Anda di halaman 1dari 2

Essay 1: Peranku untuk Indonesia

Indonesia Berdikari dengan Pemuda yang Terdidik

Melindungi segenap anak bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan


bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial

Janji Kemerdekaan Negara Republik Indonesia

Tersebutlah pada salahsatu petikan janji kemerdekaan yang berjumlah empat butir yakni
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Saya, sebagai pemuda, memilih untuk turut serta berperan bagi
bumi pertiwi, melunasi janji kemerdekaan bangsa ini dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia.

Bapak Proklamator kita, Ir Soekarno, pernah berujar bahwa perjuangan para pemuda
Indonesia saat ini jauh lebih berat, bukan lagi mengusir penjajah melainkan menggebah kebodohan.
Menjadi sebuah tanggung jawab bagi saya untuk ikut berperan melawan kebodohan, penghambat
kemajuan sebuah negara. Kita bisa melihat bahwa pondasi sebuah negara akan kokoh ketika sumber
daya manusianya, masyarakat yang berkecimpung di dalamnya, terdidik dengan baik. Sebut saja
Norwegia, Finlandia, Amerika Serikat, Inggris, hingga tetangga kita di benua Asia, Jepang, semuanya
bergerak maju seiring dengan masyarakatnya yang terdidik. Berdasarkan fakta tersebut, Indonesia
akan bisa bergerak lebih maju ketika sumber daya manusianya, terutama pemuda, terdidik dengan
sistem pendidikan, dan tentu saja para pendidik, yang berkualitas baik.

Perjalanan Indonesia menuju para pemudanya yang terdidik masih menjumpai rintangan.
Perguruan Tinggi, yang merupakan kawah candradimuka bagi para pemuda menuntut ilmu, kini
terkendala pada jumlah ketersediaan dosen. Hal ini tercermin dalam pemberitaan media massa
akhir-akhir ini. Problem yang terjadi adalah jumlah rasio dosen dengan jumlah mahasiswa tak ideal.
Hal ini sangat nampak pada perguruan tinggi khususnya di ranah ilmu sosial atau sering disebut non
eksak. Ketersediaan tenaga pengajar pada pembelajaran ilmu sosial berbanding terbalik dengan
jumlah mahasiswa yang masuk. Rasio dosen terhadap mahasiswa jauh dari takaran yang ideal, yakni
1:45 (satu dosen untuk mahasiswa sejumlah 45 orang), sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah. Hal ini tentu berpengaruh pada kualitas pendidikan guna mewujudkan Indonesia
yang berdikari melalui pemuda yang terdidik.

Saya memiliki visi bahwa negara Indonesia dapat menjadi negara yang berdikari, melalui
para pemudanya yang terdidik dan tegas dalam menuliskan gagasanya melalui literasi yang
berbobot. Harus disadari bahwa bumi pertiwi ini sudah memiliki modal yang sangat luar biasa dari
bonus demografi, yakni usia penduduk dengan produktivitas tinggi, 15-64 tahun, akan mencapai
jumlah 70 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah pemuda yang tinggi ini menjadi modal bagi
Indonesia untuk dapat berdikari dan terus tumbuh, asalkan para pemudanya terdidik dengan
kualitas yang baik. Dengan dilandasi semangat menuju Indonesia Emas 2045, Kehadiran saya sebagai
dosen nantinya akan berupaya untuk mewarnai ranah akademik di lingkungan perguruan tinggi
dengan semangat pemuda, semangat integritas pada lingkup akademik, dan semangat untuk
bersaing secara global tanpa melupakan kerarifan lokal.

Melalui semangat pemuda yang saya bangun, adanya jarak antara dosen dan mahasiswa
yang sulit untuk melebur akan saya kikis. Melalui pendekatan gaya anak muda yang saya terapkan,
jarak yang kerap tercipta antara dosen dan mahasiswa bisa terkikis. Sedangkan semangat integritas
pada ranah akademik saya wujudkan dengan dorong mahasiswa nantinya untuk bisa mengerjakan
segala macam bentuk literasi dan riset, dengan penuh kejujuran untuk menghindari plagiarisme.
Tentunya semangat integritas di ranah akademik ini akan saya mulai pada diri sendiri sebagai wujud
bakti kepada profesi tenaga pendidik. Sedangkan semangat untuk bersaing secara global akan saya
wujudkan dengan menginspirasi mahasiswa dengan aktif mengikuti forum ilmiah di luar negeri,
sehingga semangat saya untuk bersaing secara global akan saya tularkan kepada mahasiswa untuk
dapat melakukan hal yang sama.

Menjadi dosen merupakan langkah yang saya pilih untuk bisa berperan bagi Indonesia demi
melunasi janji kemerdekaan, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan menjadi dosen, saya
akan mengabdi kepada bangsa ini lewat menyebarkan ilmu yang saya dapat pada ruang perkuliahan,
menginspirasi lewat literasi yang saya buat yang akan fokus pada kajian resolusi konflik di Indonesia
dengan heteregonitas masyarakatnya, dan turut memberikan rekomendasi bagi para pembuat
kebijakan pada tataran Pemerintah lewat forum yang saya ikuti dan membantu rintisan Pusat Studi
Perdamaian dan Humaniter.

Sesuai dengan ujaran seorang penulis terkenal Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, “Seorang
terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi perbuatan”, maka saya sebagai
seorang yang terpelajar akan menyebarluaskan ilmu saya kepada orang lain agar bermanfaat.
Dengan peran saya sebagai Dosen, saya akan berbagi kepada sesama, baik ilmu, pikiran, maupun
literasi, agar cita-cita Indonesia berdikari dengan pemudanya yang terdidik, dapat tewujud.

Anda mungkin juga menyukai