1. Menurut anda sebagai seoraang environmental engeneering, bagaimanakah penanganan
bencana yang terdapat di indonesia? 2. Bagaimana karakter ancaman yang paling dekat dengan kita? (dilhat di InaRISK Personal) 3. Apa kapasitas dan kerentanan kita (masyarakat pemerintah swasta) sehingga ancaman menjadi resiko?
Jawaban:
1. Menurut saya sebagai seorang environmental engineering, penanganan bencana di Indonesia
cukup baik karena sudah terstruktur dan terlembaga. Hal ini dibuktikan dengan adanya BNPB, BPBD, dan Basarnas. Namun masih terdapat kekurangan dari beberapa aspek. Dikutip dari Dr Inosentius Samsul, Kepala Pusat Perancangan Undang-undang pada Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat yang diwawancarai VOA Indonesia, pada tahun 2016 terjadi bencana mencapai lebih dari 2300 bencana sedangkan jumlah pegawai BNPB di seluruh Indonesia hanya 894 orang pada saat itu. Kemudian menurut laman Pinter Politik yang diterbitkan tahun 2017 dalam “Indonesia Krisis Mitigasi Bencana?” menyebutkan bahwa jika dilihat dari anggaran, dana penanggulangan bencana yang ada di BNPB jumlahnya terbilang minim. Pada APBN 2017, BNPB hanya memperoleh dana sebesar Rp 735 miliar. Dari total tersebut hanya Rp 435 miliar yang dianggarkan untuk penanggulangan bencana. Memang ada dana on-call yang mencapai Rp 4 triliun, tetapi jika dibanding dengan kerugian yang kerap diderita angka tersebut tergolong rendah.” Harapannya kedepan pemerintah lebih meningkatkan perhatian terhadap kebencanaan memgingat posisi Indonesia yang berada di ring of fire yang rawan terhadap bencana. 2. Daerah tempat tingggal saya berada di Kota Salatiga. Karakter Ancaman yang berada di daerah saya menurut InaRISK Personal yaitu ada tiga ancaman yakni : a. Covid-19, kelas bahaya sedang. Pemicu terjadinya ancaman virus yang menyebar dengan cepat memiliki dampak yang besar. Kecepatan penyebaran virus dan dampak yang dialami manusia menjadi faktor yang menentukan kekuatan ancaman. Kecepatan hadirnya sangat cepat, sedangkan kecepatan pergi lama menimbulakn dampak negatif yang besar. Pola perulangan orang yang terkena covid sering. Lama waktu kejadian lama. Cakupan ancaman sangat luas. Posisi kedudukan unsur berisiko terhadap sumber ancaman dekat. b. Banjir, kelas bahaya rendah. Jika terjadi banjir maka penyebab bisa karena hujan yang berkepanjangan, daerah resapan air kurang, saluran air tidak dapat mengalirkan air dengan baik, ketinggian daerah yang terdampak lebih rendah dari daerah sekitarnya. Faktor yang menentukan kekuatan ancaman yaitu curah hujan dan ketinggian air banjir. Kecepatan kehadiran dan perginya ancaman cepat sehingga dampak yang ditimbulkan juga sedikit. Pola perulangan jarang terjadi. Lama waktu kejadian juga tidak lama. Daerah yang terdampak tidak besar. Posisi kedudukan unsur berisiko terhadap sumber ancaman jauh. c. Gempa bumi, kelas bahaya rendah. Jika terjadi gempa bumi penyebabnya bisa karena erupsi gunung berapi atau pergerakan lempeng. Faktor yang menentukan kekuatan ancaman yaitu kekuatan gempa. Kecepatan kehadiran dan perginya ancaman cepat sehingga dampak yang ditimbulkan juga tidak besar. Pola perulangan gempa di Salatiga jarang. Durasi saat terjadi gempa juga tidak berlangsung lama. Daerah cakupan ancaman bisa luas atau sempit. Posisi kedudukan unsur berisiko terhadap sumber ancaman tergantung dari sumber gempa. 3. Kapasitas dan kerentanan a. Covid-19 Kapasitas: Peraturan PSBB yang diberlakukan pemerintah; penyediaan fasilitas seperti cuci tangan dan rambu/himbauan jaga jarak oleh pihak swasta; kebiasaan memakai masker setiap keluar dari rumah, menjaga jarak, sedia handsanitizer kemanapun pergi. Kerentanan: Masyarakat yang masih tidak mau untuk menerapkan perilaku sehat, pola piker masyarakat yang menanggap remeh dampak covid-19. b. Banjir Kapasitas: Penataan sistem saluran air sehingga tidak terjadi overload air; sosialisasi mengenai pencegahan dan dampak dari banjir. Kerentanan: Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah di saluran air; mengubah daerah resapan air sehingga daerah resapan berkuran. c. Gempa Kapasitas: Pembuatan rambu untuk jalur evakuasi; sosialisasi kepada masyarakat hal-hal yang harus dilakukan ketika terjadi gempa; pembuatan bangunan anti gempa. Kerentanan: Terjadinya gempa tidak bisa diprediksi secara pasti kapan terjadinya sehingga kita baik masyarakat, pemerintah, maupun swasta harus selalu siap.