Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PENGANTAR PSIKOLOGI

ABNORMALITAS PADA REMAJA DAN DEWASA

Dosen Pengampu: Machmudah, S.Psi.,M.Psi

DISUSUN OLEH:
GRUP 6 KELOMPOK 3
Rizkiya Galuh Widyana 1150023031
Nailur Rosyidah 1150023005
Diana Intan Yunitasari 1150023033
Mei Nurfadilah 1150023059

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji Syukur ke hadirat tuhan yang maha esa, atas
segala limpahan Rahmat karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan makalah laporan ini yang berjudul:”abnormalitas pada remaja dan
dewasa“. Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat
bantuan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun menghanturkan rasa hormat dan terima
kasih kepada dosen ilmu biomedik dasar, serta teman-teman yang membantu
dalam makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari
kesempatan kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan baik dan oleh karenanya,
penyusun dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

1
DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................4
1.4 Manfaat.............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1 Pengertian Abnormal.............................................................................................5
2.2 Pengertian Adiksi Obat dan Narkoba..................................................................5
2.3 Pengertian Adiksi Internet....................................................................................7
2.4 Pengertian tuna laras.............................................................................................9
2. 5 Pengertian Schizophrenia...................................................................................11
BAB III...........................................................................................................................28
PENUTUP.......................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................28
3.2 Saran.....................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................29

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dalam ilmu psikologi
yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong
orang-orang yang mengalaminya, sehingga para ahli kesehatan mental
menggunakan berbagai kriteria dalam membuat keputusan tentang apakah suatu
perilaku dapat dikatakan abnormal atau tidak. Penggunaan obat hanya disarankan
apabila gejala-gejala yang terkait dengan gangguan kepribadian, seperti gejala
psikotik, kecemasan dan depresi. Sejumlah obat yang mungkin dipakai adalah
obat-obatan penstabil suasana hati dan obat penghambat pelepasan serotonin
(antidepresan).
Sedangkan dari segi terapi, para terapis yang menggunakan teknik
kognitif-perilaku dapat menolong klien mengembangkan cara yang lebih efektif
dalam melakukan pendekatan masalah dan situasi. Terapis berpikir lebih tepat
dan objektif dengan mengambil pendekatan mempraktikan perilaku
menyelesaikan masalah dengan baik dan memberi klien pertologan praktis dalam
menangani berbagai masalah kehidupan. Para klien belajar strategi pemantauan
diri sendiri untuk menjaga kecenderungan impulsif mereka, kemampuan
mengembangkan hubungan interpersonal. namun dalam penanganan ini terdapat
hambatan yaitu sifat tertutup dari klien yang akan mempengaruhi keberhasilan
penyembuhan ini.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian adiksi
obat dan narkoba?
 Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian adiksi
internet?
 Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian tuna
laras?

3
 Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian
schizoprenia?
 Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian
abnormalitas seksual?
 Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian
dimentia?
 Bagaimana metode penanganan pasien dengan Gangguan Kepribadian
alzheimer?
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat agar bisa mengetahui cara menangani
abnormalitas pada remaja dan dewasa.
1.4 Manfaat
1. Bagi institusi : Sebagai bahan referensi mengenai abnormalitas pada remaja
dan dewasa pada penderita dengan gangguan kepribadiannya,karena faktor
keluarga .
2. Bagi penulis : Meningkatkan pemahaman mengenai abnormalitas pada remaja
dan dewasa pada penderita dengan gangguan kepribadiannya,karena faktor
keluarga dan menambah pengalaman dalam cara menyusun karya tulis dengan
baik dan benar.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Abnormal


Psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang berupaya
untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang
mengalaminya. Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas
tentang perilaku abnormal dibandingkan studi terhadap gangguan mental.
Gangguan psikologis pada remaja merupakan hal yang perlu Anda
waspadai. Pasalnya, di usia ini anak mengalami banyak gejolak emosi. Mulai dari
perubahan mood, pengaruh pubertas, beban pelajaran sekolah, serta pergaulan
dengan teman. Semua itu bisa menjadi pemicu masalah psikologi remaja.
Abnormalitas pada orang dewasa mengacu pada perilaku, pikiran, atau
perasaan yang menyimpang dari norma sosial atau kesehatan mental yang
umumnya diterima.

2.2 Pengertian Adiksi Obat dan Narkoba


Adiksi obat merujuk pada kondisi ketika seseorang mengalami
ketergantungan atau kecanduan terhadap penggunaan obat-obatan. Sementara itu,
narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat-obat berbahaya.
Narkoba mencakup zat-zat yang dapat menyebabkan ketergantungan dan
memiliki potensi merugikan bagi kesehatan fisik maupun mental. Jadi, adiksi obat
dan narkoba seringkali merujuk pada kondisi di mana seseorang memiliki
kecanduan terhadap penggunaan zat-zat tersebut, yang dapat berdampak negatif
pada kehidupan sehari-hari dan kesehatan secara umum..

A. Jenis-jenis adiksi obat dan narkoba

Beberapa jenis adiksi obat dan narkoba meliputi heroin, kokain,


metamfetamin, ganja, dan obat resep yang disalahgunakan seperti opioid
dan benzodiazepin. Setiap jenis substansi ini memiliki dampak dan risiko

5
kesehatan yang berbeda. Penting untuk mendapatkan bantuan profesional
jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami masalah adiksi.

B. Faktor yang menyebabkan adiksi obat dan narkoba

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan adiksi obat dan narkoba


melibatkan kombinasi antara faktor biologis, psikologis, dan
lingkungan. Faktor-faktor tersebut termasuk kecenderungan genetik,
pengaruh lingkungan yang merugikan, tekanan emosional, serta
kurangnya pengetahuan atau pemahaman tentang risiko penggunaan
obat-obatan terlarang. Selain itu, faktor sosial, seperti pergaulan dengan
individu yang menggunakan narkoba, juga dapat memainkan peran
dalam perkembangan adiksi.

C. Cara penanganan adiksi obat dan narkoba


Penanganan adiksi obat dan narkoba melibatkan pendekatan holistik.
Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
1.Konseling dan Dukungan Emosional:
Sediakan dukungan emosional untuk individu tersebut melalui
konseling. Bicarakan perasaan, tantangan, dan motivasi untuk berubah.
2. Intervensi Keluarga:
Libatkan keluarga dalam proses pemulihan. Pendidikan dan dukungan
dari keluarga dapat membantu menciptakan lingkungan yang
mendukung.
3. Detoksifikasi Medis:
Pada beberapa kasus, detoksifikasi medis mungkin diperlukan untuk
mengatasi efek fisik dari penyalahgunaan zat. Ini sebaiknya dilakukan
di bawah pengawasan profesional medis.
4. Program Rehabilitasi:
Pertimbangkan untuk mengikuti program rehabilitasi, baik yang
bersifat inpatient maupun outpatient. Program ini dapat mencakup
terapi perilaku kognitif, terapi kelompok, dan pendekatan lainnya.
5. Pengobatan:

6
Beberapa jenis adiksi dapat memerlukan pengobatan, seperti
penggantian obat atau terapi farmakologis. Konsultasikan dengan
profesional medis untuk menentukan apakah pengobatan ini sesuai.
6. Pencegahan Kembali Kepada Zat Adiktif:
Identifikasi pemicu yang memicu penggunaan zat adiktif dan
kembangkan strategi untuk menghindari atau mengatasi situasi-situasi
tersebut.
7. Dukungan Pasca-Rehabilitasi:
Penting untuk memberikan dukungan setelah selesai program
rehabilitasi. Ini dapat melibatkan kelompok dukungan, konseling
lanjutan, dan perencanaan masa depan.

2.3 Pengertian Adiksi Internet


Adiksi internet merujuk pada kondisi di mana seseorang mengalami
ketergantungan yang berlebihan terhadap penggunaan internet. Ini dapat
mencakup perilaku seperti bermain game online berlebihan, terlalu sering
menggunakan media sosial, atau keterlibatan berlebihan dalam aktivitas online
lainnya, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan keseimbangan aktivitas.
Adiksi internet dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental
seseorang.

A. Jenis jenis adiksi internet

Beberapa jenis adiksi internet meliputi:


1. Adiksi Media Sosial: Ketergantungan pada platform media sosial
seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.
2. Adiksi Game Online: Keterlibatan yang berlebihan dalam permainan
daring yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
3. Adiksi Berbelanja Online: Ketergantungan pada kegiatan berbelanja
secara online yang dapat menyebabkan masalah keuangan.
4. Adiksi Informasi: Ketergantungan pada pencarian informasi secara
terus-menerus di internet, bahkan jika tidak dibutuhkan.

7
5. Adiksi Pornografi Online: Ketergantungan pada konten pornografi di
internet.

Penting untuk mengenali tanda-tanda adiksi ini dan mencari bantuan jika
diperlukan.

B. Faktor yang menyebabkan Adiksi Internet

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan adiksi internet meliputi


ketidakseimbangan kehidupan online dan offline, masalah psikologis,
kurangnya dukungan sosial, serta dorongan untuk menghindari masalah
atau stres dalam kehidupan sehari-hari.

C. Cara Penanganan Adiksi Internet


Penanganan adiksi internet melibatkan beberapa langkah, termasuk:
1. Pemahaman Masalah:
- Mengakui adanya masalah adiksi internet adalah langkah awal
yang penting.

2. Batasan Waktu:

- Menetapkan batasan waktu penggunaan internet untuk mencegah


penggunaan berlebihan.

3. Aktivitas Pengganti:
- Menggantikan waktu online dengan aktivitas positif di dunia
nyata, seperti olahraga atau kegiatan sosial.
4. Dukungan Sosial:
- Mencari dukungan dari keluarga dan teman untuk membantu
mengatasi adiksi.
5. Pengaturan Keamanan Digital:
- Menggunakan pengaturan keamanan digital untuk membatasi
akses ke konten tertentu atau untuk mengatur waktu penggunaan.
6. Konseling:

8
- Mencari bantuan dari profesional kesehatan mental atau konselor
untuk mendiskusikan masalah secara lebih mendalam.

7. Pendidikan:
- Meningkatkan pemahaman mengenai risiko adiksi internet dan
dampaknya pada kesehatan mental.
8. Evaluasi Rutin:
- Melakukan evaluasi rutin terhadap kemajuan dan membuat
penyesuaian jika diperlukan.
Ingatlah bahwa setiap individu mungkin memerlukan pendekatan
yang berbeda, dan bantuan dari profesional dapat sangat bermanfaat
dalam menangani adiksi internet.

2.4 Pengertian tuna laras


Tuna laras merujuk pada kondisi dimana seseorang mengalami
kesulitan dalam mengontrol gerakan tubuhnya secara normal atau dalam
menjalankan fungsi motoriknya. Ini bisa melibatkan masalah koordinasi,
kelemahan otot, atau gangguan sensorik yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan lancar.

A. Jenis-jenis tuna laras


Tuna laras merujuk kepada berbagai jenis atau kategori senjata api
yang tidak dapat diubah atau disesuaikan dengan berbagai mode
tembak. Beberapa jenis tuna laras meliputi:
1. Senapan Serbu (Assault Rifles): Senjata otomatis yang dirancang
untuk menembakkan amunisi pistol, seperti AK-47 atau M16.
2. Senapan Mesin Ringan (Light Machine Guns): Senjata otomatis
atau semi-otomatis yang dirancang untuk tembakan berkelanjutan
dengan magazen yang lebih besar, seperti M249 SAW.
3. Senapan Mesin Berat (Heavy Machine Guns): Senjata yang lebih
besar dan cenderung dipasang pada tripod atau kendaraan, seperti
M2 Browning atau DShK.

9
4. Senapan Sniper (Sniper Rifles): Senapan presisi dengan daya
tembak jarak jauh, dirancang untuk menembakkan proyektil dengan
akurasi tinggi, seperti M24 atau Dragunov.
5. Senapan Pemotret Pembunuh (Anti-Material Rifles): Senapan
besar yang dirancang untuk merusak peralatan atau kendaraan
musuh, seperti Barrett M82.
6. Senapan Pompak (Shotguns): Senjata yang menembakkan
sejumlah proyektil peluru sekaligus, baik peluru tajam atau peluru
hampa.
7. Senapan Otomatis (Automatic Rifles): Senapan yang dapat
menembakkan serangkaian tembakan dengan menahan pelatuk,
seperti FN FAL.
8. Senapan Pemotret Granat (Grenade Launchers): Senjata yang
dirancang untuk menembakkan granat, baik secara langsung
maupun dengan menggunakan peluncur.
Penting untuk dicatat bahwa definisi dan klasifikasi senjata dapat
bervariasi di berbagai negara.

B. Faktor yang menyebabkan tuna laras


Tuna laras dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk faktor
genetik, lingkungan, dan pengalaman hidup. Faktor genetik
melibatkan warisan genetik yang dapat memengaruhi
perkembangan mental seseorang. Lingkungan, seperti pengalaman
traumatis atau stres, juga dapat berperan dalam munculnya tuna
laras. Selain itu, ketidakseimbangan zat kimia otak dan gangguan
neurologis juga dapat menjadi penyebab. Kombinasi faktor-faktor
ini dapat memainkan peran kompleks dalam perkembangan tuna
laras pada seseorang.
C. Cara penanganan tuna laras
Penanganan tuna laras melibatkan beberapa langkah, seperti:
1. Pertolongan Pertama:

10
- Pastikan keamanan diri Anda.
- Evaluasi kondisi korban dan panggil bantuan medis segera jika
diperlukan.
- Jangan berusaha menggerakkan atau menekan area yang terluka.
2. Kendalikan Pendarahan:
- Gunakan kain bersih atau pembalut untuk menekan luka dan
menghentikan pendarahan.
- Hindari memindahkan atau menekan tulang yang mungkin
patah.
3. Imobilisasi:
- Usahakan untuk tidak menggerakkan bagian tubuh yang terluka
secara berlebihan.
- Imobilisasi menggunakan perban atau bantuan lain jika
memungkinkan.
4. Beri Kejelasan dan Dukungan Emosional:
- Beri informasi yang jelas kepada korban tentang situasi.
- Berikan dukungan emosional dan pertahankan ketenangan.
5. Pengobatan Tambahan:
- Sesuaikan penanganan berdasarkan kondisi spesifik korban.
- Segera konsultasikan dengan tim medis untuk perawatan lebih
lanjut.

Ingatlah, penanganan tuna laras harus dilakukan oleh profesional medis


jika memungkinkan. Jangan ragu untuk meminta bantuan segera.

2. 5 Pengertian Schizophrenia
Schizophrenia adalah gangguan mental serius yang memengaruhi cara
seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Individu dengan schizophrenia
mungkin mengalami gejala psikotik, seperti halusinasi (persepsi yang tidak nyata)
dan waham (keyakinan yang salah). Gangguan ini dapat memengaruhi fungsi
sosial, pekerjaan, dan pribadi. Diagnosis schizophrenia didasarkan pada kriteria
tertentu, termasuk durasi dan keparahan gejala.

11
Penting untuk dicatat bahwa schizophrenia bukanlah kepribadian ganda,
dan kebanyakan orang dengan kondisi ini tidak cenderung bersifat kejam atau
berbahaya. Pengelolaan schizophrenia melibatkan perawatan medis dan dukungan
psikososial, termasuk obat antipsikotik dan terapi.

A. Jenis jenis schizoprenia


Beberapa jenis schizoprenia yang umum termasuk:
1. Paranoid Schizophrenia: Ciri utamanya adalah adanya waham
paranoid, di mana seseorang merasa dianiaya atau terancam.
2. Disorganized Schizophrenia (Hebephrenic): Dikarakteristikkan
oleh gangguan berpikir dan perilaku yang tidak terorganisir.
Pemikiran dan respons emosional seringkali sulit dipahami.
3. Catatonic Schizophrenia: Fokus pada perubahan gerakan dan
aktivitas fisik. Ini bisa mencakup kebekuan motorik atau gerakan
berlebihan yang tidak terkendali.
4. Undifferentiated Schizophrenia: Merujuk pada kondisi di mana
gejala tidak sesuai dengan tipe schizoprenia spesifik lainnya atau
mencakup elemen-elemen dari beberapa tipe.
5. Residual Schizophrenia: Mengacu pada kondisi di mana
seseorang telah mengalami episode schizoprenia sebelumnya, tetapi
gejalanya telah berkurang atau kurang parah.
B.Faktor yg menyebabkan
Penyebab schizophrenia tidak dapat dijelaskan secara tunggal,
namun, ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi pada
perkembangannya. Beberapa faktor risiko melibatkan kombinasi
genetik, lingkungan, dan perubahan neurobiologis. Beberapa faktor
yang dapat memainkan peran meliputi:
1. Genetika: Adanya riwayat keluarga dengan schizophrenia dapat
meningkatkan risiko seseorang mengembangkan kondisi ini. Faktor
genetik memainkan peran penting, meskipun belum sepenuhnya
dipahami.

12
2. Faktor Lingkungan: Paparan pada stres atau trauma selama masa
perkembangan, seperti komplikasi pada kehamilan atau persalinan,
serta peristiwa traumatis pada masa kanak-kanak atau remaja, dapat
berkontribusi pada risiko schizophrenia.
3. Perubahan Neurobiologis: Gangguan neurotransmitter, terutama
dopamin, diyakini berperan dalam pengembangan schizophrenia.
Perubahan struktural atau fungsional dalam otak juga dapat terkait
dengan kondisi ini.
4. Penggunaan Zat: Penggunaan zat psikoaktif, seperti narkoba atau
alkohol, terutama pada usia muda, dapat meningkatkan risiko
pengembangan schizophrenia pada individu yang rentan.
5. Faktor Sosial dan Kognitif: Faktor-faktor seperti isolasi sosial,
tekanan psikososial, dan ketidakstabilan lingkungan sosial juga
dapat memainkan peran dalam perkembangan schizophrenia.

Perlu dicatat bahwa tidak semua orang dengan faktor risiko ini
akan mengembangkan schizophrenia, dan beberapa orang tanpa faktor
risiko ini dapat mengalami kondisi ini. Seiring dengan itu, kondisi ini
kompleks, dan penelitian terus dilakukan untuk memahami dengan lebih
baik penyebab dan faktor-faktor yang terlibat.

C .Cara penanganan schizoprenia

Penanganan schizoprenia biasanya melibatkan pendekatan holistik


yang mencakup perawatan medis, dukungan psikososial, dan terapi.
Berikut adalah beberapa cara umum penanganan schizoprenia:

1. Obat-Obatan: Obat antipsikotik sering diresepkan untuk


mengelola gejala schizoprenia. Mereka membantu mengurangi
gejala psikotik seperti waham, halusinasi, dan pikiran terganggu.
Penting untuk konsultasi dengan profesional kesehatan mental
untuk menemukan obat dan dosis yang paling efektif dengan efek
samping yang minimal.

13
2. Terapi Psikososial: Terapi psikososial membantu individu dengan
schizoprenia dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Ini bisa
mencakup terapi kognitif perilaku, terapi dukungan sosial, dan
pelatihan keterampilan kehidupan sehari-hari untuk membantu
mereka mengelola stres, berkomunikasi lebih baik, dan
meningkatkan kemandirian.
3. Dukungan Keluarga dan Sosial: Dukungan dari keluarga dan
teman dapat sangat berpengaruh. Melibatkan keluarga dalam
perencanaan perawatan dan menyediakan lingkungan yang stabil
dan dukungan emosional dapat membantu individu dengan
schizoprenia menjalani proses pemulihan.
4. Pemantauan Kesehatan Fisik: Perawatan kesehatan fisik juga
penting. Beberapa obat antipsikotik dapat memiliki efek samping
terkait kesehatan fisik, seperti peningkatan berat badan atau
masalah metabolisme. Pemantauan rutin oleh profesional kesehatan
diperlukan.
5. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan: Memberikan informasi
kepada individu dan keluarganya tentang schizoprenia, termasuk
cara mengenali gejala dan mengelola stres, dapat membantu dalam
pengelolaan kondisi ini. Pelatihan keterampilan, seperti pelatihan
pekerjaan atau pendidikan keterampilan sosial, juga dapat
meningkatkan kemandirian.
6. Dukungan Komunitas: Bergabung dengan kelompok dukungan
atau organisasi masyarakat dapat memberikan kesempatan untuk
berbagi pengalaman, mendapatkan dukungan, dan membangun
jaringan sosial.

Penting untuk dicatat bahwa penanganan schizoprenia bersifat


individual dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap
individu. Keterlibatan aktif dari individu yang mengalami schizoprenia
dan dukungan yang berkelanjutan dari profesional kesehatan dan keluarga
dapat membantu mencapai hasil yang lebih baik dalam jangka panjang.

14
2.6 Pengertian abnormalitas seksual

Abnormalitas seksual atau disfungsi seksual merujuk pada


gangguan-gangguan dalam fungsi seksual yang menghambat kemampuan
seseorang untuk mencapai kepuasan seksual atau berinteraksi secara
memuaskan dalam hubungan intim. Ini bisa melibatkan kesulitan dalam
gairah seksual, respons seksual, atau orgasme.

Contoh kondisi abnormalitas seksual meliputi disfungsi ereksi,


dispareunia (nyeri saat berhubungan seksual), gangguan dorongan seksual
hipoaktif, ejakulasi dini, dan gangguan orgasme, di antara lain. Penting
untuk diingat bahwa standar untuk apa yang dianggap sebagai "normal"
dalam konteks seksualitas dapat bervariasi di antara individu dan budaya.

Profesional kesehatan mental atau spesialis seksologi seringkali


terlibat dalam penanganan kasus-kasus abnormalitas seksual untuk
memberikan dukungan, evaluasi, dan terapi yang sesuai. Terapi seksual
sering digunakan untuk membantu individu atau pasangan mengatasi
kesulitan seksual dan meningkatkan kualitas kehidupan seksual mereka.

A. Jenis jenis abnormalitas seksual


Beberapa jenis abnormalitas seksual atau disfungsi seksual
meliputi:
1. Disfungsi Ereksi (Impotensi): Kesulitan untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang cukup keras untuk melakukan
hubungan seksual.
2. Disfungsi Orgasme: Kesulitan mencapai orgasme atau mencapai
orgasme terlalu cepat (ejakulasi dini) atau terlalu lambat.
3. Dispareunia: Nyeri genital yang terjadi sebelum, selama, atau
setelah hubungan seksual.

15
4. Vaginismus: Kontraksi otot vagina yang tidak dapat
dikendalikan, menyebabkan kesulitan atau ketidakmampuan
penetrasi.
5. Gangguan Gairah Seksual Hipoaktif: Kurangnya hasrat atau
minat seksual yang signifikan, menyebabkan distraksi atau
ketidakpuasan.
6. Gangguan Gairah Seksual Hipersensitif: Gairah seksual yang
sangat tinggi atau tidak terkendali, sering kali mengganggu
kehidupan sehari-hari.
7. Gangguan Identitas Gender: Perasaan ketidakcocokan antara
identitas gender seseorang dan jenis kelamin yang ditetapkan pada
saat lahir.
8. Parafilia: Bentuk perilaku seksual yang tidak konvensional,
misalnya, fetisisme, voyeurisme, atau sadisme, yang dapat
mengganggu kehidupan sehari-hari atau menimbulkan risiko
hukum.
9. Dismorfisme Tubuh Seksual: Kecemasan signifikan terkait
dengan penampilan tubuh seksual yang dapat menghambat fungsi
seksual dan kesejahteraan psikologis.

Perlu diingat bahwa beberapa kondisi ini mungkin bersifat


sementara atau situasional, sementara yang lain mungkin memerlukan
perhatian profesional kesehatan mental atau spesialis seksologi untuk
evaluasi dan penanganan yang tepat.

B. Faktor yang menyebabkan abnormalitas seksual


Faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi pada
abnormalitas seksual sangat bervariasi dan dapat melibatkan
kombinasi faktor fisik, psikologis, dan sosial. Beberapa faktor yang
mungkin berperan termasuk:

16
1. Faktor Psikologis: Stres, kecemasan, depresi, trauma masa lalu,
atau masalah psikologis lainnya dapat memengaruhi respons
seksual.
2.Faktor Hubungan: Konflik atau masalah hubungan, seperti
kurangnya komunikasi atau ketidaksetiaan, dapat mempengaruhi
fungsi seksual.
3.Faktor Fisik: Penyakit kronis, kondisi medis tertentu, obat-obatan,
atau perubahan hormon dapat berdampak pada kesehatan seksual.

4. Faktor Lingkungan: Faktor-faktor seperti tekanan sosial atau


budaya, norma-norma seksual yang tidak realistis, atau pengalaman
trauma dapat memainkan peran.
5. Penggunaan Zat: Konsumsi obat-obatan, alkohol, atau narkoba
tertentu dapat mempengaruhi fungsi seksual.
6. Faktor Biologis: Ketidakseimbangan hormon, gangguan
neurologis, atau kondisi fisik tertentu dapat menyebabkan disfungsi
seksual.
7. Trauma atau Pelecehan Seksual: Pengalaman traumatis atau
pelecehan seksual masa lalu dapat memiliki dampak jangka panjang
pada fungsi seksual.
8. Perasaan Terhadap Tubuh: Ketidakpuasan dengan penampilan
fisik atau ketidaknyamanan dengan tubuh dapat memengaruhi
kepercayaan diri dan fungsi seksual.

Penting untuk dicatat bahwa setiap individu unik, dan faktor-faktor


yang berkontribusi pada abnormalitas seksual dapat bervariasi.
Penanganan yang tepat seringkali melibatkan pendekatan holistik yang
mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, dan sosial, serta melibatkan
dukungan profesional kesehatan mental atau ahli seksologi.

C. Cara penanganan abnormalitas seksual

17
Penanganan abnormalitas seksual melibatkan pendekatan yang
komprehensif, seringkali melibatkan intervensi dari profesional
kesehatan mental atau ahli seksologi. Berikut beberapa cara umum
penanganan abnormalitas seksual:
1. Konseling atau Terapi Psikoseksual: Konseling atau terapi
dengan seorang profesional kesehatan mental atau seksologi dapat
membantu individu untuk menjelajahi dan memahami penyebab
atau faktor-faktor yang mendasari kelainan seksual. Terapis dapat
membantu dalam mengidentifikasi pola pikir atau perilaku yang
perlu diubah.
2. Terapi Kognitif-Perilaku: Terapis dapat menggunakan teknik
kognitif-perilaku untuk membantu individu mengubah pola pikir
dan perilaku yang berkontribusi pada kelainan seksual. Ini dapat
mencakup mengidentifikasi dan mengatasi pemikiran negatif atau
perilaku yang tidak sehat.
3. Terapi Pasangan: Jika kelainan seksual mempengaruhi hubungan,
terapi pasangan dapat membantu pasangan berkomunikasi secara
terbuka, meningkatkan pemahaman satu sama lain, dan mengatasi
konflik yang mungkin muncul.
4. Farmakoterapi: Dalam beberapa kasus, obat-obatan tertentu dapat
diresepkan untuk membantu mengelola gejala kelainan seksual.
Contohnya, obat antidepresan dapat diresepkan untuk mengatasi
gangguan disfungsi seksual tertentu.
5. Pendidikan Seksual: Edukasi seksual dapat membantu individu
untuk memahami dan menerima seksualitas mereka. Pendidikan
seksual dapat melibatkan penjelasan tentang fungsi seksual normal
dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang variasi dalam
perilaku seksual.
6. Dukungan Kelompok: Bergabung dengan kelompok dukungan
atau terapi kelompok dengan individu yang mengalami masalah

18
serupa dapat memberikan dukungan emosional, saling berbagi
pengalaman, dan memberikan pemahaman yang lebih baik.

Penting untuk mencari bantuan profesional jika mengalami kelainan


seksual, karena ini dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis dan
hubungan interpersonal. Dukungan profesional membantu individu untuk
mengidentifikasi sumber masalah, merencanakan strategi penanganan
yang sesuai, dan meningkatkan kualitas hidup seksual dan hubungan.

2.7 Pengertian dementia

Dementia adalah istilah umum yang digunakan untuk


menggambarkan kelompok gejala yang terkait dengan penurunan fungsi
kognitif, termasuk daya ingat, pemikiran, dan kemampuan sehari-hari. Ini
bukan suatu penyakit tunggal, melainkan kondisi yang dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit atau gangguan otak yang merusak sel-sel otak.

Gejala dementia melibatkan penurunan daya ingat jangka pendek


dan jangka panjang, kesulitan dalam berbicara atau memahami bahasa,
kesulitan dalam pemecahan masalah, dan perubahan perilaku atau
kepribadian. Dementia dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menjalani kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Penyebab umum dari dementia meliputi penyakit Alzheimer,


dementia vaskular, penyakit Lewy body, dan penyakit Parkinson.
Diagnosis dan pengelolaan yang tepat memerlukan evaluasi oleh
profesional kesehatan, seringkali melibatkan tes neuropsikologis dan
pemeriksaan lainnya untuk menentukan penyebab yang mendasari dan
merencanakan perawatan yang sesuai.

A. Jenis jenis dementia

19
Ada beberapa jenis dementia, dan masing-masing memiliki
karakteristik khusus terkait dengan penyebab dan gejala. Beberapa
jenis dementia yang umum meliputi:
1. Dementia Alzheimer: Penyebab utama dari dementia ini adalah
akumulasi plak beta-amiloid di otak, yang mengganggu komunikasi
antar sel saraf. Gejala meliputi penurunan memori, kesulitan
berbicara, dan perubahan perilaku.
2. Dementia Vaskular: Disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah
di otak, seringkali sebagai akibat dari stroke atau gangguan
sirkulasi. Gejala dapat bervariasi tergantung pada area otak yang
terpengaruh, tetapi dapat mencakup kesulitan berpikir dan
kehilangan fungsi eksekutif.
3. Dementia Lewy Body: Ditandai oleh akumulasi protein Lewy
body di otak. Gejala meliputi gangguan visual, perubahan dalam
tingkah laku, dan fluktuasi kognitif.
4. Dementia Frontotemporal: Merupakan kelompok kondisi yang
menyebabkan kerusakan pada lobus frontal atau lobus temporal
otak. Gejalanya dapat mencakup perubahan kepribadian, kesulitan
berbahasa, dan penurunan fungsi eksekutif.
5. Dementia Parkinson: Orang dengan penyakit Parkinson dapat
mengalami dementia pada tahap lanjut. Gejalanya meliputi tremor,
kesulitan bergerak, dan penurunan fungsi kognitif.
6. Dementia Creutzfeldt-Jakob (CJD): Merupakan penyakit langka
yang disebabkan oleh prion yang merusak otak. Gejalanya
berkembang dengan cepat dan melibatkan kehilangan memori,
perubahan kepribadian, dan masalah motorik.
7. Dementia Kortikobasal: Ditandai oleh kerusakan pada korteks
otak dan area basal ganglia. Gejalanya melibatkan kekakuan,
kesulitan bergerak, dan penurunan fungsi kognitif.

Setiap jenis dementia memiliki karakteristik sendiri, dan diagnosis


yang akurat memerlukan evaluasi oleh profesional kesehatan terlatih.

20
Terapi dan perawatan dapat bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat
keparahan dementia.

B. Faktor faktor dementia


Faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada risiko perkembangan
dementia melibatkan kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan
gaya hidup. Beberapa faktor yang dikenal termasuk:
1. Faktor Usia: Risiko untuk mengembangkan dementia meningkat
seiring bertambahnya usia. Meskipun tidak semua orang tua
mengalami dementia, usia adalah salah satu faktor risiko utama.

2. Genetika: Faktor genetik dapat memainkan peran dalam beberapa


jenis dementia, terutama dalam kasus Alzheimer dan frontotemporal
dementia. Riwayat keluarga dengan dementia dapat meningkatkan
risiko.
3. Faktor Kesehatan Jantung: Penyakit-penyakit kardiovaskular,
seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan hiperlipidemia, dapat
meningkatkan risiko dementia vaskular.
4. Gaya Hidup dan Kesehatan Otak: Gaya hidup sehat, seperti pola
makan yang baik, olahraga teratur, dan menjaga kesehatan otak,
dapat membantu mengurangi risiko dementia.
5. Pendidikan: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dapat berkorelasi dengan penurunan
risiko dementia. Pendidikan dapat memberikan keuntungan
terhadap kesehatan otak.
6. Trauma Kepala Berulang: Cedera kepala berulang, terutama yang
terkait dengan aktivitas olahraga atau pekerjaan tertentu, dapat
meningkatkan risiko pengembangan dementia, terutama dementia
traumatik kronis (CTE).
7. Faktor Psikososial: Stres, depresi, dan isolasi sosial dapat
memainkan peran dalam perkembangan atau kemajuan beberapa
jenis dementia.

21
8. Merokok dan Konsumsi Alkohol: Merokok dan konsumsi
alkohol berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
dementia.

Penting untuk diingat bahwa beberapa faktor ini dapat


dikendalikan atau dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup yang sehat,
sementara faktor-faktor lain, seperti faktor genetik, mungkin tidak dapat
diubah. Mempertahankan kesehatan umum dan mengadopsi pola hidup
sehat dapat berperan dalam mengurangi risiko perkembangan dementia.

C. Cara penanganan dementia


Penanganan dementia melibatkan berbagai pendekatan yang
mencakup perawatan medis, dukungan psikososial, dan pemberian
perhatian khusus terhadap kebutuhan individu. Berikut adalah
beberapa aspek penanganan dementia:
Perawatan Medis:
1. Obat-Obatan: Beberapa obat dapat digunakan untuk mengelola
gejala dementia, terutama pada jenis-jenis tertentu seperti
Alzheimer. Ini mungkin mencakup obat antikolinesterase atau obat
yang mempengaruhi neurotransmitter otak seperti glutamat.
2. Manajemen Kesehatan Fisik: Perawatan kesehatan fisik secara
umum, termasuk pengendalian kondisi medis yang mendasari
seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, dapat membantu dalam
manajemen gejala.
3. Terapi Psikososial:
Terapi Kognitif Perilaku: Terapi ini dapat membantu individu untuk
mengatasi kesulitan kognitif dan merancang strategi untuk
mengatasi masalah sehari-hari.
4. Terapi Musik atau Seni: Aktivitas ini dapat membantu
merangsang ingatan dan ekspresi kreatif.

22
5. Reminiscence Therapy: Mencoba mengenang kenangan positif
dari masa lalu untuk meningkatkan kesejahteraan emosional.

Dukungan Keluarga dan Perawatan:


1. Dukungan Emosional: Mendukung keluarga dan individu dengan
dementia adalah kunci. Keluarga dapat memainkan peran penting
dalam memberikan dukungan emosional dan praktis.
2. Pemahaman dan Pendidikan: Menyediakan informasi dan
pendidikan kepada keluarga dan perawat dapat membantu mereka
memahami kondisi ini dan merencanakan perawatan yang sesuai.

2.8 Pengertian Alzheimer

Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum, dan ini


merujuk pada penyakit neurodegeneratif yang menyebabkan penurunan
fungsi kognitif dan memori secara bertahap. Penyakit ini biasanya
berkembang perlahan-lahan dan memengaruhi kemampuan seseorang
untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Karakteristik Alzheimer melibatkan akumulasi plak beta-amiloid di


otak, serta pembentukan neurofibril tangle (gumpalan serabut saraf).
Kedua proses ini menyebabkan kematian sel saraf dan pengurangan
volume otak.

Gejala Alzheimer mencakup penurunan daya ingat, kesulitan


berbicara atau menemukan kata-kata, kesulitan menjalankan tugas sehari-
hari, dan perubahan kepribadian. Meskipun belum ada obat yang dapat
menyembuhkan Alzheimer, beberapa obat dapat membantu mengelola
gejalanya.

Penting untuk memahami bahwa Alzheimer bukanlah bagian


normal dari penuaan, meskipun risiko meningkat seiring bertambahnya

23
usia. Penanganan yang tepat melibatkan dukungan medis, dukungan
psikososial, dan perhatian terhadap kesejahteraan keseluruhan individu
dan keluarganya. Diagnosis dan perawatan sebaiknya dilakukan oleh
profesional kesehatan yang berpengalaman dalam merawat orang dengan
gangguan kognitif.

A. Jenis jenis Alzheimer


Alzheimer sendiri adalah nama penyakit yang menggambarkan
bentuk khusus dari demensia. Tidak ada subjenis langsung dari
Alzheimer, tetapi perjalanan dan gejala penyakit ini dapat bervariasi
dari satu individu ke individu lainnya. Yang paling umum adalah
Alzheimer tipe awal dan Alzheimer tipe lanjut.

1. Alzheimer Tipe Awal (Early-Onset Alzheimer): Biasanya terjadi


pada individu di bawah usia 65 tahun. Gejala biasanya dimulai
sebelum usia ini dan dapat muncul bahkan di usia 30-an atau 40-an.
Ini memiliki dimensi genetik yang lebih tinggi.
2. Alzheimer Tipe Lanjut (Late-Onset Alzheimer): Ini adalah bentuk
yang paling umum dari Alzheimer, terjadi pada usia di atas 65
tahun. Risiko untuk mengembangkan Alzheimer meningkat seiring
bertambahnya usia.

Sementara itu, penyakit Alzheimer tidak memiliki "subjenis" resmi


lainnya, akan tetapi beberapa ahli kesehatan mental atau peneliti dapat
menggunakan istilah tambahan untuk mendeskripsikan ciri khas gejala
atau perkembangan. Namun, istilah-istilah tersebut tidak selalu digunakan
secara konsisten dalam literatur ilmiah atau diagnostik medis. Perlu dicatat
bahwa diagnosis dan pengelolaan Alzheimer sebaiknya dilakukan oleh
profesional kesehatan yang berpengalaman dalam gangguan kognitif.

B. Faktor faktor Alzheimer


Penyebab pasti Alzheimer belum sepenuhnya dipahami, tetapi
beberapa faktor risiko dan mekanisme yang terkait telah

24
diidentifikasi. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada risiko
perkembangan Alzheimer meliputi:
1. Faktor Genetik: Adanya riwayat keluarga dengan Alzheimer
meningkatkan risiko. Beberapa kasus Alzheimer memiliki
komponen genetik yang kuat, terutama pada kasus tipe awal.
2. Usia: Risiko Alzheimer meningkat seiring bertambahnya usia.
Alzheimer tipe lanjut, yang paling umum, umumnya terjadi pada
orang di atas usia 65 tahun.
3. Mutasi Genetik Spesifik: Beberapa mutasi genetik tertentu,
seperti pada gen APP, PSEN1, dan PSEN2, dapat meningkatkan
risiko Alzheimer familial atau tipe awal.

4. Faktor Lingkungan: Paparan terhadap faktor-faktor lingkungan


tertentu, seperti polusi udara atau zat kimia tertentu, mungkin dapat
mempengaruhi risiko Alzheimer, meskipun hubungannya masih
harus lebih dipahami.
5. Pendidikan dan Kegiatan Kognitif: Pendidikan yang lebih rendah
dan kurangnya kegiatan kognitif dalam hidup dapat terkait dengan
peningkatan risiko Alzheimer.
6. Penyakit Kardiovaskular: Faktor-faktor risiko seperti tekanan
darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung dapat meningkatkan
risiko Alzheimer.
7. Trauma Kepala Berulang: Cedera kepala berulang atau cedera
kepala serius dapat meningkatkan risiko perkembangan Alzheimer,
terutama pada kasus olahraga yang melibatkan cedera kepala.
8. Gaya Hidup Sehat: Faktor-faktor gaya hidup seperti pola makan
sehat, olahraga teratur, dan menjaga berat badan dapat berperan
dalam mengurangi risiko Alzheimer.
9. Gen ApoE4: Varian gen ApoE4 telah terkait dengan peningkatan
risiko Alzheimer, meskipun tidak semua orang dengan varian ini
akan mengembangkan penyakit tersebut.

25
Penting untuk diingat bahwa risiko Alzheimer bersifat
multifaktorial dan kompleks. Beberapa faktor risiko mungkin dapat
dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara faktor genetik dan
usia mungkin tidak dapat diubah. Penelitian terus dilakukan untuk lebih
memahami penyebab dan faktor risiko Alzheimer, dengan tujuan
mengembangkan strategi pencegahan dan perawatan yang lebih efektif.

C. Cara penganganan Alzheimer


Penanganan Alzheimer melibatkan pendekatan holistik yang
mencakup perawatan medis, dukungan psikososial, dan perubahan
gaya hidup. Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan
Alzheimer, beberapa strategi dapat membantu mengelola gejalanya
dan meningkatkan kualitas hidup. Berikut adalah beberapa aspek
penanganan Alzheimer:
Obat-Obatan:
1. Obat Antikolinesterase: Dapat membantu meningkatkan fungsi
neurotransmitter dan mengurangi gejala kognitif pada beberapa
orang dengan Alzheimer.
2. Memantau Obat: Pemantauan obat secara teratur untuk
memastikan dosis yang tepat dan mengidentifikasi efek samping
atau interaksi obat.

Perawatan Medis:
1. Manajemen Kesehatan Fisik: Kontrol tekanan darah, diabetes,
dan penyakit kardiovaskular dapat membantu mengelola risiko
kesehatan fisik terkait.

Terapi Psikososial:
1.Terapi Kognitif-Perilaku: Membantu mengelola gejala kognitif
dan merancang strategi untuk mengatasi tugas sehari-hari.
2. Terapi Dukungan Sosial: Melibatkan keluarga dan teman dalam
perawatan dapat memberikan dukungan emosional dan praktis.

26
Aktivitas Fisik dan Mental:
1. Olahraga Teratur: Aktivitas fisik dapat memberikan manfaat
kesehatan fisik dan mental.
2. Stimulasi Kognitif: Berbagai aktivitas, seperti teka-teki,
membaca, atau bermain permainan, dapat membantu menjaga daya
pikir.

Pengelolaan Lingkungan:
1. Modifikasi Lingkungan: Membuat lingkungan yang aman dan
dapat diakses dengan baik, dan meminimalkan stimulasi berlebihan,
dapat membantu.

Gaya Hidup Sehat:


1. Pola Makan Sehat: Menerapkan pola makan sehat, seperti Diet
Mediterania, dapat mendukung kesehatan otak.
2. Manajemen Stres: Strategi manajemen stres, seperti meditasi atau
yoga, dapat membantu.

Edukasi dan Dukungan:


1. Pendidikan kepada Keluarga: Menyediakan edukasi kepada
keluarga dan perawat dapat membantu mereka memahami dan
merespon perubahan yang terjadi.

Pemantauan Kesehatan Mental:


1. Evaluasi dan Pengelolaan Gejala Psikiatri: Mengidentifikasi dan
mengelola gejala psikiatri seperti depresi atau kecemasan.

Penting untuk bekerja sama dengan tim perawatan kesehatan yang


berpengalaman dalam menangani Alzheimer. Konsultasi dengan
profesional kesehatan seperti dokter, perawat, terapis fisik, dan terapis

27
okupasi dapat membantu menyusun rencana perawatan yang sesuai
dengan kebutuhan individu.

28
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makalah abnormalitas pada remaja dan dewasa mencakup beragam
kondisi mental, perilaku, atau emosional yang melibatkan penyimpangan dari
norma sosial. Faktor seperti tekanan sosial, genetika, atau pengalaman traumatis
dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan mental. Penting untuk diakui
bahwa setiap individu memiliki respon yang berbeda-beda terhadap stres dan
tantangan hidup. Upaya pencegahan, pendidikan mental, dan dukungan sosial
dapat memainkan peran kunci dalam mengatasi kelainan ini.

3.2 Saran
Tekankan pentingnya menjaga kesehatan mental, meningkatkan
kesejahteraan emosional, dan cara mengidentifikasi tanda-tanda awal gangguan
kesehatan mental. Gunakan studi kasus dan diskusi kelompok untuk
mengilustrasikan penerapan konsep-konsep dalam kehidupan nyata dan
memfasilitasi pemahaman yang lebih baik.

29
DAFTAR PUSTAKA

Fadli, R. (2022, September 22). halodoc.com. Diambil kembali dari Halodoc:


https://www.halodoc.com/artikel/waspada-ini-2-penyebab-psikologi-remaja-
terganggu

Humas BNN. (2020, Mei 23). Bandung Kota BNN. Diambil kembali dari Badan Narkotika
Nasional Kota Bandung: https://bandungkota.bnn.go.id/4-langkah-cara-
mengatasi-kecanduan-narkoba/

Nareza, M. (2023, Juni 15). Alodokter.com. Diambil kembali dari Alodokter:


https://www.alodokter.com/gangguan-kepribadian

S, M. I. (2023, Agustus 09). KlikDokter.com. Diambil kembali dari Klik Dokter:


https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/terapi-untuk-remaja-
yang-kecanduan-pornografi

Yani, I. F. (2022, Oktober 27). Diambil kembali dari Hello Sehat:


https://hellosehat.com/parenting/remaja/kesehatan-mental-remaja/jenis-
gangguan-psikologis-pada-remaja/

30

Anda mungkin juga menyukai