Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEWARGANEGARAAN

REVIEW BUKU

DISUSUN OLEH:

Nama: Muhammad Aswan Faqih

NIM: 2010016038

DOSEN PENGAMPU:

Dr. SURYANINGSI,,S.Pd, M.H

UNIVERSITAS MULAWARMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

SAMARINDA

2021
Judul : Pendidikan Pancasila

Pengarang : Dr. Damri, M.Pd. dan Fauzi Eka Putra, M.I.Kom.

Penerbit :Prenada Media Group, Jakarta

Tahun Terbit : 2020

Jumlah Halaman : 288

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang mengingatkan kita akan


pentingnya nilai dan hak warga negara. Segala sesuatu yang dilakukan harus memenuhi
tujuan dan cita-cita nasional, serta tidak menyimpang dari harapan. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan program pendidikan dengan inti demokrasi politik, diperkuat
dengan pengaruh positif dari sumber ilmu lain, sekolah, masyarakat dan pendidikan orang
tua, Pancasila dan UUD 1945.

Secara yuridis, keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi cukup kuat,


dan sebagai matakuliah yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa. Hal itu tampak jelas
dalam Pasal 37 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sesuai dengan tuntutan dan perubahan masyarakat di era Reformasi, dalam matakuliah
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi, telah dilakukan perubahan paradigma
menuju paradigma humanistik yang didasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa adalah
manusia yang mempunyai potensi dan karakteristik yang berbeda-beda. Indikasi ke arah itu
tampak dari substansi kajian, strategi, dan evaluasi matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan
yang ditawarkan kepada mahasiswa.

Hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) sangat penting,


artinya bagi penumbuhan budaya demokrasi di Indonesia. Untuk mencapai tujuan pendidikan
kewarganegaraan seperti hal tersebut, sangat dibutuhkan model dan strategi pembelajaran
yang humanistik yang mendasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa adalah manusia yang
mempunyai potensi dan karakteristik yang berbeda-beda.

Buku ini mendukung model dan strategi pembelajaran. Di sini, mahasiswa diposisikan
sebagai subjek, sementara dosen diposisikan sebagai fasilitator dan mitra dialog mahasiswa.
Materi disusun berdasarkan kebutuhan dasar mahasiswa, bersifat fleksibel, dinamis, dan
fenomenologis sehingga materi tersebut bersifat kontekstual dan relevan dengan tuntutan dan
perubahan masyarakat lokal, nasional, dan global. Diharapkan dengan demikian, mahasiswa
—sebagai pemuda harapan masa depan bangsa—dapat mengembangkan negara dan bangsa
dengan ide-ide yang berlandaskan ilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-
nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Peranan seorang mahasiswa adalah dengan memperteguh penanaman nilai-nilai


pancasila di dalam kehidupan sehari-hari. Olehkarena itu, para generasi muda sekarang harus
dapat bersatu dan damai walau berbeda agama, suku dan budaya. Dapat berpikir rasional,
demokratis, dan kritis menuntaskan segala masalah yang ada di negara kita. Memiliki
semanat jiwa muda yang dapat membangun negara Indonesia yang mandiri. Dapat
mencontoh seperti karakter para pahlawan bangsa kita dengan cara cintah tanah air dan rela
berkorban bagi bangsa Indonesia. Serta menjunjung tinggi nilai nasionalisme dan
persaudaraan antar-agama, ras atau suku bagi semua bangsa Indonesia agar tidak terjadi
perpecahan ataupun perselisihan antarbangsa Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, pemuda diharapkan dapat


berperan sebaik-baiknya. Untuk mencapai kondisi yang baik ini, generasi muda Indonesia
harus mempunyai jati diri yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Masa depan
kebangsaan Indonesia sangatlah ditentukan oleh generasi muda terdidik dan terlatih, apalagi
mereka adalah generasi yang banyak mendapatkan berbagai pengetahuan teoritis maupun
praktis di perguruan tinggi tentang tema-tema pembangunan bangsa. Karena pemudalah yang
dapat mengubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi
terdahulu untuk mengembangkan negara dan bangsa dengan ide-ide yang berlandaskan ilmu,
wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.

Di dalam buku ini menjelaskan konsep dan rasionalisasi pendidikan kewarganegaraan,


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, program sarjana adalah jenjang pendidikan akademik yang memungkinkan lulusan
pendidikan menengah atau sederajat untuk mempraktikkan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pemikiran ilmiah. Sarjana diharapkan menjadi intelektual dan/atau sarjana budaya
yang dapat menemukan, berkreasi, dan tumbuh menjadi profesional.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 14 tentang Guru


dan Pengajar menyebutkan bahwa profesionalisme merupakan sumber penghasilan potensial
untuk pekerjaan atau kegiatan, memerlukan keahlian, pengetahuan atau keterampilan,
memiliki standar mutu, memiliki norma dan kekhususan. bahwa itu akan diperoleh melalui
rumah. Jenis pekerjaan apa yang Anda tuju setelah menyelesaikan studi dan pelatihan
kejuruan? Mengetahui bahwa terlepas dari posisi Anda, apakah Anda seorang pelajar atau
seorang ahli, Anda memiliki status kewarganegaraan dalam kaitannya dengan kehidupan
berbangsa atau bernegara Anda, selama Anda memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
undang-undang. Harus dijaga. Apa itu warga negara? Siapa Warga Negara Indonesia (WNI)?

Di bawah hukum saat ini, warga negara adalah warga negara yang ditunjuk oleh hukum.
Mereka mungkin termasuk TNI, Polri, kartu, pedagang, profesi lain, dan kelompok
masyarakat yang memenuhi persyaratan hukum.

Di buku ini juga menjelaskan, Hakikat jati diri bangsa kita sebagai bangsa dalam
kehidupan dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila, dan realitas itu
tercermin dalam berbagai tatanan kehidupan kita. Dengan adanya jati diri bangsa, maka
bangsa Indonesia memiliki pandangan hidup, kepribadian, falsafah, dan ideologi bangsa
Pankashira, serta menempati kedudukan tertinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara, termasuk urusan hukum Indonesia. Hak dan kewajiban warga negara terhadap
regulasi, negara, demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) semakin dinamis.
Buku ini juga menggali beberapa sumber historis, sosiologis, dan politik tentang
konstitusi dalam kehidupan berbangsa-bangsa Indonesia, mulai dari penelusuran historis
dengan memahami pandangan Thomas Hobbes (1588-1879). Menurut Hobbes, manusia pada
"status naturalis" bagaikan serigala. Hingga timbul adagium homo homini lupus (man is a
wolf to [his fellow] man), artinya yang kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul
pandangan bellum omnium contra omnes (perang se mua lawan semua). Hidup dalam
suasana demikian pada akhirnya menyadarkan manusia untuk membuat perjanjian antara
sesama manusia, yang dikenal dengan istilah factum unionis. Selanjutnya, timbul perjanjian
rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada pe nguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang
dikenal dengan isti lah factum subjectionis.

Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengaju kan argumentasi tentang
kewajiban politik yang disebut kontrak sosial, yang mengimplikasikan pengalihan kedaulatan
kepada pri mus inter pares yang kemudian berkuasa secara mutlak (absolut). Primus inter
pares adalah yang utama di antara sekawanan (kum pulan) atau orang terpenting dan
menonjol di antara orang yang derajatnya sama. Negara dalam pandangan Hobbes cenderung
se perti monster Leviathan.

Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi zamannya (zeitgeist-nya) sehingga ia
cenderung membela monarki absolut (kerajaan mutlak) dengan konsep divine right yang
menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan sehingga ia memiliki otoritas
tidak tertandingi. Pandangan inilah yang men dorong munculnya raja-raja tirani. Dengan
mengatasnamakan primus interpares dan wakil Tuhan di bumi mereka berkuasa sewenang-
wenang dan menindas rakyat.

Secara singkat buku ini mendeskripsikan pentingnya pemahaman tentang pendidikan


kewarganegaraan, dari konsep dan rasionalisasinya, identititas nasional serta sejarah
perjuangan dan pergerakan bangsa. Tidak hanya itu, buku ini juga banyak menjelaskan dasar-
dasar mengenai negara Indonesia seperti Indonesia merupakan negara hukum, hak dan
kewajiban warga negara terhadap negara, demokrasi dalam pendidikan dan pancasila,
wawasan mengenai nusantara, kawasan Indonesia secara geografi, geopolitik, dan
geostrategi, konsep astagatra dalam ketahanan nasional, dan kewaspadaan nasional untuk
membela negara Indonesia.

Buku ini menyelaraskan makna dari berbagai konsep pendidikan kewarganegaraan


dengan pembawaan alur cerita sejarah yang dinamis namun fleksibel, sehingga dapat dengan
mudah dipahami oleh para pembaca. Disamping itu juga, ada beberapa hal yang menjadi
catatan yang perlu disimak para pembaca, meski didalam buku ini terdapat banyak sekali
pengulangan mengenai konsep-konsep kewarganegaraan tetapi cerita sejarah yang
dituangkan cukup membuat para pembacanya larut dalam alur sejarah tersebut.

Melihat dari lingkup didalam buku tersebut, barangkali pembaca menjadi kurang
antusias menyimaknya. Namun dari yang dapat kita lihat sendiri, buku ini tidaklah begitu
membosankan karena kebanyakan dari pembahasannya itu meliputi cerita sejarah dari asal
mulanya hingga terbentuknya bangsa Indonesia. Cerita sejarah yang dituangkan juga cukup
menarik, tidak hanya sejarah dari negara Indonesia saja, namun dari berbagai sejarah negara
lainnya yang berakhir dalam konsep-konsep yang terdapat dalam kewarganegaraan Indonesia
sendiri.

Manfaat yang dapat diambil dari membaca buku ini sendiri yang paling uata ialah kita
dapat mengetahui makna dari konsep kewarganegaraan melalui perkembangan sejarah yang
ada yang memunculkan sikap disiplin ilmu terhadap pendidikan kewarganegaraan. Kesadaran
ini yang nanti akan mengarahkan kita sebagai para penduduk negara Indonesia untuk
menerapkan konsep yang telah ada. Kita akan tahu pasti konsep yang digunakan, tidak hanya
sekedar tahu namanya saja tapi yang lebih penting adalah isi dan makna dari
kewarganegaraan itu sendiri. Dengan demikian tulisan ini dapat memberikan manfaat yang
banyak kepada para pembaca lainnya agar lebih tertarik memahami arti sesungguhnya dari
pendidikan kewarganegaraan sendiri, sekian terima kasih dan mohon maaf atas
kekurangannya.

KEPUSTAKAAN

Damri, & Putra E.K. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan. Prenada Media Group, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai