05 Fakultas
Umum
Sistem Kelembagaan Angkutan Umum
Fakultas
Teknik
Program Studi
Teknik Sipil
Yosie Malinda, ST, MT
Menurut Sahyuti (2006), suatu kelembagaan adalah suatu pemantapan perilaku yang hidup
pada suatu kelompok orang yang merupakan sesuatu yang stabil, mantap dan berpola;
berfungsi untuk tujuan-tujuan tertentu dalam masyarakat; ditemukan dalam sistem sosial
tradisional dan modern atau bisa berbentuk tradisional dan modern dan berfungsi
mengefisienkan kehidupan sosial secara khusus.
North (1990) mendefinisikan “kelembagaan sebagai batasan - batasan yang dibuat untuk
membentuk pola interaksi yang harmonis antara individu dalam melakukan interaksi
politik, sosial dan ekonomi”.
Menurut Schotter (1981), “kelembagaan merupakan regulasi atas tingkah laku manusia
yang disepakati oleh semua anggota masyarakat dan merupakan penata interaksi dalam
situasi tertentu yang berulang
<
← MENU AKHIRI >
→
Kelembagaan dan
Manajemen Angkutan Umum
Menurut Khisty (2003), bentuk fisik dari kebanyakan sistem transportasi tersusun atas
empat elemen dasar yaitu :
b. Kendaraan : alat yang memindahkan manusia dan barang dari suatu titik
ke titik lain di sepanjang sarana perhubungan seperti mobil, bis, dan lain -
lain.
<
← MENU AKHIRI >
→
Kelembagaan dan
Manajemen Angkutan Umum
Ada empat tahap evolusi kelembagaan angkutan umum di Indonesia (Kerangka Kelembagaan,
Urban Mobility for Indonesia, GIZ 2010) yaitu meliputi :
Tahap 1 : Kondisi eksisting institusi umum saat ini, dimana angkutan umum didominasi oleh
angkutan individual. Angkutan umum berada di bawah proses perijinan dan pengawasan
Dinas Perhubungan (Dishub) daerah.
Tahap 2 : Angkutan umum berbentuk perusahaan . Tahap ini ditandai dengan pembentukan
UPTD Dishub yang menangani implementasi SPM (Standar Pelayanan Minimum), melakukan
kontrak perjanjian operasional dengan operator, dan melakukan pelelangan dengan dasar
kualitas (quality based licencing).
Tahap 3 : Tahap ini telah menetapkan suatu badan berupa “management company” untuk
melakukan proses implementasi SPM, lelang, dan kontrak kepada seluruh operator angkutan
umum.
Tahap 4: Merupakan pengembangan tahap 3. UPTD tidak hanya melayani angkutan umum
tetapi juga menangani TDM (Transportation Demand Management), yaitu Manajemen
Permintaan Transportasi yang terdiri dari 3 konsep, yaitu: tata guna lahan, jaringan jalan, dan
pengembangan angkutan umum.
<
← MENU AKHIRI >
→
Kelembagaan dan
Manajemen Angkutan Umum
Bahwa penyelenggaraan angkutan umum penumpang, berangkat dalam konteks “ideal” dalam rangka
memenuhi kebutuhan mobilitas segenap masyarakat, khususnya masyarakat kelompok captive dengan
berorientasi terhadap pelayanan publik yang nyaman, aman dan lancar, serta manusiawi.
Manajemen penyelenggaraan angkutan umum penumpang yang dimodifikasi, secara “ideal” juga
berpedoman bahwa didalam implementasinya tidak ada satupun pihak yang akan dirugikan baik secara
moral maupun material, dari pihak operator (pemilik/pengusaha dan pengemudi) maupun pemerintah
dalam skala makro pembangunan kota.
Adanya kesadaran yang luhur (good will) akan kewajiban dan hak dari setiap pihak yang terkait baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam manajemen penyelenggaraan angkutan umum
penumpang, sehingga terbangun mata rantai kehidupan yang saling membutuhkan dapat dipenuhi
secara proporsional disamping pengembangan aspek profesionalisme dalam tugas-tugas
kemasyarakatan, adapun pihak-pihak terkait yang dimaksud, antara lain :
1. Pengguna jasa/penumpang.
2. Operator (pemilik/pengusaha angkutan & pengemudi).
3. Pemerintah Kota sebagai perencana, pengelola (pembina) dan regulator sistem.
4. Lembaga yang terkait dengan penegakan hukum/peraturan yang diberlakukan (Kepolisian, Kejaksaan
dan Kehakiman), untuk mengendalikan/mengatasi adanya penyimpangan oleh pengemudi angkutan
kota.
<
← MENU AKHIRI >
→
Sistem Transportasi
Angkutan Umum
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan berkelanjutan dari satu bagian dengan bagian yang
lainnya, sistem juga terdiri dari komponen - komponen yang saling mendukung dan berjalan bersama
dengan tujuan menjalankan suatu tujuan.
Jasa transportasi disediakan oleh sistem yang terintegrasi secara kuat dan utuh, dari tempat asal
menuju ke lokasi tujuan yang berbeda-beda.
Sistem transportasi yang melayani kebutuhan perpindahan terhadap masyarakat, individu, atau
organisasi kelembagaan serta barang-barang lainnya dari tempat asal ketempat tujuan yang
dikehendaki (Miro, 2012).
2. Sistem Jaringan
3. Sistem
1. Sistem Kegiatan (Prasarana 4. Sistem
Pergerakan (Lalu
(Transport Demand) Transportasi/Transp Kelembagaan
Lintas/Traffic)
ort Supply)
<
← MENU AKHIRI >
→
Sistem Transportasi Angkutan
Umum
Dalam upaya untuk menjamin terwujudnya suatu sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar,
murah dan sesuai dengan lingkungannya, maka dalam sistem transportasi makro terdapat suatu
sistem mikro lainnya yang disebut Sistem Kelembagaan.
<
← MENU AKHIRI >
→
Sistem Transportasi Angkutan
Umum
<
← MENU AKHIRI >
→
Pemerintah Sebagai
Regulator
Peranan pemerintah sebagai regulator sangat diperlukan dalam mengatur, membina, dan mengawasi
penyelenggaran pelayanan transportasi (termasuk dalam transportasi public perkotaan).
Dalam kebijakan transportasi secara nasional, pemerintah merumuskan berbagai strategi dan upaya, yang
diarahkan utamanya kepada (Sistrans, 2005) :
4. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM), serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
<
← MENU AKHIRI >
→
Penguatan Penegakan
Hukum
Berbagi peran dan penegakan hukum di antara administrasi angkutan umum harus didefinisikan
dengan jelas oleh fungsi, dan pada saat yang sama meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan untuk administrasi transportasi umum.
Kementerian Perindustrian : bengkel dan akreditasi mekanik, arah administratif untuk industri otomotif untuk
mempercepat Euro 3 dan 4 adaptasi dan adaptasi teknologi untuk kendaraan biaya dan energi yang efektif.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam : CNG berkelanjutan dan kebijakan pasokan diesel yang bersih,
pengembangan CNG stasiun, dan pemantauan kualitas bahan bakar
Kementerian Lingkungan Hidup : kebijakan emisi gas rumah kaca, administrasi dan evaluasi
<
← MENU AKHIRI >
→
Dasar Pelayanan Publik dan
Penerbitan Izin Penyelenggaraan
Pengangkutan
Dalam hal penyediaan dan penyelenggaraan jasa layanan angkutan orang dalam
trayek, pemerintah mengendalikannya dengan menerbitkan izin.
Pemerintah menerbitkan izin tersebut dalam rangka untuk :
<
← MENU AKHIRI >
→
Dasar Pelayanan Publik dan
Penerbitan Izin Penyelenggaraan
Pengangkutan
Dalam pelayanan publik di sektor perhubungan darat, khususnya pada pengangkutan terdapat :
<
← MENU AKHIRI >
→
Dasar Pelayanan Publik dan Penerbitan
Izin Penyelenggaraan Pengangkutan
Hal ini sejalan dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a, b, dan c
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 sebagai berikut. “Perusahaan Angkutan umum yang
menyelenggarakan angkutan orang dan/ atau barang wajib memiliki :
c. Izin penyelenggaraan
angkutan barang khusus
atau alat berat.
<
← MENU AKHIRI >
→
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Adisasmita, Adji Sakti. 2015. Perencanaan Sistem Transportasi Publik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
___________________.2011. Perencanaan dan Pembangunan Transportasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
GIZ. 2011. Urban Mobility for Indonesia.
Khristy, C.Jotin, Lall, B.Kent. 2003. Dasar- Dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Miro, Fidel. 2012. Pengantar Sistem Transportasi, Jakarta: Erlangga.
North, D. C. 1990. Institutions, Institutional Change and Economics Performance. Cambridge
University Press.
Schotter, A. 1981. The Economic Theory of Social Institutions. Cambridge, Cambridge University
Press.
Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Teknik Sipil. Institut Teknologi Bandung.
Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem Pengangkutan. ITB. Bandung.
Yustika, A. E. 2012. Ekonomi Kelembagaan : Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta. Erlangga.
<
← MENU AKHIRI
Terima Kasih
Terima Kasih