BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penulisan
F. Manfaat Penulisan
G. Sistematika Penulisan
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran matematika, konsep bilangan menjadi dasar utama bagi
peserta didik. Konsep dasar bilangan, meskipun terkesan sangat sederhana, tetapi
mempunyai pengaruh penting untuk fase selanjutnya. Pada konsep bilangan, secara urut
dimulai dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Konsep penjumlahan
mejadi sasaran utama pada dasar dalam konsep bilangan. Penjumlahan bilangan dimulai
dengan pengenalan angka yang dimulai dari satuan, puluhan, ratusa, ribuan dan
seterusnya. Setelah pengenalan angka, dilanjutkan dengan konsep penjumlahan,
perkalian, pengurangan dan pembagian. Jika seseorang sudah begitu lancar dalam operasi
bilangan, penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian maka untuk mengerjakan
elemen lain pada bidang studi matematika akan sangat mudah karena anak-anak sudah
mahir pada konsep dasar bilangan.
Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, khususnya Pendidikan dasar anak-
anak sangat merasa kesulitan dalam mengerjakan operasi hitung bilangan. Bahkan pada
konsep dasar awal untuk penjumlahan, masih ada peserta didik yang belum tuntas pada
penjumlahan dua digit dengan satu digit atau penjumlahan dua digit dengan dua digit
yang satuannya sama dengan atau lebih dari sepuluh. Hal ini terlihat dari nilai siswa yang
belum tuntas. Peserta didik merasa kesulitan dan kebingungan dalam menjawab
penjumlahan puluhan yang satuannya sama dengan atau lebih dari sepuluh.
Salah satu metode yang sedang digunakan saat ini, berkaitan dengan
pembelajaran abad 21 yaitu metode Gasing. Dalam pembelajaran dengan metode Gasing,
anak diajak bermain sambil belajar, dengan bereksplorasi menggunakan alat peraga mulai
dari Konkrit, Abstrak dan Mencongak. Dengan metode gasing, anak tidak merasa
kesulitan karena anak diajak bermain sehingga Pelajaran menjadi gampang, asyik dan
menyenangkan.
Selama ini di sekolah guru-guru menggunakan metode yang monoton dan lebih
banyak menggunakan metode ceramah serta pemberian tugas dalam mengajar
matematika sehingga peserta didik tidak mencapai tingkat ketuntasan yang ditetapkan.
Selain menggunakan metode yang membosankan, ditemukan juga masalah lain. Masalah
yang muncul yaitu, Ketika peserta didik sudah merasa bosan, peserta didik tidak
konsentrasi pada materi dan tidak menjawab pertanyaan dari guru membuat guru
kehilangan fokus dan harus mengontrol emosi agar pembelajaran dapat tetap
berlangsung.
Berdasarkan kenyataan yang ada, peneliti menduga bahwa ada hubungan antara
metode pembelajaran yang digunakan guru dengan suasana belajar yang kurang
menyenangkan sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari
ketidaktertarikan peserta didik dalam memahami materi sehingga materi mempengaruhi
hasil belajar peserta didik. Jika dikaitkan dengan kutipan dari pencetus metode gasing,
Profesor Yohanes Surya mengatakan “sejatinya, tidak ada anak yang bodoh, semua anak
sama pintar. Yang membedakan adalah Sebagian dari mereka belum memiliki
kesempatan belajar dengan guru yang baik dan metode yang benar.
Untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam penjumlahan puluhan
dengan jumlah satuan sama dengan atau lebih dari sepuluh, maka peneliti memilih
menggunakan metode Gasing. Pemilihan metode gasing karena metode Gasing memiliki
keunggulan yaitu membuat matematika menjadi lebih gampang, asyik dan
menyenangkan karena dalam mengerjakan soal-soal matematika tidak harus
menggunakan rumus matematika.
Penerapan metode Gasing untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kemampuan
berhitung siswa pada penjumlahan puluhan dengan satuan dan puluhan yang jumlah
satuannya sama dengan atau lebih dari sepuluh yang akan dikaji pada penelitian ini.
Adapun judul yang penulis buat Yaitu “Pengaruh Penerapan Metode Gasing Tehadap
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Berhitung Penjumlahan Dua Digit Siswa Kelas 4 SD
Inpres Warsansan”
B. Identifikasi Masalah
1. Minimnya guru kelas yang menggunakan metode Gasing dalam pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar;
2. Kurangnya alat-alat pendukung dalam pembelajaran;
3. Kurangnya minat peserta didik dalam belajar matematika;
4. Kurangnya pemahaman guru tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode gasing;
5. Masih ditemukan kesulitan dari peserta didik dalam membedakan nilai tempat;
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi penelitian ini yaitu
tentang “Pengaruh Penerapan Metode Gasing Tehadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Berhitung Penjumlahan Dua Digit Siswa Kelas 4 SD Inpres Warsansan”
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka Rumusan Masalah
yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Apakah metode gasing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata Pelajaran
matematika materi konsep berhitung penjumlahan dua digit?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa pada konsep berhitung penjumlahan dua
digit antara metode Gasing dengan Model Konvensional?
E. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan perumusan masalah yang dirumuskan diatas, maka yang
menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
gasing dalam penjumlahan puluhan dengan satuan atau puluhan dengan puluhan dengan
jumlah satuan sama dengan atau lebih dari sepuuh pada siswa kelas 4 SD Inpres
Warsansan”
F. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk
mengembangkan metode pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki mutu
pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar, terutama dalam
berhitung cepat, khususnya penjumlahan dengan menggunakan metode gasing.
Dengan adanya penggunaan metode Gasing, pembelajaran menjadi gampang,
asyik dan menyenangkan dan peserta didik lebih cepat memahami karena
menggunakan konsep belajar dari Konkret, Abstrak dan Mencongak.
2. Manfaat Praktis
Bagi peserta didik, temuan dari penelitian ini dapat mempermudah
peserta didik dalam belajar matematika untuk mengerjakan hal-hal yang berkaitan
dengan perhitungan tanpa menggunakan rumus dengan cepat. Sedangkan bagi guru,
temuan ini dapat menambah bahan masukan untuk pembelajaran matematika, secara
khusus penjumlahan puluhan dengan satuan atau puluhan yang satuannya sama
dengan atau lebih dari sepuluh dengan metode gasing.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti membaginya ke dalam lima bab yang
sistematika penulisannya sebagai berikut:
Bab pertama Pendahuluan, yang merupakan pengantar umum kepada penulisan
penelitian. Dalam bab ini hal yang dikemukakan yaitu meliputi latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab kedua membahas tentang kajian teori, namun pada penulisan ini tidak
dibahas karena lebih mengacu pada bab lainnya.
Bab ketiga membahas tentang Metodologi Penelitian, yang terdiri dari tempat
dan waktu penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan
Sampel, dan Teknik Analisis Data
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, membahas tentang Dekripsi Hasil
Penelitian dan Analisis Data
Bab V Penutup, yang berisikan tentang Simpulan dan Saran
BAB II
KAJIAN TEORI
C. Kerangka Berpikir
Peneliti akan membandingkan kemampuan berpikir kritis antar kelas ekperimen dan
kelas kontrol. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan metode gasing di kelas
ekperimen dan pembelajaran konvensional seperti biasa dikelas kontrol. Maka kemampuan
berpikir kritis kedua kelompok dilakukan uji beda yaitu dengan melihat rata-rata hasil post
test apakah ada pengaruh dari penerapan metode Gasing.
Berdasarkan uraian diatas,maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Proses Pembelajaran Matematika
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan :
Eksperimen : Kelompok yang diberi perlakuan
Kontrol : Kelompok tanpa diberi perlakuan
A1 : Tes Awal / Pretest (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen
A2 : Tes Akhir / Pretest (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen
A3 : Tes Awal / Posttest (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol
A4 : Tes Akhir / Posttest (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol
X1 : Penerapan pembelajaran dengan Metode Gasing
X2 : Penerapan pembelajaran dengan Metode Konvensional
Gambar 3.1
Kerangka Eksperimen
Quasi Experiment
Nonequivalent Control Group Design
Uji Beda
Uji Beda
Post Test Post Test
Uji Beda
3.5.3 Uji paired sampel t-tes (jika data penelitian berdistribusi normal)
Uji paired sampel t-test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata
dua sampel yang berpasangan. Artinya tujuan uji paired sampel t-test Untuk mengetahui
sampel yang berpasangan atau terikat.
Persyaratan dalam uji paired sampel t-test adalah data berdistribusi normal, maka
dilakukan uji paired sampel t-test.
Untuk varian data homogen bukanlah merupakan persyaratan dalam uji paired sampel t
test.
Uji paired sampel t-test dalam penelitian ini dipakai untuk menjawab rumusan masalah
“Apakah metode gasing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep berhitung
penjumlahan?
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, uji paired sampel t-test dilakukan terhadap
data pretest kelas eksperimen dengan post test kelas ekperimen,dimana pada kelas
eksperimen penelitian ini menggunakan metode gasing. Kita akan membandingkan
apakah ada perbedaan antara ssebelum diberikan perlakuan dengan setelah diberikan
perlakuan kemudian data pre test kelas control dengan data post test kelas control dimana
pada kelas control menggunakan model atau pendekatan konvensional.
3.5.4 Uji homogenitas
3.5.5 Uji independent sampel t ts (jika data berdistribusi normal)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Valid
Jika Nilai DHitung < nilai tabel Kolmogorov-Smirnov maka H0 diterima dan H1 ditolak,
artinya tabel berdistribusi normal. Kalau Ha diterima H0 ditolak maka datanya berdistribusi tidak
normal. Berdasarkan data p ada tabel, dapat diketahui Hasil D<K maka H0 diterima, tabel
berdistribusi normal. Karena data penelitian berdistribusi normal, maka kita dapat menggunakan
statistik parametrik yakni uji paired sampel t-tes dan uji independent sampel t-test untuk
melakukan analisis data penelitian.
Interpretasi uji paired sampel t-test
1. Berdasarkan uji paired 1, diperoleh nilai sgi atau
4. Uji homogenitas
B. Analisis Data
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran