Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

“AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG MANAJEMEN RESIKO BANK SYARIAH”

Dosen Pengampu:
Dr. Oktaviani, SE., MM,

Disusun oleh : Helmaliani Fransischa (2001869)

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) H.M LUKMAN EDY


PEKANBARU
2023
RESIKO MENURUT AL QUR-AN DAN HADIST NYA
Secara sederhana, definisi risiko yakni suatu kondisi yang belum pasti, tetapi
mengandung unsur bahaya sebagai konsekuensi atau akibat dari sesuatu. Sekali lagi,
sesuatu ini adalah usaha, bisnis aktivitas, maupun keputusan yang kamu ambil.

Pengertian tersebut selaras dengan KBBI, di mana risiko diartikan sebagai semua
kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang bisa membuat perusahaan merugi. Meski
masih berupa ketidakpastian, hendaknya kamu mempersiapkan diri serta
mempertimbangkan segala kemungkinannya, sebelum benar-benar mengambil
keputusan.

A. Konsep Dasar Resiko


Risiko berhubungan dengan ketidakpastian , ini terjadi oleh kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk).
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorangan atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana
jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar
sedangkan kalaupun rugi hanya sekali saja, misalnya membeli lotre. Jika beruntung
maka akan mendapatkan hadiah yang sangat besar tetapi jika tidak beruntung uang yang
digunakan membeli lotre relative kecil.
B. Pengertian Resiko
Pengertian Risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti dan terdapat unsur bahaya,
akibat atau konsekuensi yang bisa terjadi akibat proses yang sedang berlangsung maupun
kejadian yang akan datang.
Pengertian lebih luas bisa di lihat dari pendapat pakar di antaranya:
a. Menurut COSO ERM 2004, pengertian Risiko adalah kemungkinan terjadinya
sebuah peristiwa yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.
b. Menurut Prof. Dr. Ir. Soemarno, M.S., pengertian risiko adalah suatu kondisi
yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi.
c. Menurut Arthur Williams dan Richard, M.H, pengertian risiko adalah suatu
variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.
d. Menurut Griffin, pengertian risiko adalah ketidakpastian tentang peristiwa masa
depan atas hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.
e. Menurut Hanafi, pengertian risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang
dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang
akan datang.
f. Menurut A. Abas Salim, pengertian risiko adalah ketidakpastian (uncertainty)
yang mungkin mengakibatkan peristiwa kerugian (loss).
g. Menurut Subekti pengertian risiko adalah kewajiban memikul kerugian yang
disebabkan karena suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak.
C. Pengertian Manajemen Resiko

Manajemen risikodapat di fahami sgbagai segala sesuatu risiko yang


terjadi di dalam masayarakat kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan lain-
lain) baik itu di lihat dari sisi perseorangan dalam komunitas masyarakat
maupun suatu perusahaan. Dalam prakteknya manajemen risiko dapat
berhubungan erat dengan fungsi, fungsi perusahaan (fungsi keuangan, fungsi
akuntansi, fungsi pemasaran, fungsi produksi, personalia dan fungsi teknik dan
pemeliharaan), oleh karena fungsi-fungsi tersebut mengandungbanyak risiko
dalam pengelolaan perusahaan.

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan


sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan
solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada
setiap aktifitas atau proses.

D. Manajemen Resiko Dalam Islam

Dalam perspektif Islam, manajemen risiko merupakan usaha untuk


menjaga amanah Allah akan harta kekayaan demi untuk kemaslahatan manusia.
Berbagai sumber ayat Qur’an telah memberikan kepada manusia akan
pentingnya pengelolaan risiko ini. Keberhasilan manusia dalam mengelola
risiko, bisa mendatangkan maslahat yang lebih baik. Dengan timbulnya
kemaslahatan ini maka bisa dimaknai sebagai keberhasilan manusia dalam
menjaga amanah Allah.
Perspektif Islam dalam pengelolaan risiko suatu organsiasi dapat dikaji
dari kisah Yusuf dalam mentakwilkan mimpi sang raja pada masa itu. Kisah ini
termaktub dalam Qur’an sebagai berikut:

Terjemahnya;

46. (setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf Dia berseru):


"Yusuf, Hai orang yang Amat dipercaya, Terangkanlah kepada
Kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang
dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh
bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar
aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya."
47. Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu
biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
48. kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit,
yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kamu simpan.

49. kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia
diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras
anggur.”

Dari kisah tersebut, bisa dikatakan bahwa pada tujuh tahun


kedua akan timbul kekeringan yang dahsyat. Ini merupakan suatu
risiko yang menimpa negeri Yusuf tersebut. Namun dengan adanya
mimpi sang raja yang kemudian ditakwilkan oleh Yusuf maka
kemudian Yusuf telah melakukan pengukuran dan pengendalian
atas risiko yang akan terjadi pada tujuh tahun kedua tersebut. Hal
ini dilakukan Yusuf dengan cara menyarankan kepada rakyat
seluruh negeri untuk menyimpan sebagian hasil panennya pada
panenan tujuh tahun pertama demi menghadapi paceklik pada tujuh
tahun berikutnya. Dengan demikian maka terhindarlah bahaya
kelaparan yang mengancam negeri Yusuf tersebut. Sungguh suatu
pengelolaan risiko yang sempurna. Proses manajemen risiko
diterapkan Yusuf melalui tahapan pemahaman risiko, evaluasi dan
pengukuran, dan pengelolaan risiko.

Dalam usahanya mencari nafkah, seorang muslim dihadapkan


pada kondisi ketidakpastian terhadap apa yang terjadi. Kita boleh
saja merencanakan suatu kegiatan usaha atau investasi, namun kita
tidak bisa memastikan apa yang akan kita dapatkan dari hasil
investasi tersebut, apakah untung atau rugi. Hal ini merupakan
sunnatullah atau ketentuan Allah seperti yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw, 1400an tahun yang silam dalam Surat
Luqman ayat 34 berikut:

Terjemahnya;

34. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah


pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana
Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.
A. Al-qur’an dan Hadist Tentang Manajemen Resiko
Bank Syariah Surah luqman ayat 24

Artinya :

Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang


hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)
apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Lukman: 34)

Menurut pemhaman penulis, Maksud dari ayat tersebut ialah Allah


SWT menegaskan bahwa tidak ada seorangpun di alam semesta ini yang dapat
mengetahui dengan apa yang Allah SWT rencanakan dan yang di usahakannya
kedepannya. Maka dari itu dengan ajaran tersebut seluruh umat manusia
diperintahkan untuk berinvestasi sebagai bekal dunia dan akhirat, dengan
bermaksud untuk mempersiapkan diri kedepannya yaitu untuk memitigasi
resiko.

Kesimpulannya ialah bahwa kita tidak dapat mengetahui tentang apa


yang Allah SWT rencanakan untuk kedepannya, maka dari itu persiapkanlah
bekal untuk kita supaya bisa memitigasi resiko.
Selain itu, dalam ayat 18 surat Al Hasyr disebutkan bahwa:
Kehidupan seorang Muslim diperumit oleh kenyataan bahwa dia tidak
tahu apa yang sedang terjadi dan masih harus mencari nafkah. Meskipun kita
mungkin mempersiapkan hasil potensial dari kegiatan bisnis dan investasi, kita
tidak pernah tahu apakah kita akan mendapat untung atau rugi. Dengan kata
lain, ini adalah sunnatullah, atau ketetapan yang diilhami Tuhan, sebagaimana
dikomunikasikan kepada Nabi Muhammad.

Selain itu, dalam ayat 43 surat Yusuf disebutkan bahwa:

Karena mimpi Raja Mesir itu, Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara dengan
segala hormat dan martabat. Karena hati sang raja merasa terpanggil untuk
belajar tentang ta'bir setelah menyaksikan ta'bir dalam mimpinya. Untuk
melakukan ini, dia mengadakan pertemuan dengan semua penasihat kerajaan,
paranormal, dan peramal. Raja kemudian menceritakan mimpinya dan meminta
ta'bir dari mereka, tetapi mereka tidak dapat memberikannya dan malah
mencoba menghalangi raja untuk melakukannya dengan menjelaskan bahwa
mimpinya tidak ada artinya.
Artinya, kita tidak mungkin mengetahui ta'bir mimpi jika asalnya tidak
lebih dari angan-angan. Saat itulah sesama tawanan Joseph mengingat dua
pemuda yang telah dipenjara bersamanya. Awalnya setan membuatnya lupa
bahwa Yusuf a.s. telah memerintahkannya untuk melaporkan kondisi Yusuf
kepada raja. Karena itu, dia memikirkan Yusuf a.s. lagi. Menurut tafsir tertentu,
kelupaan (ummatin) berubah menjadi lupa (amahin). Saat itu, Yusuf a.s.
mengungkapkan arti mimpi itu kepada pelayan raja tanpa terlebih dahulu
menuntut pembebasannya dari penjara atau menegurnya karena gagal
melakukan apa yang diperintahkan.
Untuk mempertahankan standar siklus tanam tujuh tahunan. Ini
menandakan tujuh tahun curah hujan yang melimpah dan musim tanam yang
menguntungkan bagi Anda. Karena peran penting mereka dalam mengolah
tanah dan menghasilkan tanaman, terutama biji-bijian hijau (subur) gandum,
sapi adalah ta'bir dengan tahun. Kemudian, Yusuf a.s. memberi mereka
instruksi tentang bagaimana memanfaatkan tujuh tahun yang subur. Artinya,
kecuali apa yang perlu Anda makan, Anda harus membiarkan biji-bijian yang
sudah dipanen di tempatnya. Jadi, tidak peduli berapa banyak yang Anda tuai
selama musim berbuah selama tujuh tahun itu, Anda harus membiarkan biji-
bijian itu mengawetkan panen selama mungkin. Dimungkinkan untuk
mengekstrak semuanya dari biji-bijian kecuali yang Anda konsumsi. Dan
jangan menjadi gila di meja makan; makan secukupnya untuk menjaga tingkat
energi Anda selama tujuh tahun kelaparan.

Ini seperti sapi kurus memakan sapi gemuk selama tujuh tahun kelaparan terus
menerus yang menyertai musim yang melimpah. Karena semua makanan
simpanan mereka dari masa kemakmuran tahun dikonsumsi selama kelaparan.
Istilah "biji-bijian kering" mengacu pada krisis saat ini. Kemudian Yusuf a.s.
menjelaskan kepada mereka bahwa tidak peduli berapa banyak benih yang
mereka tanam, tidak akan ada hasilnya selama tujuh tahun kelaparan. Setelah
kemarau panjang, Nabi Yusuf mengabarkan kabar gembira bahwa masa subur
akan kembali.
Orang-orang melanjutkan praktik normal mereka memeras buah anggur,
zaitun, dll., serta tebu untuk menghasilkan gula, karena tahun-tahun telah terjadi
curah hujan yang melimpah dan tanah telah menjadi subur dan menghasilkan
panen yang melimpah. Dengan demikian, menurut beberapa akademisi,
pemerahan termasuk dalam pengertian pungli.
Dalam Hadits juga dikisahkan, salah seorang sahabat Rasulullah
Saw. yang meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, menyerupai
pohon, tonggak dan lain-lain, kemudian ditinggalkan. Beliau s.a.w. bertanya:
“Mengapa tidak kau ikatkan?” Ia menjawab: “Saya sudah bertawakkal kepada
Allah.” Rasulullah Saw. tidak sanggup menyetujui cara berfikir orang itu,
kemudian bersabda, “Ikatlah dulu kemudian bertawakkallah.”
Ringkasnya tawakkal tanpa perjuangan lebih dahulu adalah salah dan
keliru berdasarkan pandangan Islam. Adapun maksud tawakkal yang
diperintahkan oleh agama itu ialah menyerahkan diri kepada Allah
sehabis berupaya dan berusaha serta bekerja sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai