DISUSUN OLEH:
GRUP 6 KELOMPOK 3
Rizkiya Galuh Widyana 1150023031
Nailur Rosyidah 1150023005
Diana Intan Yunitasari 1150023033
Mei Nurfadilah 1150023059
Dengan memanjatkan puji Syukur ke hadirat tuhan yang maha esa, atas
segala limpahan Rahmat karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan makalah laporan ini yang berjudul:”abnormalitas pada remaja dan
dewasa“. Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat
bantuan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun menghanturkan rasa hormat dan terima
kasih kepada dosen ilmu biomedik dasar, serta teman-teman yang membantu
dalam makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari
kesempatan kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan baik dan oleh karenanya,
penyusun dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................4
1.4 Manfaat.............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1 Pengertian Abnormal.............................................................................................5
2.2 Pengertian Adiksi Obat dan Narkoba..................................................................5
2.3 Pengertian Adiksi Internet....................................................................................7
2.4 Pengertian tuna laras.............................................................................................9
2. 5 Pengertian Schizophrenia...................................................................................11
BAB III...........................................................................................................................28
PENUTUP.......................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................28
3.2 Saran.....................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................29
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian
schizoprenia?
Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian
abnormalitas seksual?
Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian
dimentia?
Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian
alzheimer?
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat agar bisa mengetahui cara menangani
abnormalitas pada remaja dan dewasa.
1.4 Manfaat
1. Bagi institusi : Sebagai bahan referensi mengenai abnormalitas pada remaja
dan dewasa pada penderita dengan gangguan kepribadiannya,karena faktor
keluarga .
2. Bagi penulis : Meningkatkan pemahaman mengenai abnormalitas pada remaja
dan dewasa pada penderita dengan gangguan kepribadiannya,karena faktor
keluarga dan menambah pengalaman dalam cara menyusun karya tulis dengan
baik dan benar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kesehatan yang berbeda. Penting untuk mendapatkan bantuan profesional
jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami masalah adiksi.
6
Beberapa jenis adiksi dapat memerlukan pengobatan, seperti
penggantian obat atau terapi farmakologis. Konsultasikan dengan
profesional medis untuk menentukan apakah pengobatan ini sesuai.
6. Pencegahan Kembali Kepada Zat Adiktif:
Identifikasi pemicu yang memicu penggunaan zat adiktif dan
kembangkan strategi untuk menghindari atau mengatasi situasi-situasi
tersebut.
7. Dukungan Pasca-Rehabilitasi:
Penting untuk memberikan dukungan setelah selesai program
rehabilitasi. Ini dapat melibatkan kelompok dukungan, konseling
lanjutan, dan perencanaan masa depan.
7
5. Adiksi Pornografi Online: Ketergantungan pada konten pornografi di
internet.
Penting untuk mengenali tanda-tanda adiksi ini dan mencari bantuan jika
diperlukan.
2. Batasan Waktu:
3. Aktivitas Pengganti:
- Menggantikan waktu online dengan aktivitas positif di dunia
nyata, seperti olahraga atau kegiatan sosial.
4. Dukungan Sosial:
- Mencari dukungan dari keluarga dan teman untuk membantu
mengatasi adiksi.
5. Pengaturan Keamanan Digital:
- Menggunakan pengaturan keamanan digital untuk membatasi
akses ke konten tertentu atau untuk mengatur waktu penggunaan.
6. Konseling:
8
- Mencari bantuan dari profesional kesehatan mental atau konselor
untuk mendiskusikan masalah secara lebih mendalam.
7. Pendidikan:
- Meningkatkan pemahaman mengenai risiko adiksi internet dan
dampaknya pada kesehatan mental.
8. Evaluasi Rutin:
- Melakukan evaluasi rutin terhadap kemajuan dan membuat
penyesuaian jika diperlukan.
Ingatlah bahwa setiap individu mungkin memerlukan pendekatan
yang berbeda, dan bantuan dari profesional dapat sangat bermanfaat
dalam menangani adiksi internet.
9
4. Senapan Sniper (Sniper Rifles): Senapan presisi dengan daya
tembak jarak jauh, dirancang untuk menembakkan proyektil dengan
akurasi tinggi, seperti M24 atau Dragunov.
5. Senapan Pemotret Pembunuh (Anti-Material Rifles): Senapan
besar yang dirancang untuk merusak peralatan atau kendaraan
musuh, seperti Barrett M82.
6. Senapan Pompak (Shotguns): Senjata yang menembakkan
sejumlah proyektil peluru sekaligus, baik peluru tajam atau peluru
hampa.
7. Senapan Otomatis (Automatic Rifles): Senapan yang dapat
menembakkan serangkaian tembakan dengan menahan pelatuk,
seperti FN FAL.
8. Senapan Pemotret Granat (Grenade Launchers): Senjata yang
dirancang untuk menembakkan granat, baik secara langsung
maupun dengan menggunakan peluncur.
Penting untuk dicatat bahwa definisi dan klasifikasi senjata dapat
bervariasi di berbagai negara.
10
- Pastikan keamanan diri Anda.
- Evaluasi kondisi korban dan panggil bantuan medis segera jika
diperlukan.
- Jangan berusaha menggerakkan atau menekan area yang terluka.
2. Kendalikan Pendarahan:
- Gunakan kain bersih atau pembalut untuk menekan luka dan
menghentikan pendarahan.
- Hindari memindahkan atau menekan tulang yang mungkin
patah.
3. Imobilisasi:
- Usahakan untuk tidak menggerakkan bagian tubuh yang terluka
secara berlebihan.
- Imobilisasi menggunakan perban atau bantuan lain jika
memungkinkan.
4. Beri Kejelasan dan Dukungan Emosional:
- Beri informasi yang jelas kepada korban tentang situasi.
- Berikan dukungan emosional dan pertahankan ketenangan.
5. Pengobatan Tambahan:
- Sesuaikan penanganan berdasarkan kondisi spesifik korban.
- Segera konsultasikan dengan tim medis untuk perawatan lebih
lanjut.
2. 5 Pengertian Schizophrenia
Schizophrenia adalah gangguan mental serius yang memengaruhi cara
seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Individu dengan schizophrenia
mungkin mengalami gejala psikotik, seperti halusinasi (persepsi yang tidak nyata)
dan waham (keyakinan yang salah). Gangguan ini dapat memengaruhi fungsi
sosial, pekerjaan, dan pribadi. Diagnosis schizophrenia didasarkan pada kriteria
tertentu, termasuk durasi dan keparahan gejala.
11
Penting untuk dicatat bahwa schizophrenia bukanlah kepribadian ganda,
dan kebanyakan orang dengan kondisi ini tidak cenderung bersifat kejam atau
berbahaya. Pengelolaan schizophrenia melibatkan perawatan medis dan dukungan
psikososial, termasuk obat antipsikotik dan terapi.
12
2. Faktor Lingkungan: Paparan pada stres atau trauma selama masa
perkembangan, seperti komplikasi pada kehamilan atau persalinan,
serta peristiwa traumatis pada masa kanak-kanak atau remaja, dapat
berkontribusi pada risiko schizophrenia.
3. Perubahan Neurobiologis: Gangguan neurotransmitter, terutama
dopamin, diyakini berperan dalam pengembangan schizophrenia.
Perubahan struktural atau fungsional dalam otak juga dapat terkait
dengan kondisi ini.
4. Penggunaan Zat: Penggunaan zat psikoaktif, seperti narkoba atau
alkohol, terutama pada usia muda, dapat meningkatkan risiko
pengembangan schizophrenia pada individu yang rentan.
5. Faktor Sosial dan Kognitif: Faktor-faktor seperti isolasi sosial,
tekanan psikososial, dan ketidakstabilan lingkungan sosial juga
dapat memainkan peran dalam perkembangan schizophrenia.
Perlu dicatat bahwa tidak semua orang dengan faktor risiko ini
akan mengembangkan schizophrenia, dan beberapa orang tanpa faktor
risiko ini dapat mengalami kondisi ini. Seiring dengan itu, kondisi ini
kompleks, dan penelitian terus dilakukan untuk memahami dengan lebih
baik penyebab dan faktor-faktor yang terlibat.
13
2. Terapi Psikososial: Terapi psikososial membantu individu dengan
schizoprenia dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Ini bisa
mencakup terapi kognitif perilaku, terapi dukungan sosial, dan
pelatihan keterampilan kehidupan sehari-hari untuk membantu
mereka mengelola stres, berkomunikasi lebih baik, dan
meningkatkan kemandirian.
3. Dukungan Keluarga dan Sosial: Dukungan dari keluarga dan
teman dapat sangat berpengaruh. Melibatkan keluarga dalam
perencanaan perawatan dan menyediakan lingkungan yang stabil
dan dukungan emosional dapat membantu individu dengan
schizoprenia menjalani proses pemulihan.
4. Pemantauan Kesehatan Fisik: Perawatan kesehatan fisik juga
penting. Beberapa obat antipsikotik dapat memiliki efek samping
terkait kesehatan fisik, seperti peningkatan berat badan atau
masalah metabolisme. Pemantauan rutin oleh profesional kesehatan
diperlukan.
5. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan: Memberikan informasi
kepada individu dan keluarganya tentang schizoprenia, termasuk
cara mengenali gejala dan mengelola stres, dapat membantu dalam
pengelolaan kondisi ini. Pelatihan keterampilan, seperti pelatihan
pekerjaan atau pendidikan keterampilan sosial, juga dapat
meningkatkan kemandirian.
6. Dukungan Komunitas: Bergabung dengan kelompok dukungan
atau organisasi masyarakat dapat memberikan kesempatan untuk
berbagi pengalaman, mendapatkan dukungan, dan membangun
jaringan sosial.
14
2.6 Pengertian abnormalitas seksual
15
4. Vaginismus: Kontraksi otot vagina yang tidak dapat
dikendalikan, menyebabkan kesulitan atau ketidakmampuan
penetrasi.
5. Gangguan Gairah Seksual Hipoaktif: Kurangnya hasrat atau
minat seksual yang signifikan, menyebabkan distraksi atau
ketidakpuasan.
6. Gangguan Gairah Seksual Hipersensitif: Gairah seksual yang
sangat tinggi atau tidak terkendali, sering kali mengganggu
kehidupan sehari-hari.
7. Gangguan Identitas Gender: Perasaan ketidakcocokan antara
identitas gender seseorang dan jenis kelamin yang ditetapkan pada
saat lahir.
8. Parafilia: Bentuk perilaku seksual yang tidak konvensional,
misalnya, fetisisme, voyeurisme, atau sadisme, yang dapat
mengganggu kehidupan sehari-hari atau menimbulkan risiko
hukum.
9. Dismorfisme Tubuh Seksual: Kecemasan signifikan terkait
dengan penampilan tubuh seksual yang dapat menghambat fungsi
seksual dan kesejahteraan psikologis.
16
1. Faktor Psikologis: Stres, kecemasan, depresi, trauma masa lalu,
atau masalah psikologis lainnya dapat memengaruhi respons
seksual.
2.Faktor Hubungan: Konflik atau masalah hubungan, seperti
kurangnya komunikasi atau ketidaksetiaan, dapat mempengaruhi
fungsi seksual.
3.Faktor Fisik: Penyakit kronis, kondisi medis tertentu, obat-obatan,
atau perubahan hormon dapat berdampak pada kesehatan seksual.
17
Penanganan abnormalitas seksual melibatkan pendekatan yang
komprehensif, seringkali melibatkan intervensi dari profesional
kesehatan mental atau ahli seksologi. Berikut beberapa cara umum
penanganan abnormalitas seksual:
1. Konseling atau Terapi Psikoseksual: Konseling atau terapi
dengan seorang profesional kesehatan mental atau seksologi dapat
membantu individu untuk menjelajahi dan memahami penyebab
atau faktor-faktor yang mendasari kelainan seksual. Terapis dapat
membantu dalam mengidentifikasi pola pikir atau perilaku yang
perlu diubah.
2. Terapi Kognitif-Perilaku: Terapis dapat menggunakan teknik
kognitif-perilaku untuk membantu individu mengubah pola pikir
dan perilaku yang berkontribusi pada kelainan seksual. Ini dapat
mencakup mengidentifikasi dan mengatasi pemikiran negatif atau
perilaku yang tidak sehat.
3. Terapi Pasangan: Jika kelainan seksual mempengaruhi hubungan,
terapi pasangan dapat membantu pasangan berkomunikasi secara
terbuka, meningkatkan pemahaman satu sama lain, dan mengatasi
konflik yang mungkin muncul.
4. Farmakoterapi: Dalam beberapa kasus, obat-obatan tertentu dapat
diresepkan untuk membantu mengelola gejala kelainan seksual.
Contohnya, obat antidepresan dapat diresepkan untuk mengatasi
gangguan disfungsi seksual tertentu.
5. Pendidikan Seksual: Edukasi seksual dapat membantu individu
untuk memahami dan menerima seksualitas mereka. Pendidikan
seksual dapat melibatkan penjelasan tentang fungsi seksual normal
dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang variasi dalam
perilaku seksual.
6. Dukungan Kelompok: Bergabung dengan kelompok dukungan
atau terapi kelompok dengan individu yang mengalami masalah
18
serupa dapat memberikan dukungan emosional, saling berbagi
pengalaman, dan memberikan pemahaman yang lebih baik.
19
Ada beberapa jenis dementia, dan masing-masing memiliki
karakteristik khusus terkait dengan penyebab dan gejala. Beberapa
jenis dementia yang umum meliputi:
1. Dementia Alzheimer: Penyebab utama dari dementia ini adalah
akumulasi plak beta-amiloid di otak, yang mengganggu komunikasi
antar sel saraf. Gejala meliputi penurunan memori, kesulitan
berbicara, dan perubahan perilaku.
2. Dementia Vaskular: Disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah
di otak, seringkali sebagai akibat dari stroke atau gangguan
sirkulasi. Gejala dapat bervariasi tergantung pada area otak yang
terpengaruh, tetapi dapat mencakup kesulitan berpikir dan
kehilangan fungsi eksekutif.
3. Dementia Lewy Body: Ditandai oleh akumulasi protein Lewy
body di otak. Gejala meliputi gangguan visual, perubahan dalam
tingkah laku, dan fluktuasi kognitif.
4. Dementia Frontotemporal: Merupakan kelompok kondisi yang
menyebabkan kerusakan pada lobus frontal atau lobus temporal
otak. Gejalanya dapat mencakup perubahan kepribadian, kesulitan
berbahasa, dan penurunan fungsi eksekutif.
5. Dementia Parkinson: Orang dengan penyakit Parkinson dapat
mengalami dementia pada tahap lanjut. Gejalanya meliputi tremor,
kesulitan bergerak, dan penurunan fungsi kognitif.
6. Dementia Creutzfeldt-Jakob (CJD): Merupakan penyakit langka
yang disebabkan oleh prion yang merusak otak. Gejalanya
berkembang dengan cepat dan melibatkan kehilangan memori,
perubahan kepribadian, dan masalah motorik.
7. Dementia Kortikobasal: Ditandai oleh kerusakan pada korteks
otak dan area basal ganglia. Gejalanya melibatkan kekakuan,
kesulitan bergerak, dan penurunan fungsi kognitif.
20
Terapi dan perawatan dapat bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat
keparahan dementia.
21
8. Merokok dan Konsumsi Alkohol: Merokok dan konsumsi
alkohol berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
dementia.
22
5. Reminiscence Therapy: Mencoba mengenang kenangan positif
dari masa lalu untuk meningkatkan kesejahteraan emosional.
23
usia. Penanganan yang tepat melibatkan dukungan medis, dukungan
psikososial, dan perhatian terhadap kesejahteraan keseluruhan individu
dan keluarganya. Diagnosis dan perawatan sebaiknya dilakukan oleh
profesional kesehatan yang berpengalaman dalam merawat orang dengan
gangguan kognitif.
24
diidentifikasi. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada risiko
perkembangan Alzheimer meliputi:
1. Faktor Genetik: Adanya riwayat keluarga dengan Alzheimer
meningkatkan risiko. Beberapa kasus Alzheimer memiliki
komponen genetik yang kuat, terutama pada kasus tipe awal.
2. Usia: Risiko Alzheimer meningkat seiring bertambahnya usia.
Alzheimer tipe lanjut, yang paling umum, umumnya terjadi pada
orang di atas usia 65 tahun.
3. Mutasi Genetik Spesifik: Beberapa mutasi genetik tertentu,
seperti pada gen APP, PSEN1, dan PSEN2, dapat meningkatkan
risiko Alzheimer familial atau tipe awal.
25
Penting untuk diingat bahwa risiko Alzheimer bersifat
multifaktorial dan kompleks. Beberapa faktor risiko mungkin dapat
dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara faktor genetik dan
usia mungkin tidak dapat diubah. Penelitian terus dilakukan untuk lebih
memahami penyebab dan faktor risiko Alzheimer, dengan tujuan
mengembangkan strategi pencegahan dan perawatan yang lebih efektif.
Perawatan Medis:
1. Manajemen Kesehatan Fisik: Kontrol tekanan darah, diabetes,
dan penyakit kardiovaskular dapat membantu mengelola risiko
kesehatan fisik terkait.
Terapi Psikososial:
1.Terapi Kognitif-Perilaku: Membantu mengelola gejala kognitif
dan merancang strategi untuk mengatasi tugas sehari-hari.
2. Terapi Dukungan Sosial: Melibatkan keluarga dan teman dalam
perawatan dapat memberikan dukungan emosional dan praktis.
26
Aktivitas Fisik dan Mental:
1. Olahraga Teratur: Aktivitas fisik dapat memberikan manfaat
kesehatan fisik dan mental.
2. Stimulasi Kognitif: Berbagai aktivitas, seperti teka-teki,
membaca, atau bermain permainan, dapat membantu menjaga daya
pikir.
Pengelolaan Lingkungan:
1. Modifikasi Lingkungan: Membuat lingkungan yang aman dan
dapat diakses dengan baik, dan meminimalkan stimulasi berlebihan,
dapat membantu.
27
okupasi dapat membantu menyusun rencana perawatan yang sesuai
dengan kebutuhan individu.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makalah abnormalitas pada remaja dan dewasa mencakup beragam
kondisi mental, perilaku, atau emosional yang melibatkan penyimpangan dari
norma sosial. Faktor seperti tekanan sosial, genetika, atau pengalaman traumatis
dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan mental. Penting untuk diakui
bahwa setiap individu memiliki respon yang berbeda-beda terhadap stres dan
tantangan hidup. Upaya pencegahan, pendidikan mental, dan dukungan sosial
dapat memainkan peran kunci dalam mengatasi kelainan ini.
3.2 Saran
Tekankan pentingnya menjaga kesehatan mental, meningkatkan
kesejahteraan emosional, dan cara mengidentifikasi tanda-tanda awal gangguan
kesehatan mental. Gunakan studi kasus dan diskusi kelompok untuk
mengilustrasikan penerapan konsep-konsep dalam kehidupan nyata dan
memfasilitasi pemahaman yang lebih baik.
29
DAFTAR PUSTAKA
Humas BNN. (2020, Mei 23). Bandung Kota BNN. Diambil kembali dari Badan Narkotika
Nasional Kota Bandung: https://bandungkota.bnn.go.id/4-langkah-cara-
mengatasi-kecanduan-narkoba/
30