Anda di halaman 1dari 66

PERENCANAAN LUAS PRODUKSI GORENGAN

TAHU PADA USAHA GORENGAN MBA NURYANI


MULYONO DI KELAPA LIMA KOTA KUPANG

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

NIKEN A. KRULL

NIM 1 9 0 3 0 2 0 1 4 8

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi...............................................................................................................ii

Daftar Tabel..........................................................................................................iv

Daftar Gambar.......................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................9

1.3 Tujun Dan Manfaat Peneltian.........................................................................9

1.3.1 Tujuan Penelitiam..................................................................................9

1.3.2 Manfaat Penelitian.................................................................................9

BAB II TINJUAN PUSTAKA.............................................................................11

2.1 Tinjuan Pustaka...............................................................................................11

2.1.1 Manajemen Produksi..............................................................................11

2.1.2 Perencanaan Produksi............................................................................13

2.1.3 Jenis-Jenis Perencanaan Produksi..........................................................14

2.1.4 Tahapan Perencanaan Produksi..............................................................15

2.1.5 Tujuan Perencaaan Produksi..................................................................16

2.1.6 Faktor-Faktor Produksi..........................................................................17

2.1.7 Luas Produksi.........................................................................................25

2.1.8 Kapasitas Produksi.................................................................................28

2.1.9 Proses Produksi......................................................................................29

2.1.10 Peramalan.............................................................................................31

2.1.11 Analisis Break Even Point....................................................................41

ii
2.2 Kajian Empirik................................................................................................42

2.3 Kerangka Berpikir...........................................................................................46

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................49

3.1 Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian............................................................49

3.2 Jenis Penelitan.................................................................................................49

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................................49

3.3.1 Variabel Penelitian.................................................................................49

3.3.2 Definisi Operasional..............................................................................49

3.4 Jenis Data dan Sumber Data...........................................................................50

3.4.1 Jenis Data...............................................................................................50

3.4.2 Sumber Data ..........................................................................................50

3.5 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................51

3.6 Teknik Analisis Data.......................................................................................52

3.6.1 Analisis Break Even Point ....................................................................53

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................55

iii
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

1.1 Data Volume Produksi Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono

Di Kelapa Lima Kota Kupang Kupang( Juli 2021-Juni 2022)...........5

1.2 Kajian Empirik...................................................................................42

iv
DAFTAR GAMBAR

No Judul Tabel Halaman

1.3 Kerangka Berpikir............................................................................ 48

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan dalam dunia industri saat ini semakin ketat. Hal ini menuntut

perusahaan untuk terus meningkatkan kepuasan dan kebutuhan konsumen agar

mampu bersaing dengan industri sejenis lainnya. Untuk dapat memenangkan

persaingan ini suatu perusahaan memerlukan suatu sistem pengelolaan perusahaan

yang baik.

Pengelolaan yang baik ini bertujuan agar setiap kegiatan yang dilakukan

perusahaan menjadi terencana dan dapat mencapai hasil yang diinginkan oleh

perusahaan. Perusahaan bekerja keras untuk menciptakan kebijakan-kebijakan

strategi baru dalam memasarkan produk barang dan jasa kepada konsumen. Pada

dasarnya semakin banyak persaing, maka semakin banyak juga pilihan bagi

pelanggan dan pihak penjual untuk memilih produk yang sesuai dengan apa yang

diharapkannya, dan telah ditetapkan perusahaan dalam perencanaan produksi.

Perencanaan produksi merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat

penting dalam kegiatan produksi di masa yang akan datang. Sebelum memulai

suatu kegiatan produksi sangat dibutuhkan perencanaan agar tidak menimbulkan

hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu aspek penting dalam perencanaan

adalah pengambilan keputusan, yaitu proses pengembangan dan pemilihan

cara/tindakan untuk memecah suatu masalah tertentu. Perencananaan produksi yang

menjadi dasar untuk pengambilan keputusan tentang apa dan berapa yang segera

akan diproduksikan dalam satu periode, serta berapa kebutuhan yang akan

digunakan dalam proses produksi tersebut.

1
2
Di dalam perencanaan produksi yang menjadi inti adalah keputusan

masyarakat apa dan berapa yang akan diproduksi dalam satu periode, berapa

kebutuhan bahan baku yang akan digunakan dalam kegiatan produksi, berapa

modal yang tersedia, tenaga kerja serta mesin dan peralatan yang dibutuhkan.

Demikian pula,di dalam perencanaan produksi perlu menentukan berapa

banyak produk yang ingin diproduksi dalam suatu jangka tertentu di masa yang

akan datang, dengan melibatkan faktor-faktor produksi sehinga mencapai laba yang

maksimal serta terjamainya kelangsungan hidup perusahan yg lebih efektif dan

efisien. Untuk tercapainya hal tersebut maka aspek penting dalam perencanaan

adalah pengambilan keputusan yaitu proses pengembangan dan pemmilihan cara

atau tindakan untuk mencegah suatu masalah tertentu, manajer harus menganalisis

sumberdaya organisasi dan memutuskan bagaimana mengalokasikannya untuk

mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien (Manullang, M. 2005)

Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya

diproduksikan oleh suatu perusahaan dalam suatu periode. Oleh sebab itu kapasitas

produksi harus direncanakan agar perusahaan dapat memperoleh laba maksimum.

Selain itu perlu direncanakan dan diperhitungkan dengan cermat, karena tanpa

perencanaan dapat berakibat bahwa jumlah yang diproduksi menjadi terlalu besar

atau terlalu kecil.

Untuk penentuan luas produksi,maka sangat penting ketersesdiaan faktor-

faktor produksi yang berhubungan dengan jenis produk yang akan dihasilkan.

Faktor-faktor produksi yang dilaksanakan antara lain , tersedia bahan baku, tenaga

kerja, dana, serta peralatan serta pasar.

Penentuan luas produksi yang telah di tetapkan dalam perencanaan produksi,

dapat berkaitan pada besar-kecilnya keuntungan (profit/laba). akan berakibat

3
semakin kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Kerugian ini terjadi

karena produksinya kurang maksimum, bila berproduksi lebih dari maksimum,

berartinya adanya sebagian barang yang tidak akan terjual.

Produksi merupakan kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi atau

dengan kata lain adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.

Kegiatan produksi dalam suatu perusahaan harus benar-benar diperhatikan secara

baik. Kegiatan produksi akan berjalan dengan baik jika telah sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan sebelumnya dan mengatur sedemikian rupa faktor-faktor

produksi yang tersedia agar produksi dapat berjalan dengan baik.

Gorengan tahu adalah salah satu cemilan kuliner tradisional yang banyak di

jumpai di setiap daerah dan mampunyai nama yang berbeda di setiap daerah .

Cemilan yang biasa dijual mulai sore hingga malam hari ini memiliki berbagai

variasi. Kreasi unik , baik adonan sampai isiannya , membuatnya menjadi hidangan

yang populer sepanjang masa . Semua kalangan bisa merasakan renyah dan

crispynya gorengan yang begitu khas.

Dalam membuat Gorengan tahu dilakukan sesuai dengan kadar pembutanya

yang ke tempat lapak agar tetap menjaga kualitas dan cita rasa yang di hasilkan .

pemjualan Gorengan Nuryani Mulyono di lakuakan setiap hari Senin – sabtu dari

jam 16:00 sampai 20:00 . Gorengan Nuryani Mulyono ini memiliki berbagai

macam aneka gorengan seperti tahu goreng ,pisang goreng ,tempe goreng, bakwan

goreng dan moleng bahan- bahan yang di gunakan untuk membuat gorengan

seperti Tahu , Tepung terigu ,minyak goreng , daun bawang , bawang putih , sayur

sayuran , Tempe , pisang , penyedap rasa , cabe saus dan kacang Kegiatan

pembuatan yang dilakukan oleh Gorengan Nuryani Mulyono ini dengan alat

pembuatan pada umumnya .

4
Tujuan yang ingin di capai oleh perushaan adalah untuk memperileh laba dan

juga untuk kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Untuk

mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan perusahaan perlu membuat perencanaan

yang dapat di definiskan sebagai proses untuk memproduksi barang-barang pada

suatu periode tertentu sesuai dengan yang di jadwalkan melalui pengorganisasian

sumber daya seperti tenaga kerja,bahan baku,mesin dan peralatan lain perencanaan

produksi harus di lakuakan dengan baik oleh Gorengan Nuryani Mulyono agar

produksi gorengan yang di buat tidak lebih atau kurang karena itu dapat

menyebabkan kerugian. Adanya kegagalan gorengan untuk mendapat keuntungan

yang memungkinankan gorengan ini gulung tikar. Kegagalan mencapai tujuan

merupakan pengalaman yang berguna untuk lebih berhati- hati dan lebih

memperhatiakan faktor-faktor apa yang menjadi keunggulan dan apa yang menjadi

kelemahan perusahaan, sehingga perencanaan yang di buat berpedoman pada hasil

produksi dan penjualan pada tahun-tahun sebelumnya. Peran produksi dalam

perusahaan tidak dapat di abaikan begitu saja produksi dapat di artikan sebagai

kegiatan untuk menciptakan suatu faedah dari suatu benda dengan melibatkan

faktor-faktor produksi yang tersedia sehingga dapat menambah kegunaan barang

atau jasa dalam upaya untuk memenuhui kebutuhan manusia. Faktor-faktor

produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, mesin dan peralatan produksi serta modal

yang harus di kelola dengan baik haruslah terencana dan terarah dalam pencapaian

target.

Mba Nuryani Mulyono belum bisa membuat suatu perencanaan luas produksi

yang baik. Perencanaan luas produksi yang di lakuakan Mba Nuryani Mulyono

hanya berdasarkan pengalaman yang di dapat dari tahun ke tahun. Mba Nuryani

Mulyono harus dapat meningkatkan kemampuan usahanya melalui modal,tenaga

5
kerja, peralatan dan mesin serta bahan baku yang sesusi dengan kebutuhan agar

hasil produksinya mampu mencapai keuntungan yang optimal sehingga bisa

mengasilkan jumlah produk yang sesusi dengan target yang di ingginkan.Mba

Nuryani Mulyono belum memahami pentingnya perencanaan luas produksi

sehingga volume produksi yang telah di tetapkan tidak terjapai target yang di

ingginkan.

Dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada bahan baku utama yaitu

Gorengan Tahu karena gorengan ini lebih banyak di jual oleh Mba Nuryani

Mulyono gorengan tahu ini yang paling banyak di minati oleh konsumen

berdasarkan data yang tersedia dan di peroleh peneliti Tahu yang di beli perpapan 1

papan berisi 150 potong tahu dan di potong lagi menjadi dua menjadi 300 tahu yang

di jual tiap harinya dan dapat di lihat sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Volume produksi Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono Di Kelapa lima

Kota Kupang(Bulan Januari - Juni 2022)

Bulan Hari Jenis Produksi Jumlah Sisa

Produk (Papan) Penjualan (Satuan

(Satuan) potong)

januari Senin Gorengan 1 300 10

Tahu

Selasa Gorengan 1 300 10

Tahu

Rabu Gorengan 1 300 15

Tahu

Kamis Gorengan 1 300 10

6
Tahu

Jumat Gorengan 1 300 15

Tahu

Sabtu Gorengan 1 300 10

Tahu

Minggu Gorengan 1 300 10

Tahu

Februari Senin Gorengan 1 300 10

Tahu

Selasa Gorengan 1 300 10

Tahu

Rabu Gorengan 1 300 15

Tahu

Kamis Gorengan 1 300 10

Tahu

Jumat Gorengan 1 300 15

Tahu

Sabtu Gorengan 1 300 10

Tahu

Minggu Gorengan 1 300 10

Tahu

Maret Senin Gorengan 1 300 10

Tahu

Selasa Gorengan 1 300 10

Tahu

7
Rabu Gorengan 1 300 15

Tahu

Kamis Gorengan 1 300 10

Tahu

Jumat Gorengan 1 300 15

Tahu

Sabtu Gorengan 1 300 10

Tahu

Minggu Gorengan 1 300 10

Tahu

April Senin Gorengan 1 300 10

Tahu

Selasa Gorengan 1 300 10

Tahu

Rabu Gorengan 1 300 15

Tahu

Kamis Gorengan 1 300 10

Tahu

Jumat Gorengan 1 300 15

Tahu

Sabtu Gorengan 1 300 10

Tahu

Minggu Gorengan 1 300 10

Tahu

Mei Senin Gorengan 1 300 10

8
Tahu

Selasa Gorengan 1 300 10

Tahu

Rabu Gorengan 1 300 15

Tahu

Kamis Gorengan 1 300 10

Tahu

Jumat Gorengan 1 300 15

Tahu

Sabtu Gorengan 1 300 10

Tahu

Minggu Gorengan 1 300 10

Tahu

Juni Senin Gorengan 1 300 10

Tahu

Selasa Gorengan 1 300 10

Tahu

Rabu Gorengan 1 300 15

Tahu

Kamis Gorengan 1 300 10

Tahu

Jumat Gorengan 1 300 15

Tahu

Sabtu Gorengan 1 300 10

Tahu

9
Minggu Gorengan 1 300 10

Tahu

Sumber data : Gorengan Nuryani Mulyono 2022

Data pada table di atas menunjukan bahwa produksi dari Gorengan Tahu

setiap harinya pada enam bulan dari bulan Januari- Juni tahun 2022 pada Gorengan

Mba Nuryani Mulyono.

Sisa gorengan dari penjualan tersebut biasanya di kasi persen setiap pembeli

yang membeli terakhir dan sisa yang masi ada di makan sendiri .

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian yang di

jadikan bahan penyususnan skripsi dengan judul “ Perencanaan Luas Produksi

Gorengan Tahu pada Usaha Gorengan Mba Nuryani Mulyono di Kelapalima

Kota Kupang “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah pokok dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimana Perencanaan Luas Produksi yang Tepat Pada Usaha Gorengan

Tahu Nuryani Mulyono di Kelapa Lima Kota Kupang”?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujian yang inggin dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk

mengetahuai dan menganalisis perencanaan luas produksi pada Usaha

Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono di Kelapa Lima Kota Kupang

1.3.2 Manfaat Penelitian

10
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu :

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis pemelitian ini di harapakan menghasilkan konsep mengenai

perencanaan luas produksi menggunakan metode Break Even Poin (BEP)

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan kajian ilmiah bagi penulis sendiri untuk memperdalam

pengetahuan tentang penerapan perencanaan luas produksi dalam suatau

usaha.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan

perusahaan yang selama ini di terapkan, sehingga pengelolaan usaha dalam

pengadaan bahan baku optimal dan dapat meminimalkan biaya kebutuhan

bahan baku .

3. Bagi Peneliti Lanjutan

Sebagai bahan informasi pembanding bagi peneliti lain yang akan

melakukan pada penelitian pada bidang yang sama dan melakuakan

kegiatan lebih mendalam .

4. Bagi pemerintah

Memeungkinkan bagi pemerintah setempat sebagai masukan untuk turut

ambil bagian dalam pembinaan dan pengembangan usaha ini untuk ke

depan yang lebih baik

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Manajemen Produksi

Perusahaan dalam mengelola usahanya diperlukan manajamen, salah

satu manajemen yang perlu diperhatikan adalah manajemen produksi.

Manajemen produksi adalah suatu kegiatan mengelola faktor-faktor produksi

secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan barang

atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.

Assauri (2004:12) mengemukakan manajemen produksi adalah kegiatan

untuk mengatur dan mengoordinasikan pengunaan sumber-sumber daya yang

terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alat, dan sumber daya dana

serta sumber daya bahan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan

menambah kegunaan (usility) suatu barang atau jasa.

Prawirosentono (2000:1) manajemen produksi adalah proses

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari urutan berbagai kegiatan (set

of activities) untuk membuat barang (product) yang berasal dari bahan baku

dan bahan penolong lain.

Handoko (2010:3) mengatakan bahwa manajemen produksi merupakan

usaha-usaha pengelolaan secara optimal terhadap penggunaan sumber daya

yang ada, atau biasa disebut faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin-

mesin peralatan dan bahan mentah menjadi berbagai produk atau jasa.

Menurut Sofjan Assauri (2016:2) pada dasarnya manajemen operasi

produksi adalah manajemen dari bagian suatu organisasi yang bertanggung

12
jawab untuk kegiataan produksi barang dan/atau jasa. Peran manajemen

operasi produksi merupakan fungsi inti dari suatu organisasi yang harus

dimanajer. Fungsi ini menggunakan upaya dalam menjalankan manajemen

atau proses untuk menciptakan barang dan/atau memberikan jasa.

Terdapat empat fungsi penting dalam sebuah manajemen produksi,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan

Perencanaan memiliki keterkaitan dengan kegiatan produksi yang

akan dilakukan sesuai dengan waktu dan periode tertentu.

Dengan membuat perencanaan yang baik, maka dalam hal ini

bisa meminimalisir biaya produksi. Dengan demikian,

perusahaan bisa menentukan harga yang lebih sehat serta

mendapatkan untung yang jauh lebih besar.

2) Jasa pendukung

Jasa penunjang di sini adalah sebuah sarana yang digunakan

untuk menetapkan metode apa yang akan digunakan dalam

produksi. Sehingga proses produksi menjadi lebih efektif dan

efisien. Jasa penunjang ini acap kali diperlukan dengan tujuan

untuk membantu perusahaan agar bisa bersaing secara sehat

dengan mengedepankan hasil yang berkualitas.

3) Proses pengolahan

Bisa dikatakan ini adalah sebuah metode yang digunakan untuk

mengolah produk. Dalam pelaksanaannya, proses ini sangat

13
penting, terutama untuk memanfaatkan sumber daya secara

efektif dan lebih efisien.

14
4) Pengendalian/pengawasan

Ini adalah fungsi yang digunakan untuk menjamin proses

kegiatan agar sesuai dengan rencana. Dengan begitu tujuan yang

ingin dicapai bisa terlaksana dengan baik.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

manejemen produksi merupakan berbagai usaha dan pengelolaan secara

optimal penggunaan semua sumber daya (faktor-faktor produksi); tenaga

kerja, mesin-mesin, peralatan,bahan mentah, dan lain sebagainya, didalam

proses transformasi, bahan mentah dan tenaga kerja, menjadi berbagai produk

atau jasa.

2.2.2 Perencanaan Produksi

Dalam memproduksi barang dan jasa sebaiknya membuat perencanaan

produksi terlebih dahulu dan kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam

melaksanakan kegiatan produksi untuk suatu perusahaan.

Manullang (1980:122) menyatakan bahwa perencnaan produksi

merupakan penentuan barang apa yang harus dihasilkan, dimana barang

dihasilkan dan bilamana barang itu dihasilkan. Sedangkan, Assauri (2004)

menyatakan bahwa perencanaan produksi merupakan perencanaan

sebelumnya mengenai orang – orang , bahan – bahan , mesin, dan peralatan

lain serta modal yag digunakan untuk memproduksi barang – barang pada

suatu periode tertentu di masa yang akan datang sesuai dengan yang

diperkirakan atau diramalkan. Jadi perencanaa produksi adalah serangkaian

kegiatan mmpersiapkan atau merencanakan bahan baku, tenaga kerja, modal

dan peralatan lain yang diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa pada

suatu periode tertentu.

15
Menurut Winarti dan Djoko Sanjoto (1992:126) perencanaan produksi

memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

1. Perencanaan produksi yang menyangkut kegiatan pada masa yang

akan datang, dibuat berdasarkan penafsiran atau peramalan kegiatan

yang ditentukan oleh ramalan penjualan pada masa yang akan

datang.

2. Perencanaan produksi mempunyai jangka waktu tertentu.

3. Perencanaan produksi mempersiapkan tenaga kerja atau buruh,

bahan – bahan, mesin dan peratalatan lain pada waktu yang

diperlukan.

4. Perencanaan produksi harus menentukan jumlah atau jenis serta

kualitas dari produk yang diproduksikan.

5. Perencanaan produksi harus dapat mengkoordinir bagian – bagian

yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan produksi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka disimpulkan bahwa

perencanaan produksi adalah suatu proses mempersiapkan modal,

bahan baku, mesin , peralatan lain serta tenaga kerja yang digunakan

untuk memproduksi baranng atau jasa pada periode tertentu.

2.2.3 Jenis–Jenis Perencanaan Produksi

Menurut Assauri (1999 : 130) persediaan produksi dalam perusahaan

dibedakan menjadi dua macam yaitu menurut jangka waktu sebagai berikut :

1. Perencanaan Produksi Jangka Panjang

Perencanaan produksi jangka panjang merupakan penentuan tingkat

kegiatan produksi lebih dari satu tahun dan biasanya sampai dengan

lima tahun yang akan datang dengan tujuan untuk mengatur

16
pertambahan kapasitas peralatan dan mesin – mesin pabrik untuk

pengembangan produk.

2. Perencanaan Produksi Jangka Pendek

Perencanaan produksi jangka pendek merupakan penentuan kegiatan

produksi yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun

yang akan datang atau kurang dari satu tahun dengan tujuan agar

mengatur penggunaan tenaga kerja dan persediaan bahan serta

fasilitas – fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan.

2.2.4 Tahapan Perencanaan Peroduksi

Menurut Kommarudin (1986 : 30) berpendapat bahwa tahapan

perencanaan produksi terdiri dari :

a. Tahap perkiraan :

 Apa yang ingin dicapai dan berapa jumlahnya.

 Dimana perlaksanaan rencana ini akan dilakukan.

 Perkiraan waktu yang dibutuhkan.

 Perkiraan perbandingan biaya dan keuntungan yang

menyatakan berapa jauh hubungan antara nilai yang

diinvestasikan dengan nilai hasil yang diharapkan akan

tercapai.

b. Tahap Program :

 Berdasarkan target keseluruhan yang menjadi target

bagian berdasarkan masing-masing bagian kerja.

 Perumusan fungsi serta keperluan dari setiap bagian kerja.

17
 Penentuan jadwal waktu, pelaksanaan operatif dan

anggaran bagi setiap bagian pekerjaan.

2.2.5 Tujuan Perencanaan Produksi

Tujuan dari perencanaan produksi adalah hasil akhir yang harus dicapai

perusahaan dalam memperoleh keuntungan dan keberlangsungan hidup

perusahaan terutama dimasa yang akan datang dengan melibatkan sejumlah

faktor produksi yang ada secara efektif dan efesien.

Harsono (2009 : 9) mengatakan bahwa tujuan perencanaan produksi

meliputi :

1. Untuk memperoleh keuntungan tertentu.

2. Untuk penggunaan fasilitas yang ada secara seefektif

mungkin.

3. Menciptakan jumlah pekerjaan tertentu.

Menurut Reksohadiprojo (2003 : 2) tujuan perencanaan produksi adalah

untuk mengusahakan barang jadi hasil produksi itu agar dapat sesuai dengan

kebutuhan langganan baik dalam jumlah dan waktu dengan memperhatikan

kualitas harga.

Assauri (1999 : 128) mengatakan bahwa tujuan perencanaan produksi

adalah gambaran pekerjaan yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang

adalah sebagai berikut :

1. Mencapai tingkat atau level keuntungan (profit) tertentu,

misalnya beberapa hasil (output) yang diproduksi supaya

dapat dicapai tingkat level yang diinginkan dan tingkat

18
presentase tertentu dari keuntungan setahun penjualan

tertentu.

2. Mengusahakan agar perusahaan atau pabrik dapat bekerja

dengan tingkat atau level tertentu.

3. Menguasai pasar tertentu sehingga hasil (output) perusahaan

tetap mempunyai bagian tertentu (marketshare).

4. Menggunakan sebaik – baiknya (efesiensi) fasilitas yang

sudah ada diperusahaan yang bersangkutan.

5. Mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan

kesempatan kerja tetap pada tingkat berimbang.

Bertolak dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan perencanaan perusahaan adalah untuk

memproduksi barang – barang dalam waktu tertentu dimasa yang akan datang

dengan memperhatikan kualitas, kuantitas, dan harga dalam rangka

mengembangkan perusahaan.

2.2.6 Faktor – Faktor Produksi

Untuk melaksanakan fungsi perusahaan dalam melakukan produksi

terlebih dahulu dihadapkan pada faktor-faktor produksi, yang mana faktor-

faktor produksi ini merupakan elemen yang diperlukan bagi setiap perusahaan

yang bergerak di bidang industri/produksi, dimana faktor-faktor produksi ini

berperan sebagai input yang menghasilkan output bagi suatu perusahaan

berupa barang atau jasa.

Salah satu tujuan dari manajemen produksi adalah untuk mengatur

penggunaan faktor- faktor produksi sehingga proses produksi dapat berjalan

dengan efektif dan efesien. Artinya dengan mengoptimalkan faktor-faktor

19
produksi berupa modal, bahan baku, tenaga kerja, serta mesin dan peralatan

dapat diperoleh hasil yang diinginkan perusahaan serta selesai tepat waktu

(Assaauri,1980 : 3).

Adapun faktor-faktor produksi yang diteliti :

1. Bahan Baku

Setiap perusahaan yang bergerak di bidang produksi akan

senantiasa memrlukan bahan baku atau bahan dasar untuk

memperlancar kepentingan proses produksi dalam perusahaannya.

Kebutuhan akan bahan baku merupakan kebutuhan rutin yang harus

selalu dipenuhi sehingga proses produksi yang berjalan di

perusahaan tidak mengalami hambatan.

Menurut Supriyono ( 1983 : 20 ) mengatakan bahan baku

merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan produksi,

bahan baku akan diolah menjadi produk selesai dan pemakaiannya

dapat diidentifikasi dan merupakan bagian dari produk yang selesai.

Sedangkan Sarwoko dan Halim (1989 : 9 ) menyatakan bahwa,

bahan baku adalah barang yang belum digunakan untuk proses

produksi dalam perusahaan manufaktur.

Mulyadi (1993 : 16 ) mengatakan bahan baku merupakan bahan

yang membentuk bagian yang menyeluruh dari produk jadi. Bahan

baku yang diolah oleh perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari

dari pembelian lokal, import, atau dari pengolahan sendiri.

Prawirosentono (2007 : 65 ) mengatakan bahan baku dari suatu

produk dibedakan atas bahan baku utama dan bahan baku penolong.

Bahan baku utama merupakan bahan bahan utama dari suatu produk

20
atau barang, sedangkan bahan baku penolong merupakan bahan yang

menolong tercipyanya suatu barang. Jadi, pada dasarnya untuk

membedakan suatu produk dapat dibedakan dengan melihat besarnya

peranan bahan tersebut dalam proses pembuatan suatu barang.

Richardus (2003:8) Bahan baku (raw material) adalah bahan

mentah yang belum diolah, yang akan diolah menjadi barang jadi,

sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan.

Gunawan dan Asri (2000:225) Adapun bahan baku yang dapat

digunakan dalam proses produksi dapat dikelompokkan menjadi:

1. Bahan Baku Langsung (Direct Material) adalah semua bahan

baku yang merupakan bagian barang jadi yang dihasilkan.

2. Bahan Baku Tidak Langsung (Indirect Material) adalah bahan

baku yang ikut berperan dalam proses produksi tetapi tidak

secara langsung tanpa ada barang jadi yang akan dihasilkan.

Untuk menjamin agar proses produksi dapat berjalan secara terus

menerus maka diperlukan adanya persediaan bahan baku yang

dikendalikan secara baik, karena dengan demikian perusahaan akan

dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk memproduksi

sehingga nantinya dapat tercapai target produksi.

Pada dasarnya persediaan bahan baku mempermudah atau

memperlancar jalannya operasi perusahaan. Oleh sebab itu bahan

baku yang harus tersedia setiap saat untuk dapat dipergunakan dalam

proses produksi memerlukan suatu perencanaan yang matang dan

tepat. Sehingga masalah kehabisan bahan baku tidak lagi menjadi

masalah utama sebagai penyebab terhentinya produksi.

21
Selanjutnya perusahaan juga akan mampu mencapai target-target

lain seperti usaha pencapaian target produksi, pemenuhan permintaan

barang jadi dari pelanggan dan sebagainya. Dalam menentukan

persediaan bahan baku hal-hal yang perlu direncanakan adalah

mengenai berapa jumlah yang harus tersedia, kualitas bahan baku

yang dibutuhkan, dan harga dari bahan baku tersebut. Kurang

baiknya pengendalian dalam mengatur persediaan bahan baku yang

dibutuhkan dapat menimbulkan kerugian atau bahkan dapat

mengakibatkan kegagalan bagi perusahaan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa bahan baku adalah seluruh komponen atau bahan – bahan

dasar baik itu bahan baku utama ataupun bahan baku penolong yang

membutuhkan suatu proses sehingga dapat menghasilkan produk

akhir.

2. Tenaga Kerja

Didalam suatu perusahaan industri, masalah tenaga kerja

merupakan masalah yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan,

karena tanpa adanya tenaga kerja operasi perusahaan praktif tidak

dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.Tenaga kerja

merupakan bagian produksi, dimana jika tidak ada tenaga kerja maka

suatu kegiatan produksi tidak mungkin dapat berjalan.akan tetapi

perlu disadari bahwa semakin tinggi teknologi dan modernya suatu

peralatan yang digunakan perusahaan, maka makin kecil pula

kebutuhan akan tenaga kerja.

22
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan

untuk melakukan pekerjaan, baik dalam maupun di luar perusahaan,

dengan pendidikan yang dimilikinya guna menghasilkan barang dan

jasa serta memenuhi persyaratan peraturan pemerintah seperti batas-

batas usia kerja tertentu (Assauri, 2004 : 117). Ada juga beranggapan

bahwa tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dan perlu

di perhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup,

bukan saja dilihat dari segi tersediannya tenaga kerja tapi juga

kualitas dan macam tenaga kerja juga diperhatikan (Soekartawi, 2003

: 7).

Ahyari (1986 : 218 ) mengemukakan tenaga kerja merupakan

salah satu masukan (input) yang cukup tinggi dalam pelaksanaan

proses produksi, sehingga tersedianya tenaga kerja ini perlu

diperhatikan oleh manajer perusahaan yang akan mendirikan pabrik

tersebut. Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam supply

tenaga kerja adalah sebagai berikut:

 Adanya keterampilan yang ditentukan sesuai dengan

komposisi yang ditentukan.

 Jumlahnya cukup

 Tinggi rendahnya tingkat upah di daerah tersebut

Prawirosentono (2007 : 6 ) mengatakan tenaga kerja (manusia)

merupakan faktor produksi terpenting dalam pelaksanaan suatu

proses produksi. Tenaga kerja selain bertindak sebagai tenaga

administrasi juga terdapat tenaga kerja langsung untuk

mengoperasikan mesin – mesin produksi yang mengolah bahan baku

23
dan juga bahan penolong menjadi barang jadi maupun barang

setengah jadi.

Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam

menunjang beroperasinya suatu perusahaan, walaupun tidak dapat

dipungkiri bahwa keterampilan dan komposisi tenaga kerja juga

sangat penting.

3. Mesin atau Peralatan

Mesin dan peralatan sangat membantu manusia dalam melakukan

proses produksi suatu barang, sehingga barang – barang dapat

dihasilkan dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang lebih

banyak dan kualitas yang lebih baik.

Menurut Indriyo (2007: 96), mesin dan peralatan merupakan

perlengkapan yang digunakan oleh suatu perusahaan guna

melaksanakan proses produksinya. Perlengkapan berupa dua

kelompok, yaitu yang berupa instalasi dan peralatan

pelengkap.Instalasi ini terdiri dari gedung dan peralatan

tetap.Sedangkan peralatan pelengkap terdiri dari peralatan-peralatan

pabrik yang mudah dibawa atau dipindahkan.

Menurut Assauri ( 1999 : 70 ), mesin adalah suatu peralatan yang

digerakan dengan kekuatan atau tenaga yang digunakan untuk

membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian – bagian

produk tertentu. Pada prinsipnya mesin – mesin ini dapat dibedakan

atas dua macam yaitu :

24
a) Mesin – mesin yang bersifat umu atau serba guna (General

Purpose Machines), adalah suatu mesin yang dibuat untuk

mengerjakan pekerjaan – pekerjaan tertentu untuk berbagai

jenis barang atau produk.

b) Mesin – mesin yang bersifat khusus (Specials Purpose

Machines), adalah mesin – mesin yang direncanakan dan

dibuat untuk mengerjakan satu atau beberapa jenis kegiatan

yang sama. Jadi mesin adalah sarana yang digerakan oleh

suatu tenaga yang dipergunakan untuk membantu kelancaran

proses produksi dalam menghasilkan suatu barang atau

produk yang diinginkan oleh perusahaan.

4. Modal

Untuk membiayai operasi perusahaan setiap dalam menjalankan

proses produksi sangat membutuhkan modal. Biaya merupakan suatu

pengorbanan yang terjadi maupun akan terjadi. Misalnya biaya-biaya

pembeliam bahan baku, biaya tenaga kerja/upah, dan biaya lainnya

perusahaan perlu menyediakan modal dan secara kuantitatif modal

dapat diartikan sebagai jumlah dana yang tertanam dalam aktiva

lancar yang berupa kas, piutang, persediaan dan sebagainya

(Gitosudarmo dan Basri,1992: 31).

Menurut Suyadi (2002:23), modal adalah kekayaan perusahaan

yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan

produksi.Selanjutnya merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan

yang dapat menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang

dan dinyatakan dalam nilai uang. Setiap perusahaan dalam

25
menjalankan kegiatan proses produksinya sangat membutuhkan

modal.

Konsep modal dibagi atas dua yaitu :

1. Modal sendiri adalah uang atau harta lain yang disediakan oleh

pemilik perusahaan dan ditanamkan dalam perusahaan selama

perusahaan yang bersangkutan masih berlangsung .

2. Modal pinjaman adalah modal yang berupa kredit dari luar

perusahaan yang harus dikembalikan setelah jangka waktu

tertentu.

Menurut Djarwanto (1993 : 92) pada dasarnya salah satu peran

modal adalah menjamin kontinuitas dari perusahaan itu sendiri.

Menurut jenisnya modal dibedakan atas dua golongan, yaitu:

1. Modal kerja permanen yaitu jumlah modal kerja minimal yang

harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan

operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus menerus

diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanent ini

dapat dibedakan atas dua .yaitu :

 Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum

yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin

kontinuitas usahanya.

 Modal kerja normal, yaitu modal kerja yang diperlukan

untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

26
 Modal kerja yang bersifat variabel yaitu modal kerja yang

jumlahnya berubah- ubah tergantung pada perubahan

keadaan.

2. Modal kerja variabel ini dibedakan atas tiga, yaitu:

 Modal kerja musim, yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim .

 Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.

 Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah disebabkan karena adanya keadaan darurat

atau mendadak yang tidak dapat diramalkan terlebih

dahulu, seperti perubahan ekonomi yang mendadak.

Menurut Indriyo (1989: 37),besar kecilnya modal

dipengaruhi oleh volume penjualan, pengaruh musim, dan

kemajuan teknologi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdasarkan pendapat

para ahli di atas mengenai faktor-faktor produksi penulis

menyimpulkan bahwa faktor produksi adalah suatu fungsi atau

persamaan yang menunjuk hubungan antara tingkat output dan

(kombinasi) penggunaan input.

2.2.7 Luas Produksi

Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang

seharusnya diproduksikan oleh suatu perusahaan dalam satu periode. Oleh

karena itu maka luas produksi ini juga harus direncanakan/ditentukan agar

perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Dalam produksinya


27
Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono mampu menghabiskan 1 papan tahu

untuk di jadikan gorengang tiap harinya, Gorengan Tahu milik Mba nur ini

biasanya di jual setiap hari senin- sabtu jam 16.00 -20.00 dan gorengan tahu

ini harus terjual habis.

Mustafa ( 1984 : 53 ) mengemukakan bahwa luas produksi adalah

penetapan jumlah dan jenis produksi yang harus dihasilkan pihak perusahaan

untuk periode tertentu. Sehingga tidak saja menentukan jumlah produksi tetapi

tentang jenis produksi yang artinya menentukan tentang kombinasi produk

yang dihasilkan perusahaan untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan

memperhatikan faktor – faktor produksi yang tersedia.

Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil yang seharusnya

diproduksikan oleh perusahaan dalam satu periode (Sukanto, 1984 : 53). Oleh

karena itu luas produksi harus direncanakan agar perusahaan dapat

memperoleh laba yang maksimal. Luas produksi juga merupakan bagian dari

perencanaan faktor – faktor dimana peranan informasi dari faktor – faktor

produksi, baik informasi masa lalu, sekarang, maupun masa yang akan datang

sebagai hasil ramalan.

Ahyari (1986;125-201) mengatakan luas produksi yang optimal akan

dipengaruhi atau dibatasi oleh beberapa faktor yaitu :

a) Tersedianya bahan dasar.

b) Tersedianya kapasitas mesin – mesin yang dimiliki.

c) Tersedianya tenaga kerja.

d) Batasan permintaan.

e) Tersedianya faktor – faktor produksi yang lain.

28
Tingkat pentingnya penentuan luas produksi untuk masing – masing

perusahaan berbeda – beda :

a) Bagi perusahaan yang memproduksi barang – barang yang

bermacam – macam jenisnya (hal ini disebabkan karena sifat alat

– alat produksi / mesin –mesin yang dimiliknya) harus

diselenggarakan perencanaan yang diteliti terhadap penentuan

luas produksi.

b) Bagi perusahaan yang karena alat – alat produksinya (mesin –

mesin digunakan ) mengakibatkan barang – barang yang

diproduksinya itu tertentu / telah pasti dan tidak mudah untuk

diubah – ubah dalam jangka pendek.

c) Perusahaan yang memproduksi barang – brang untuk keperluan

pasar, penentuan luas produksi dalam perusahaan ini sangat

penting, sebab dalam hal ini perusahaan harus mengadakan

ramalan – ramalan untuk masa – masa yang akan datang terhadap

jumlah serta jenis barang yang diminta oleh para pembeli

potensial.

d) Perusahaan yang memproduksikan barang – barang untuk

keperluan langganan (pesanan), tidaklah begitu sulit untuk

merencanakan luas produksinya.

Gitosudarmo (2002 edisi 4 dan edisi 3) mengatakan luas produksi

merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya diproduksikan

oleh suatu perusahaan dalam suatu periode.Oleh karena itu, maka luas

produksi ini juga harus direncakan atai ditentukan agar perusahaan dapat

memperoleh laba yang maksimal.Disamping itu, luas produksi perlu

29
direncanakan dan diperhitungkan dengan cermat karena tanpa perencanaan

dapat berakibat bahwa jumlah yang diproduksikan menjadi terlalu besar dan

terlalu kecil.

Rumus yang digunakan (Gitosudarno, 2002 : 131) adalah sebagai berikut

Y = a + bX

Dimana :

Y = Jumlah penjualan pada periode x

a = Kostanta

b = Tingkat perkembangan penjualan

X = Periode tertentu

Bertolak dari beberapa pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa luas produksi merupakan penetapan sebelumnya mengenai jumlah atau

volume produksi yang dihasilkan perusahaan dalam jangka waktu tertentu

agar mendapat keuntungan yang maksimal atau dengan kata lain luas produksi

merupakan ukuran terhadap apa dan beberapa banyak produk yang diproduksi

suatu perusahaan sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.

2.2.8 Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi suatu perusahaan akan berbanding lurus dengan

pendapatan yang akan diterima perusahaan. Semakin banyak pendapatan yang

30
diterima perusahaan semakin banyak pula peluang keuntungan yang akan

diperoleh oleh perusahaan. Oleh karena itu perencanaan kapasitas produksi

sangat penting untuk perusahaan. Perencanaan kapasitas dapat dilihat dari

teknologi yang dipakai, struktur biaya serta bahan baku yang tersedia.

Selanjutnya perencanaan kapasitas produksi dapat diringkas sebagai berikut:

a.Memperkirakan permintaan di masa depan, termasuk dampak dari

teknologi, persaingan dan lain sebagainya.

b.Menjabarkan perkiraan itu dalam kebutuhan fisik

c.Menyusun pilihan rencana kapasitas yang behubungan dengan

kebutuhan itu.

d.Menganalisis pengaruh ekonomi pada pilihan rencana.

e.Meninjau resiko dan pengaruh strategi pada pilihan rencana.

f.Meninjau resiko dan pengaruh strategi pada pilihan rencana.

Perencanaan kapasitas produksi normal suatu perusahaan membutuh kan

informasi tentang kapasitas maksimal suatu mesin.Kapasitas maksimal

merupakanjumlah produksi yang layak secara teknis, berhubungan dengan

kapasitas terpasang yang dijamin supplier perusahaan. Dengan adanya

kapasitas maksimal nominal dapat memberikan masukan kepada perusahaan

untuk mendapatkan angka output maksimal, kerja lembur, dan bisa

menentukan suku cadang yang dibutuhkan.

2.2.9 Proses Produksi

Produksi adalah masukan berupa bahan baku, selanjutnya bahan baku

dikonversi (dengan bantuan peralatan, waktu, uang dan sebagainya) menjadi

keluaran yang disebut produk akhir (Kusuma 2009: 5)

31
Assauri (2008:75) mengemukakan proses produksi adalah suatu cara,

metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang

atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-

bahan dan dana) yang ada. Untuk menjalankan proses produksi yang telah

direncanakan sebelumnya, perusahaan harus mempunyai sumber-sumber

produksi yang dapat mendukung kegiatan produksi agar berjalan lancar.

Sumber-sumber produksi menurut Sofjan Assauri (2008:75) adalah

sebagai berikut:

1. Tenaga Kerja.

2. Mesin.

3. Bahan-bahan.

4. Dana atau Modal.

Kegiatan produksi biasanya merupakan atau dimaksudkan untuk

membuat atau merubah persediaan barang jadi untuk memperbesar pesanan

penjualan jika produksinya adalah embuat persediaan barang jadi sehingga

tidak banyak inventoryyang dihasilkan dalam proses produksi strategi

produksi sangat di butuhkan untuk suatu proses produksi.

Suatu keputusan yang berkaitan dengan proses produksi adalah

pendekatan yang digunakan oleh perusahaan dalam mentransformasikan

sumber daya yang ada menjadi suatu barang atau jasa. Proses yang diseleksi

akan mempunyai dampak jangka panjang terhadap efisiensi dalam produksi,

serta fleksibilitas, biaya dan mutu barang yang diproduksi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdasarkan pendapat para ahli

di atas mengenai proses produksi peneliti menyimpulkan, proses produksi

merupakan suatu kegiatan yang menggunakan beberapa faktor produksi yang


32
ada guna upaya menciptakan suatu produk, baik itu barang maupun jasa yang

memiliki manfaat bagi konsumen untuk memberikan nilai tambah atau nilai

bagi suatu produk dengan menggunakan strategi-strategi proses produksi yang

dipilih oleh perusahaan yang dieaanggap paling efektif dan efesien.

2.2.10 Peramalan (Forcasting)

Heizer dan Render (2015:565) menyatakan peramalan (forecasting)

adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan dalam memprediksi peristiwa dalam

masa mendatang. Peramalan akan melibatkan mengambil data historis (seperti

penjualan tahun lalu) dan proyeksi mereka ke masa yang akan datang dengan

model matematika.

Rangkuti (2004:95) mengatakan bahwa perencanaan kapasitas produksi

yang baik harus sesuai dengan besarnya kebutuhan permintaan. Kondisi pada

waktu yang akan datang tidaklah dapat di perkirakan secara pasti sehingga

orang bisnis mau tidak mau bekerja dengan berorientasi pada kondisi, pada

waktu yang akan datang yang tidak pasti. Usaha untuk meminimalkan

ketidakpastian itu lazim dilakukan dengan metode atau teknik peramalan

tertentu.

Menurut Ahyari (1986:190) mengatakan bahwa di dalam penyusunan

peramalan kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi didalam

suatu perusahaan maka kadang-kadang menejemen perusahaan yang

bersangkutan. Menggunakan metode ini maka menejemen perusahaan yang

bersangkutan mempunyai anggapan dasar bahwa pemakaian bahan baku untuk

keperluan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan dari waktu

ke waktu akan mempunyai tingkat perubahan yang tetap. Penambahan atau

pengurangan banyaknya bahan baku untuk proses produksi ini dianggap

33
mempunyai pola yang pasti dan tidak berubah dari satu periodeke periode

lainnya.

Perhitungan metode peramalan menurut Agus Ahyari (1986:190)

Υ =a+bχ
Υ =a+bχ ,
dimana :

Y = peramalan kebutuhan bahan baku.

x = unit waktu.

a = konstanta atau sama dengan peramalan kebutuhan bahan pada waktu

x=0

b = besarnya perubahan Y untuk suatu perubahan x nilai a dan b dapat

digunakan dengan persamaam:

∑γ b=
∑ χγ
a=
n ∑ χ2
1. Langkah-langkah dalam Proses Peramalan

Assauri (1999:33) menyatakan peramalan yang baik adalah

peramalan yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah atau

prosedur penyusunan yang baik. Pada dasarnya ada dua langkah

peramalan, yaitu:

1. Menganalisis data yang lalu. Tahap ini berguna untuk pola yang

terjadi pada masa lalu. Analisis ini dilakukan dengan cara

membuat tabulasi dari data yang lalu, suatu langkah yang

pengting dalam memilih metode analisis deret waktu adalah

pertimbangan jenis pola yang terdapat dari data observasi

sehingga metode tersebut dapat di test. Ada empat jenis pola data

yaitu;

34
a. Pola Horizontal atau tationary, bila nilai-nilai dari data

observasi berfluktuasi sekitar nilai-nilai konstan atau

dapat di katakan pol aini sebagai stationary pada rata-rata

hitungnya (means). Misalnya suatu produk mempunyai

jumlah penjualan yang tidak naik atau menerun selama

beberapa waktu.

b. Pola musiman atau Seansonal, bila suatu deret waktu

dipengaruhi oleh factor musim (seperti kuatalan, bulanan,

mingguan, harian). Misalkan minuman segar, ice cream,

jasa angkutan dan lain sebagainya. Data runtuk waktu

yang berkaitandengan adanya kejadian yang berulang

secara teratur dalam setiap tahun.Misalkan volume

penjualan buku pelajaran pada awalawal tiap tahun ajaran

baru.

c. Pola siklus atau Cyclical, bila data observasi dipengaruhi

oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang yang berkaitan

atau tergabung dengan siklus usaha. Ada produk yang

penjualannya menunjang pola siklus seperti mobil, besi

baja, dan perkakas atau peralatan bengkel.

d. Pola trend, bila ada pertambahan/kenaikan atau

penurunan dari data observasi untuk jangka panjang. Pola

ini terlihat pada penjualan produk dari banyak

perusahaan. Merupakan kompenen dan runtut waktu yang

berkaitan dengan adanya kesenderungan (meningkat,

35
menurun) dalam jangka panjang (biasanya sepuluh tahun

atau lebih)

2. Menentukan metode yang digunakan. Metode peramalan yang

baik adalah metode yang memberikan hasil ramalan yang tidak

jauh berdeda dengan kenyataan yang terjadi. Ada dua pendekatan

umum yang digunakan dalam peramalan:

a. Peramalan Kuantitatif menggunakan berbagai model

matematis yang menggunakan data historis dan atau

variable-variabel kausal untuk meramalkan permintaan.

b. Permalan Kualitatif atau peramalan subjektatif,

memanfaatkan faktor-faktor penting seperti intuisi,

pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambilan

keputusan.

Pada dasarnya metode peramalan kuantitatif ini dapat dibedakan

atas;

a. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan

analisa pola hubungan variabel yang akan

diperkirakan dengam variabel lain yang

mempengaruhinya, yang bukan waktu yang disebut

metode korelasi atau sebab akibat (causal methods).

Terdiri dari; (a) metode regresi dan kolerasi, metode

ekonometri, metode input output dan (b) metode

peramalan yang didasarkan atas penggunaan Analisa

pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan

36
dengan variabel waktu, yang merupakan deret waktu,

atau timer series.

Haizer dan Render (2015:116) menyatakan ada tujuh

langkah dasar dalam proses peramalan, yaitu:

a. Menetukan penggunaan dari peramalan.

b. Memilih objek yang akan diramalkan.

c. Menetukan horizon dari waktu peramalan.

d. Memilih model peramalan.

e. Menumpulkan data yang diperlukan untuk

membuat peramalan.

f. Membuat peramalan.

g. Mengvalidasi dan mengimplementasikan hasilnya.

Lebih lanjut tujuan langkah ini menyajikan cara yang sistematis

untuk memulai, merancang, dan mengimplementasikan sistem

peramalan. Ketika sistem digunakan untuk menghasilkan peramalan

secara teratur atas waktu, data harus dikumpulkan secara rutin, kemudian

menghitungkan actual biasanya dibuat dengan komputer. Selain itu

Heizer dan Render (2015:117) menyatakan ada aspek lain yang

mempengaruhi proses peramalan seperti:

a. Faktor luar yang tidak dapat di prediksi sering kali

mempengaruhi peramalan.

b. Sebagian besar teknik peramalan mengasumsikan

bahwa terdapat beberapa stabilitas yang mendasar

di dalam sistem. Konsekuensinya, beberapa

perusahaan mengotomatisasi prediksi

37
merekamdengan menggunakan perangkat lunak

peramalan yang berkomputerisasi, kemudian

memonitor hanya produk barang yang memilih

permintaan tidak tertentu.

c. Baik produk keluarga maupun peramalan yang

menyeluruh lebih akurat dari pada peramalan

produk individual.

Stevenson (2015: 79) menyatakan ada enam langkah dalam proses

peramalan, yaitu:

1. Menentukan tujuan peramalan. Bagaimana hal

tersebut digunakan dan kapan dibutuhkan? Langkah

ini memberikan indikasi tingkat detail yang

diperlukan dalam perkiraan, jumlah sumber daya

personel, waktu, komputer, uang yang dapat

dibenarkan, dan tingkat akurasi yang diperlukan.

2. Menetapkan rentang waktu. Peramalan harus

menunjukan interval waktu, mengingat keakuratan

waktu menurun seiring Batasan waktu meningkat.

3. Dapatkan, bersihkan, dan analisis data yang sesuai.

Memperoleh data bisa melibatkan upaya signifikan.

Setelah diperoleh, data mungkin perlu dibersihkan

untuk menyingkirkan pencilan dan tentunya data yang

salah (incorrect data) sebelum analisis.

4. Memilih teknik peramalan

5. Membuat peramalan.

38
6. Memantau kesalahan peramalan (forecast errors).

Kesalahan peramalan harus di pantau untuk

menentukan apakah ramalan tersebut berkinerja

memuaskan. Jika tidak, periksa kembali metodenya,

asumsi, validitas data, dan sebagainya; memodifikasi

sesuai kebutuhan, dan menyiapkan ramalan yang di

revisi.

Selanjutnya Stevenson (2015) menyatakan perusahaan memerlukan

tindakan tambahan. Contohnya, apabila permintaan jauh lebih sedikit

dari pada ramalannya, perusahaan mungkin memerlukan Tindakan

seperti penurunan harga atau promosi, sebaliknya apabila permintaan

jauh lebih banyak dari prediksinya, peningkatan output mungkin

menguntungkan. Peningkatan output dapat meliputi bekerja lembur,

pengalihdayaan, atau mengambil tindakan lainnya.

2. Karakteristik Peramalan yang Baik

Sinulingga (2009:110-111) menguraikan ada empat elemen yang

disebut sebagai karakteristik ramalan yaitu: ketelitian (eccuracy), biaya

(cost), respon (response) dan kesedarhanaan (simplicity).

1. Ketelitian (eccuracy), sasaran pertama dalam peramalan

permintaan ialah mendapatkan hasil peramalan dengan tingkat

akurasi yang tinggi. Ada dua ukuran yang digunakan dalam

mengevaluasi akurasi peramalan yaitu penyimpangan (bias) dan

konsistensi (consistency). Penyimpangan terjadi apabila hasil

peramalan memperlihatkan secara terus menerus angka yang

39
tinggi atau rendah, konsistensi berkaitan dengan ukuran atau

besarnya eror.

2. Biaya (cost). Biaya yang dibuthkan untuk mengembangkan

model peramalan serta menggunakannya sering cukup besar.

Makin banyak item yang diramalkan akan makin tinggi tingkat

ketelitian yang diinginkan makin besar pula biaya yang

dibutuhkan. Tingkat akurasi peramalan dapat diperbaiki apabila

peramalan dengan menggunakan model yang sederhana diganti

dengan model yang komprehensif tetapi biaya peramalan akan

juga meningkat tajam. Oleh karena itu perlu dilakukan trade-off

antara akurasi yang dibutkan dengan besarnya biaya yang harus

di keluarkan.Peramalan dengan menggunakan metode yang

sangat komprehensif tidak selalu menjadi pilihan apabila factor

jumlah biaya yang harus dikeluarkan menjadi tidak seimbang.

3. Respon (response), sistem peramalan haruslah stabil dalam arti

hasil tidak memperlihatkan fluktuasi yang bersifat liar karean

factor random yang berlebihan. Pada pihak lain, apabila tingkat

permintaan yang sebenarnya berubah maka peramalan juga harus

menunjukan hasil peramalan yang berubah. Untuk

mengkompromikan kedua situasi yang saling konflik ini maka

sistem peramalan perlu mencakup dua fitur yaitu: (a) monitoring

terhadap terjadinya perubahan nyata permintaan dan (b)

kemampuan sistem untuk melakukan respon sesaat secara cepat

terhadap perubahan tersebut. Hasil peramalan akan sangat buruk

apabila dalam situasi nyata terjadi peningkatan permintaan tetapi

40
peramalan tidak mampu mendeteksi situasi tersebut sehingga

hasil peramalan tidak menunjukan kenaikan permintaan.

4. Kesederhanaan (simplicity). Metode peramalan yang lebih

sederhana selalulebih diinginkan dibandingkan dengan metode

yang rumit karena akan lebihmudah dirancang, digunakan, dan

dipahami. Apabila kesulitan terjadi dengan penggunaan metode

yang sederhana maka akan lebih mudah menelusuri masalah

yang terkait serta melakukan perbaikannya. Namun demikian,

pilihan yang terbaik ialah harus sesuai dengan sasarang

penggunaannya.

3. Prinsip-prinsip Peramalan

Sinulingga (2009:112-113) menyatakan ada lima prinsip peramalan

yang sangat perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil peramalan yang

baik yaitu:

1. Peramalan selalu mengandung error. Hamper tidak pernah

ditemui bahwa hasil peramalan persis seperti kenyataan

dilapangan, peramalan mengurangi factor ketidakpastian tetapi

tidak pernah mampu untuk menghilangkannya. Para pengguna

atau pelaksana peramalan harus benar-benar memahami situasi

ini.

2. Peramalan harus mencakup ukuran dari error. Karena peramalan

selalu error maka para pengguna perlu mengetahui besarnya error

yang terkandung, besarnya error dapat dijelaskan dalam bentuk

kisaran sekitar hasil peramalan baik dalam unit atau presentase

41
dan probabilitas tentang permintaan sesungguhnya akan berada

dalam kisaran tersebut.

3. Peramalan item yang dikelompokan dalam famili selalu lebih

produk sebagai sebuah kesatuan (unit) diramalkan maka

presentase errorakan semakin kecil, tetapi apabila diramalkan

masing-masing sebagai individual product maka presentase error

akan semakin tinggi

4. Peramalan untuk jangka pendek selalu lebih akurat dibandingkan

dengan peramalan untuk jangka panjang. Dalam jangka pendek,

kondisi yang mempengaruhi kecenderungan permintaan hampir

sama atau kalaupun berubah hanya sedikit dan berjalan sangat

lambat. Apabila rentang waktu peramalan bertambah panjang

maka kecenderungan permintaan semakin dipengaruhi oleh

berbagai factor sehingga error akan semakin besar.

5. Apabila dimungkinkan, perkiraan besarnya permintaan lebih

disukai berdasarkan perhitungan dari pada hasil peramalan.

Misalnya dalam perencanaan produksi dalam lingkungan make-

to-stock, apabila besarnya permintaan terhadap produk akhir

telah diperkirakan berdasarkan hasil peramalan maka besarnya

jumlah part, kompenen, sub-assembly dan bahan baku untuk

produk tersebut lebih baik dihitung berdasarkan principle off

dependate demand dari pada masing-masing ditetapkan

berdasarkan hasil peramalan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdasarkan pendapat para

ahli di atas mengenai treand linear peneliti menyimpulkan besar kecilnya

42
perubahan tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya dang

rangkaian waktu (time series) dari variabel tertentu, sehingga dapat

didefinisikan bahwa treand adalah suatu analisis yang menggambarkan

atau menunjukan perubahan rata-rata suatu variabel tertentu dari waktu

ke waktu.

2.2.11 Analisis Break Even Point

Analisis Break Even Point adalah sala satu teknik yang digunakan oleh

manejemen untuk mengetahui tingkat penjualan tertentu sehingga tidak

mengalami laba dan tidak mengalami kerugian ( Sigit, 2002:1). Analisis Break

Even Point bertjuan untuk mengetahui ikaitan antara biaya,volme

penjualan,volme produksi yang nantinya untuk menentkan titik impas dimana

perusahaan tidakmengalami kergian maupn tidak mendapatkan keuntungan.

Analisis break evenpoint sangat membantu menejemen dalam menentkan titik

impas. Analisis breakeven point biasanya lebih sering digunakan apabila

perusahaan mengeluarkan suatu produk yang berkaitan dengan masalah biaya

yang harus dikeluarkan kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang

yang akan diproduksi ataudijual konsumen.

S. Munawir (1996 : 184) break even dapat diartikan suatu keadaan

dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan

tidak menderita rugi (penghasilan = total biaya). Tetapi analisis break even

tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang

breakeven saja, akan tetapi juga mampu memberikan informasi kepada

pimpinan perusahaan mengenai barbagaitingkat volume penjualan, serta

hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat

penjualan yang bersangkutan.

43
Bambang Riyanto (1995 : 359) analisis break even adalah suatu teknik

analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,

keuntungan dan volume kegiatan.

Budi Rahardjo (1995 : 2) analisis pulang pokok adalah suatu jenis

analisis resiko yang menganalisis harga barang dan volume penjualan dalam

kaitnnya dengan biaya kegiatan usaha.

Adapun formulasi Break Even Point menurut Harjanto (1999:73) adalah:

Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi

Break Even Point:

F
BEP( χ )=
P−V

Keterangan:

BEP(X) = Titik Break Even Point (dalam unit)

F = Biaya Tetap

P = Harga Jual Netto / Unit

V = Biaya Variabel / Unit

2.2.2 Kajian Empirik

Berdasarkan penelusuran pada penelitian sebelumnya, ditemukan

beberapa penelitian sebelumnya yaitu lima penelitian yang relatif sama untuk

dipilih sebagai alur penelitian.

Tabel 1.2

No Penulis Judul Metode Hasil

1. Maria Lediana Perencanaan Luas Analisis Hasil penelitian

Mbimbus Produksi Roti kuantitati menunjukan bahwa

44
(2021) Manis Pada Toko f dan pimpinan

Roti Manis kualitatif perusahaan Roti

Manggarai Di Kota Manis Manggarai

Kupang Nusa belum membuat

Tenggara Timur perencanaan

produksi secara

cermat dan terperinci

terhadap faktor-

faktor produksi yang

ada sehingga

keuntungan yang

didapatkan belum

maksimal.

2. Caecilia Analisis Analisis Hasil penelitian

Carlanova Perencanaan Luas kuantitati menunjukan bahwa

Blikololong Produksi Emping f dan pimpinan

(2018) Jagung pada Usaha kualitatif perusahaan Emping

Mikro Kecil dan Jagung Surya

Menengah Nusratim Mandiri

belum membuat

perencanaan

produksi secara

cermat dan terperinci

terhadap faktor-

faktor produksi yang

45
ada sehingga

keuntungan yang

didapatkan belum

maksimal.

3. Sintiya Analisis Analisis Hasil penelitian ini

Gresyanty Perencanaan Luas kuantitati menunjukan bahwa

Adu (2021) Produksi Pada f dan kelompok Tenun

Kelompok kualitatif ikat kampong Ndao

Tenunun Ikat belum mampu

Kampung Ndao Di membuat suatu

Kota Ba’a perencanaan

Kecamatan produksi dengan

Lobalain baik dan bahan baku

Kabupaten Rote (benang katun) yang

Ndao digunakan tidak

selamanya ada

ketika dibutuhkan.

4. Ferdianus Analisis Analisis Dalam menjalankan

Ngongo Pote Perencanaan Luas kuantitati kegiatan

(2017) Produksi Kacang f dan produksinya

Mete pada kualitatif Kelompok Usaha

Kelompok Usaha Efata II perlu

Efata II Desa memperhatikan

Ramadana tingkat permintaan

Kabupaten Sumba konsumen terhadap

46
Barat Daya produk kacang mete

pada tahun

sebelumnya,

sehingga dapat

meramalkan

besarnya tingkat

produksi kacang

mete pada tahun

yang akan datang,

dimana pada tahun

2016 diramalkan

penjualan kacang

mete sebanyak 4038,

tahun 2017 sebany

5. Theresia Avila Pengendalian Mutu Analisis Hasil penelitian ini

Bebhe Bhaghi Produk Kopi kuantitati menunjukan bahwa

(2016) Bubuk Arabika f dan dalam kegiatan

Dengan Pedekatan kualitatif produksinya, UPH

Bahan Baku Dan Papa Taki belum

Proses Produksi melakukan

Pada Unit pengendalian mutu

Pengolahan Hasil produk secara

(UPH) Papa Taki maksimal. Hal ini

Frores Bajawa dapat dilihat dari

banyaknya jumlah

47
cacat produk karena

faktor bahan baku

dan proses produksi

yang terjadi.

Berdasarkan tabel diatas maka penelitian yang akan dilakukan penulis

memiliki persamaan dengan peneliti sebelumnya yaitu meneliti tentang

perencanaan luas produksi, perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, objek

yang akan diteliti dan juga alat analisis yang digunakan.

2.2.3 Kerangka Berpikir.

Pada umumnya produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan

menambah kegunaan dari suatu barang dan jasa. Kegiatan produksi

merupakan dapur atau jantungnya perusahaan, sehingga apabila kegiatan

produksi dalam perusahaan terhenti maka sebagai akibatnya perusahaan pun

akan terhenti. Untuk kelangsungan hidup perusahaan maka pemimpian

perusahaan harus mampu menyusun perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian kegiatan produksi sehingga sesuai dengan harapan perusahaan

yaitu mampu memproduksi barang – barang atau produk – produk secara

efisien dan efektif untuk menjamin kelangsungan hidup dan

perkembangannya.

Perencanaan produksi membutuhkan pertimbangan dan ketelitian yang

terperinci dalam menganalisis kebijaksanaan karena perencanaan produksi itu

merupakan suatu fungsi yang menentukan batas –batas kegiatan perusahaan

dimasa yang akan datang. Upaya untuk tercapainya tujuan usaha secara efektif

dan efisien meliputi pembuatan rencana terhadap beberapa faktor produksi

48
dalam proses produksi dimana fakor – faktor tersebut saling berhubungan dan

saling mempengaruhi.

 Modal merupakan biaya yang digunakan dalam memproduksi

Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono di Kota Kupang.

 bahan baku merupakan bahan –bahan yang digunakan dalam

memproduksi Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono di Kota

Kupang seperti Tahu,isianya seperti bihun,tempung atau adonan

yang di gunakan dan minyak yang dibutuhkan pada saat

pengorengan

 tenaga kerja merupakan orang yang membantu kegiatan produksi

dalam hal ini adalah karyawan dari Gorengan Tahu Mba Nuryani

Mulyono di Kota Kupang.

 mesin dan peralatan merupakan barang- barang yang digunakan

selama proses produksi seperti kompor gas, alat pengorengan dan

gerobak untuk menjual gorengan.

faktor – faktor produksi yang apabila direncanakan dengan baik dapat

mendukung tercapainya target produksi yang direncanakan.

Perencanaan luas produksi membutuhkan pertimbangan dan ketelitian

yang terperinci dalam menetapkan kebijakan mengenai beberapa banyak

produk yang akan dihasilkan atau diproduksi. Luas produksi adalah jumlah

atau volume hasil produksi yang seharusnya diproduksi oleh suatu oleh suatu

perusahaan dalam suatu periode.

Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono di Kota Kupang.dapat dilihat

dari data produksi dan data penjualan produksi sebelumnya. Dari data tanggal

49
keadaan produksi tersebut dapat dianalisis perencanaan luas produksi

berdasarkan ramalan penjualan. Perencanaan luas produksi yang seharusnya

dicapai oleh perusahaan sehingga memberikan keuntungan yang optimal.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran

berikut ini :

Gambar 1.3

Skema Kerangka Pemikiran

Data Produksi

 TREND Perencanaan
Linier Luas
Produksi
 BEP
Penjualan

50
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Ruang Lingkup Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Gorengan Tahu pada usaha Gorengan Mba Nur

Di Jl. Timoraya Kelapa Lima Kota Kupang.

1.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat studi kasus akan berfokus pada Perencanaan Luas

Produksi Gorengan Tahu Mba Nur Di Jl. Timoraya Kelapa Lima Kota Kupang.

1.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

1.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang menjadi variabel penelitian yaitu perencanaan

luas produksi Gorengan Tahu agar memenuhi permintaan konsumen.

1.3.2 Definisi Oprasional

A. Produksi

Jumlah dan jenis dari komponen atau bahan – bahan dasar yang

digunakan Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono dalam kegiatan

memproduksi Gorengan Tahu dalam satu periode tertentu.

Indikator :potong

B. Penjualan

Jumlah dari hasil produksi Gorengan Tahu yang berhasil dipasarkan

oleh Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono di Kelapa Lima Kota

Kupang .

Indikator : Rupiah

51
C. Ramalan

Alat bantu perencanaan, prediksi, proyeksi atau estimasi tingkat

kejadian yang tidak pasti dimasa yang akan datang.

Indikator : potong

D. Perencanaan

Perencanaan atau penentuan produk berapa banyak yang harus

dihasilkan, dimana produk dihasilkan dan bilamana barang itu

dihasilkan.

Indikator : potong

E. Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah atau volume hasil produksi oleh

Gorengan Tahu Mba Nuryani Mulyono di Kelapa Lima pada suatu

periode tertentu.

Indikator : potong

1.4 Jenis Data dan Sumber Data

1.4.1 Jenis data.

Data yang akan diperoleh pada penelitian ini dapat bersifat yaitu :

1.4.1.1 Data kuantitatif

Yaitu data yang dikumpulkan bukan dalam bentuk angka –

angka tetapi berupa keterangan – keterangan, laporan ataupun

profil perusahaan dari objek penelitian yang dimaksud.

1.4.1.2 Data kualitatif.

Yaitu data yang dikumpulkan dalam bentuk angka –angka,

seperti jumlah produksi dan hasil penjualan Gorengan Tahu

52
1.4.2 Sumber data.

1.4.2.1 Data primer.

Yaitu data – data mengenai hasil produksi yang diperoleh

peneliti secara langsung dari Gorengan Tahu di Kelapa Lima

Kota Kupang dalam kegiatan produksi.

1.4.2.2 Data sekunder.

Yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung,

tetapi didapat dari sumber – sumber lain seperti dokumen hasil

produksi, dokumen penjualan atau segala sesuatu yang

berkaitan dengan penelitian ini.

1.5 Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan dialog langsung

dengan pimpinan pemilik Gorengan Tahu mba Nur

Daftar Pertanyaan ;

1. Alamat tmpt penelitian?

2. Nama pemilik?

3. Barang yang di produksi?

4. Proses produksi?

5. Bahan baku

6. Tempat pengambilan bahan baku?

7. Cara olah bahan baku menjadi gorengan?

8. Mesin deng alat apa saja yang di gunakan?

53
9. jumblah gorengan/potong dalam 1 hari , minggu , bulan deng

tahun?

10. Kapasitas mesin?

11. Lama mesin bekerja?

12. Lama kerja mesin berapa lama dan hasilkan dari gorengan tersebut berapa

banyak?

13. sejarah berdirinya usahaan tersebut?

14. berapa banyak cacat produk dan bagimana produk tersebut bisa mengalami

kecacatan? jika produk cacat tersebut di buat apa ? dibuang atau dimakan sendiri

15. Proses penjualan bagaimana ? dipasarkan di mana saja .berapa Tenaga kerja

yang di pakai ada berapa orang ? laki2 berapa ? prempuan berapa ?

Pendidikan terakhir tenaga krna apa ?

16. Komposisi bahan baku?

17. Harga produk?

18. 1X proses gorengan tersebut brp bnyak? brp banyak bahan baku ?

19. Proses produksi secara garis besar ?

2. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara

melalukan pengamatan langsung pada Gorengan Tahu mba Nur

3. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh peneliti dari dokumen –

dokumen perusahaan seperti hasil produksi, jumlah penjualan, literatur

maupun studi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

54
1.6 Teknik Analisis Data.

Data yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif, sedangkan data

yang bersifat kuantitatif dianalisis menggunakan tabel dan angka – angka

dengan menggunakan analisis ramalan penjualan.

Perencanaan luas produksi berdasarkan ramalan penjualan dapat

dianalisis dengan menggunakan persamaan fungsi linear sederhana (Assauri,

1999 : 141 ) sebagai berikut :

Y’ = a + bX

Dimana :

Y = Besarnya ramalan penjualan untuk tahun x

a = Komponen tetap dari setiap penjulan

b = Tingkat perkembangan penjualan setiap tahun

X = Periode tertentu

Untuk a dan b dapat diperoleh dengan cara :

∑γ b=
∑ χγ
a=
n ∑ χ2
1.6.1 Analisis Break Even Point

Break Even Point ( BEP) adalah suatu analisis untuk menentukan/

mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen

pada harga tertentu untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel yang

timbul dan untuk menentukan keuntungan/profit.

Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual

agarterjadiBreak Even Point (Harjanto, 1999: 73):

55
F
BEP ( χ ) =
P−V

Keterangan:

BEP(X) = Titik Break Even Point (dalam unit)

F = Biaya Tetap

P = Harga Jual / Unit

V = Biaya Variabel / Unit

Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu di

terima agar menjadi BEP :

F
BEP ( RP )= Xp
P−V

Keterangan :

BEP (RP) = Titik Break Even Point (dalam rupiah)

P= Harga Jual /Unit

V= Baya Variabel /Unit

56
Daftar Pustaka

Agus D. Harjito, Martono. 2002 .Manajemen Keuangan. Edisi Pertama .

Ahyari, Agus .1986. Manajemen Produksi Edisis Keempat. Yogyakarta : BPFE

Ahyari, Agus. 1980. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi.

Yogyakarta:BPFE

Ahyari, Agus. 2002. Manajemen Produksi ; Pengendalian Produksi, Edisi Empat

Buku Dua. Yogyakarta : BPFE

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi.Jakarta :

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi. Jakarta : FEU

Assauri, Sofyan. 1980. Manajemen Produksi & Operasi.Jakarta : LBFE U

Assauri, Sofyan. 1999. Manajemen Produksi Edisi Empat. Jakarta :IPPE UI

Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia

Indonesia Chuong, Sum Chee dan William J. Stevenson. 2015. Manajemen

operasi. Jakarta : Salemba Empat

Djarwanto, Ps. 1993.Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta :

BPFE

57
Djokopronoto, Richardus. Richardus Indrajit Eko. 2003, Manajemen

Persediaan.Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia

Freddy, Rangkuti. 2004. Riset Pemasaran Cetakan Kelima. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama

Gitosudarmo, Indriyo.2002.Manajemen Operasi. Jakarta : BPFE

Gitosudarmo,Indriyo& Basri,H .1992. Manajemen Keuangan, edisi 2.

Yogyakarta : BPFE

Gunawan, Adisaputra & Asri Marwan .2000.Anggaran Perusahaan. Yogyakarta :

Penerbit BPFE UGM

Halim dan Sarwoko. 1989. Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi I.

Yogyakarta: BPFE

Halim dan Sarwoko. 1989. Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi I.

UGM Yogyakarta : BPFE

Harjanto Eddy.1999.Manajemen Produksi dan Operasi Edisi II .Jakarta

Harsono. 2004. Manajemen Produksi. Jakarta : Balai Pustaka

Heizer, Jay and Render Barry. 2015. Manajemen Operasi : Manajemen

Keberlangsungan dan Rantai Pasokan, edisi 11. Jakarta : Salemba Empat

Komarudin. 1986. Analisa Manajemen Produksi. Bandung : Alumni

Kusuma, Hendra. 2002. Manajemen Produksi (Perencanaan dan Pengendalian

Produksi.Yogyakarta : Andi Offset

58
Manullang, M. 1980.Pengantar Ekonomi Perusahaan.Yogyakarta : Ghalia

Indonesia

Mulyadi. 19993. Akuntansi Biaya, Edisi 4. Yogyakarta: BPFE-UGM

Munawir,S.1996.Analisis Laporan Keuangan, edisi 4.Yogyakarta: Penerbit

Liberty

Mustafa. 1984. Dasar – Dasar Managemen Produksi Dan Operasi. Yogyakarta :

BPFE

Prawirosentono, Suryadi. 2007.Manajemen Operasi ,Edisi Revisi BPFE:

Yogyakarta.

Prawirosentono, Suyadi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan

Kinerja Karyawan. Edisi 1. Cetakan Kedelapan. Yogyakarta : BPFE

RA, Supriyono. 1983. Akuntansi Biaya, Edisi 2. Yogyakarta: BPFE-UGM.

Raharjo,Budi.1995. Analisis Pulang Pokok Dengan Quantro Pro.Yogyakarta:

BPFE

Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo. 2000. Manajemen Produksi Edisi

Keempat.Yogyakarta: Penerbit BPFE

Riyanto,Bambang.1995.Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisike Empat.

Yogyakarta: BPFE

Siagian, Sondang P. 2003. Teori & praktek kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta

Sigit, Soehardi. 2002. Analisa Break Even Point. Yogyakarta : BPFE

59
Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan & Pengendalian Produksi. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta : Penerbit Raja Grafindo

Persada

Sukanto dan Indriyo. 1984. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE

Winarti dan Sanjoto, Djoko. 1992. Perencanaan Produksi. Yogyakarta :

Universitas Terbuka

Buku metode penelitian

Kajian empirik kerangka tidak di publikasikan

60

Anda mungkin juga menyukai