REVIEW BUKU
DISUSUN OLEH:
NIM: 2010016038
DOSEN PENGAMPU:
UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
SAMARINDA
2021
Judul : Pendidikan Pancasila
Buku ini mendukung model dan strategi pembelajaran. Di sini, mahasiswa diposisikan
sebagai subjek, sementara dosen diposisikan sebagai fasilitator dan mitra dialog mahasiswa.
Materi disusun berdasarkan kebutuhan dasar mahasiswa, bersifat fleksibel, dinamis, dan
fenomenologis sehingga materi tersebut bersifat kontekstual dan relevan dengan tuntutan dan
perubahan masyarakat lokal, nasional, dan global. Diharapkan dengan demikian, mahasiswa
—sebagai pemuda harapan masa depan bangsa—dapat mengembangkan negara dan bangsa
dengan ide-ide yang berlandaskan ilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-
nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Di bawah hukum saat ini, warga negara adalah warga negara yang ditunjuk oleh hukum.
Mereka mungkin termasuk TNI, Polri, kartu, pedagang, profesi lain, dan kelompok
masyarakat yang memenuhi persyaratan hukum.
Di buku ini juga menjelaskan, Hakikat jati diri bangsa kita sebagai bangsa dalam
kehidupan dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila, dan realitas itu
tercermin dalam berbagai tatanan kehidupan kita. Dengan adanya jati diri bangsa, maka
bangsa Indonesia memiliki pandangan hidup, kepribadian, falsafah, dan ideologi bangsa
Pankashira, serta menempati kedudukan tertinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara, termasuk urusan hukum Indonesia. Hak dan kewajiban warga negara terhadap
regulasi, negara, demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) semakin dinamis.
Buku ini juga menggali beberapa sumber historis, sosiologis, dan politik tentang
konstitusi dalam kehidupan berbangsa-bangsa Indonesia, mulai dari penelusuran historis
dengan memahami pandangan Thomas Hobbes (1588-1879). Menurut Hobbes, manusia pada
"status naturalis" bagaikan serigala. Hingga timbul adagium homo homini lupus (man is a
wolf to [his fellow] man), artinya yang kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul
pandangan bellum omnium contra omnes (perang se mua lawan semua). Hidup dalam
suasana demikian pada akhirnya menyadarkan manusia untuk membuat perjanjian antara
sesama manusia, yang dikenal dengan istilah factum unionis. Selanjutnya, timbul perjanjian
rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada pe nguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang
dikenal dengan isti lah factum subjectionis.
Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengaju kan argumentasi tentang
kewajiban politik yang disebut kontrak sosial, yang mengimplikasikan pengalihan kedaulatan
kepada pri mus inter pares yang kemudian berkuasa secara mutlak (absolut). Primus inter
pares adalah yang utama di antara sekawanan (kum pulan) atau orang terpenting dan
menonjol di antara orang yang derajatnya sama. Negara dalam pandangan Hobbes cenderung
se perti monster Leviathan.
Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi zamannya (zeitgeist-nya) sehingga ia
cenderung membela monarki absolut (kerajaan mutlak) dengan konsep divine right yang
menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan sehingga ia memiliki otoritas
tidak tertandingi. Pandangan inilah yang men dorong munculnya raja-raja tirani. Dengan
mengatasnamakan primus interpares dan wakil Tuhan di bumi mereka berkuasa sewenang-
wenang dan menindas rakyat.
Melihat dari lingkup didalam buku tersebut, barangkali pembaca menjadi kurang
antusias menyimaknya. Namun dari yang dapat kita lihat sendiri, buku ini tidaklah begitu
membosankan karena kebanyakan dari pembahasannya itu meliputi cerita sejarah dari asal
mulanya hingga terbentuknya bangsa Indonesia. Cerita sejarah yang dituangkan juga cukup
menarik, tidak hanya sejarah dari negara Indonesia saja, namun dari berbagai sejarah negara
lainnya yang berakhir dalam konsep-konsep yang terdapat dalam kewarganegaraan Indonesia
sendiri.
Manfaat yang dapat diambil dari membaca buku ini sendiri yang paling uata ialah kita
dapat mengetahui makna dari konsep kewarganegaraan melalui perkembangan sejarah yang
ada yang memunculkan sikap disiplin ilmu terhadap pendidikan kewarganegaraan. Kesadaran
ini yang nanti akan mengarahkan kita sebagai para penduduk negara Indonesia untuk
menerapkan konsep yang telah ada. Kita akan tahu pasti konsep yang digunakan, tidak hanya
sekedar tahu namanya saja tapi yang lebih penting adalah isi dan makna dari
kewarganegaraan itu sendiri. Dengan demikian tulisan ini dapat memberikan manfaat yang
banyak kepada para pembaca lainnya agar lebih tertarik memahami arti sesungguhnya dari
pendidikan kewarganegaraan sendiri, sekian terima kasih dan mohon maaf atas
kekurangannya.
KEPUSTAKAAN
Damri, & Putra E.K. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan. Prenada Media Group, Jakarta