Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN IMPLAN GIGI SEBAGAI ALTERNATIF GIGI TIRUAN

Artikel ini berjudul “PENGGUNAAN IMPLAN GIGI SEBAGAI ALTERNATIF GIGI


TIRUAN” yang ditulis oleh Stephani Dwiyanti dan Mora Octavia pada tahun 2019 dan
diterbitkan oleh Damianus Journal of Medicine. Artikel ini membahas kasus seorang pasien
perempuan berusia 36 tahun yang menghadapi kehilangan satu gigi molar bawah. Dalam
laporan kasus ini, penulis secara rinci menggambarkan prosedur pemasangan implan gigi
sebagai solusi penggantian gigi yang dipilih oleh pasien. Pengantar artikel memberikan
konteks yang baik, menjelaskan pentingnya penggunaan implan gigi dan memberikan
gambaran umum tentang manfaatnya, seperti kenyamanan dan ketahanan tinggi. Laporan
kasus memberikan pemahaman mendalam tentang kondisi pasien, keluhan yang dialami,
serta tahapan prosedur pemasangan implan.

Kelebihan artikel terletak pada struktur yang jelas, penggunaan bahasa ilmiah yang sesuai,
dan ketajaman deskripsi mengenai kasus pasien. Penggunaan kata kunci di bagian akhir
artikel juga memudahkan pembaca untuk mencari informasi terkait. Meskipun demikian, ada
beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan, seperti kurangnya pembahasan terkait risiko
atau kelemahan implan gigi dan ketidakseimbangan informasi antara deskripsi kasus dan
pembahasan alternatif perawatan.

Untuk meningkatkan artikel ini, disarankan untuk memberikan diskusi lebih mendalam
tentang aspek ekonomi perawatan, membahas risiko yang mungkin terkait dengan implan
gigi, dan memberikan informasi yang lebih seimbang antara kelebihan dan kekurangan
penggunaan implan gigi. Dengan menambahkan dimensi ini, artikel dapat menjadi lebih
komprehensif dan memberikan pandangan yang lebih holistik terkait prosedur penggantian
gigi menggunakan implan.
Titanium Alloys for Dental Implants: A Review

Artikel ini berjudul “Titanium Alloys for Dental Implants: A Review” yang ditulis oleh John
W. Nicholson pada tahun 2020, diterbitkan oleh Prosthesis. Artikel ini membahas
penggunaan paduan titanium untuk implan gigi dalam suatu tinjauan. Penelitian ini
didasarkan pada pencarian menggunakan PubMed, dengan jumlah referensi yang cukup
banyak yang diidentifikasi, kemudian difokuskan pada artikel dan laporan yang lebih baru
terkait biokompatibilitas dan daya tahan implan. Implan yang terutama terbuat dari titanium
telah digunakan sejak sekitar tahun 1981 untuk pembuatan implan gigi. Paduan utamanya
adalah titanium murni komersial (cpTi) dan Ti-6Al-4V, keduanya memberikan tingkat
keberhasilan klinis hingga 99% dalam 10 tahun.

Kedua paduan tersebut biokompatibel saat berkontak dengan tulang dan jaringan gusi serta
mampu mengalami osteointegrasi. Penelitian terhadap paduan titanium baru yang
dikembangkan untuk ortopedi menunjukkan sedikit keunggulan sebagai implan gigi. Hasil
utama dari tinjauan ini adalah bahwa paduan cpTi dan Ti-6Al-4V adalah bahan yang sangat
memuaskan, dan sedikit kemungkinan untuk meningkatkan mereka dalam konteks
kedokteran gigi. Kesimpulannya adalah bahwa bahan-bahan ini akan terus digunakan untuk
implan gigi dalam waktu yang dapat diprediksi.

Artikel ini memberikan pemahaman mendalam tentang struktur dan sifat-sifat paduan
titanium yang digunakan sebagai implan gigi. Dengan menguraikan data komposisi dan sifat
mekanik dari paduan tersebut, penulis menjelaskan bahwa cpTi dan Ti-6Al-4V memiliki daya
tahan korosi yang baik, serta mampu osseointegrasi. Artikel ini juga menyentuh pemrosesan
permukaan implan dan pentingnya kekasaran permukaan untuk interaksi yang baik dengan
tulang.

Diskusi tentang biokompatibilitas adalah bagian integral dari artikel, dengan penekanan pada
perilaku korosi yang mempengaruhi biokompatibilitas. Berbagai perlakuan permukaan untuk
meningkatkan biokompatibilitas, seperti perlakuan asam dan alkali, diuraikan dengan jelas.
Selain itu, artikel membahas pengaruh paduan terhadap kesehatan jaringan dan efek sistemik
yang dapat terjadi dalam kasus yang sangat jarang.

Penulis menggarisbawahi bahwa cpTi dan Ti-6Al-4V adalah pilihan yang sangat baik untuk
implan gigi, namun menyiratkan bahwa sedikit kemungkinan peningkatan dalam hal bahan
pada masa mendatang. Tinjauan artikel ini memberikan pandangan holistik tentang
penggunaan paduan titanium dalam kedokteran gigi, mencakup aspek teknis, biologis, dan
klinis.
Perbandingan Pemasangan Implan Dental Single-Tooth Loss: Faktor Risiko dan
Penyulit

Artikel ini berjudul “Perbandingan Pemasangan Implan Dental Single-Tooth Loss: Faktor
Risiko dan Penyulit” ditulis oleh Jessica Ratri Suryoputri dan Yessy Ariesanti, diterbitkan
oleh Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu.

Kehilangan gigi atau edentulous merupakan tantangan umum dalam praktek kedokteran gigi.
Kejadian ini sering kali terjadi pada pasien dewasa, terutama pada gigi posterior seperti
premolar dan molar. Restorasi implan dental telah menjadi pilihan perawatan utama dalam
mengatasi masalah ini. Meski demikian, perlu dicatat bahwa beberapa faktor, termasuk
penyakit sistemik, dapat memengaruhi hasil dari prosedur ini. Hipertensi, sebagai salah satu
penyakit sistemik umum, dapat menjadi faktor risiko yang mempengaruhi pemasangan
implan dental.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan proses pemasangan implan dental pada kasus
kehilangan satu gigi antara pasien tanpa penyakit sistemik dengan pasien yang memiliki
riwayat hipertensi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sistem implan dental yang
sama dan dalam rentang waktu yang serupa.

Kasus pertama melibatkan pasien perempuan berusia 43 tahun tanpa riwayat penyakit
sistemik yang menjalani pemasangan implan dental di wilayah gigi posterior kanan bawah.
Pemasangan implan pada gigi 46 berlangsung lancar, osseointegrasi berhasil, dan
pemasangan mahkota restoratif dilakukan dengan presisi.

Kasus kedua melibatkan pasien laki-laki berusia 49 tahun dengan keluhan kehilangan gigi di
wilayah posterior kiri bawah. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan mengonsumsi
Amlodipine 5 mg sekali sehari. Meskipun osseointegrasi berjalan dengan baik, pada tahap
membuka sekrup, terjadi pertumbuhan tulang yang menutupi permukaan sekrup penutup.
Oleh karena itu, diperlukan pengangkatan pertumbuhan tulang dengan menggunakan round
bur.

Pada tahap pengambilan cetakan, terjadi pembesaran gusi atau pertumbuhan berlebihan yang
hampir menutupi jalur pemasangan mahkota. Gingivektomi harus dilakukan sebelum
mengambil cetakan untuk mencapai pemasangan mahkota yang presisi. Faktor risiko pada
kasus kedua adalah konsumsi Amlodipine 5 mg harian, yang menyebabkan pertumbuhan
berlebihan tulang dan jaringan lunak di sekitar sekrup penutup dan fixture implan.
Studi ini menunjukkan perbedaan dalam hasil pemasangan implan dental antara pasien tanpa
penyakit sistemik dan pasien dengan riwayat hipertensi yang mengonsumsi obat Amlodipine
5 mg setiap hari. Faktor risiko yang menyebabkan kesulitan pada tahap prostetik adalah
adanya pertumbuhan berlebihan tulang dan jaringan lunak alveolar. Oleh karena itu, penting
bagi dokter gigi untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemasangan implan dental.

Anda mungkin juga menyukai