PERTEMUAN 8
PENGEMBANGAN SDM BPS
A. Pengertian
• Pengembangan karyawan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.
• Suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan di masa datang
• Proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai
tujuan organisasi
• Usaha pemberi kerja untuk memperoleh hasil pekerjaan atau tugas yang
sesuai dengan kemampuan/pengetahuan
• Pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu di masa
sekarang
B. Program
Program pengembangan perlu disusun secara cermat dan didasarkan metode-
metode ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan
perusahaan saat ini dan yang akan dating. Program ini dibutuhkan karena
adanya tuntutan pekerjaan/jabatan sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan
persaingan. Hal yang perlu diperhatikan dalam program antara lain:
• Rencana konkrit mencantumkan sasaran pengembangan, kebijakan,
prosedur, anggaran, dan waktu dilaksanakannya program pengembangan
tsb.
• Harus bersprinsip pada peningkatan efektivitas dan efisiensi
• Disampaikan kepada karyawan secara terbuka.
• Isi program ditentukan dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan
sasaran dalam rangka mengajarkan berbagai keterampilan tertentu,
menyampaikan pengetahuan baru atau mengubah sikap.
C. Tujuan
▪ Meningkatkan produsktivitas kerja, efisiensi, pelayanan, moral dan karir
pegawai, kemampuan konseptual, kepemimpinan, balas jasa, dan manfaat
bagi konsumen, serta mengurangi kerusakan dan kecelakaan.
▪ Meningkatkan kualitas dan kemampuan bekerja
▪ Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan karena technical skill,
human skill dan managerial skill semakin baik.
▪ Mampu meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, mengurangi aus
mesin dan pemborosan berkurang.
169
▪ Meningkatkan kualitas terhadap pelayanan kepada nasabah, moral
karyawan serta karier karyawan sendiri.
D. Jenis Pengembangan
Pengembangan secara informal yakni atas keinginan sendiri melatih dan
mengembangkan sendiri dengan literatur yang berhubungan dengan kerjanya
(misal di BPS ada izin belajar untuk meraih pendidikan formal).
Pengembangan secara formal yakni karyawan ditugaskan oleh perusahaan
untuk mengikuti Pendidikan dan Latihan.
E. Proses Pengembangan
Beberapa hal yang dilakukan dalam pengembangan:
- Menentukan sasaran
- Menentukan kurikulum
- Menentukan sarana
- Menyiapkan peserta (ada karyawan baru dan karyawan lama)
- Menentukan syarat pelatih (teaching skill, communication skill, personality
authority, social skill, berkemampuan teknis, emosi yang stabil)
- Melaksanakan pelatihan
- Evaluasi pelaksanaan pengembangan
Ada juga faktor-faktor yang memengaruhi Latihan dan pengembangan pegawai,
yakni efektivitas biaya, materi program, prinsip pembelajaran, ketepatan dan
kesesuaian fasilitas, kemampuan dan preferensi peserta, kemampuan dan
preferensi pelatih.
Metode pengembangan dibagi menjadi dua:
a) Metode pelatihan (training) yang ditujukan untuk karyawan operasional
agar makin mampu melaksanakan tugas.
b) Metode Pendidikan (education) ditujukan untuk karyawan manajerial agar
mampu membawa bawahannya menyelesaikan tugas.
170
- Keahlian pelatih/instruktur
- Fasilitas pengembangan
- Kurikulum
Pengembangan ASN dicakup dalam PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
ASN meliputi pengembangan karir dan pengembangan kompetensi. Pengembangan
karir meliputi mutase, promosi, dan penugasan khusus sedangkan pengembangan
kompetensi meliputi manajerial, teknis, dan sosio-kultural. Manajemen ASN
berbasis sitem merti, yakni berdasarkan pada perpaduan kualifikasi, kinerja, dan
kompetensi secara adil dan wajar.
Pengembangan kompetensi SDM di BPS dilaksanakan melalui
penyelenggaraan diklat teknis statistik oleh Pusdiklat BPS; perencanaan dan
perekrutan CPNS ikatan dinas oleh Polstat STIS; dan manajemen SDM oleh Biro
SDM. Rangkaian kegiatan ini disebut triple-helix collaboration dengan fungsi
supply oleh Polstat STIS, manage oleh Biro SDM, dan develop oleh Pusdiklat BPS.
Dalam pengembangan SDM, terdapat kebijakan sembilan box matrix di BPS yang
memetakan pegawai dalam matriks-matriks berdasarkan kinerja dan potensi untuk
mengetahui langkah yang harus dilakukan pada tiap individu. Selain itu, Pusdiklat
BPS juga melaksanakan pengembangan kompetensi SDM melalui jalur Pendidikan
dan pelatihan. Jalur Pendidikan meliputi tugas belajar di dalam maupun luar
negeri(ditugaskan oleh instansi) dan izin belajar (atas inisiatif pribadi). Pelatihan
terdiri atas manajerial (prajabatan/Latihan dasar kepemimpinan), teknis (teknis dan
fungsional), dan sosio-kultural (capacity building untuk peningkatan softskill).
PERTEMUAN 9
REFORMASI BIROKRASI BPS
A. Latar Belakang
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap system penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek berikut ini :
▪ Kelembagaan (Organisasi)
▪ Ketatalaksanaan (Business Process)
▪ Sumber Daya Manusia Aparatur
Beberapa permasalahan yang mendasari reformasi birokrasi antara lain
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang masih berlangsung; kualitas
171
pelayanan public yang belum cukup baik, transparansi dan akuntabilitas
rendah; serta tingkat disiplin dan etos kerja pegawai masih rendah.
Birokrasi sendiri merupakan system yang dijalankan oleh pegawai
sistem pemerintah (administrasi pemerintah)
pemerintah (birokrat mencakup system, ------------- system manajemen, dan kelembagaan
172
• Membentuk dan atau menyempurnakan peraturan perundang-undangan
sebagai landasan hukum tatakelola pemerintahan yang baik.
• Memodernisasi birokrasi pemerintahan dengan optimalisasi pemakaian
teknologi informasi dan komunikasi → SPBE
• Mengembangkan budaya, nilai-nilai kerja dan perilaku yang positif →
Nilai Inti (Core values) ASN: BerAKHLAK
• Mengadakan restrukturisasi organisasi (kelembagaan) pemerintah
• Mengadakan relokasi dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
termasuk perbaikan system remunerasi
• Menyederhanakan system kerja, prosedur dan mekanisme kerja
• Mengembangkan mekanisme control yang efektif
C. Sasaran sasaran reformasi birokrasi
Secara umum sasaran yang ingin dicapai ialah mengubah pola pikir (mindset),
budaya kerja (culture set) dan manajemen pemerintahan. Namun, dapat
dijabarkan lebih lanjut dalam tabel berikut:
No Area Perubahan Hasil yang Ingin Dicapai
1 Kelembagaan Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran
(organisasi) (right sizing)
2 Budaya organisasi Birokrasi dengan integritas dan kinerja tinggi
3 Ketatalaksanaan Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas,
efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan
prinsip-prinsip good governance
4 Regulasi Deregulasi Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpeng tindih,
Birokrasi dan kondusif
5 Sumber Daya SDM yang berintegritas, kompeten,
Manusia professional, berkinerja tinggi dan sejahtera
D. Strategi Implementasi
No Proses Program Dampak
1 Membangun Program percepatan Perbaikan sistem kerja dan
kepercayaan (Quick Win) perbaikan kualitas produk
masyarakat utama
2 Membangun Manajemen Mengomunikasi perubahan
komitmen dan Perubahan baik kepada internal
partisipasi maupun masyarakat dalam
rangka pembentukan
perilaku yang diinginkan
3 Mengubah pola Penataan Sistem Perbaikan organisasi,
piker ketatalaksanaan dan sistem
manajemen SDM
173
4 Memastikan Penguatan unit Perubahan pola pikir,
keberlangsungan organisasi; perubahan budaya kerja,
berjalannya deregulasideregulasi, perubahan perilaku
system dan peningkatan sistem
terjadinya pengawasan,
perubahan perbaikan/pengadaan
sarana dan prasarana
174
▪ Implementasi Reformasi Birokrasi untuk mendukung tercapainya visi
dan misi organisasi serta prioritas program kerja presiden dan
pembangunan nasional.
▪ Untuk memastikan kolaborasi berjalan dengan baik maka perlu disusun
rencana kerja dan prioritas yang jelas serta didukung dengan tata kelola
RB yang efektif dan efisien.
PERTEMUAN 10
ORGANISASI DAN KOMUNIIKASI
A. Organisasi Perkantoran
Pengertian organisasi, asas-asas pokok organisasi, sentralisasi,
spesialisasi, sekretaris, organisasi BPS-RI
1) Pengertian Organisasi
Organisasi adalah setiap sistem kerja sama yang dijalankan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dari banyak orang
yang mempunyai tujuan bersama dapat terbentuk kegiatan yang beda
dengan wujud bidang kerja; yang masing-masing harus mempunyai
wewenang dan tanggung jawab. Dari bidang-bidang kerja perlu adanya
komunikasi dan perlu koordinasi.
Kerangka yang mewujudkan pola tetap hubungan diantara bidang-
bidang kerja maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan,
wewenang dan tanggung-jawab masing-masing dalam suatu sistem
kerjasama disebut tataraga (struktur) organisasi (organization
structure).
Organisasi yang baik harus efisien dan sehat:
• Efisien artinya memiliki susunan yang logis dan bebas dari
sumber pergesekan, sehingga setiap satuan didalamnya
mencapai perbandingan terbaik
• Sehat artinya mempunyai bentuk yang teratur dimana setiap
bidang kerja, pejabat tugas dan wewenangnya dapat dijalankan
tanpa kesimpang-siuran
Tahapan dalam organisasi:
- Tujuan yakni menentukan macam dan luasnya pekerjaan yang harus
dilaksanakan
175
- Fungsi yaitu sekelompok aktivitas/pekerjaan yang jenisnya sama
berdasarkan sifat, pelaksanaannya, ataupun urutan praktisnya
- Tugas merupakan fungsi yang ditugaskan kepada sesuatu pihak
tertentu
- Pelimpahan wewenang adalah pemberian wewenang kepada
petugas untuk melakukan tindakan dalam tugasnya
- Permintaan tanggung jawab: akibat pelimpahan wewenang akan
menuntut tanggung jawab.
- Kewajiban bertanggung jawab: tahap akhir dalam penyelesaian
kerja
2) Bentuk-bentuk Organisasi
a) Organisasi Garis (Lini)
Pucuk
Pimpinan
Staf Ahli
Hukum
176
• Struktur tergantung tujuan dan besarnya manusia yang
dilibatkan
• Manajer perkantoran harus memiliki rencana untuk menghadapi
perubahan yang terjadi
• Harus direncanakan dari bawah, yang selanjutnya ke atas
• Bila cukup besar perlu dibentuk pemimpin kelompok kerja
• Perlu adanya rentangan pengawasan yang disesuaikan dengan
sederhana/rumitnya pekerjaan
• Usahakan tingkatnya jangan terlalu banyak => susah koordinasi
(sebaiknya tidak lebih dari 2 tingkat)
• Mungkin perlu diangkat wakil manajer.
4) Sentralisasi
Azas pemusatan: semua kerja perkantoran dalam organisasi dibebankan
dan dilaksanakan oleh sebuah satuan organisasi
Azas pemencaran: masing-masing organisasi disamping melaksanakan
tugas induknya juga melaksanakan tugas ketatausahaan di lingkunganny
5) Spesialisasi
Dengan asas spesialisasi, pelaksanaan kerja (misal ketatausahaan) jadi
lebih sederhana, lebih cermat, lebih cepat, dan menghambat kecurangan.
Namun, over specialization menimbulkan kebosanan kerja dan
menghambat diperolehnya pengetahuan lain.
6) Sekretaris
Bertugas mengurus surat-menyurat, penyimpanan dokumen, pelayanan
tamu, maupun urusan rapat.
7) Organisasi BPS-RI
BPS merupakan instansi vertical otonomi penuh di daerah kecuali
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain
(UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik). Bentuk instansi vertical
ini dapat mempermudah agar berada dalam satu komando; independen;
mempermudah dalam keseragaman konsep, definisi, ukuran; dan
mempermudah keterbandingan antardaerah.
177
i. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
j. Instansi Vertikal
B. Komunikasi Perkantoran
1. Arti dan Pentingnya Komunikasi
Komunikasi sangat penting dalam kegiatan perkantoran karena
kantor adalah kumpulan orangorang yang bekerja sama. Komunikasi yang
efektif membuat pengurusan informasi, yaitu penyampaian dan
penerimaan berita, akan dapat berlangsung dengan baik. Komunikasi
adalah penyampaian warta yang mengandung macam-macam keterangan
dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi penting karena beberapa hal
di bawah ini:
▪ Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas
▪ Meningkatkan kegairahan bekerja
▪ Meningkatkan moral dan disiplin
▪ Pimpinan tahu ➔Pengendalian efisien
▪ Pegawai tahu aturan, kebijakan, ketentuan
▪ Informasi dapat cepat diketahui
▪ Meningkatkan rasa tanggung-jawab
▪ Menimbulkan saling pengertian dan saling menghargai
▪ Meningkatkan kerjasama karyawan
▪ Meningkatkan semangat korps
▪ Menjadi benteng desas-desus intern dan gangguan info negatif dari
luar
▪ Alat utama bagi organisasi untuk bekerjasama dengan pihak luar
▪ Memberikan pengertian sebagian dari tujuan.
Dalam berkomunikasi terdapat beberapa unsur sehingga tercipta
sebuah komunikasi yakni pengirim warta, keterangan atau buah pikiran,
alat atau saranan dalam penyampaian buah pikiran, isyarat yang
dipancarkan, dan penerima warta
2. Jenis Komunikasi
▪ Sistem komunikasi tulisan (surat, telegrsm, warkat tertulis lainnya)
▪ Sistem komunikasi lisan (telepon hubungan keluar dan kedalam,
radio)
▪ Sistem mekanis (Mechanical system) => pipa udara, ban berjalan,
teleks, Sistem panggilan
▪ Petugas (Staf location system) => dipakai untuk mencari orang di
sekitar bangunan
▪ Sistem electric (eletrical system) => televisi, electronic mail dsb
3. Azas Pokok Komunikasi
▪ Komunikasi berlangsung antara pikiran seseorang dengan pikiran
orang lain => perlu sekali pengirim menyesuaikan dengan yang akan
dikirimi
178
▪ Orang hanya dapat mengerti dengan menghubungkan hal lain yang
telah dimengerti => perlu menyesuaikan dengan tingkatannya
▪ Orang yang melakukan komunikasi mempunyai suatu kewajiban
untuk membuat dirinya dimengerti => jangan terlalu banyak
menggunakan kata-kata asing
▪ Orang yang tidak mengerti berhak meminta penjelasan => mungkin
memerlukan penjelasan tambahan.
4. Faktor Utama, Arah Komunikasi, dan Azas Bahasa
Faktor utama komunikasi terdiri dari kecepatan, kecermatan, keselamatan,
kerahasiaan, warkat, kesan dan biaya. Selain itu, arah komunikasi yang
terjadi dapat berupa arah komunikasi vertical maupun horizontal. Arah
komunikasi vertical adalah hubungan proses menyampaikan warta dari
pihak pimpinan ke bawahan (vertikal ke bawah) atau sebaliknya (vertikal
ke atas), sedangkan arah komunikasi horizontal adalah hubungan di antara
para pejabat atau satuan pada tingkat jenjang organisasi yang kurang lebih
sederajat. Selain itu, terdapat tiga azas bahasa dalam berkomunikasi yakni,
azas kejelasan (clarity), azas keringkasan (conciseness), dan azas
ketepatan (correctness).
PERTEMUAN 11
PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
179
• Menjawab tantangan agar pengadaan pemerintah dapat menjadi instrument
pembangunan.
D. Garis Besar Proses PBJP
180
Setiap benda berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh pengguna barang. Pengadaan barang dapat meliputi
bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, dan makhluk
hidup.
• Pekerjaan konstruksi
Keseluruhan/sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan
kembali suatu bangunan.
• Jasa konsultasi
Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir atau
brain ware.
• Jasa lainnya
Jasa non-konsultasi/jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi
khusus, dan/atau keterampilan (skill ware) dalam suatu sistem tata
kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
H. Pekerjaan Terintegrasi
Pekerjaan terintegrasi mencakup seluruh jenis pengadaan:
• Pekerjaan design and build → barang + jasa konstruksi
• Pekerjaan IT solution → barang + jasa konsultasi + jasa konstruksi
• Pekerjaan EPC (Engineering-Procurement-Construction) → jasa
konsultasi + jasa lainnya
• Pekerjaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan → barang +
jasa lainnya.
Contoh struktur kontrak: Rekayasa, pengadaan, dan konstruksi.
I. Pelaksanaan PBJP
Pelaksanaan BPJB dilakukan dengan swakleola dan penyedia. Pelaksanaan/
pengadaan ini bertujuan untuk:
181
• Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang
dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi
dan penyedia
• Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri
• Meningkatkan peran serta UMKM, penciptaan lapangan kerja, dll.
• Meningkatkan peran pelaku usaha nasional
• Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil
penelitian
• Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif
• Mendorong pemerataan ekonomi
• Mendorong pengadaan berkelanjutan
Adapun kebijakan PBJB adalah sebagai berikut:
182
PERTEMUAN 12
PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA DAN DAERAH
(BMN/D)
183
D. Ruang Lingkup BMN
184
•Pemindahtanganan
Pengalihan kepemilikan BMN/D yang dapat dilakukan dengan cara
penjualan, tukar menukar, hibah, penyertaan modal pemerintah
pusat/daerah
• Pemusnahan
Dilakukan karena BMN/D tidak dapat digunakan, tidak dapat
dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat dipindahtangankan; atau terdapat
alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penghapusan
Tindakan menghapus BMN/D dari daftar barang dengan menerbitkan SK
dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna/kuasa
pengguna barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang
yang berada dalam penguasaannya.
• Penatausahaan
Rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan
pelaporan hasil pendaan BMN/D sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Terdiri atas: pemuan, inventarisasi, pelaporan.
• Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
Menteri Keuangan melakukan pembinaan pengelolaan Barang Milik
Negara dan menetapkan kebijakan pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah. Pengawasan dan Pengendalian BMN/D dilakukan oleh
pengguna barang melalui pemantauan dan penertiban dan/atau pengelola
barang melalui pemantauan dan investigasi.
F. Manajemen Kearsipan
• Arti dan kegunaan
1) Definisi arsip
Berdasarkan UU Nomor 43 Tahun 2009, pasal 1 ayat 2, arsip adalah
rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media
sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah,
lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Fungsi arsip
a. Arsip dinamis, dipergunakan secara langsung dalam perencanaan,
pelaksanaan,penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumya
atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan
administrasi negara.
b. Arsip statis, tidak dipergunakan secara langsung untuk perencanaan,
pelaksanaan dan penyelengaraan kehidupan kebangsaan serta untuk
menyediakan bahan pertanggung jawaban tersebut bagi kegiatan
pemerintah.
185
• Sistem penyimpanan
Sistem penyimpanan dalam pelenggaraan pengarsipan dapat dilakukan
berdasarkan:
1) Penyimpanan menurut abjad
2) Penyimpanan menurut pokok soal
3) Penyimpanan menurut wilayah
4) Penyimpanan menurut nomor
5) Penyimpanan menurut tanggal.
• Tatakerja kearsipan
Proses penyelenggaraan aktivitas menghimpun, mencatat,
mengolah, mengganda, mengirim, dan menyimpan informasi. Pengarsipan
dapat diringkas menjadi membuat dan meyimpan warkat (fakta tertulis
tentang peristiwa dan kegiatan dari organisasi). Warkat mengandung
administrative value, legal value, fiscal value, research value, educational
value, maupun documentary value sehingga perlu disimpan.
• Penyusutan
Penyusutan bertujuan untuk mendayagunakan arsip dinamis,
menghemat ruangan, mempercepat penemuan kembali arsip, dan
menyelamatkan bahan bukti pertanggungjawaban pemerintah.
Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 1979 tentang penyusutan arsip, arsip
dibedakan menjadi:
1) arsip aktif → arsip dinamis yang secara langsung dan terus menerus
diperlukan dalam penyelenggaraan administrasi
2) arsip inaktif → arsip dinamis yang frekuensi penggunaannya sudah
menurun.
• Penghapusan
Kegunaan dari warkat pada umumnya tidak berlangsung selamanya,
suatu ketika warkat-warkat itu sudah tidak ada lagi nilai untuk disimpan.
Penghapusan warkat dapat diukur dari:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑟𝑎𝑡 − 𝑠𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑟𝑠𝑖𝑝
Warkat dianggap masih besar kegunaannya apabila angka pemakainnya
lebih dari 5%. Pada umumnya warkat dikategorikan menjadi:
1) warkat vital, menjadi dasar kelangsungan instansi dan harus ada dalam
bentuk aslinya
2) warkat penting, surat-surat yang mempunyai kegunaan besar, yang
membantu kelancaran instansi, atau sukar diganti bila hilang karena
mahal. (perjanjian sewa gedung dsb)
3) warkat berguna, bersifat sementara dan hanya kadang-kadang
diperlukan kembali (bisa disusutkan setelah akhir tahun)
4) warkat tidak penting. biasanya habis kegunaannya bila sudah dibaca
(nota, memo. surat pemberitahuan).
186
PERTEMUAN 13
MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA
187
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
• Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (UU Nomor 17 Tahun 2003). Anggaran adalah daftar
atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran
negara yang diharapkan dalam jangka waktu satu tahun (Suparmoko,
2000).
• Siklus Anggaran di BPS
188
Meliputi akuntabilitas berorientasi pada hasil, profesionalitas,
keterbukaan, dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas
dan mandiri.
• Tahapan Kegiatan dalam Pengelolaan Keuangan Negara
Penyusunan rencana anggaran → pengajuan rancangan anggaran ke
DPR → pembahasan rancangan anggaran di DPR → pengesahan
rancangan anggaran → pelaksanaan anggaran → pengawasan dan
pemeriksaan atas pelaksanaan anggaran → perhitungan anggaran.
• Perubahan Sistem Anggaran
1) Program budgeting (berbasis tujuan) → Performance budgeting
(berbasis kinerja).
2) Dual Budgeting (anggaran rutin dan anggaran pembangunan terpisah)
→ Unified Budget (satu anggaran).
• Petunjuk tentang Pengelolaan Anggaran
1) Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor: 178/PMK.05/2018 tanggal 26
Desember 2018 tentang pedoman pembayaran dalam pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara.
2) Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Dep.Keuangan Nomor: SE-
050/PB/2004 tanggal 31 Desember 2004 tentang petunjuk teknis
Mekanisme Pembayaran dalam pelaksanaan APBN.
D. Pelaksanaan Anggaran
• Pelaksanaan Pengelolaan Anggaran
1) Pengguna Anggaran (PA)
2) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
3) Pejabat Pemungut Penerimaan Negara (PPPN)
4) Pejabat Pengeluaran Anggaran Belanja
5) Pejabat yang menandatangani SK Kepegawaian
6) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pejabat Penguji dan Perintah
Pembayaran (PPP)
7) Bendahara Penerimaan
8) Pembantu bendahara penerimaan
9) Bendahara pengeluaran
10) Pembantu Bendahara Pengeluaran (BPP)
11) Tim pelaksana/panitia pengadaan barang dan jasa.
• Prosedur Pembayaran
Pembayaran dapat dilakukan dengan dua cara yakni pembayaran melalui
Uang Persediaan (UP) dan pembayaran secara langsung.
E. Pengawasan dan Pelaporan
• Pengawasan dan Pemeriksaan
Pengguna Anggaran/PA (kepala instansi (Kementrian/lembaga))
melakukan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan kegiatan
dilingkungannya, yang dapat didelegasikan kepada bawahannya. Masing-
189
masing pimpinan unit kerja melakukan pengawasan dan bertanggung
jawab penuh atas keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan
anggaran (substansi dan keuangan) yang dilakukan dalam lingkungannya
serta melakukan evaluasi. Dalam penggunaan anggaran dilakukan
pengawasan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan
pertanggungjawabannya mengacu pada perundang-undangan yang
berlaku.
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat yang ditunjuk oleh
PA untuk melaksanakan penggunaan anggaran. KPA melakukan
pemeriksaan Kas Bendahara sekurang-kurangnya 3(tiga) bulan sekali.
Rencana Penggunaan dan Pelaksanaan Anggaran (RPPA) harus telah
sesuai dengan tujuan, sasaran, cara pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan
kegiatan.
• Ketentuan Pemeriksaan KPA terhadap Kas Bendahara
Pemeriksaaan kas harus dilakukan secara mendadak. Buku-buku
harus ditutup, dicatat tanggalnya, dan dibubuhi tandatangan oleh KPA.
Saldo buku kas harus dicocokkan dengan isi kas dan kedua jumlah itu harus
dicatat dalam buku kas. Harus disusun berita acara yang memuat saldo
buku kas; tanggal pemeriksaan, jabatan pemeriksa, dan pemegang kas; isi
kas; saldo bank; dan surat-surat berharga lainnya.
Inspektorat melaksanakan pengawasan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan membuat pelaporan hasil
pengawasan. Untuk mengetahui kondisi di lapangan, Inspektur dapat
melihat langsung operasional kegiatan di lapangan. Sistem prosedur
penggunaan dan pertanggungjawaban anggaran memberikan petunjuk
yang jelas tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan kegiatan.
• Laporan Keuangan dan Sistem Akuntansi Pemerintah
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara disajikan dalam
bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). LKPP disusun
dengan menggunakan Sistem Akuntansi dan ditetapkan dengan undang-
undang. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari dua sistem,
yaitu Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem
Akuntansi Instansi (SAI) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan
(SAK) dan Sistem Informasi Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-
BMN).
• Sistem Akuntansi di BPS
1) BPS Kabupaten/Kota (Satuan Kerja), penanggung jawab adalah Kepala
BPS Kab/ dan SABMN dilakukan oleh pengelola keuangan.
2) BPS Provinsi, penanggung jawab adalah kepala BPS Provinsi: SAK
dilakukan oleh Subbag Keuangan. SABMN dilakukan oleh Subbag
Perlengkapan.
190
3) BPS RI, penanggung jawab adalah Kepala BPS: SAK dilakukan oleh
Biro Keuangan dan BMN dilakukan oleh Biro Umum.
• Pemeriksaan Laporan Keuangan BPS
Laporan Keuangan BPS dalam satu tahun disusun dua kali yaitu
periode Semesteran dan Tahunan. Laporan Keuangan BPS sebelum
disampaikan ke Kementerian Keuangan harus direview oleh Inspektorat
Utama. Laporan Keuangan BPS diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
PERTEMUAN 14
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(AKIP)
191
• Rumus Capaian Kerja
Semakin tinggi realisasi menunjukkan capaian yang semakin baik.
Rumus ini digunakan untuk indicator yang sifatnya positif seperti
persentase LAKIP yang berkategori baik, angka pertumbuhan ekonomi,
dll.
realisasi
%capaian = × 100%
rencana
Semakin tinggi realisasi menunjukkan capaian yang semakin
rendah/buruk. Rumus 2 digunakan untuk indikator yang sifatnya negatif,
misalnya: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT); inflasi; atau indikator
yang satuannya waktu.
(2 × rencana) − realisasi
%capaian = × 100%
rencana
• Azas Akuntabilitas
Salah satu azas penyelenggaran negara yaitu azas akuntabilitas.
Setiap program dan kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kinerja atau hasil akhir kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (TAP MPR XI/98 Dan UU
No. 28 Th. 1999). Pertanggungjawaban instansi pemerintah sekarang tidak
cukup dengan menyajikan informasi realisasi anggaran sesuai
penggunaannya saja, akan tetapi harus juga menginformasikan hasil
(output) dan bahkan sampai dengan manfaat (outcome)-nya kepada
masyarakat atas penggunaan dana tersebut. Akuntabilitas kinerja
dibedakan menjadi manajemen kinerja dan akuntabilitas sektor publik.
Orientasi akuntabilitas kinerja bergeser dari berapa besar dana yang telah
dan akan dihabiskan menjadi → berapa besar kinerja yang dihasilkan agar
tujuan yang telah ditetapkan pada akhir periode perencanaan dapat dicapai.
C. Indikator Kinerja Berkualitas
Indeks kinerja berkualitas adalah suatu alat ukur keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan
dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di masa depan. Penetapan
indikator kinerja yang berkualitas adalah standard minimum yang harus
dilakukan oleh organisasi dalam pencapaian tujuan. Indikator yang salah akan
berimplikasi pada persepsi dan tindak lanjut yang salah. Selain penetapan
indikator, juga perlu ditetapkan sasaran dan target dari organisasi.
• Sasaran startegis yang baik:
1) Berorientasi hasil (outcome)
2) Menggambarkan mandat, tugas, dan fungsi organisasi
3) Mempertimbangkan isu strategis:
a. Mengacu pada visi misi daerah (Pemda);
192
a. Selaras dengan perencanaan lebih tinggi;
b. Terkait dengan isu strategis nasional/daerah yang dianalisis dalam
RPJMN/D.
• Indikator kinerja yang berkualitas:
1) Dapat diukur secara objektif.
2) Relevan dengan sasaran.
3) Cukup untuk menjadi indikasi pengukuran.
4) Realistis (mempertimbangkan kemampuan).
5) SMART-C (Spesifik, Measurable, Achievable, Relevant, Time Bound,
dan Continuous Improvement).
6) Overlapping avoided.
• Target kinerja yang baik memiliki syarat:
1) SMART-C.
2) Memperhatikan capaian tahun lalu.
3) Proyektif.
D. Ilustrasi Cascading
193
Penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan pada
umumnya, yaitu laporan harus disusun secara jujur, obyektif, akurat dan
transparan. Di samping itu, perlu pula diperhatikan:
1) Prinsip lingkup pertanggungjawaban, hal-hal yang dilaporkan harus
proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-
masing dan memuat baik mengenai kegagalan maupun keberhasilan.
2) Prinsip prioritas, yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan
relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi
yang diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya.
3) Prinsip perbandingan, laporan dapat menggambarkan keadaan masa
yang dilaporkan dibandingkan dengan periode-periode lain atau
unit/instansi lain.
4) Prinsip akuntabilitas, yang dilaporkan adalah hal-hal yang dominan
yang membuat sukses atau gagalnya pelaksanaan rencana.
5) Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar dari pada biaya
penyusunannya, dan laporan harus mempunyai manfaat bagi
peningkatan pencapaian kinerja.
• Karakteristik Laporan yang Berkualitas
1) Memfokuskan pada hal-hal kunci (Focusing on CriticalThings)
2) Mengaitkan dengan tujuan dan hasil-hasilnya (Relating goals
andresults)
3) Menempatkan hasil dalam konteksnya (Putting results incontext)
4) Mengaitkan sumberdaya dengan hasil yang dicapai (Relating resources
to results)
5) Menyajikan perbandingan informasi (Presenting
comparativeinformation)
6) Mengarahkan pada kehandalan isu (Addressing the reliabilityissue)
7) Bermanfaat bagi masyarakat (Benefits to the community)
8) Berpandangan jauh ke depan (Forward-looking)
LAKIP disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir dan disampaikan bersamaan dengan penyampaian
Penetapan Perjanjian Kinerja tahun anggaran berikutnya. Namun mulai
tahun 2015 perjanjian kinerja harus disampaikan lebih dulu (awal tahun).
• Komponen Evaluasi dalam LAKIP
Dalam penilaian LAKIP, materi yang dievaluasi meliputi 5 komponen:
1) Perencanaan kinerja mencakup renstra, rencana kinerja tahunan, dan
penetapan kinerja dengan bobot 35%.
2) Pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas
pengukuran, dan implementasi pengukuran dengan bobot 20%.
3) Pelaporan kinerja, terdiri dari pemenuhan laporan, penyajian informasi
kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja, diberi bobot 15%.
194
4) Evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas
evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi, diberi bobot 10%.
5) Pencapaian kinerja, terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan
outcome), dan kinerja lainnya, bobotnya 20%.
• Tabel kriteria Penilaian SAKIP
No. Nilai Peringkat Interpretasi dan Karakteristik Instansi
Absolut
1. >85-100 AA Memuaskan: Memimpin perubahan,
berbudaya kinerja, berkinerja tinggi, dan
akuntabel, perlu terus berinovasi.
2. >75-85 A Sangat Baik: Akuntabilitas kinerjanya
baik, berkinerja baik, memiliki sistem
managemen kinerja yang andal,
menggunakan knowledge management
untuk membangun budaya berkinerja,
perlu banyak inovasi.
3. >65-75 B Baik: akuntabilitas kinerjanya baik,
memiliki sistem yang dapat digunakan
untuk managemen kinerja, perlu sedikit
perbaikan untuk hard systems dan perlu
banyak berfokus perbaikan soft systems.
4. >50-65 CC Cukup Baik (memadai): Akuntabilitas
kinerjanya cukup baik, taat kebijakan,
memiliki sistem yang dapat digunakan
untuk memproduksi informasi kinerja
bagi pertanggungjawaban, tapi perlu
banyak perbaikan, termasuk sedikit
perbaikan mendasar.
5. >30-50 C Agak kurang: Memiliki sistem untuk
managemen kinerja tapi kurang dapat
diandalkan, perlu banyak perbaikan, dan
termasuk perbaikan yang mendasar
6. 0-30 D Kurang: sistem dan tatanan tidak dapat
diandalkan untuk managemen kinerja,
perlu banyak sekali perbaikan dan
perubahan yang sangat mendasar.
195
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP MSDM-AP T.A. 2019/2020
196
PEMBAHASAN UAS GENAP MANAJEMEN
ADMINISTRASI PERKANTORAN T.A. 2019/2020
197
3. Perubahan sistem anggaran terjadi di mana yang dulunya menggunakan sistem
dual budget yakni memisahkan antara anggaran rutin yakni anggaran yang
biasanya digunakan untuk membiayi semua keperluan kantor yang rutin untuk
pengadaan barang dan jasa seperti pembelian perlatan ATK, membayar gaji, dll
dan anggaran pembangunan/proyek yang disesuaikan dengan kegiatan
masingmasing diubah menjadi unified budget (satu anggaran). Perubahan
tersebut dikarenakan dual budget dirasa sudah tidak efisien lagi untuk
diterapkan. Misalnya saja sudah dibiayi anggaran rutin kemudian ada suatu
proyek dan proyek tersebut membiayai juga misalnya saja untuk pembelian
ATK ataupun percetakan dan sebagainya sehingga akan terjadi tumpang tindih
anggaran. Untuk itulah anggaran tersebut kemudian disatukan yang kemudian
disebut dengan unified budget (satu anggaran). Selain itu, sistem anggaran rutin
dan proyek yang dulunya bergantung dari programnya atau yang biasanya
disebut program budgeting telah diganti menjadi performance budgeting yaitu
anggaran yang berbasis kinerja. Jadi semua anggaran yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan itu berdasarkan pada capaian kinerja yang
menjadi sasaran utamanya. Setiap awal anggaran berbasis kinerja tersebut juga
ada pakta integritasnya yaitu penandatanganan untuk sasaran kinerja kepala unit
organisasi atau pejabat berwenang untuk penggunaan anggaran. Contoh
anggaran berbasis kinerja (performance) misalnya saja anggaran yang
diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap kualitas data
BPS, anggaran untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana BPS, dll.
4. BPK dalam menilai laporan keuangan memiliki 4 jenis kriteria salah satunya
ialah pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion) atau Tidak
Memberikan Pendapat (TMP) yang menyatakan bahwa Auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan apabila lingkup audit yang dilaksanakan
tidak cukup untuk membuat suatu opini. Beberapa Penyebab Disclaimer
diantaranya ialah sebagai berikut: Laporan Keuangan: • Pelaporan Keuangan
belum lengkap dan akurat • Pengungkapan pencatatan dan kejadian tidak
memadai • Administrasi asset belum memadai Sistem Pengendalian Intern: •
SPI masih lemah (dalam penyusunan LK) Kepatuhan Terhadap Peraturan
198
Perundang-undangan: • Pemungutan PNBP tidak sesuai aturan • Penyetoran
PNBP belum tertib • Penggunaan PNBP belum melalui mekanisme yang
seharusnya
5. Capaian kinerja dapat diukur dengan dua rumus berikut ini:
199
SAKIP yang menggambarkan kinerja yang dicapai oleh suatu instansi
pemerintah atas pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai
APBN/APBD. Penyusunan LAKIP berdasarkan siklus anggaran yang berjalan
1 tahun. Dalam pembuatan LAKIP suatu instansi pemerintah harus dapat
menentukan besaran kinerja yang dihasilkan secara kuantitatif yaitu besaran
dalam satuan jumlah atau persentase. Manfaat dari LAKIP bisa dijadikan bahan
evaluasi terhadap instansi pemerintah yang bersangkutan selama 1 tahun
anggaran. Bagan berikut dapat menjelaskan bagaimana kedudukan LAKIP
dalam SAKIP
200
Siklus Anggaran
201
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP T.A. 2020/2021
MATA KULIAH: MANAJEMEN ADMINISTRASI
PERKANTORAN
1. Salah satu pokok perubahan aturan perundangan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah ke Perpres Nomor 16 Tahun 2018 adalah adanya “Best Practice”.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan Best Practice dalam hal Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah dan berikan contohnya (boleh fiktif tapi rasional)!
2. Andaikan Politeknik Statistika STIS harus mempunyai kampus seluas 10 HA
dengan bangunanbangunan yang representatif, akan tetapi usulan anggaran baru
kemungkinan akan sulit dikabulkan. Jelaskan salah satu kemungkinan yang bisa
dipilih yaitu “Tukar Menukar (Ruitslag)” dengan langkah-langkah sejak
perencanaan hingga pelaksanaannya termasuk masalah anggaran dan
kaitannya!
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003). Jelaskan bagaimana proses
penyusunan APBN ini?
4. Sejak Tahun 2020 Dunia diguncang dengan adanya wabah pandemic Covid 19
yang belum juga berakhir sampai dengan saat ini dan bahkan masih terus
bertambah. Dalam rangka penanganan dan pencegahan covid19, Pemerintah
telah menetapkan Perpu tentang pengelolaan anggaran terkait dampak covid19.
Dalam implementasi penerapan protocol Kesehatan maka akan banyak terjadi
pembiayaan yang diperlukan terkait kebutuhan untuk protocol Kesehatan
(masker, hand sanitizer, face shield dan vitamin). Jelaskan tahapan-tahapan
perencanaan anggaran dan pelaksanaannya dalam memenuhi kebutuhan
protocol Kesehatan untuk pegawainya, hingga dapat mencegah terjangkitnya
covid19 di satuan kerja tersebut. Jika biaya memenuhi kebutuhan tersebut
sebesar 150 juta bagaimana proses pembayarannya? Jelaskan pentahapannya
sampai dengan lunas terbayarkan kepada penyedia jasa!
5. Dalam rangka Pengelolaan Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 Pasal 6 menyebutkan bahwa “Presiden selaku Kepala
Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan.” Kemudian kekuasaan itu diserahkan
(kecuali kewenangan di bidang moneter) kepada gubernur/bupati/walikota
untuk mengelola keuangan di wilayahnya, sedangkan kepada Menteri
Keuangan dan para menteri/pimpinan lembaga kekuasaan Presiden atas
pengelolaan keuangan negara itu hanya dikuasakan saja. Jelaskan mengapa
terjadi perbedaan seperti itu dan berikan ilustrasi penjabarannya!
6. Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah diperlukan suatu
indikator untuk mengukur capaiannya. Indikator kinerja ada dua macam, yaitu
202
indikator kinerja yang sifatnya positif dan indikator kinerja yang sifatnya
negatif. Dari tabel berikut ini, hitung persentase capaian targetnya!
Indikator sasaran Rencana Realisasi Persentase
Pencapaian
Target
a.Pertumbuhan ekonomi 5,30% 5%
b.Inflasi 3,20% 3,50%
c.Indeks Pembangunan 73 72
Manusia
d.Nilai tukar rupiah terhadap Rp14.300,- Rp14.400,-
US$ /US$ /US$
7. Rencana strategis sangat penting sehingga harus dirancang sendiri oleh masing-
masing organisasi dengan memperhitungkan kondisi nyata dan sumber daya
yang dimiliki, untuk menjadi landasan dan pedoman kerja bagi setiap
Kementerian/Lembaga atau pegawai dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Apakah peran RENSTRA dalam penyusunan LAKIP? Jelaskan keterkaitannya!
203
PEMBAHASAN UAS GENAP MANAJEMEN
ADMINISTRASI PERKANTORAN T.A. 2020/2021
204
bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang. Tahapan proses
tukar menukar dapat dijabarkan menjadi 13 tahap yang saling terkait menjadi
dasar pelaksanaan tahapan selanjutnya, yaitu:
• Pengajuan usulan dan kelengkapan data pendukung/persyaratan tukar
menukar dari satuan kerja/kantor wilayah kepada Menteri Hukum dan HAM
Cq Sekretaris Jenderal Kementrian Hukum dan HAM RI;
• Peninjauan dan perhitungan sementara asset, guna persetujuan internal
Kementrian Hukum dan HAM RI;
• Pengajuan permohonan izin prinsip oleh Pengguna BMN (Menteri Hukum
dan HAM Cq Sekretaris Jenderal Kementrian Hukum dan HAM RI) kepada
Pengelola BMN disertai pertimbangan dan kelengkapan data
pendukung/persyaratan tukar menukar;
• Berdasarkan usulan pengguna BMN, ditindaklanjuti penelitian oleh
Pengelola BMN dan Penilaian oleh Tim Penilai dari DJKN;
• Berdasarkan pertimbangan dan hasil Tim Penilai, jika disetujui maka
diterbitkan Persetujuan Ijin Prinsip Tukar Menukar oleh Menteri Keuangan
sebagai Pengelola BMN, untuk BMN di atas 10 Milyar perlu persetujuan
Presiden dan untuk BMN di atas 100 Milyar perlu persetujuan DPR-RI;
• Pembentukan Tim Interdep Tukar Menukar oleh Pengguna BMN,
pelaksanaan pemilihan mitra dan/atau Pembahasan Rencana Kebutuhan
Aset Pengganti sesuai Ijin Prinsip Tukar Menukar;
• Permohonan Ijin Pelaksanaan oleh Penggunan BMN kepada Menteri
Keuangan dsertai hasil pelaksanaan tugas Tim Interdep Tukar Menukar;
• Jika disetujui maka diterbitkan. Persetujuan Ijin pelaksanaan dari Menteri
Keuangan;
• Penetapan Mitra Tukar Menukar & Perjanjian Tukar Menukar dibuat oleh
Pengguna BMN berdasarkan Persetujuan Ijin Pelaksanaan dari Menteri
Keuangan;
• Pengadaan/Pmebangunan asset pengganti oleh mitra sesuai Perjanjian
Tukar Menukar;
• Penelitian dan Penilaian Aset Pengganti oleh Tim Penilai DJKN, setelah
Pengadaan/Pembangunan asset pengganti selesai;
• Serah terima asset tukar menukar dengan Mitra dan Penghapusan asset
dilepas;
• Pencatatan asset pengganti sebagai BMN pada Sistem Akuntansi BMN
(SIMAK BMN).
3. Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-
undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.
Proses penyusunan APBN, melansir dari situs Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) sebagai berikut:
205
• Tahap 1: Perencanaan dan penetapan RAPBN yang disusun oleh
kementerian/lembaga yang menghasilkan rencana kerja pemerintah yang
mengacu pada asumsi dasar ekonomi makro.
• Tahap 2: Pembahasan dan penetapan APBN yang dilakukan pemerintah dan
DPR dengan pertimbangan masukan DPD.
• Tahap 3: Pelaksanaan dan pengawasan APBN.
• Tahap 4: Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang disampaikan oleh
presiden selambatlambatnya 6 bulan setelah anggaran berakhir.
4. Ada empat tahapan dalam penyusunan anggaran (budgeting), antara lain:
• Menentukan Pedoman Anggaran
Tahap pertama yaitu menentukan pedoman anggaran. Pedoman yang dibuat
harus berdasarkan anggaran perusahaan satu periode (tahun) sebelumnya
dengan menyesuaikan kegiatan periode atau tahun anggaran berikutnya.
Dalam penyusunan ini maka dikenal sebagai manajemen puncak.
Manajemen puncak merupakan dasar dalam menyusun anggaran belanja
perusahaan. Pandemi menyebabkan penyesuaian anggaran terhadap
kebutuhan akan pematuhan protocol kesehatan, sehingga perlu penyesuaian
akan hal itu.
• Persiapan Anggaran
Setelah manajemen puncak selesai disusun, perusahaan membutuhkan
waktu untuk mempersiapkan anggaran. Dalam tahap ini persiapan tidak
hanya dilakukan oleh staf keuangan saja tetapi butuh kerjasama semua
divisi dalam perusahaan supaya tahap penganggaran bisa berjalan dengan
baik.
• Penentuan Anggaran
Tahap penentuan anggaran kepala atau yang bertanggung jawab dibidang
ini beserta direksi akan melakukan pengesahan anggaran. Setelah itu,
melakukan pengkajian dan juga kelayakan rancangan anggaran yang telah
disusun oleh masing-masing pengguna anggaran.
• Pelaksanaan Anggaran
Dalam tahap pelaksanaan anggaran dibutuhkan pengawasan dari kepala
atau yang bertanggung jawab dibidang ini kepada masing-masing bagian.
Untuk kepentingan pengawasan maka setiap kepala atau yang bertanggung
jawab dibidang ini harus membuat laporan realisasi anggaran. Realisasi
anggaran dibuat setelah dianalisis lalu laporan realisasi anggaran
disampaikan kepada direksi.
5. Dalam rangka Pengelolaan Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 Pasal 6 menyebutkan bahwa “Presiden selaku Kepala
Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan.” Kemudian kekuasaan itu diserahkan
(kecuali kewenangan di bidang moneter) kepada gubernur/bupati/walikota
untuk mengelola keuangan di wilayahnya, sedangkan kepada Menteri
206
Keuangan dan para menteri/pimpinan lembaga kekuasaan Presiden atas
pengelolaan keuangan negara itu hanya dikuasakan saja.
• Diserahkan: Memiliki kata dasar “serah” menurut KBBI artinya
mempercayakan diri&nasib(kpd). Bentuk aktif dari diserahkan yaitu
menyerahi yang artinya memberikan atau mempercayakan sesuatu kepada
orang lian (KBBI). Jadi dapat disimpulkan bahwa diserahkan artinya
seseorang atau lembaga yang telah dipercayai atau diberikan suatu tugas
hak/wewenang.
Contoh : berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, pada
Bab II pasal 6 ayat 2 yaitu :
Pengelolahan keuangan negara diserahkan kepada
gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Dalam hal ini, pemerintah
memberikan atau mempercayakan kepada pemerintah daerah untuk
mengelolah keuangan daerahnya sendiri sesuai dengan tugas dan fungsinya
(otonomi daerah) tanpa mengabaikan batasan-batasan yang diberikan
pemerintah pusat.
• Dikuasakan: Dikuasakan atau diwakili yaitu pemberiaan kuasa untuk
mengantikan dirinya atau utusan negara yang sengaja dipilih atau diberikan
tugas untuk menggantikan (mewakili) dirinya dalam suatu pekerjaan.
Contohnya :
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara , pada Bab
II pasal 6 ayat 2 yaitu : Kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh
Presiden:
o dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang
dipisahkan.
o dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya
Artinya baik Menteri Keuangan maupun menteri/pipinan lembaga adalah
subjek atau badan yang diberikantugas untuk mewakili tugas presiden
dalam pengelolahan keuangan negara
6. Pencapaian target
Capaian kinerja dapat diukur dengan dua rumus berikut ini:
207
Dengan menggunakan rumus pertama, diperoleh persentase pencapaian
target sebagai berikut:
Indikator sasaran Rencana Realisasi Persentase
Pencapaian Target
a.Pertumbuhan 5,30% 5% 94,34%
ekonomi
b.Inflasi 3,20% 3,50% 109,375%
c.Indeks 73 72 98,63%
Pembangunan
Manusia
d.Nilai tukar rupiah Rp14.300,- Rp14.400,- 100,699%
terhadap US$ /US$ /US$
Berdasarkan penghitungan capaian target tersebut, diketahui bahwa untuk
masing-masing indicator yang berbeda-beda. Untuk pertumbuhan ekonomi
dan indeks pembangunan manusia memiliki persentase capaian yang kurang
dari 100% sehingga memiliki hasil yang kurang baik sedangkan dua
indicator lainnya yaitu pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar rupiah
terhadap US$ memiliki hasil yang baik karena persentase capaian yang
lebih dari 100%.
7. Renstra adalah suatu dokumen Perencanaan yang berorientasi pada hasil
yang ingin dicapai dalam kurun waktu 1-5 tahun sehubungan dengan tugas
dan fungsi SKPD serta disuse dengan memperhitungkan perkembangan
lingkungan strategis. Sedangkan, LAKIP/LKJIP merupakan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan/Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah. Dalam penyusunan Renstra dan LAKIP/LKJIP suatu instansi
pemerintah harus dapat menentukan besaran kinerja yang dihasilkan secara
kuantitatif yaitu besaran dalam satuan jumlah atau persentase. Manfaat dari
Renstra dan LAKIP/LKJIP bisa dijadikan bahan evaluasi terhadap instansi
pemerintah yang bersangkutan selama 1 tahun anggaran. Renstra menjadi
salah satu komponen yang ada dalam materi yang dievaluasi pada LAKIP
208
yang memiliki bobot 35% sehingga cukup berperan dalam LAKIP itu
sendiri. Renstra bahkan dimulai saat Sistem AKIP dimana Renstra
digunakan sebagai dasar dalam perencanaanh kinerja yang setelah
pelaksanaannya perlu disusun dalam Laporan Kinerja (LAKIP).
209
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP T.A. 2021/2022
MATA KULIAH: MANAJEMEN SDM DAN PERKANTORAN
210
yang benar benar tidak layak dapat dihapus sehingga tidak memakan biaya
pengamanan, penyimpanan atau perawatan seperti yang disebutkan diatas.
(Nilai 16)
6. Reformasi Birokrasi (RB) adalah perubahan pola pikir (mindset) dan budaya
kerja (culture set) aparatur negara dan merupakan suatu upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya manusia aparatur.
Reformasi Birokrasi adalah penyelenggaraan pelayanan publik yang
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memberikan berbagai jenis
layanan yang mengurusi segala hal yang diperlukan oleh masyarakat baik itu
pemenuhan hak-hak sipil dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
Menurut penilaian Saudara, bagaimana pelaksanaan RB di BPS? Sebutkan apa
Tujuan dan Sasaran RB di BPS? Jelaskan juga apa saja Tantangan dan Kondisi
RB di BPS!. (Nilai 16)
211
PEMBAHASAN UAS GENAP MANAJEMEN SDM DAN
PERKANTORAN T.A. 2021/2022
212
ini dilakukan ketika uang persediaan tidak mencukupi untuk membayar
pengeluaran yang harus dilakukan. Perbedaan antara pembayaran melalui uang
persediaan dan pembayaran secara langsung adalah pada sumber dana yang
digunakan. Pembayaran melalui uang persediaan menggunakan anggaran yang
telah disiapkan sebelumnya, sementara pembayaran secara langsung
menggunakan kas negara. Selain itu, pembayaran secara langsung umumnya
digunakan dalam situasi darurat ketika uang persediaan habis atau tidak
mencukupi untuk membayar pengeluaran yang segera harus dilakukan.
Sedangkan pembayaran melalui uang persediaan lebih terencana dan
diperhitungkan dengan baik sehingga dapat menghindari kekurangan uang pada
saat melakukan pembayaran.
3. Menurut pemahaman saya, kebijakan manajemen talenta pada Badan Pusat
Statistik (BPS) yang disebut dengan "triple helix collaboration" merupakan
pendekatan strategis dalam manajemen sumber daya manusia yang melibatkan
tiga unsur atau pihak yaitu supply (Polstat STIS), manage (Biro SDM), dan
develop (Pusdiklat BPS). Kebijakan ini merupakan arah perubahan manajemen
SDM di lingkungan BPS yang sesuai dengan misi ke-4 BPS, yaitu membangun
SDM yang unggul dan adaptif berlandaskan nilai profesionalisme, integritas,
dan amanah.
• Tugas dari Polstat STIS sebagai supply dari sisi akademik mengadakan
perubahan kurikulum dan profil lulusan mahasiswa dengan memperluas
ilmu official statistics, menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan
data science dalam menjawab era data revolution, dan meningkatkan
kemampuan analisis statistik sebagai decision support.
• Biro SDM memiliki peran untuk me-manage perubahan manajemen kinerja
dan manajemen talenta melalui penerapan cascading kinerja dalam rangka
penilaian kinerja yang lebih baik, mengimplementasikan evaluasi kinerja
khususnya pada jabatan struktural secara periodik, memperjelas
pengembangan karier serta mekanisme penghargaan dan sanksi, serta
mengadakan penerapan ekosistem dan budaya kerja baru.
• Sementara itu, Pusdiklat BPS sebagai develop merupakan Center of
Excellence dari JF Statistisi dan Prakom melakukan perluasan diklat jabatan
fungsional khususnya statistisi dan prakom, pengembangan variasi
pelatihan, dan peluasan cakupan tugas belajar termasuk untuk kebutuhan
nonteknis.
Dalam keseluruhan triple helix collaboration, kebijakan manajemen
talenta bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia serta mendorong sinergi antara unsur-unsur penyusunnya. Hal ini
diharapkan dapat menghasilkan talenta yang berkualitas dan memiliki
kompetensi sesuai dengan kebutuhan data saat ini sehingga dapat meningkatkan
daya saing.
213
4. Menurut saya, terlepas dari kelemahan LAKIN yang dapat dimanupulasi oleh
pihak tertetu, LAKIN masih diperlukan di Indonesia. Jika mengacu pada
definisinya, LAKIN merupakan ikhtisar untuk menjelaskan secara ringkas dan
lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang
ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBN, dan disampaikan kepada
Kementerian PAN-RB paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Dari sana menurut saya LAKIN memiliki peran besar dalam
mengkomunikasikan capaian kinerja instansi kepada masyarakat sehingga
dapat meningkatakan transparansi dan meningkatkan kepercayaan dari
masyarakat. Selain itu, LAKIN juga dapat mengukur bagaimana kinerja dari
instansi dalam masa jabatannya.
Untuk membuat sistem akuntabilitas baru yang lebih baik dan meminimalkan
penyalahgunaan, berikut beberapa ide yang bisa diimplementasikan:
• Membuat tata kelola yang lebih baik - Hal ini termasuk menciptakan
prosedur yang jelas dan transparan untuk menjaga akuntabilitas, serta
memperbaiki sistem audit dan pengawasan untuk memastikan integritas.
• Memperketat pengawasan pengeluaran - Sistem akuntabilitas dapat
ditingkatkan dengan memperketat pengawasan pengeluaran pemerintah,
terutama menyangkut dana publik.
• Memperkuat hukuman - Pemerintah harus memperkuat hukuman bagi
pelanggar aturan dan korupsi agar dapat memberikan pesan yang jelas
bahwa tindakan seperti ini tidak akan ditoleransi.
• Memperbaiki sistem pengaduan - Sistem akuntabilitas yang efektif harus
mencakup mekanisme yang efektif dan responsif untuk pengaduan
pelanggaran atau penyalahgunaan.
• Meningkatkan transparansi - Pemerintah harus mengembangkan platform
transparansi yang memungkinkan akses publik ke informasi terkait
pengeluaran dan penggunaan dana publik.
• Meningkatkan pelatihan dan kesadaran - Pelatihan dan kesadaran turut
berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan dan integritas pegawai
pemerintah. Maka dari itu, pemerintah harus meningkatkan kesadaran etika
dan integritas dalam lingkungan kerja pemerintah.
• Menggunakan teknologi canggih - Pemerintah bisa menggunakan teknologi
canggih seperti Blockchain untuk membuat sistem akuntabilitas menjadi
lebih aman dan tidak mudah disusupi.
Dengan mengimplementasikan ide di atas, pemerintah bisa menciptakan
sistem akuntabilitas baru yang lebih baik dan meminimalkan penyalahgunaan.
5. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan pengajuan dasar penghapusan
Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) tidak dianggap kuat dan sulit untuk
disetujui. Beberapa faktor tersebut antara lain:
• Ketentuan hukum yang kompleks: Proses penghapusan BMN/D sering kali
diatur oleh undang-undang dan peraturan yang rumit. Ketentuan hukum
yang kompleks ini mempersulit instansi pemerintah dalam menyusun dan
mengajukan dasar penghapusan yang memenuhi persyaratan.
214
Ketidakpahaman terhadap ketentuan-ketentuan ini dapat menyebabkan
kelemahan dalam dasar pengajuan.
• Kekhawatiran risiko hukum: Instansi pemerintah mungkin enggan
mengajukan dasar penghapusan yang mereka anggap kurang kuat karena
takut akan terkena risiko hukum. Jika dasar penghapusan tersebut ditinjau
oleh auditor atau penegak hukum dan ditemukan tidak memenuhi
persyaratan, instansi pemerintah dapat menghadapi tuntutan hukum atau
tindakan disiplin.
• Keterbatasan sumber daya: Proses penghapusan BMN/D yang rumit
membutuhkan sumber daya manusia, waktu, dan anggaran yang cukup.
Banyak instansi pemerintah mungkin tidak memiliki sumber daya yang
cukup untuk menyusun dasar penghapusan yang kuat dan memenuhi
persyaratan. Ini dapat menyebabkan penundaan atau pengabaian pengajuan
penghapusan.
Dampak dari pengajuan dasar penghapusan BMN/D yang tidak kuat dapat
beragam, antara lain:
215
3) Penguatan pembinaan statistik sectoral
4) Adaptasi tata kerja era baru
5) Pennguatan majemen SDM
6) Penyempurnaan cascading kinerja
7) Optimalisasi pengendalian dan pengawasan internal.
b. Tujuan dan sasaran RB di BPS
Reformasi Birokrasi (RB) memiliki target pencapaian untuk lima tahun ke
depan yakni BPS sudah beranjak ke tahapan pemerintah yang berbasis
kinerja. Untuk jangka panjang, di tahun 2025 diharapkan pemerintah sudah
beranjak kepada suatu tatanan yang dinamis. Pada tahun 2022, tujuan
Reformasi Birokrasi (RB) di BPS adalah penguatan kapabilitas organisasi
dan peningkatan kontribusi BPS dalam pembangunan nasional. Sasaran
Reformasi Birokrasi (RB) di BPS meliputi: BPS yang bersih dan akuntable,
BPS yang efektif dan efisien, BPS yang memiliki pelayanan publik
berkualitas, BPS yang menghasilkan data statistik berkualitas.
c. Tantangan dan kondisi Reformasi Birokrasi (RB) di BPS
Tantangan dari pelaksaan Reformasi Birokrasi (RB) di BPS secara
umum terbagi menjadi dua, yaitu dari sisi mega disrupsi dan tantangan dari
birokrasi pemerintahan. Pertama, terjadi mega disrupsi, yaitu adanya
revolusi industri 4.0 yang menimbulkan perkembangan teknologi, seperti
Big Data. AI, IoT, Cloud Computing, dll yang sangat cepat sehingga
menuntut percepatan reformasi di BPS agar tidak tertinggal dari organisasi
yang lain. Selain itu, adanya perubahan iklim yang menyebabkan
terganggunya produktivitas ekonomi, krisis energi, air bersih, dan SDA
lainnya. Kedua, adanya tantangan pemerintah berupa pemulihan ekonomi
yang meliputi pengentasan kemiskinan ekstrim, peningkatan daya beli
masyarakat, peningkatan produktivitas sektor riil, menjaga ketahanan
pangan, pengurangan beban fiscal negara. Adapula transformasi ekonomi
berupa reformasi struktural, reformasi sistem kesehatan dan perlindungan
sosial, digital economy, green economy, dan hilirisasi produk ekspor raw
material yang secara keseluruhan menuntut BPS untuk melakukan
penyesuaian.
Pelaksanaan kegiatan Reformasi Birokrasi (RB) di BPS masih bersifat
formalitas dan administratif karena belum menyasar pada kolaborasi
bersama dalam pencapaian tujuan nasional. Selain itu, pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (RB) belum memiliki fokus dan lokus yang tajam
sehingga nilai pada aspek tertentu belum maksimal, seperti: pengelolaan
SDM, pengelolaan PBJ, kapabilitas APIP, dan maturitas SPIP. Dengan
demikian, hasil dari pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) belum
memberikan shared outcomes terhadap pembangunan nasional.
216
HALO! PEMBAHASAN YANG DITAMPILKAN DALAM MODUL INI
BELUM DIVALIDASI OLEH DOSEN MATKUL YANG
BERSANGKUTAN. OLEH KARENA ITU, DISARANKAN UNTUK TIDAK
MENJADIKAN JAWABAN DI MODUL INI SEBAGAI SATU-SATUNYA
PATOKAN. MESKIPUN DEMIKIAN, SEMOGA BISA MEMBANTU
BELAJAR TEMAN-TEMAN, YA. SEMANGAT!
217