Anda di halaman 1dari 5

Cara Menentukan Besarnya Ukuran

Cylinder Pneumatik

25 Wednesday Dec 2019

Posted by Furqan Alfath in Pneumatic

≈ Leave a comment

Tags

Pneumatic

Pemilihan silinder yang tepat sangat dibutuhkan. Untuk menggerakan sebuah benda dengan
massa 50kg dengan massa 5kg mempunyai ukuran silinder yang berbeda.

Jika sebuah silinder kekecilan, maka benda tersebut tidak akan bergerak, sebaliknya jika
sebuah silinder kebesaran, benda akan bergerak namun dari sisi cost / biaya menjadi lebih
besar dari yang seharusnya. Untuk itu pemilihan silinder yang tepat dibutuhkan untuk
mendapatkan sistem yang baik sekaligus mendapatkan cost yang sesuai.

Secara garis besar, ada dua hal yang perlu dipertimbangkan untuk pemilihan silinder:

1. Massa/berat benda tersebut


2. Pemasangan horizontal atau vertikal

Studi Kasus

Sebuah beban dengan massa 50Kg ingin digerakan dengan pemasangan horizontal. Tipe
silinder apa yang cocok dengan kasus tersebut?

Pertama-tama tentukan besarnya Force/Gaya (satuan Newton) yang dibutuhkan untuk


menggerakan massa tersebut. Sesuai kaidah fisika, jika ada benda bergerak maka akan ada
gaya gesek (force friction).
Sesuai dengan gambar diatas, benda akan bergerak jika F > fs ( gaya gesek statis). Jika
kurang atau sama maka benda tidak akan bergerak. Oleh sebab itu, pertama kali harus dicari
gaya gesek statisnya.

fs (gaya gesek statis) = m . g . μs . cos α

dimana,

m : massa (50kg)

g : gaya gravitasi (9,8m/s2)

μs : koefisien gaya gesek statis, untuk baja ke baja 0.15

cos α : sudut permukaan, karena dipasang secara horizontal berarti sudutnya 0 derajat.

maka didapat nilai fs adalah 73,5 N.

sedangkan, untuk gaya gesek kinetik biasanya lebih rendah dari gaya gesek statis, karena bisa
dibilang gaya gesek statis bisa disebut breakaway force dimana benda akan mulai bergerak,
sedangkan saat benda sudah bergerak, gaya geseknya akan berkurang ( ini yang disebut gaya
gesek kinetik).

Rumusnya juga sama, hanya yang membedakan koefisiennya saja. Untuk koefisiennya
sebesar 0.1. Sehingga dengan menggunakan rumus yang sama diatas didapat nilai 49 N.

Sampai sini kita sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa, silinder yang dibutuhkan adalah
silinder yang mempunyai force diatas gaya gesek statis yaitu diatas 73,5 N.
Theoritical
Force at 6 bar = 158,3 N dan 188,5 N

Sebelumnya dari datasheet tidak ada ukuran piston rodnya, untuk mencari besarnya piston
rod digunakan rumus sbb:

Sehingga dapat diketahui besarnya piston rod tersebut adalah 8mm. Kemudian pertanyaan
selanjutnya, darimana angka 158,3 N dan 188,5 N muncul?
F ( gaya ) = Pressure (P) x Luas Area (A), di silinder ada dua buah area, area pertama di
sebelah kiri piston, sedangkan area kedua ada di sebalah kanan piston yang ada piston
rodnya.

Rumus mencari luas adalah πr² , dimana adalah r jari-jari piston (diameternya 20mm atau
0,02 meter), maka luas area pertama adalah 3,14 cm2.

Sedangkan untuk area kedua adalah luas pertama – luas piston rod. Luas piston rod, A =
(0,004 meter)2 . 3,14 = 0,5 cm2.

Maka, 3,14 – 0,5 = 2,63 cm2.

Dari datasheet didapat bahwa uji coba dilakukan di tekanan 6 bar = 600000 Pascal.

Maka untuk forward stroke, F = P . A

F = 600.000 Pa . 0.000314 = 188,5 N

sedangkan untuk reverse stroke

F = 600.000 Pa . 0.000263 = 158,3 N

Kalkulasi diatas menjadi jawaban, mengapa pada silinder pneumatik, saat bergerak reverse
lebih cepat ketimbang forwardnya.

Lalu bagaimana jika pemasangan vertikal?

Rumusnya tetap sama. Namun gaya gesek tidak berlaku pada pemasangan vertikal, sehingga
diabaikan. Sehingga perhitungannya menjadi sbb:

F = m . g, 50kg . 9,8 = 490.5 N, maka silinder diatas tidak akan mampu menggerakan benda
tersebut, sehingga dibutuhkan ukuran silinder yang lebih besar.

Jadi kesimpulannya saat memilih silinder pneumatik:

1. Tentukan massa benda


2. Pemasangan Horizontal atau Vertikal
3. Panjang stroke silinder
4. Semakin besar diameter piston, semakin besar tenaganya ( N ).

Anda mungkin juga menyukai