Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nadja Adaira Polem

NPM : 2106729934
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Kimia
Mata Kuliah : MPK Agama Islam
Nama Dosen : Ahmad S.Sos.I, M.Ag.

Islam dan Kebudayaan


Oleh: Dr. Ngatawi Al Zastrouw, M.Si

Dalam kajian ini dijelaskan bahwa para sosiolog dan antropolog mengganggap bahwa
agama merupakan bagian dari kebudayaan dan kebudayaan ialah holistic dari hasil karya
manusia. Seorang antropolog asal Indonesia, yaitu Koentjaraningrat, membagi kebudayaan
sebagai tujuh unsur dimana salah satu unsurnya merupakan unsur religi dan upacara
keagaamaan. Maka dari itu, agama merupakan salah satu unsur kebudayaan jika dilihat dari
sisi antropologi. Koentjaningrat juga menambahkan, bahwa sejak dahulu, system kepercayaan
itu berubah-ubah. Dari menyembah batu, kemudian menyembah roh nenek moyang, lalu
menyembah patung-patung, sampai pada akhirnya menyembah Allah SWT. Pendapat lain
disampaikan oleh sosiolog Clifford Geertz. Ia menyatakan bahwa kepercayaan sebenarnya tak
lebih dari sistem kebudayaan. Clifford Geertz juga mengatakan bahwa tanpa adanya
kebudayaan, agama menjadi sesuatu yang abstrak serta tak dapat dipahami oleh masyarakat
luas. Tak hanya itu, seorang pakar agama bernama Wach, menjelaskan bahwa agama itu
bersifat subjektif. Namun, agama dapat diobjektifkan dalam aneka macam ungkapan yang
memiliki struktur tertentu dan dapat dipahami dengan baik. Namun, aneka macam pandangan
yang telah disebutkan diatas, jelas-jelas ditolak oleh para penganut agama. Hal ini dikarenakan
menurut mereka, agama tidak bisa diklaim menjadi salah satu bagian dari kebudayaan sebab
logikanya kepercayaan berasal tuhan melalui utusan- utusan-Nya. Kebudayaan memiliki
banyak definisi yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan kebudayaan adalah hasil dari
kreativitas manusia dan ia terus berkembang. Dari berbagai definisi dari kebudayaan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri kebudayaan adalah sebagai berikut:

1. Kebudayaan merupakan hasil dari karya, cipta, dan karsa manusia


2. Kebudayaan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya
3. Kebudayaan bersifat dinamis
4. Kebudayaan dipengaruhi oleh sumber
5. Kebudayaan dapat dipengaruhi dari subjek atau pelaku kebudayaan itu sendiri.

Dalam kajian ini, dijelaskan pula bahwa agama berasal langsung dari Tuhan sehingga
ajaran agama itu mutlak. Meski ada perubahan-perubahan dalam agama, perubahan tersebut
berasal dari Tuhan. Bahasa atau symbol menjadi salah satu media untuk menyampaikan ajaran-
ajaran ke masyarakat luas. Penggunaan Bahasa atau symbol ini dikarenakan turunnya agama
itu sifatnya abstrak. Simbol dan Bahasa ini termasuk ke dalam kebudayaan. Dari sinilah muncul
berbagai perdebatan. Al-Qur’an berkedudukan sebagai kalamullah atau Qalam Allah, tetapi
Ketika ditulis dalam bentuk teks, maka al-Qur’an sudah menjadi bagian dari kebudayaan.

Sebelum Allah menurunkan Nabi Adam AS ke bumi, Allah telah mengajarkan symbol-
simbol kepada nabi Adam. Sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 31, bahwa
beliau telah diajarkan mengenal asma’ (simbol). Simbol-simbol ini dapat dijadikan media
berkomunikasi antar manusia. Simbol-simbol juga berkedudukan penting dalam agama karena
symbol merupakan representasi ajaran agama islam yang abstrak dan absolut. Dengan symbol-
simbol ini, ajaran-ajaran agama dapat lebih mudah diterima dan disampaikan ke manusia. Dari
sini, lahirnya kebudayaan. Kebudayaan yang berupa symbol-simbol. Tak hanya symbol, ajaran
agama juga melahirkan ritual-ritual yang juga termasuk ke dalam kebudayaan. Contoh ritual-
ritual ini adalah shalat, mengucapkan syahadat, melakukan puasa, membayar zakat, dan
melaksanakan haji. Pada kajian ini, dijelaskan bahwa pembudayaan agama bukan berarti
berakibat posisi agama sama persis dengan budaya. Namun, namun mengakibatkan ajaran
agama menjadi perilaku yang lazim dijalankan rakyat sehingga membentuk suatu kebudayaan.

Hubungan antara agama dan budaya bisa terbilang sangat erat. Namun, agama dan budaya
merupakan dua hal yang berbeda. Agama berasal dari Tuhan sedangkan kebudayaan adalah
ciptaan manusia. Meskipun demikian, agama tidak menghapus kebudayaan dalam masyarakat
dimana kebudayaan tersebut tidak sesuai dan bertolak belakang dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam agama. Agama menggunakan kebudayaan sebagai media dakwah kepada
masyarakat luas. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan kebudayaan dengan ajaran-
ajaran yang sesuai dengan agama. Dari sini, dapat ditangkap bahwa kebudayaan merupakan
ciptaan manusia yang meliputi percampuran antara seni, pengetahuan kepercayaan, hukum,
moral, adat istiadat, dan lain sebagainya.

Pada al-Qur’an tidak dijelaskan tentang kebudayaan. Bahkan, kita tidak dapat menemukan
kata “kebudayaan” dalam al-Qur’an. Meskipun demikian, beberapa makna eksplisit dari ayat-
ayat al-Qur’an dapat kita definisikan sebagai “kebudayaan”. Contohnya adalah kata “amal”
dalam al-Qur’an. Amal merupakan suatu kebudayaan yang berhubungan erat dengan ajaran-
ajaran agama. Oleh karena itu, al-Qur’an menyatakan kebudayaan sebagai suatu proses kreatif
yang disimbolkan sebagai “amal”. Contoh selanjutnya adalah pada teks atau masjid yang
menunjukkan kebudayaan mempengaruhi symbol.

Contoh selanjutnya dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 164 yang berbunyi:

‫ان في خَلق السمٰ ٰوت َواْلَرض َواخت ََلف اليل َوالن َهار َوالفُلك التي تَجري فى ال َبحر ب َما‬
‫ض بَعدَ َموت َها َوبَث في َها من كُل‬ َ ‫ّللاُ منَ الس َم ۤاء من م ۤاء فَاَحيَا به‬
َ ‫اْلر‬ ٰ ‫اس َو َما اَنزَ َل‬
َ ‫يَنفَ ُع الن‬
َ‫سخر بَينَ الس َم ۤاء َواْلَرض َ ْٰل ٰيت لقَوم يعقلُون‬
َ ‫دَ ۤابة ۖ وتَصريف الر ٰيح َوالس َحاب ال ُم‬
Yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk memakai akal
pikiran kita secara optimal untuk mengetahui realitas kehidupan ini dan merenungkan
keberadaan Allah SWT. Penggunaan akal tersebut melahirkan kebudayaan dalam berbagai
macam bentuk Contohnya seperti iptek ataupun tradisi. Oleh sebab itu, peraturan dan syariat
islam pun menyatakan bahwa ia mengakui tradisi dan adat asalkan tidak bertentangan dengan
syariat al-Qur’an.

Kita dapat membawa kemaslahatan dan kebaikan kebudayaan kepada orang banyak,
asalkan bersumber kepada nilai-nilai agama. Ahmad Syaikhu menyatakan bahwa konsep
kebudayaan al-Qur’an itu memiliki dua fungsi:

1. Meningkatkan kultur ke tingkat yang tinggi sesuai dengan martabat manusia dan
kemanusiaan.
2. Menjadikan produk-produk manusia agar memiliki integrasi dengan alamnya

Anda mungkin juga menyukai