DISUSUN OLEH
ISHAK I036211010
JULIAN AZHAR I03621104
MUH. TASYRIQ AL-KAUTSAR V056221008
RESKY RAMADANI V056221006
MILDA RAMADHANI V056221029
REZA WIDURI V046221031
SITI NURHIKMAH V056221009
AGIL MAULIDAN V046221021
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
dan sesuai dengan harapan.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak/ibu
dosen yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................................I
DAFTAR ISI.......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Otak manusia memiliki neuron atau sel saraf yang merupakan bagian dari sistem
saraf. Setiap sel saraf berkomunikasi satu sama lain melalui impuls listrik. Pada
epilepsi, kelebihan produksi impuls listrik ini menyebabkan kejang, mengakibatkan
perilaku dan gerakan tubuh yang tidak terkendali.
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah sebagai
berikut :
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Epilepsi
Di Indonesia, epilepsi dikenal sebagai ayan atau sawan. Banyak yang masih salah
paham bahwa epilepsi itu bukan penyakit. Pendapat ini muncul karena epilepsi
terjadi di tempat umum dan dapat disaksikan oleh banyak orang, sehingga
menimbulkan berbagai persepsi yang keliru, terutama masyarakat yang masih
mempunyai pemikiran tradisional, atau orang yang kurang memahami tentang
epilepsi. Di daerah pedesaan masih memilih atau selalu menggunakan obat-obatan
tradisional. Kesalahpahaman dan keyakinan ini mengarah pada banyak mitos yang
berkaitan dengan epilepsi dan pada akhirnya berdampak buruk bagi orang dengan
epilepsi (ODE).
Jelas bahwa kejang tidak sama dengan epilepsi. Tidak semua kejang
menyebabkan epilepsi, dan hanya sekitar 2-3% yang berkembang menjadi epilepsi.
Kejang merupakan salah satu gejala epilepsi. Epilepsi dapat didefinisikan sebagai
kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan terus menerus untuk
menimbulkan bangkitan (serangan/gejala) yang dapat menyebabkan kerusakan sel
otak, gangguan kecerdasan dan masalah sosial pada pasien.
Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM dr. Fajar Maskuri,
M.Sc., Sp.S., mengatakan masih ada mitos di masyarakat yang percaya bahwa
epilepsi bisa menular. sehingga saat menemukan penderita epilepsi yang sedang
2
kejang-kejang tidak ditolong karena khawatir tertular. "Epilepsi sebenarnya adalah
gangguan saraf otak, sehingga perlu ditangani oleh ahli saraf. Meski bersentuhan
kulit atau terkena air liur si penderita saat kita menolong itu tidak akan tertular.
Minimal mengamankan pasien terkena cedera saat kejang,” kata Fajar dalam
webinar RSA UGM.
Selain itu, masih ada beberapa anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa
penderita epilepsi tidak boleh menikah karena khawatir keturunannya akan
mengalami penyakit serupa. Kenyataannya penderita epilepsi tetap boleh menikah.
3
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa anggapan mengenai topik “Epilepsi adalah penyakit
menular” berdasarkan hasil penelusuran sumber-sumber terpercaya adalah Hoax.
4
DAFTAR PUSTAKA