PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini , kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar
negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia;
telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa
depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh
di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan
kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.
Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefsienan
pemanfaatan tenaga kerja produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan
sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan,
pemerintah juga perlu memasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Hal ini sangatlah penting agar menciptakan tempat kerja
yang nyaman, aman dan sehat, jika semua ini telah dilaksankan sesuai menajemen K3 maka
dapat terhidar dari risiko kecelakan dan penyakit akibat kerja, dan juga dapat meningkatkan
produktivitas para pekerja
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari laporan PKL ini adalah dengan data-data perusahaan sebagai berikut.
Nama : PT. PLN (Persero) UPDK Tello
Adapun ruang lingkup pengamatan adalah sebagai berikut.
1 K3 Konstruksi bangunan
2 K3 Penanggulangan kebakaran
3 K3 Instalasi listrik
D. Dasar Hukum
1. Dasar Hukum K3 Konstruksi Bangunan
a. Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 ayat 1 huruf
o
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi No. 01 Tahun 1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan kerja pada Konstruksi Bangunan.
c. KB Menaker dan Menteri PU no. kep.174/MEN/1986 No. 104/KPTS/1986 tentang K3
pada tempat kegiatan konstruksi
d. Permen Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
No.PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat pelindung diri pasal 1(1) huruf I,
lampiranpoin 8. Alat pelindungjatuh.
e. PP No 16 Pasal 1 2021 Tentang bangunan gedung
f. Permen PU No. 24/PRT/M/2008. Tentang pedoman pemeliharaan bangunan gendung
2. Dasar Hukum K3 Kebakaran
a. Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Keja, pasal 2, ayat 2(a);
pasal 3 ayat 1(b).
b. Permenaker RI No. 04 Tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR.
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186 Tahun 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat
d. Keputusan Mentri Ketenagakerja RI No.186 Tahun 1999 tentang unit
Penanggulangan Kebakaran diTempat kerja
c. Permenaker No 33 Tahun 2015 tentang keselamatan dan kesehatan kerja listrik ditempat
kerja
Pada tahun 1914 untuk pertama kalinya Kota Makassar mengenal dan memanfaatkan
energi yang bertenaga uap (mesin uap) yang berlokasi di pelabuhan Makassar. Pada tahun
1925 dengan mengikuti perkembangan dan kebutuhan akan listrik dibangunlah PLTU yang
berlokasi di Sungai Jeneberang Pandang-Pandang Sungguminasa dengan kapasitas 2 x 1000
kw yang dikelola NV. NIGEM.
Pada tahun 1948 mulai dibangun PLTD dengan daya terpasang 8.110 kw yang berlokasi di
Bontoala Makassar. Dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik maka dalam hal ini PLN
merencanakan membangun PLTU sebanyak 2 unit dengan daya terpasang 12,5 MW.
Pada tahun 1962-1963 pemerintah mengadakan studi kelayakan oleh Departemen PUTL
dan Energainvest Yugo. Pada tahun 1966 dimulai pembangunan PLTU yang berlokasi di
Tello.
PLTU Tello mulai beroperasi dan diresmikan oleh Bapak Presiden RI, Soeharto pada
tahun 1973, dipasang 2 buah mesin diesel dengan daya terpasang masing- masing sebesar
2,84 MW yang berlokasi di dekat PLTU Tello. Pada tahun 1976, tepatnya bulan Juni
dibentuk unit-unit sektor Tello. Dengan nama PLN Wilayah VIII dengan unit asuhan PLTD
Bontoala dan Gardu Induk Transmisi. Pada tahun yang sama PT. PLN Wilayah VIII Sektor
Tello mendapat tambahan 1 unit PLTG dengan daya terpasang 14,66 MW. Dengan
berkembangnya pembangunan di Kota Makassar, serta sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
yang meningkat, PLN mendapat tambahan beberapa pembangkit yaitu:
- Tahun 1982 dibangun 2 unit PLTG Alston dengan daya terpasang 21,35 MW.
- Tahun 1984 dibangun 2 unit PLTD Mitsubishi dengan daya terpasang 2 x 12,6 MW.
- Tahun 1989 dibangun 2 unit PLTD SWD dengan daya terpasang 2 x 12,4 MW.
- Tahun 1997 di bangun 2 unit PLTG GE dengan daya 2 x 33,4 MW.