Anda di halaman 1dari 14

PENGGELAPAN DAN PENJUALAN TANAH WAKAF

MAKALAH

Disusun untuk memenui salah satu tugas mata kuliah Hukum Wakaf

Dosen Pengampu: : Agus Salide, S.H., M.H

Disusun Oleh :

Ahmad Alfarizi 1213010005


Ahmad Syafiq M I 1213010008
Amalia Aulia Adisti 1213010013
Azka Nur’azkiya 1213010022
Dudi Permadi 1213010038
Fadhila Nur Azizah F 1213010040
Fatwa Andika Zayyin A I 1213010048

JURUSAN HUKUM KELUARGA (AHWALUL SYAKHSIYAH)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita senantiasa panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala karena atas nikmat dan kehendaknya kami bisa menyelesaikan makalah\
tentang “Penggelapan Dan Penjualan Tanah Wakaf” ini sebagai tugas dari
matakuliah Hukum Wakaf.
Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada suri tauladan kita yakni
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada manusia
dan senantiasa diharapkan syafa’atnya.
Dan kami ucapakan terima kasih kepada Bapak Agus Salide S.H., M.H.
selaku dosen matakuliah Hukum Wakaf yang telah memberikan arahan dan
pemahaman tentang materi ini.
Harapan kami semoga para pembaca bisa memahami tulisan kami dengan
baik dan bisa mengambil manfaat darinya. Dan tentunya banyak juga kekurangan
dan kesalahan pada makalah ini, maka dari itu harapkan para pembaca bisa
memberikan kritik yang membangun agar kami menjadi lebih berkembang.

Bandung, Desember 2023

Kelompok 7

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................I
DAFTAR ISI...............................................................................................................II
BAB 1............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB 2............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Penjelasan Mengenai Penggelapan Tanah......................................................3
B. Penjelasan Mengenai Penjualan Tanah Wakaf...............................................4
C. Contoh Kasus Dari Penggelapan Tanah Wakaf..............................................7
BAB 3............................................................................................................................9
PENUTUP....................................................................................................................9
A. Simpulan.........................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

II
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggelapan dan penjualan tanah wakaf merupakan isu yang meruncing
di tengah-tengah masyarakat saat ini. Tanah wakaf, sebagai aset yang
diamanahkan untuk kepentingan umum dan kemanfaatan sosial, seharusnya
menjadi pondasi bagi upaya pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, sayangnya, fenomena penggelapan dan penjualan tanah wakaf menjadi
tantangan serius yang mengancam integritas dan tujuan awal dari lembaga wakaf.
Dampak dari penggelapan dan penjualan tanah wakaf sangat merugikan
masyarakat secara keseluruhan. Hilangnya aset ini bukan hanya mengancam
keberlanjutan lembaga wakaf, tetapi juga berpotensi menghancurkan sistem
dukungan sosial yang seharusnya dihadirkan oleh wakaf. Tanah yang semula
diamanahkan untuk mendukung pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial
dapat berubah fungsi atau bahkan hilang dari peruntukannya yang seharusnya.
Dengan menyadari dan mengatasi isu penggelapan dan penjualan tanah
wakaf, masyarakat dapat bersama-sama melindungi warisan sosial ini dan
memastikan bahwa aset yang telah diamanahkan untuk kemanfaatan umum tetap
berkontribusi positif bagi keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.
Wakaf, sebagai institusi sosial dalam ajaran Islam, telah memainkan
peran sentral dalam mendukung pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
Prinsip dasar wakaf adalah pengalihan kepemilikan aset kepada Tuhan untuk
kepentingan umum, dan salah satu sektor yang secara tradisional diamanahkan
oleh wakaf adalah pendidikan. Hubungan antara wakaf dan pendidikan
menciptakan fondasi kuat untuk pembangunan sosial dan intelektual suatu
masyarakat.

1
Meskipun hubungan wakaf dengan pendidikan telah memberikan
kontribusi positif yang signifikan, tantangan tetap ada. Pengelolaan wakaf yang
kurang efisien, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai wakaf,
dan perubahan dinamika sosial dapat mengancam keberlanjutan kontribusi wakaf
terhadap sektor pendidikan.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya lebih lanjut untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya wakaf dalam pendidikan,
meningkatkan transparansi dalam pengelolaan wakaf, dan menggalang dukungan
masyarakat serta lembaga pemerintah agar wakaf dapat terus berperan sebagai
katalisator pembangunan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan
demikian, hubungan wakaf dengan pendidikan dapat terus memberikan manfaat
bagi perkembangan masyarakat dan generasi yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah pada
makalah ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Bagaimana penjelasan mengenai penggelapan tanah, termasuk pengertian
dan dasar hukumnya?
2. Bagaimana penjelasan mengenai penjualan tanah wakaf, termasuk
pengertian dan dasar hukumnya?
3. Bagaimana contoh kasus dari penggelapan tanah wakaf?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana penjelasan mengenai penggelapan tanah.
2. Untuk mengetahui bagaimana penjelasan mengenai penjualan tanah
wakaf.
3. Untuk mengetahui bagaimana contoh kasus dari penggelapan tanah wakaf

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Penjelasan Mengenai Penggelapan Tanah


1. Pengertian Penggelapan Tanah Wakaf
Penggelapan merupakan suatu Tindakan tidak jujur dengan
menyembunyikan baranag atau harta orang lain oleh satu orang atau lebih
tanpa sepengetahuan pemilik barang dengan tujuan untuk mengalik-milik
(pencurian) menguasai atau digunakan untuk tujuan lain.
Jadi jika merujuk dari definisi diatas dapat diartikan perbuatan
menggelapkan tanah dapat dikatakan sebagai penggelapan tanah jika ia
menguasai secara melawan hukum tanah tersebut yang seharusnya atau
sebagiannya merupakan kepunyaan orang lain yang berada padanya bukan
karena kejahatan, dengan cara mengalihkan hak miliknya menjadi milik
pribadi.
R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal
menyatakan bahwa penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan
pencurian tetapi pada penggelapan pada waktu dimilikinya barang tersebut,
sudah ada di tangannya tidak dengan jalan kejahatan/melawan hukum. 1
Unsur-unsur penggelapan yang harus terpenuhi adalah:
1. Barang siapa (ada pelaku);
2. Dengan sengaja dan melawan hukum;
3. Memiliki barang sesuatu yang seluruh atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain;
4. Barang tersebut ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan

1
R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia. Hlm 258.

3
2. Dasar Hukum Penggelapan Tanah Wakaf
Untuk dasar hukum penggelapan diatur didalam pasal 372 KUHP “
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada
dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan,
dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling
banyak Rp900 ribu. Ancaman pidana berupa denda sebesar Rp 900,- yang
terdapat dalam Pasal 373 KUHP telah disesuaikan berdasarkan pasal 3
peraturan mahkamah agung republic Indonesia no 2 tahun 2012 tentang
penyesuaian Batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP :
Tiap jumlah maksimum hukuman denda yang diancamkan dalam
KUHP kecuali pasal 303 ayat 1 dan ayat 2, 303 bis ayat 1 dan ayat 2,
dilipatgandakan menjadi 1.000 (seribu) kali. Berdasarkan ketentuan tersebut,
maka pidana denda yang diatur dalam Pasal 372 KUHP menjadi paling
banyak Rp 900 ribu.

B. Penjelasan Mengenai Penjualan Tanah Wakaf


1. Pengertian Penjualan Tanah Wakaf
Tanah wakaf adalah melestarikan manfaat tanah untuk kepentingan
umum seperti pembangunan prasarana keagamaan baik untuk
pembangunan masjid, madrasah, pesantren, sekolah, kampus perguruan
tinggi, tanah pemakaman, rumah-rumah perlindungan anak yatim, dan lain-
lain.2
2. Dasar Hukum Penjualan Tanah Wakaf
a. Dalam Hukum Islam
Pasal 225 Kompilasi Hukum Islam ditentukan, bahwa benda yang
telah diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan atau penggunaan lain
dari pada yang dimaksud dalam ikrar wakaf. Penyimpangan dari
2
Supraptiningsih, Umi. 2012. Problematika Implementasi Sertifikasi Tanah Wakaf Pada
Masyarakat. Nuansa. Vol.9. No.1. Hal 76.

4
ketentuan dimaksud hanya dapat dilakukan terhadap hal-hal tertentu
setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan berdasarkan saran dari Majelis Ulama
Kecamatan dan Camat setempat dengan alasan:
a) Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan
oleh wakif;
b) Karena kepentingan umum.
b. Dalam Hukum Positif
Pasal 40 UU Nomor 41 Tahun 2004 Tahun 2004 tentang Wakaf
perubahan status harta wakaf termasuk di dalamnya dilakukan jual-beli,
hibah, waris dan lain sebagainya adalah dilarang. Namun ada
pengecualiannya diperbolehkannya menjual tanah wakaf serta prosedur
dalam tata cara perubahan status harta wakaf termasuk menjual tanah
wakaf dalam Pasal 51 Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2004, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hukum Islam dan hukum Positif
memperbolehkan penjualan tanah wakaf sesuai prosedur yang berlaku
guna untuk mencapai tujuan wakaf yang baik dan produktif untuk
kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia.3
3. Penyelesaian Sengketa Tanah Wakaf
Penyelesaian sengketa wakaf berdasarkan tradisi hukum positif Indonesia
adalah4:
1. Non-Litigasi
1) Perdamaian dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR)
Dasar hukum penyelesaian sengketa di luar Pengadilan dapat
disampaikan sebagai berikut:
3
Jindan, Sayyidi. 2014. “Perbuatan Menjual Tanah Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam
dan Hukum Postitif (Perbuatan Menjual Tanah Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Postitif Serta Akibat Hukumnya)”. Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta. Hlm 85.
4
Abdullah, Junaidi., Qodin, Nur. 2014. Penyelesaian Sengketa Wakaf Dalam Hukum Positif.
Jurnal Wakaf dan Zakat. Ziswaf. Vo.1. No.1. Hlm 5.

5
 Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 14 Tahun 1970
berbunyi: “Semua peradilan di seluruh wilayah Republik
Indonesia adalah Peradilan Negara dan ditetapkan dengan
undang-undang”
 Pasal 1851 KUHPerdata menyatakan : “Perdamaian adalah
suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak, dengan
menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang,
mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun
mencegah timbulnya suatu perkara. Persetujuan ini tidaklah
sah, melainkan jika dibuat secara tertulis”.
 Pasal 1855 KUHPerdata 4) Pasal 1858 KUHPerdata 5)
Alternatif penyelesaian sengketa hanya diatur dalam satu
pasal yakni Pasal 6 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
2) Mediasi
Tata cara dan prosedur penyelesaian sengketa perwakafan Pasal
62 UU No. 41/2004 menjelaskan sebagai berikut:
 Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui
musyawarah untuk mencapai mufakat.
 Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berhasil, sengketa dapat diselesaikan melalui
mediasi, arbitrase, atau pengadilan.

Pasal 62 UU No. 41/2004 menjelaskan bahwa dalam


menyelesaikan permasalahan terhadap harta benda wakaf agar
terlebih dahulu mengutamakan sikap musyawarah untuk mencapai
mufakat.
2. Litigasi

6
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola
penyelesaian sengketa yang terdiri dari pihak yang diselesaikan oleh
pengadilan. Dalam kontek wakaf, Lembaga Peradilan Agama melalui
Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah dirubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama
telah menetapkan hal-hal yang menjadi kewenangan lembaga Peradilan
Agama. Adapun tugas dan wewenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara tertentu bagi yang beragama Islam dalam bidang
perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan
ekonomi syari’ah.
Undang-Undang Wakaf Nomor 41 tahun 2004 terdapat ketentuan
pidana, yaitu masih terbatas sasaran Nazdhir dan Pejabat Pembuat Akta
Ikrar Wakaf. Hal ini terjelaskan dalam pasal 67 ayat (1) dan ayat (3).

C. Contoh Kasus Dari Penggelapan Tanah Wakaf


Wakaf dilakukan oleh M.Yunus Buyung Puteh (alm), selaku orang tua
(ayah kandung) Penggugat dalam kasus ini, dimana Wakif mewakafkan sebidang
tanah untuk kepentingan Mesjid/Pesantren, kemudian terjadi pengalihan fungsi
terhadap tanah wakaf tersebut oleh pihak Tergugat I (Tgk.H.Saidi Ansari)
dengan Tergugat II ( Razali bin Toke Ubit). Maka dalam hal ini Penggugat
merasa keberatan, oleh karena Penggugat sebagai anak kandung pewakaf
sekaligus sebagai ahli waris, maka patut dinilai bahwa Penggugat mempunyai
kepentingan hukum atau legal standing dalam perkara ini.
Lalu Tergugat I (Tgk.H.Saidi Ansari) dengan Tergugat II ( Razali bin
Toke Ubit) melakukan pertukaran sepetak tanah, dimana pertukaran sepetak
tanah antara Tergugat I dengan Tergugat II dengan surat bukti Akta dibawah
tangan, yang hal ini merupakan penggelapan tanah wakaf, karena terdapat
tindakan peralihan hak, sehingga dapat menukarkan tanah wakaf. Oleh
Karenanya Mahkamah Syar’iyah Meulaboh telah dipertimbangkan sebagai

7
perbuatan yang tidak melalui prosedur hukum, dan karenanya harus dibatalkan.
Majelis Hakim berpendapat karena tidak melalui prosedur perbuatan itu tidak
syah, dan karena itu pula, Surat Keterangan Penukaran yang sah Sepetak Tanah
Kosong Milik Yayasan Pesantren Darul Hikmah Islamiyah Peunaga Rayeuk
dengan Tanah bilal Razali Ubit, harus dinyatakan tidak berkekuatan hukum.
Maka hakim dengan PUTUSAN Nomor : 38/Pdt.G/2012/MS-Aceh
Menyatakan, bahwa Surat Keterangan Penukaran Yang Sah Sepetak Tanah
Kosong, antara Tergugat I (Tgk.H.Saidi Ansari) dengan Tergugat II ( Razali bin
Toke Ubit), tidak berkekuatan hukum. Hakim juga Menghukum Terguggat I dan
II, untuk mengembalikan tanah wakaf yang ditukar tersebut kepada fungsi
asalnya ketika diwakafkan.

8
BAB 3

PENUTUP

A. Simpulan
Penggelapan tanah wakaf merujuk pada tindakan ilegal atau tidak sah
dengan mengambil alih atau menggunakan tanah wakaf untuk kepentingan
pribadi tanpa izin atau persetujuan yang sah. Dalam hal ini sering kali melibatkan
tindakan manipulasi dokumen atau perbuatan curang lainnya yang bertujuan
untuk merampas hak-hak wakaf. Penggelapan tanah wakaf juga bukan hanya
merupakan pelanggaran hukum, tetapi juga membawa dampak serius terhadap
aspek sosial, keagamaan, dan ekonomi masyarakat.
Penjualan tanah wakaf dapat terjadi secara sah jika dilakukan dengan
prosedur yang benar dan sesuai hukum. Namun, penjualan tanah wakaf menjadi
kontroversial jika tidak dilakukan dengan itikad baik, melibatkan manipulasi,
atau tidak menghormati tujuan awal wakaf. Hal ini juga dapat mengancam
keberlanjutan dan tujuan mulia wakaf. Dampak dari penjualan tanah wakaf tidak
hanya bersifat ekonomis, tetapi juga merayap ke ranah sosial, keagamaan, dan
moral, serta memberikan potensi risiko kehilangan aset yang seharusnya
bertujuan untuk kesejahteraan umat dan kepentingan umum.
B. Saran
Dalam hal untuk mencegah terjadinya penggelapan dan penjualan tanah
wakaf, penulis memberi saran sebagai berikut:
1. Penguatan hukum wakaf
Penyusunan undang-undang atau peraturan yang jelas dan tegas
mengenai perlindungan tanah wakaf dapat memberikan dasar hukum
yang kuat untuk mencegah penggelapan dan penjualan ilegal.
2. Transparansi dalam pengelolaan wakaf

9
Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas tanah wakaf harus
membuka informasi mengenai kepemilikan, penggunaan dana, dan
aspek-aspek lainnya secara terbuka kepada publik.
3. Pengawasan secara rutin
Melakukan pengawasan rutin terhadap pengelolaan wakaf dan tanah
wakaf serta menerapkan mekanisme pengawasan yang efektif dapat
membantu mendeteksi adanya tindakan penggelapan atau penjualan
yang tidak sah.
Dalam hal peran wakaf dalam bidang pendidikan, penulis memberi saran
sebagai berikut:
1. Pengembangan program beasiswa wakaf
Program ini dapat memberikan akses pendidikan kepada siswa
berprestasi namun kurang mampu, yakni dapat mencakup biaya
pendidikan, buku, seragam, dan kebutuhan pendidikan lainnya.
2. Pengembangan fasilitas pendidikan
Menggunakan dana wakaf untuk pembangunan atau peningkatan
fasilitas pendidikan, seperti laboratorium, perpustakaan, atau ruang
kelas, dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Junaidi., Qodin, Nur. 2014. Penyelesaian Sengketa Wakaf Dalam Hukum
Positif. Jurnal Wakaf dan Zakat. Ziswaf. Vo.1. No.1.
Jindan, Sayyidi. 2014. “Perbuatan Menjual Tanah Wakaf Dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Postitif (Perbuatan Menjual Tanah Wakaf Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Postitif Serta Akibat Hukumnya)”.
Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia.
Supraptiningsih, Umi. 2012. Problematika Implementasi Sertifikasi Tanah Wakaf
Pada Masyarakat. Nuansa. Vol.9. No.1.

11

Anda mungkin juga menyukai