Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 4

1. Devi Apriani (51121008)


2. Maria Ulva (51121013)
3. Rezi Febriansyah (51121020)
4. Suriani (51121024)
5. Tiara (51121028)

MODUL PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK II


“ PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK KERACUNAN GAS CO “

A. Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan
mengetahui jenis jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk pemeriksaan
keracunan gas CO dengan baik dan benar
Kompetensi khusus
1. Praktikum dapat mengetahui prosedur kerja pemeriksaan gas Co
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan latihan mandiri
2. Belajar secara kelompok sesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Dasar Teori
Karbon monoksida (CO) merupakan silent killer karena sifat fisiknya yang tidak
berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau, tetapi dalam konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan kematian pada manusia yang terpapar dengan cepat. Gas CO yang masuk
dalam tubuh melalui sistem pernapasan terdifusi melalui membran alveolar bersama-
sama dengan oksigen (O2). Setelah larut dalam darah, CO berikatan dengan
hemoglobin membentuk COHb. Ikatan antara CO dan Hb terjadi dalam kecepatan yang
sama antara ikatan O2 dan CO, tetapi ikatan untuk CO 245 kali lebih kuat daripada O2.
Jadi antara CO dan O2 bersaing untuk berikatan dengan hemoglobin, tetapi tidak seperti
oksigen yang mudah melepaskan diri dari hemoglobin, CO mengikat lebih lama (Intan
Retno Dewanti, 2018).

1
Ketika karbon monoksida (CO) masuk ke dalam tubuh manusia dapat
mengurangi jumlah oksigen yang masuk ke dalam tubuh dan jaringan. Ketika gas
karbon monoksida (CO) tercampur dengan Hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam
darah sehingga menjadi COHb (Karbon monoksida hemoglobin). Afinitas untuk
hemoglobin 200-250 kali dari oksigen. Dengan adanya karbon monoksida, molekul
hemoglobin dengan cepat akan cepat menjadi jenuh dengan karbon monoksida
sehingga tidak dapat mengangkut oksigen (Vriska V. Rambing et al, 2022).
Gas CO sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia karena akan menggantikan
posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah. Tahap pertama, O2 akan
kalah bersaing dengan CO saat berikatan dengan hemoglobin. Ikatan antara CO dengan
hemoglobin membentuk carboxyhaemoglobin yang jauh lebih kuat 200 kali
dibandingkan dengan ikatan antara O2 dengan hemoglobin. CO juga berpotensi
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf (Shaniz Fajri Hayati et al, 2021).
Uji kualitatif berikut relatif tidak sensitive dan hanya bermanfaat dalam
diagnosis keracunan karbon monoksida akut. Apabila hasil uji positif diperoleh, maka
baik karboksihemoglobin (HbCO) darah maupun konsentrasi karbon monoksida dalam
nafas yang terhisap harus segera diukur tanpa penundaan. Metode kuantitatif untuk
menentukan HbCO darah yang diuraikan di bawah ini akan memberikan hasil yang
lebih sensitive dan bermanfaat untuk mengetahui konsentrasi HbCO untuk orang
normal (tidak tercemar HbCO) sampai dengan konsentrasi HbCO bagi orang yang
keracunan karbon monoksida (Baterun Kunsah et al, 2019).
D. Peralatan
a. Uji Kualitatif
1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Batang pengaduk
b. Uji Kuantitatif
1. Cawan petri
2. Pipet volume & pipet otomatis
3. Gelas arloji
4. Spuit/disposable syringe
5. Spektrofotometer & kuvet
6. Timbangan analitik

2
E. Reagensia
a. Uji Kualitatif
1. Larutan ammonium hidroksida dalam aquadest (0,01 mol/L)
b. Uji Kuantitatif
1. Larutan PdCl2
2. HCl 0,01 N
3. Larutan KI 5%
4. Larutan H2SO4 5N
F. Prosedur Kerja
a. Uji Kualitatif
1. Dipipet 0,1 ml darah,diletakkan dalam tabung
2. Lalu ditambahkan dengan 2 ml larutan ammonium hidroksida (0,01ml/L)
3. Kemudian aduk dengan pengaduk vortex
b. Uji Kuantitatif
1. Cuci cawan Conway dengan teepol dan bilas dengan aquadest
2. Olesi bagian cawan yang diasah dengan vaselin
3. Letakkan cawan Conway dalam posisi miring dengan bagian yang bersekat
terletak di bawah
4. Isi cawan Conway dengan :
A: 1,5 ml aquadest
B: 0,2 ml H2SO4 5 N
C: 1 ml larutan PdCl2 Setelah diisi cawan Conway segera ditutup
5. Darah diambil dari pembuluh vena dengan spuit, tuangkan dalam gelas arloji
6. Tutup cawan Conway di buka sedikit, pipet darah 0,5 ml, masukkan pada bagian
A (air) dan cawan Conway segera ditutup kemudian homogenkan dengan
H2SO4 (bagian B). Diamkan selama 1,5 jam
7. Setelah 1,5 jam , tutup cawan Conway dibuka dan dipipet 0,25 ml larutan PdCl2
(bagian C)
8. Tuangkan isi pipet kedalam labu ukur 25 ml yang sebelumnya telah diisi dengan
10 ml aquadest dan 1 ml KI 5 %
9. Encerkan dengan aquadest sampai tanda dan ukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada  420 nm

3
10. Hitung konsentrasi CO dari absorban tersebut diatas dengan kurva kalibrasi
(Baterun Kunsah et al, 2019).
c. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Timbang 0,225 gram PdCl2, larutkan dengan 10 ml HCl 0,01 N dengan
pemanasan 500C
2. Setelah dingin pindahkan kedalam labu ukur 250 ml dan encerkan dengan HCl
0,01 N sampai tanda
3. Siapkan 6 labu ukur 25 ml dan masing-masing diisi dengan 10 ml aquadest dan
1 ml larutan KI 5 %.
4. Selanjutnya isikan larutan PdCl2 pada labu ukur nomer 1 sampai nomer 6
masing-masing : 0,00 ml ; 0,05 ml ; 0,10 ml ; 0,15 ml ; 0,20 ml ; 0,25 ml.
5. Tambahkan aquadest sampai batas pada masing-masing labu ukur tersebut di
atas
6. Ukur absorbansi masing-masing larutan tersebut di atas pada  420 nm dan
buatlah kurva kalibrasinya (persamaan garisnya) (Baterun Kunsah et al, 2019).
G. Interpretasi Hasil
Warna relatif merah muda bila dibandingkan dengan warna yang diperoleh dari hasil
pengujian specimen darah normal menunjukkan adanya karboksihemoglobin (HbCO).
Sianida memberikan hasil serupa, tetapi keracunan akut sianida umumnya lebih jarang
terjadi daripada keracunan akut karbon monoksida
H. Daftar Penilaian Tindakan Prosedur
No. Kegiatan Ya Tidak Perlu Catatan
Latihan
1 Mempersiapkan alat dan bahan
dengan benar
2 Mengetahui apa saja pemeriksaan
laboratorium yang digunakan
untuk pemeriksaan gas CO

I. Evaluasi
Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja dalam
panduan praktikum

4
J. Daftar Referensi
Baterun Kunsah Et Al. (2019). Modul Praktikum Toksikologi Klinik. Surabaya :
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Intan Retno Dewanti. (2018). Identifikasi Paparan Co, Kebiasaan, Dan Kadar Cohb
Dalam Darah Serta Keluhan Kesehatan Di Basement Apartemen Waterplace,
Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 10, No. 1
Shaniz Fajri Hayati Et Al. (2021). Perbedaan Kadar Carboxyhaemoglobin (Cohb)
Dalam Darah Pada Petugas Parkir Di Area Terbuka Dan Tertutup Di Kota
Purwokerto. Jurnal Kesehatan Rajawali. Vol. Xi, No. 02
Vriska V. Rambing Et Al. (2022). Literature Review: Gambaran Risiko Kesehatan Pada
Masyarakat Akibat Paparan Gas Karbon Monoksida (Co). Jurnal Kesmas. Vol.
11, No. 4

Anda mungkin juga menyukai