Anda di halaman 1dari 7

KLINIK PRATAMA RAWAT INAP

“HUSADA“
Jl.Raden Intan No.3 Talang Padang Kab. Tanggamus
Telp. 085367818181 E-mail : Klinikhusada003@gmail.com
Instagram : @Klinikhusadatalangpadang

KEPUTUSAN
PIMPINAN KLINIK PRATAMA RAWAT INAP HUSADA
NOMOR : 004/SK/KH/II/2023
TENTANG
PELAYANAN KLINIS KLINIK PRATAMA RAWAT INAP HUSADA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PIMPINAN KLINIK PRATAMA RAWAT INAP HUSADA
Menimbang : a. Bahwa penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan pasien sampai dengan pemulangan
dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan mutu pelayanan;
b. Bahwa pelayanan yang dilakukan di klinik meliputi pelayanan preventif, promotive, kuratif dan
rehabilitative dengan memperhatikan hak pasien dan keluarga serta mutu dan keselamatan pasien;
c. Bahwa sehubungan dengan maksud tersebut pada butiran diatas, perlu ditetapkan kebijakan Pimpinan
Klinik Pratama Rawat Inap Husada tentang pelayanan klinis di Klinik Pratama Rawat Inap Husada;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144);
3. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor. 49 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5942);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 915);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 232);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
11. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 4 tahun 2018 tentang kewajiban rumah sakit dan
kewajiban pasien;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 08 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor 14 tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Bersasis Resiko Sektor Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 317);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2022 tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan
Kesehatan Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah
Sakit, Laboratorium Kesehatan, dan Unit Tranfusi Darah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 1054);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat
Kesehatan Masyarakat, Klinik. Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktek Mandiri
Dokter, dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 nomor
1207);
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KLINIK PRATAMA RAWAT INAP HUSADA TENTANG PELAYANAN KLINIS
KLINIK PRATAMA RAWAT INAP HUSADA
Kesatu : Ketentuan pelayanan klinis di Klinik Pratama Rawat Inap Husada sebagaimana terlampir dalam lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapanya akan diadakan perbaikan/perubahan kembali sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Talangpadang
Pada Tanggal : 06 Februari 2023
Pimpinan
Klinik Pratama Rawat Inap Husada

YOL FAIZAR
LAMPIRAN : KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK
PRATAMA RAWAT INAP HUSADA
NOMOR : 004/SK/KH/II/2023
TENTANG PELAYANAN KLINIS KLINIK PRATAMA
RAWAT INAP HUSADA

KETENTUAN PELAYANAN KLINIS DI KLINIK PRATAMA RAWAT INAP HUSADA


A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Dalam penyelenggaraan pelayanan Klinik Pratama Rawat Inap Husada mendukung pasien untuk mengetahui hak dan kewajibannya.
2. Klinik Pratama Rawat Inap Husada melakukan sosialisasi hak dan kewajiban pasien kepada seluruh staf klinik, kepada pasien dan keluarga,
dan kepada seluruh pengunjung klinik. Sosialisasi hak dan kewajiban pasien berupa sosialisasi langsung maupun tidak langsung melalui
leafleat, banner, dan media-media informasi lainnya dan melalui media social.
3. Klinik Pratama Rawat Inap Husada memastikan bahwa pelayanan yang diberikan bertanggung jawab dan mendukung hak pasien dan keluarga
selama menjalani asuhan dan memastikan terpenuhinya kebutuhan pasien secara khusus.
4. Klinik Pratama Rawat Inap Husada melakukan identifikasi pasien dengan kebutuhan khusus, antara lain pasien balita, ibu hamil dan
menyususi, disabilitas, lanjut usia atau pasien dalam kondisi khusus yaitu pasien gawat darurat atau emergensi, pasien dengan resiko infeksi,
pasien dengan resiko jatuh, pasien dengan kendala, dan upaya pemenuhannya yang bertujuan untuk mencegah terjadinya hambatan atau tidak
optimalnya proses asesmen maupun pemberian asuhan klinis pada pasien.
5. Klinik Pratama Rawat Inap Husada menyediakan media untuk pasien, keluarga dan seluruh pengguna layanan yang ingin menyampaikan
keluhan, konflik atau dilema lain. Penyampaian keluhan atau pengaduan dilakukan dengan pengaduan langsung kepada petugas, mengisi ko -
tak saran, mendatangi pojok pengaduan atau ruang pengaduan, melalui sms, telepon, email, dan melalui media sosial.
6. Pasien dan keluarga mengetahui dan menyetujui asuhan dan pelayanan yang mereka terima di Klinik Pratama Rawat Inap Husada. Persetu -
juan khusus untuk tindakan medik khusus dan resiko tinggi (informed consent). Informed consent sedikitnya memuat informasi dan penje -
lasan: nama, tindakan, resiko tindakan, kemungkinan komplikasi, tindakan alternative dan hal-hal lain yang perlu dipersiapkan oleh pasien
dan keluarga. Pasien dan keluarga diberitahu oleh PPA informasi tentang rencana asuhan, proses asuhan dan kemungkinan hasil asuhan yang
diberikan.
7. Klinik Pratama Rawat Inap Husada wajib meminta persetujuan umum (general consent) dari pengguna layanan atau keluarganya terdekat, per-
setujuan terhadap tindakan yang berisiko rendah, prosedur diagnostik, pengobatan medis lainnya, batas yang telah ditetapkan, dan persetujuan
lainnya, termasuk peraturan tata tertib dan penjelasan tentang hak dan kewajiban pengguna layanan.
8. Persetujuan umum diminta pada saat pengguna layanan datang pertama kali, baik untuk rawat jalan maupun setiap rawat inap, dan dilak-
sanakan observasi atau stabilitasi. Untuk pasien rawat inap disertai formulir tambahan persetujuan umum yang berisi penyimpanan barang
pribadi, penentuan pilihan makanan dan minuman, aktivitas, minat, privasi, serta pengunjung (tata tertib pasien dan pengunjung klinik selama
di rawat).
9. Dalam Proses penerimaan pasien, Klinik Pratama Rawat Inap Husada melakukan pendaftaran dan skrining. Pendaftaran dan skrining bertu-
juan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan menilai kemampuan klinik dalam memberikan pelayanan. Skrining bertujuan:
a. Mengetahui kebutuhan pasien.
b. Mengetahui kemampuan klinik dalam memberikan pelayanan.
10. Metode skrining yang diterapkan di Klinik Pratama Rawat Inap Husada antara lain skrining cepat dengan instrument sederhana (skrining vis -
ual rawat jalan), pemeriksaan fisik dan menggunakan metode triase di unit gawat darurat.
11. Pasien dan masyarakat mendapat informasi tentang sarana pelayanan, antara lain, tarif, jenis pelayanan, proses dan alur pendaftaran, proses
dan alur pelayanan, rujukan, dan ketersediaan tempat tidur. Informasi tersebut tersedia di tempat pendaftaran ataupun disampaikan menggu -
nakan cara komunikasi langsung dan tidak langsung dengan jelas, mudah diakses, serta mudah dipahami oleh pasien dan masyarakat.
12. Informasi tentang rujukan harus tersedia di pendaftaran, termasuk ketersediaan perjanjian kerja sama (PKS) dengan fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjut (FKTRL) yang memuat jenis pelayanan yang disediakan.
13. Keselamatan pasien sudah harus diperhatikan sejak pertama pasien mendaftarkan diri ke klinik dan berkontak dengan klinik, terutama dalam
hal identifikasi pasien, minimal dengan dua identitas yang relatif tidak berubah, yaitu nama lengkap, tanggal lahir, atau nomor rekam medis.
B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN, DAN PEMBERIAN ASUHAN
1. Pengkajian, rencana asuhan, dan pemberian asuhan dilaksanakan secara paripurna.
2. Proses kajian pasien menentukan efektifitas asuhan yang akan dilakukan. Ketika pasien diterima di klinik untuk memperoleh pelayanan klinis
perlu dilakukan kajian awal oleh tenaga medis, keperawatan/kebidanan dan tenaga pemberi asuhan lainnya. Isi minimal kajian awal:
a. Status fisik;
b. Psikososial-spiritual;
c. Riwayat kesehatan pasien;
d. Riwayat penggunaan obat; dan
e. Screening gizi pasien.
3. Kajian ulang berisikan perkembangan pasien dan dievaluasi secara berkala dengan menggunakan form Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT).
4. Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan/tindakan yang diberikan kepada seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu paket
tindakan yang dilakukan oleh pelaksana asuhan untuk mendukung diagnosis yang ditegakkan melalui pengkajian. Tujuan utama rencana
asuhan adalah memperoleh hasil klinis yang optimal. Rencana asuhan terdokumentasi dengan baik di rekam medis pasien. Pasien mempunyai
hak untuk mengambil keputusan terhadap asuhan yang akan diperoleh. Pasien berhak menolak atau menyetujui rencana asuhan setelah
mendapat penjelasan dari Pemberi asuhan.
5. Klinik Pratama Rawat Inap Husada menyelenggarakan pelayanan promotif dan preventif sesuai dengan kebutuhan pasien dan masyarakat
serta mendukung program prioritas nasional seperti pemberian edukasi baik secara langsung ataupun menggunakan media komunikasi seperti
banner, leafleat, dan multi media. Kegiatan promotif dan preventif dilakukan pemantauan secara kesinambungan.
6. Klinik Pratama Rawat Inap Husada menetapkan pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan pelayanan risiko tinggi berdasarkan Panduan
Praktik Klinis dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan pasien resiko tinggi antara lain:
a. Pasien emergensi;
b. Pasien dengan penyakit menular;
c. Pasien dengan risiko bunuh diri; dan
d. Populasi pasien rentan, lansia, anak-anak dan pasien berisiko tindak kekerasan atau ditelantarkan.
7. Pelayanan risiko tinggi yaitu Pelayanan pasien dengan penyakit menular.

C. PELAYANAN GAWAT DARURAT


1. Pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan segera sebagai prioritas pelayanan.
2. Prosedur penanganan pasien gawat darurat disusun berdasar panduan praktik klinis untuk penanganan pasien gawat darurat dengan referensi
yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada pedoman tata laksana triase sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan penentuan atau penyeleksian pasien yang harus didahulukan untuk mendapatkan
penanganan, yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul berdasarkan:
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat meninggal dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
Pasien-pasien tersebut didahulukan diperiksa dokter sebelum pasien yang lain, mendapat pelayanan diagnostik sesegera mungkin dan
diberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada pedoman tata laksana
triase sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk yaitu bila tidak tersedia pelayanan di Klinik untuk memenuhi kebutuhan pasien
dengan kondisi emergensi dan pasien memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
6. Dalam penanganan pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera, termasuk melakukan deteksi dini tanda tanda dan gejala penyakit
menular misalnya infeksi melalui udara/airborne.
D. PELAYANAN ANESTESI DAN TINDAKAN
1. Pelayanan anestesi di klinik dilaksanakan sesuai standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Klinik Pratama Rawat Inap Husada
hanya melakukan anestesi lokal.
2. Dalam memberikan pelayanan anestesi, klinik menetapkan program mutu dan keselamatan pasien meliputi:
a. Kajian pra anestesi;
b. Pemantauan intra anestesi; dan
c. Pemantauan paska anestesi.
3. Pelayanan bedah diberikan sesuai dengan perencanaan berdasarkan hasil kajian dan dicatat dalam rekam medis pasien.
4. Klinik pratama hanya melakukan bedah kecil (minor) tanpa anestesi umum dan/ atau spinal.
5. Dalam memberikan pelayanan bedah, klinik menetapkan program mutu dan keselamatan pasien meliputi:
a. Kajian pra bedah;
b. Penandaan lokasi operasi; dan
c. Pelaksanaan surgical safety check list.
E. PELAYANAN GIZI
1. Pelayanan gizi dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pemberian terapi gizi sesuai dengan status gizi pasien dan konsisten dengan asuhan klinis.
3. Kondisi kesehatan dan proses pemulihan pasien membutuhkan asupan makanan dan gizi yang memadai, oleh karena itu makanan perlu disedi-
akan secara regular, sesuai dengan rencana asuhan, umur, budaya.
4. Pasien berperan serta dalam perencanaan dan seleksi makanan
5. Pemesanan dan pemberian makanan dilakukan sesuai dengan status gizi dan Penyediaan bahan, penyiapan, penyimpanan, dan penanganan
makanan harus dimonitor untuk memastikan keamanan serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan praktik terkini. Risiko kon -
taminasi dan pembusukan diminimalkan dalam proses tersebut.
6. Setiap pasien harus mengonsumsi makanan sesuai dengan standar angka kecukupan gizi.
7. Angka kecukupan gizi adalah suatu nilai acuan kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis ke -
lamin, ukuran tubuh, dan aktivitas fisik untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
8. Pelayanan Gizi kepada pasien dengan risiko gangguan gizi di Klinik diberikan secara reguler sesuai dengan rencana asuhan berdasarkan hasil
penilaian status gizi dan kebutuhan pasien sesuai dengan proses asuhan gizi terstandar (PAGT) yang tercantum di dalam Pedoman Pelayanan
Gizi di klinik.
9. Pelayanan Gizi kepada pasien rawat inap harus dicatat dan didokumentasikan di dalam rekam medis dengan baik.
10. Keluarga pasien dapat berpartisipasi dalam menyediakan makanan bila makanan sesuai dan konsisten dengan kajian kebutuhan pasien dan
rencana asuhan dengan sepengetahuan dari petugas kesehatan yang berkompeten dan makanan disimpan dalam kondisi yang baik untuk
mencegah kontaminasi.
F. PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN
1. Pemulangan dan tindak lanjut pasien dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
2. Klinik dapat memberikan pelayanan rawat inap paling lama 5 (lima) hari, apabila memerlukan rawat inap lebih dari 5 hari maka pasien harus
secara terencana dirujuk ke rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pemulangan dan tindak lanjut pasien dilakukan dengan prosedur yang tepat. Jika pasien memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lain,
rujukan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien ke sarana pelayanan lain diatur dengan kebijakan dan prosedur yang jelas.
4. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut.
5. Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain menyusun rencana pemulangan bersama dengan pasien/keluarga pasien.
Rencana pemulangan tersebut berisi instruksi dan/atau dukungan yang perlu diberikan baik oleh klinik maupun keluarga pasien pada saat
pemulangan ataupun tindak lanjut di rumah, sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan.
6. Pemulangan pasien dilakukan berdasar kriteria yang ditetapkan oleh dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab terhadap pasien untuk
memastikan bahwa kondisi pasien layak untuk dipulangkan dan akan memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan, misalnya
pasien rawat jalan yang tidak memerlukan perawatan rawat inap, pasien rawat inap tidak lagi memerlukan perawatan rawat inap di klinik,
pasien yang karena kondisinya memerlukan rujukan ke FKRTL, pasien yang karena kondisinya dapat dirawat di rumah atau rumah perawatan,
pasien yang menolak untuk perawatan rawat inap, pasien/keluarga pasien yang meminta pulang atas permintaan sendiri.
7. Kriteria pemulangan pasien rawat jalan sebagaimana berikut :
a. Setelah mendapatkan layanan yang telah direncanakan dokter/ dokter gigi.
b. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan mampu diatasi.
c. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis mampu diatasi.
d. Pasien tidak memerlukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis Rumah Sakit.
e. Pasien tidak memerlukan perawatan rawat inap.
f. Tidak didapatkan tanda–tanda kegawatdaruratan.
8. Kriteria pemulangan pasien UGD (unit gawat darurat) sebagaimana berikut :
a. Pasien dalam kondisi stabil (GCS : E4,M5,V6)
b. Tidak didapatkan tanda gawat darurat yang mengancam jiwa.
c. Prognosis pasien baik.
d. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis normal.
e. Pasien tidak memerlukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis Rumah Sakit.
f. Mampu minum obat dan mematuhi petunjuk dokter pemeriksa.
9. Kriteria pemulangan pasien rawat inap sebagaimana berikut :
a. Pasien menunjukkan tanda–tanda perbaikan secara klinis dan dari hasil pemeriksaan : pasien tidak deman dalam waktu 1x24 jam tanpa
pemberian obat antipiretik, Tekanan darah dan kadar gula darah normal, tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi.
b. Pasien sudah tidak ada keluhan.
c. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis normal.
d. Pasien tidak memerlukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis Rumah Sakit.
e. Tidak didapatkan tanda-tanda kegawatdaruratan yang mengancam jiwa.
10. Pasien dan keluarga di berikan pengertian tentang instruksi tindak lanjut Untuk pasien yang tidak langsung di rujuk ke rumah sakit lain instruksi
yang jelas, dimana dan bagaimana menerima pelayanan lanjutan adalah sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan
yang di butuhkan. Instruksi mencakup nama dan lokasi untuk pelayanan lanjutan, kapan kembali ke klinik untuk kontrol dan kapan pelayanan
yang mendesak harus di dapatkan, keluarga di ikutsertakan dalam proses apabila pasien kurang dapat mengerti dan mengikuti instruksi, kelu -
arga juga di ikutsertakan apabila mereka berperan dalam proses pemberian pelayanan lanjutan. Klinik memberi instruksi kepada pasien dan
keluarganya yang tepat dengan cara yang sedrehana dan gampang di mengerti, instruksi di berikan dalam bentuk tertulis yang sangat mudah di
mengerti pasien yaitu :
a. Instruksi untuk tindak lanjut di berikan dalam bentuk dan cara yang mudah di mengerti pasien dan keluarganya.
b. Instruksi mencakup kapan kembali untuk pelayanan tindak lanjut
c. Instruksi mencakup kapan mendapatkan pelayanan yang mendesak
d. Keluarga di berikan instruksi untuk pelayanan bila di perlukan berkenaan dengan kondisi pasien
11. Klinik mempunyai proses untuk penatalaksanaan dan tindak lanjut bagi pasien yang pulang karena menolak nasehat medis. Apabila pasien
rawat inap atau rawat jalan memilih pulang karena menolak nasehat medis, atau pasien/keluarga pasien yang meminta pulang atas permintaan
sendiri, ada resiko berkenaan dengan pengobatan yang tidak adekuat yang dapat berakibat cacat permanen atau kematian, klinik perlu
mengerti alasan kenapa pasien menolak nasehat medis sehingga dapat berkomunikasi secara lebih baik dengan mereka .apabila pasien
mempunyai keluarga dokter, maka untuk mengurangi resiko, klinik dapat memberitahukan dokter tersebut, proses di laksanakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
12. Dokter berdasarkan kompetensinya:
a. Menentukan proses perawatan di Klinik telah selesai dan pasien diperbolehkan pulang.
b. Memberikan resep obat yang harus dibawa pulang oleh pasien.
c. Menentukan kapan pasien harus kontrol di Klinik.
13. Resume pasien pulang memberikan gambaran tentang pasien selama rawat inap. Resume ini berisikan:
a. Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik;
b. Indikasi pasien rawat inap, diagnosis, dan kormobiditas lain;
c. Prosedur tindakan dan terapi yang telah diberikan;
d. Obat yang sudah diberikan dan obat untuk pulang;
e. Kondisi kesehatan pasien; dan
f. Instruksi tindak lanjut dan penjelaskan kepada pasien, termasuk nomor kontak yang dapat dihubungi dalam situasi darurat.
14. Informasi tentang resume pasien pulang yang diberikan kepada pasien/keluarga pasien pada saat pemulangan atau rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lain diperlukan agar pasien/keluarga pasien memahami tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil pelayanan
yang optimal.
15. Resume medis pasien paling sedikit terdiri atas:
a. Identitas Pasien;
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
c. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan; dan
d. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan.
16. Resume medis yang diberikan kepada pasien saat pulang dari rawat inap terdiri atas:
a. Data umum pasien;
b. Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan);
c. Pemeriksaan; dan
d. Terapi, tindakan dan / atau anjuran.
G. PELAYANAN RUJUKAN
1. Pelayanan rujukan dilakukan sesuai dengan ketentuan kebijakan dan prosedur.
2. Pelayanan rujukan dilaksanakan apabila pasien memerlukan penanganan yang bukan merupakan kompetensi dari fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
3. Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh Klinik, pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan
pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien, baik ke FKTRL, perawatan rumahan (home care), dan paliatif.
4. Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat pengantar rujukan yang meliputi kondisi
klinis pasien, prosedur, dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut
5. Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan prosedur, termasuk alternatif rujukan sehingga pasien dijamin dalam memperoleh pelayanan
yang dibutuhkan di tempat rujukan pada saat yang tepat.
6. Komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu dilakukan untuk memastikan kemampuan dan ketersediaan pelayanan di FKRTL.
7. Pada pasien yang akan dirujuk dilakukan stabilisasi sesuai dengan standar rujukan.
8. Pasien/keluarga terdekat pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang rencana rujukan yang meliputi:
a. Alasan rujukan
b. Fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya jika ada, sehingga pasien/keluarga dapat memutuskan fasili-
tas mana yang dipilih, serta
c. Kapan rujukan harus dilakukan.
9. Jika pasien perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lain, wajib diupayakan proses rujukan berjalan sesuai dengan kebutuhan dan pilihan
pasien agar pasien memperoleh kepastian mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan pilihan tersebut dengan konsekuensinya.
10. Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien (misalnya kebutuhan transportasi, petugas kompeten yang mendampingi, sarana medis,
dan keluarga yang menemani, termasuk pilihan fasilitas kesehatan rujukan) selama proses rujukan.
11. Selama proses rujukan pasien secara langsung, pemberi asuhan yang kompeten terus memantau kondisi pasien dan fasilitas kesehatan pener -
ima rujukan menerima resume tertulis mengenai kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan.
12. Pada saat serah terima di tempat rujukan, petugas yang mendampingi pasien memberikan informasi secara lengkap (SBAR) tentang kondisi
pasien kepada petugas penerima transfer pasien.
13. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, pada pasien yang dirujuk balik dari FKRTL dilaksanakan tindak lanjut sesuai dengan umpan ba-
lik rujukan dan hasilnya dicatat dalam rekam medis.
14. Jika klinik menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut atau fasilitas kesehatan lain, tindak lanjut di -
lakukan sesuai prosedur yang berlaku melalui proses kajian dengan memperhatikan rekomendasi umpan balik rujukan.
15. Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan pemantauan (monitoring) dan dokumentasi pelaksanaan rujuk balik.
Ditetapkan di : Talangpadang
Pada Tanggal : 06 Februari 2023
Pimpinan
Klinik Pratama Rawat Inap Husada

YOL FAIZAR

Anda mungkin juga menyukai