terhadap perkara dunia.

Menurut Syekh Abdul Aziz, zuhud adalah tiada ketergantungan hati


terhadap harta dunia. Orang yang zuhud bukan berarti tidak perlu mencari
dan mempunyai harta benda sama sekali. Mereka wajib mencari dan
mempunyai harta dunia yang halal menurut kebutuhan hidup mereka
secukupnya. Jika harta benda mereka lebih dan melimpah ruah, maka
hati mereka pun tidak bergantung kepada harta benda tersebut dan
menganggap bahwa harta benda itu hanya titipan atau pinjaman dari
allah kepada mereka yang sewaktu-waktu dikembalikan atau diambil
olehnya.

7. Wara’

Wara’ atinya “saleh”. Secara istilah wara’ atau yang lebih dikenal dengan
sebutan wira’i berasal dari bahasa arab yang berarti menjauhi dari
perbuatan haram dan syubhat. Sedangkan menurut istilah adalah
kesanggupan diri untuk meninggalkan dan menjauhi semua perkara yang

8
haram dan sesuatu yang tidak jelas halal haramnya atau 'syubhat.
Perkara syubhat adalah perkara yang belum jelas hukumnya kerena
adanya keraguan dalam sebab-sebab dan percampuran antara kehalalan
maupun keharamannya.

D. AKHLAK MAHMUDAH TERHADAP MANUSIA


Beberapa contoh akhlak mahmudah terhadap manusia antara lain:
1. Sabar (shabr)
Contoh: Menahan diri dari mengeluarkan kata-kata kasar atau melakukan
tindakan agresif ketika sedang marah atau kecewa.
2. Keadilan (adil)
Contoh: Memberikan hak yang sama kepada semua orang, tidak
membedakan berdasarkan ras, agama, gender, atau status sosial.
3. Kesetiaan (wafa)
Contoh: Menepati janji yang telah dibuat, tidak menyebabkan kerugian
atau kekecewaan kepada orang lain.
4. Kedermawanan (sadaqah)
Contoh: Memberikan makanan kepada orang yang kelaparan,
memberikan bantuan kepada korban bencana, atau menyumbangkan
uang kepada lembaga amal.
5. Kesopanan (adab)
Contoh: Mengucapkan salam, menggunakan kata-kata sopan seperti
"terima kasih" dan "maaf", serta menghindari perkataan kasar atau
menghina.
6. Pengampunan (afwu)
Contoh: Memberikan maaf kepada orang yang telah melakukan
kesalahan dan tidak terus mempermasalahkan atau membalas dendam.
7. Keramahan (husn al-khuluq)
Contoh: Mengucapkan salam dengan senyum, membantu orang lain
dengan sukarela, atau memberikan senyuman dan sikap ramah kepada
siapa pun.

9
8. Ikhlas (ikhlas)
Contoh: Melakukan kebaikan secara diam-diam dan tanpa mengumbar
atau memperlihatkan kepada orang lain.

E. AKHLAK MADZMUMAH TERHADAP ALLAH

1. Syirik

Syirik berasal dari kata syarika yang berarti berserikat, bersekutu,


beragama, atau berkongsi. Syirik menurut istilah yaitu mengitikadkan
sesuatu selain Allah SWT sebagai perubah takdir dan pengatur alam.
Syirik adalah suatu perbuatan menyekutukan Allah SWT dalam
rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, asma’-Nya, maupun sifat-Nya. Apabila
seorang hamba meyakini bahwa ada tuhan selain Allah SWT yang berhak
untuk disembah, meyakini ada sang pencipta atau penolong selain Allah
SWT, maka ia telah melakukan perbuatan syirik. Banyak dalil yang
menjelaskan tentang syirik dalam Al-Qur’an salah satunya yaitu surat
Luqman ayat 13:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia


memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman:13)
Menurut Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, syirik terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Syirik besar
Syirik besar adalah suatu perbuatan dosa yang dapat
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal
di dalam neraka. Jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat dari
Allah SWT. Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah
kepada selain Allah SWT, seperti berdoa kepada selain Allah SWT,

10
menyembelih kurban dan bernadzar untuk selain Allah SWT, seperti
untuk kuburan, jin dan setan.
Menurut Musthafa murad, syirik besar yaitu:
● Syirik Tha’ah dan A’ba’ (ketaatan dan mengikuti), seperti syiriknya
orang-orang Yahudi dan Nasrani
● Syirik Istihlal Muharramat (penghalalan sesuatu yang diharamkan)
● Syirik ‘Iradh (berpaling) dari agama Allah Swt
● Syirik Istikbar (takabur/ sombong)
● Syirik Istihza’ dan Tanaqqush terhadap agama Allah Swt
(mengolok-olok, mempermainkan, mencela, menganggap ada
kekurangan dan aib pada agama Allah Swt)
● Syirik Juhud (pengingkaran dan pembangkangan)
● Syirik Mahabbah (cinta)
● Syirik Nifaq.
2. Syirik kecil
Syirik kecil merupakan suatu perbuatan yang dapat mengurangi
nilai ketauhidan seseorang, namun pelakunya tidak dikeluarkan dari
agama. Syirik kecil merupakan sarana yang akan mengantarkan
kepada syirik besar. Pelaku syirik ini akan mendapat siksaan, namun
tidak kekal di dalam neraka. Syirik kecil contohnya adalah riya’

2. Takabur (Sombong)

Takabur berasal dari bahasa Arab takabbara-yatakabbaru yang


artinya sombong atau membanggakan diri. Secara istilah takabur adalah
sikap berbangga diri dengan beranggapan bahwa hanya dirinya
beranggapan yang paling hebat dan benar dibandingkan orang lain.
Takabur semakna dengan ta'azum, yakni menampakan keagungan dan
kebesaran nya. Banyak hal yang menyebabkan orang menjadi sombong
akibat takabur di antaranya dalam ilmu pengetahuan, amal dan ibadah,
nisab, kecantikan, dan kekayaan. Sikap takabur atau menyombongkan
diri ini dapat disebabkan karena seseorang merasa dirinya lebih baik dari
orang lain. Ayat yang menerangkan tentang takabur salah satunya
terdapat dalam QS An - Nahl : 29

11
“Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Pasti
itu seburuk-buruk tempat orang yang menyombongkan diri.” (QS An - Nahl :
29)

3. ‘Ujub

Ujub merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang secara


harfiah artinya keangkuhan, kesombongan, atau rasa bangga (KBBI).
Ujub adalah merasa diri lebih baik, lebih hebat, merasa berjasa pada
keadaan atau kehidupan orang lain.
Orang yang memiliki sifat ujub karena ia merasa berjasa pada
orang lain, merasa bahwa apa yang terjadi adalah karena bantuan,
kekuatan, dan kelebihannya, hal ini membuat ia melupakan bahwa tidak
ada hal di dunia ini yang terjadi tanpa izin Allah SWT. Dalam Islam
mengajarkan seorang muslim untuk sepenuhnya menyadari bahwa tidak
ada kekuatan selain kekuatan-Nya. Manusia hanyalah makhluk lemah
yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa izin Allah SWT. Sifat ujub dapat
timbul karena seseorang merasa lebih baik dan lebih tinggi dari orang
lain, kagum pada diri, dan kelebihan yang dimilikinya adalah bagian dari
kesombongan dan keangkuhan. Hal ini dapat membuat seseorang
merendahkan serta meremehkan orang lain. Di dalam Al-Qur’an banyak
larangan dan celaan untuk kesombongan ini, seperti yang disebutkan di
dalam QS. Al-Isra ayat 37 :
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS Al-Isra: 37)

4. Munafik

Munafik merupakan bentuk kata benda dari bahasa Arab ‫ منافق‬yang


merujuk pada orang yang berpura-pura, yang secara etimologis berasal
dari kata nāfaqa. Al-Rāgib al-Aṣfahānī mengartikan nifāq dengan masuk
ke dalam syarak (agama) dari satu pintu dan keluar dari padanya melalui
pintu lain. Menurut hadits Tanda-tanda orang munafik ada tiga, "jika

12
berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanah
mengkhianati.” (HR Bukhari dan Muslim).
Orang munafik hatinya memiliki keyakinan atau kepercayaan yang
lebih condong kepada kekufuran, maka mereka dikategorikan sebagai
nifāq imāni atau telah dicap sebagai kafir (keluar dari Islam). Mereka
senantiasa mengolok-olok agama Islam dan pemeluknya dari belakang
walaupun secara penampilan mereka tidak demikian. Orang-orang
munafik mengira mereka menipu Allah dan Rasul-Nya, padahal tanpa
mereka sadari mereka menipu diri mereka sendiri. Sebagaimana firman
Allah dalam QS al-Baqarah/2: 9 sebagai berikut:

"Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka


hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari"

5. Iri dan Dengki

Iri atau dengki atau sering disebut juga dengan hasad. Imam
Nawawi menjelaskan lebih lanjut mengenai hasad, yakni memiliki
angan-angan agar kenikmatan milik orang lain hilang dari dirinya.
Kenikmatan tersebut bisa berarti dalam hal apapun, termasuk urusan
agama dan dunia. hasad adalah perasaan negatif yang muncul tanpa
alasan yang jelas, saat mengetahui orang lain mendapatkan hal yang
baik.
Hal baik tersebut dapat berupa harta, jabatan, benda, serta
prestasi. Faktor penyebab hasad diantaranya adalah permusuhan,
menganggap diri terlalu tinggi, dan terlalu mencintai kekuasaan.

6. Cinta dunia

Cinta dunia sering disebut dengan Hubbud dunya yaitu


menganggap bahwa seluruh yang ia miliki di dunia termasuk harta benda
dan jabatan adalah segalanya. Penyakit ini berasal dari penyakit iman,
yang berakar pada persepsi yang salah bahwa dunia ini adalah tujuan

13
akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. Akhirnya, jabatan dan harta
dipandang sebagai tujuan, bukan sebagai alat untuk meraih keridhaan
Allah.
Ciri hubbud dunya diantaranya:
1. Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana
mencapai kebahagiaan akhirat
2. Suka mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala cara
tanpa memperhatikan halal dan haramnya
3. Mikir atau pelit
4. Serakah dan tamak
5. Tidak mensyukuri nikmat yang sedikit

F. AKHLAK MADZMUMAH TERHADAP MANUSIA

1. Berkata Dusta

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk


berkata yang baik, di antara bentuk berkata yang baik adalah jujur, yaitu
memberitakan sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam juga melarang dusta, yaitu memberitakan sesuatu yang
tidak sesuai dengan hakekatnya. Dusta adalah dosa besar, al-Imam
adz-Dzahabi menyebutkan di dalam kitab beliau, al-Kabâir, dosa besar
ke-30 “Sering Berdusta”.

Bahaya dusta banyak sekali, antara lain bahwa orang yang


berdusta akan terhalang dari hidayah, Allâh Azza wa Jalla berfirman:
Sesungguhnya Allâh tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas
lagi pendusta. [Al-Mukmin/Ghâfir/40: 28]. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga menjelaskan keutamaan jujur dan bahaya dusta,
sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits di bawah ini: Dari ‘Abdullah,
dia berkata: Rasulallâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian
wajib jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada
kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Jika seseorang
senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi
Allâh sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan, karena
kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan

14
membawa ke neraka. Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu
berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai seorang pendusta.

2. Suudzon

Suudzon adalah sebuah sikap mental atau cara pandang yang


memandang segala sesuatunya dari sisi negatif, jelek dan dipandang
tidak indah. Seseorang yang memiliki sifat suudzon maka hidupnya akan
selalu dipenuhi dengan sikap was-was, penuh curiga dan tidak jarang
memvonis orang lain dengan tidak baik. Berprasangka buruk terhadap
sesama manusia seringkali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
seperti :
- Iri hati terhadap nikmat Allah SWT yang diterima oleh orang lain
- Berprasangka buruk kepada orang lain
- Memandang rendah orang lain
- Membicarakan keburukan orang lain dan menjelekkannya

3. Ingkar Janji

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tanda orang


munafik itu ada tiga: jika berbicara dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika
dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat” (HR. Bukhari Muslim). Maka,
dari hadis tersebut, tentu kita tidak mau termasuk ke dalam golongan
orang munafik akibat suka ingkar terhadap janji yang dibuat.
4. Durhaka Kepada Orang Tua

Sebagaimana tingginya keutamaan dan urgensi birrul walidain,


maka konsekuensinya betapa besar dan bahayanya hal yang menjadi
kebalikannya yaitu durhaka kepada orang tua. Bahkan durhaka kepada
orang tua adalah dosa besar. Ini secara tegas dinyatakan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam: “dosa-dosa besar yang paling besar adalah:
syirik kepada Allah, membunuh, durhaka kepada orang tua, dan
perkataan dusta atau sumpah palsu” (HR. Bukhari-Muslim dari sahabat
Anas bin Malik).
Dalam hadits Nafi’ bin Al Harits Ats Tsaqafi, Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda: “maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai
dosa-dosa besar yang paling besar? Beliau bertanya ini 3x. Para sahabat

15
mengatakan: tentu wahai Rasulullah. Nabi bersabda: syirik kepada Allah
dan durhaka kepada orang tua” (HR. Bukhari – Muslim). Ternyata
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkali-kali memperingatkan para
sahabat mengenai besarnya dosa durhaka kepada orang tua.
Subhanallah!.

5. Fitnah

Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat


merugikan dan termasuk dalam dosa yang tak terampuni oleh Allah SWT.
Oleh karenanya, Islam melarang umatnya memfitnah sebab fitnah adalah
haram. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, pada kenyataannya itu
memang benar. Fitnah umumnya dilatarbelakangi ketidaksukaan atau
kebenciaan terhadap orang lain, tidak menutup kemungkinan turut
membangkitkan niatan jahat berbuat kriminal yang dapat mencelakai
orang lain. Fitnah itu hukumnya sangat berat, lebih berat daripada
ketidaktaatan atau dosa besar.
Sebab fitnah itu sendiri berbahaya;
- Menimbulkan kesengsaraan
- Menimbulkan keresahan
- Memecah kebersamaan dan tali silaturahmi
- Dapat mencelakai orang lain
- Tanda Orang Munafik
- Masuk Neraka

Nabi saw orang yang terjaga dari dosa, tapi beliau beristighfar
sebanyak 70 kali. Pertama ada yang menyebutkan bahwa Rasulullah
membaca istighfar tiap hari minimal 70 kali. Riwayat ini seperti dinukilkan
Imam al-Baihaqi dan Ibn Abi ad-Dunya dari sahabat Anas bin Malik RA.
Riwayat tersebut juga menjelaskan khasiat beristighfar sebanyak 70 kali
dalam sehari.

Riwayat ini seperti dinukilkan Imam al-Baihaqi dan Ibn Abi ad-Dunya
dari sahabat Anas bin Malik RA. Riwayat tersebut juga menjelaskan khasiat
beristighfar sebanyak 70 kali dalam sehari. “Tidaklah seorang hamba
beristighfar 70 kali sehari, kecuali Allah akan ampuni 700 jenis dosa (kecil),

16
sebab tiap harinya seseorang itu sejatinya melakukan lebih dari 700 jenis
dosa kecil.”

Dan yang terakhir, Sayyid Muhammad menjelaskan bahwa, redaksi


istighfar pamungkas atau disebut sayyid al-istighfar yang sangat dianjurkan
Rasulullah, seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, sebagai
berikut: “Allahumma Anta Rabbi la ilaha illa Anta khalaqtani, wa ana abduka,
wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, ‘audzubika min syarri ma
shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya, wa abu’u bidzanbi, faghfirli, fainnahu
la yaghfirudzzunuba illa ‘Anta”.

17
REFERENSI

Abdullah, K dan Nazirwan. 2019. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas VI Sekolah Dasar. Kementerian Agama RI: Jakarta.

Hamasah, I. 2010. Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul. Cetakan 1. Cikal Aksara:
Jakarta

Kholik, A. Tanpa Tahun. Akhlak Mahmudah dan Mazmumah. Kementerian


Agama: Sumatera Selatan

Mewaspadai Ujub!! . 2021. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. [11 Juli


2023]https://ump.ac.id/Hikmah-2210-Mewaspadai.Ujub...html

Nuraeni, A., & Azka, J. 2019. Makalah Akhlak Baik dan Akhlak Buruk. Ciamis:
Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Darussalam.

Pengertian Sifat Hasad dan Cara Mendeteksinya. 2021. Wakalahmu. [11 Juli
2023]
https://wakalahmu.com/artikel/dunia-islam/pengertian-sifat-hasad-dan-car
a-mendeteksinya

Rifa’i, A. A., M. A. Musthofa, M. W. Shobari, D. A. Qohhar. 2016. Makalah Zuhud


dan Wara’. STAI KHOZINATUL ULUM BLORA: Blora.

Teniwut, M. 2022. Pengertian Contoh Akhlak Mazmunah dan Mahmudah. Media


Indonesia:Jakarta.
https://mediaindonesia.com/humaniora/535014/pengertian-contoh-akhla
k-mazmumah-dan-mahmudah

Yudi. 2019. Cara Rasulullah Beristighfar. Islam Pos.


https://www.islampos.com/cara-rasulullah-beristighfar-160709/#:~:text=P
ertama%20ada%20yang%20menyebutkan%20bahwa%20Rasulullah%2
0membaca%20istighfar,menjelaskan%20khasiat%20beristighfar%20seb
anyak%2070%20kali%20dalam%20sehari. Diakses pada 11 Juli 2023.

Yufi, C. 2021. Pengertian Akhlak: Pembagian, Contoh Akhlak Terpuji dan Tercela.
Gramedia Blog.

18

Anda mungkin juga menyukai