Anda di halaman 1dari 18

Modul ke: Sistem Angkutan

05 Fakultas
Umum
Sistem Kelembagaan Angkutan Umum
Fakultas
Teknik
Program Studi
Teknik Sipil
Yosie Malinda, ST, MT

Pembuka Daftar Pustaka Akhiri Presentasi


Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya era globalisasi yang semakin maju, semakin
berkembang pula tingkat mobilitas masyarakat dalam kegiatan dan akitivitas
sosialnya. Karenanya diperlukan adanya fasilitas transportasi publik yang dapat
menopang kegiatan dan mobilitas masyarakat yang semakin berkembang
tersebut.

Kebutuhan penyediaan sarana transportasi yang menunjang tersebut tidak


dapat berdiri sendiri melalui peran satu pihak saja. Diperlukan adanya peran
serta antara lembaga yang berperan sebagai manajemen transportasi, bidang
penyedia prasarana jalan, dan sebagai lembaga penegak hukum. Peran serta
lembaga tersebut dapat menciptakan suatu tujuan terbentuknya sistem
transportasi yang aman, lancar dan tertib.

Perkembangan dan kemajuan dalam pelaksanaan transportasi tersebut perlu


didukung dengan pelaksana dari kebijakan yang baik dan berkualitas pula dan
perlu melibatkan berbagai kalangan bukan hanya dari instansi yang telah
ditunjuk sebagai pelaksana kebijakan itu saja namun perlu adanya keterlibatan
masyarakat diluar pelaksana kebijakan sebagai pengawas jalannya kebijakan
tersebut sehingga ada yang selalu memantau apa yang telah dilaksanakan
serta sejauh mana program tersebut dijalankan. < MENU AKHIRI →
← >
Kelembagaan
Kelembagaan (institution) sebagai aturan main (rule of game) dan organisasi, berperan
penting dalam mengatur penggunaan/alokasi sumberdaya secara efisien, merata dan
berkelanjutan.

Beberapa definisi kelembagaan menurut para ahli, sebagai berikut :

Menurut Sahyuti (2006), suatu kelembagaan adalah suatu pemantapan perilaku yang hidup
pada suatu kelompok orang yang merupakan sesuatu yang stabil, mantap dan berpola;
berfungsi untuk tujuan-tujuan tertentu dalam masyarakat; ditemukan dalam sistem sosial
tradisional dan modern atau bisa berbentuk tradisional dan modern dan berfungsi
mengefisienkan kehidupan sosial secara khusus.
North (1990) mendefinisikan “kelembagaan sebagai batasan - batasan yang dibuat untuk
membentuk pola interaksi yang harmonis antara individu dalam melakukan interaksi
politik, sosial dan ekonomi”.

Menurut Schotter (1981), “kelembagaan merupakan regulasi atas tingkah laku manusia
yang disepakati oleh semua anggota masyarakat dan merupakan penata interaksi dalam
situasi tertentu yang berulang

<
← MENU AKHIRI >

Kelembagaan dan
Manajemen Angkutan Umum
Menurut Khisty (2003), bentuk fisik dari kebanyakan sistem transportasi tersusun atas
empat elemen dasar yaitu :

a. Sarana perhubungan (link): Jalan raya atau jalur yang menghubungkan


dua titik atau lebih, pipa, jalur ban berjalan (belt coveyor), jalur laut, jalur
penerbangan juga dapat dikategorikan sebagai sarana perhubungan.

b. Kendaraan : alat yang memindahkan manusia dan barang dari suatu titik
ke titik lain di sepanjang sarana perhubungan seperti mobil, bis, dan lain -
lain.

c. Terminal : Titik-titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai atau


berakhir, seperti terminal bis dan bandar udara.

d. Manajemen dan tenaga kerja : Orang-orang yang membuat,


mengoperasikan, mengatur dan memelihara sarana perhubungan,
kendaraan dan terminal.

<
← MENU AKHIRI >

Kelembagaan dan
Manajemen Angkutan Umum
Ada empat tahap evolusi kelembagaan angkutan umum di Indonesia (Kerangka Kelembagaan,
Urban Mobility for Indonesia, GIZ 2010) yaitu meliputi :

Tahap 1 : Kondisi eksisting institusi umum saat ini, dimana angkutan umum didominasi oleh
angkutan individual. Angkutan umum berada di bawah proses perijinan dan pengawasan
Dinas Perhubungan (Dishub) daerah.

Tahap 2 : Angkutan umum berbentuk perusahaan . Tahap ini ditandai dengan pembentukan
UPTD Dishub yang menangani implementasi SPM (Standar Pelayanan Minimum), melakukan
kontrak perjanjian operasional dengan operator, dan melakukan pelelangan dengan dasar
kualitas (quality based licencing).

Tahap 3 : Tahap ini telah menetapkan suatu badan berupa “management company” untuk
melakukan proses implementasi SPM, lelang, dan kontrak kepada seluruh operator angkutan
umum.

Tahap 4: Merupakan pengembangan tahap 3. UPTD tidak hanya melayani angkutan umum
tetapi juga menangani TDM (Transportation Demand Management), yaitu Manajemen
Permintaan Transportasi yang terdiri dari 3 konsep, yaitu: tata guna lahan, jaringan jalan, dan
pengembangan angkutan umum.
<
← MENU AKHIRI >

Kelembagaan dan
Manajemen Angkutan Umum

Gambar 1.1. Tahap Evolusi Kelembagaan Angkutan Umum


Sumber : Urban Mobility for Indonesia (2011)
<
← MENU AKHIRI >

Penyelenggaraan Angkutan
Umum
Beberapa asumsi yang relevan, sebagai patokan dalam bahasan ini, diantaranya adalah :

Bahwa penyelenggaraan angkutan umum penumpang, berangkat dalam konteks “ideal” dalam rangka
memenuhi kebutuhan mobilitas segenap masyarakat, khususnya masyarakat kelompok captive dengan
berorientasi terhadap pelayanan publik yang nyaman, aman dan lancar, serta manusiawi.

Manajemen penyelenggaraan angkutan umum penumpang yang dimodifikasi, secara “ideal” juga
berpedoman bahwa didalam implementasinya tidak ada satupun pihak yang akan dirugikan baik secara
moral maupun material, dari pihak operator (pemilik/pengusaha dan pengemudi) maupun pemerintah
dalam skala makro pembangunan kota.

Adanya kesadaran yang luhur (good will) akan kewajiban dan hak dari setiap pihak yang terkait baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam manajemen penyelenggaraan angkutan umum
penumpang, sehingga terbangun mata rantai kehidupan yang saling membutuhkan dapat dipenuhi
secara proporsional disamping pengembangan aspek profesionalisme dalam tugas-tugas
kemasyarakatan, adapun pihak-pihak terkait yang dimaksud, antara lain :
1. Pengguna jasa/penumpang.
2. Operator (pemilik/pengusaha angkutan & pengemudi).
3. Pemerintah Kota sebagai perencana, pengelola (pembina) dan regulator sistem.
4. Lembaga yang terkait dengan penegakan hukum/peraturan yang diberlakukan (Kepolisian, Kejaksaan
dan Kehakiman), untuk mengendalikan/mengatasi adanya penyimpangan oleh pengemudi angkutan
kota.
<
← MENU AKHIRI >

Sistem Transportasi
Angkutan Umum
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan berkelanjutan dari satu bagian dengan bagian yang
lainnya, sistem juga terdiri dari komponen - komponen yang saling mendukung dan berjalan bersama
dengan tujuan menjalankan suatu tujuan.
Jasa transportasi disediakan oleh sistem yang terintegrasi secara kuat dan utuh, dari tempat asal
menuju ke lokasi tujuan yang berbeda-beda.
Sistem transportasi yang melayani kebutuhan perpindahan terhadap masyarakat, individu, atau
organisasi kelembagaan serta barang-barang lainnya dari tempat asal ketempat tujuan yang
dikehendaki (Miro, 2012).

Sistem transportasi mikro (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 2008) tersebut


adalah sebagai berikut :

2. Sistem Jaringan
3. Sistem
1. Sistem Kegiatan (Prasarana 4. Sistem
Pergerakan (Lalu
(Transport Demand) Transportasi/Transp Kelembagaan
Lintas/Traffic)
ort Supply)

<
← MENU AKHIRI >

Sistem Transportasi Angkutan
Umum
Dalam upaya untuk menjamin terwujudnya suatu sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar,
murah dan sesuai dengan lingkungannya, maka dalam sistem transportasi makro terdapat suatu
sistem mikro lainnya yang disebut Sistem Kelembagaan.

Sistem kelembagaan (instansi) yang berkaitan dengan masalah transportasi


adalah sebagai berikut :

Sistem Kegiatan : Badan


Perencanaan dan
Pembangunan Nasional
(Bappenas), Badan Sistem Pergerakan :Dinas
Sistem Jaringan : Departemen Lalu Lintas Angkutan Jalan
Perencanaan dan
Perhubungan dan Departemen
Pembangunan Daerah Raya (DLLAJR), Polisi Lalu
Pekerjaan Umum.
(Bappeda) Provinsi, Badan Lintas(Polantas).
Perencanaan dan
Pembangunan
Daerah(Bappeda) Kota.

<
← MENU AKHIRI >

Sistem Transportasi Angkutan
Umum

Diagram Sistem Transportasi Makro dan Mikro


Sumber : Tamin (1997)
<
← MENU AKHIRI >

Tujuan Kebijakan
Transportasi Publik Menurut
Stakeholders
Pada umumnya stakeholders dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu (Adisasmita,
2015) :

• Pihak pemerintah bertujuan untuk mengatur terselenggaranya kegiatan pelayanan


1. Pemerintah transportasi pada umumnya dan transportasi public pada khususnya terlaksana
secara efektif dan efisien

• Pihak operator bertujuan dapat memberikan pelayanan trasnportasi public kepada


2. Pihak Operator pelanggan/penumpang dengan sebaik – baiknya, dalam arti lancar, cepat, selamat,
berkapasitas, tertib dan teratur, tarif angkutan terjangkau dan nyaman

• Pihak pelanggan/penumpang merasa mendapat pelayanan yang nyaman, murah,


3. Pihak Pengguna Jasa Transportasi
tertib dan teratur, lancar, selamat, tidak berdesakan, tidak merasakan terjadinya
Publik
gangguan fisik.

• Pihak masyarakat luas menginginkan pelayanan transportasi public tersedia pada


4. Pihak Masyarakat Luas saat dibutuhkan, lancar, cepat, selamat, berkapasitas, murah dan terjangkau
penduduk miskin.

<
← MENU AKHIRI >

Pemerintah Sebagai
Regulator
Peranan pemerintah sebagai regulator sangat diperlukan dalam mengatur, membina, dan mengawasi
penyelenggaran pelayanan transportasi (termasuk dalam transportasi public perkotaan).
Dalam kebijakan transportasi secara nasional, pemerintah merumuskan berbagai strategi dan upaya, yang
diarahkan utamanya kepada (Sistrans, 2005) :

1. Meningkatnya kualitas pelayanan transportasi

2. Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi

3. Meningkatnya pembinaan pengusahaan transportasi

4. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM), serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)

5. Meningkatnya pemeliharaan dan kualitas lingkungan hidup, serta penghematan penggunaan


energy

6. Meningkatnya penyediaan dana pembangunan transportasi

7. Meningkatnya kualitas administrasi Negara di sector transportasi

<
← MENU AKHIRI >

Penguatan Penegakan
Hukum

Berbagi peran dan penegakan hukum di antara administrasi angkutan umum harus didefinisikan
dengan jelas oleh fungsi, dan pada saat yang sama meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan untuk administrasi transportasi umum.

Berikut ini menunjukkan pembagian peran di antara badan - badan.

Kementerian Perindustrian : bengkel dan akreditasi mekanik, arah administratif untuk industri otomotif untuk
mempercepat Euro 3 dan 4 adaptasi dan adaptasi teknologi untuk kendaraan biaya dan energi yang efektif.

Kementerian Keuangan : Pajak insentif dan kebijakan keringanan pajak

Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam : CNG berkelanjutan dan kebijakan pasokan diesel yang bersih,
pengembangan CNG stasiun, dan pemantauan kualitas bahan bakar

Kementerian Lingkungan Hidup : kebijakan emisi gas rumah kaca, administrasi dan evaluasi

Kepolisian : penegakan hukum

<
← MENU AKHIRI >

Dasar Pelayanan Publik dan
Penerbitan Izin Penyelenggaraan
Pengangkutan
Dalam hal penyediaan dan penyelenggaraan jasa layanan angkutan orang dalam
trayek, pemerintah mengendalikannya dengan menerbitkan izin.
Pemerintah menerbitkan izin tersebut dalam rangka untuk :

a. Memberikan jaminan bagi pengguna jasa angkutan untuk mendapatkan


jasa angkutan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya

b.Memberikan perlindungan kepada penyedia jasa/operator dengan menjaga


keseimbangan antara penyedia angkutan (supply) dan permintaan angkutan
(demand), agar perusahaan dapat menjaga dan mengembangkan usahanya.

<
← MENU AKHIRI >

Dasar Pelayanan Publik dan
Penerbitan Izin Penyelenggaraan
Pengangkutan
Dalam pelayanan publik di sektor perhubungan darat, khususnya pada pengangkutan terdapat :

1. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek.

2. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek.

3. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus dan/atau alat berat.

4. Sertiikasi Uji Tipe Kendaraan Bermotor.

5. Pengesahan rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor.

<
← MENU AKHIRI >

Dasar Pelayanan Publik dan Penerbitan
Izin Penyelenggaraan Pengangkutan

Hal ini sejalan dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a, b, dan c
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 sebagai berikut. “Perusahaan Angkutan umum yang
menyelenggarakan angkutan orang dan/ atau barang wajib memiliki :

a. Izin penyelenggaraan b. Izin penyelenggaraan


angkutan orang dalam angkutan orang tidak
trayek. dalam trayek.

c. Izin penyelenggaraan
angkutan barang khusus
atau alat berat.

<
← MENU AKHIRI >

Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Adisasmita, Adji Sakti. 2015. Perencanaan Sistem Transportasi Publik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
___________________.2011. Perencanaan dan Pembangunan Transportasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
GIZ. 2011. Urban Mobility for Indonesia.
Khristy, C.Jotin, Lall, B.Kent. 2003. Dasar- Dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Miro, Fidel. 2012. Pengantar Sistem Transportasi, Jakarta: Erlangga.
North, D. C. 1990. Institutions, Institutional Change and Economics Performance. Cambridge
University Press.
Schotter, A. 1981. The Economic Theory of Social Institutions. Cambridge, Cambridge University
Press.
Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Teknik Sipil. Institut Teknologi Bandung.
Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem Pengangkutan. ITB. Bandung.
Yustika, A. E. 2012. Ekonomi Kelembagaan : Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta. Erlangga.

<
← MENU AKHIRI
Terima Kasih
Terima Kasih

Yosie Malinda, ST, MT

Anda mungkin juga menyukai