Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BESARAN DAN PENGUKURAN PANJANG


DALAM TEKNIK SIPIL

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Nurakmal ( 231070054 )
2. Nabil AN ( 231070004 )
3. Andi Baswan Darwis ( 231070014 )
4. Aulia Nasdatiningrum ( 231070012 )

KELAS B
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
TAHUN AJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME dan dengan rahmat dan
karunianya, makalah Fisika ini yang berjudul Besaran dan Pengukuran Panjang Dalam
Teknik Sipil dapat di buat sebagai tugas kami. Sebagai bahan pembelajaran kami, dengan
harapan dapat di terima dan di pahami secara bersama.
Dalam batas-batas tertentu makalah ini memuat tentang besaran, satuan, pengukuran
dan sayarat-syarat angka penting. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata pelajaran
Fisika. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Akhirnya dengan kerendahan hati kami meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan atau penguraian makalah kami dengan harapan dapat di terima oleh Bapak
Muhammad Irsyam, ST., M.SI, IPM selaku dosen pengampu dan dapat di jadikan sebagai
acuan dalam proses pembelajaran kami.

Batam, 24 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah..............................................................................................................2
1.4 Tujuan Pembuatan Makalah........................................................................................2
1.5 Manfaat Pembuatan Makalah.....................................................................................2
1.6 Sistematika Penulisan....................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................3
LANDASAN TEORI...............................................................................................3
2.1 Pengertian Besaran....................................................................................3
2.3 Pengertian Satuan......................................................................................4
BAB III.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................5
3.1 Konsep Besaran.........................................................................................5
3.2 Keterkaitan Besaran Panjang Pada Kontruksi Teknik Sipil......................5
3.3 Teknik Pengukuran Dalam Infrastruktur Teknik Sipil..............................6
3.4 Angka Penting Pada Pengukuran Suatu Kontruksi.................................13
BAB IV...................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
4.1 Kesimpulan..............................................................................................16
4.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat ukur adalah alat yang sangat penting bagi kehidupan sehari hari yang
digunakan untuk mempermudah pekerjaan maupun mempermudah aktivitas kita.
Alat ukur yang di gunakan dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita temui
adalah alat ukur dari besaran pokok. Berbagai macam alat ukur dari besaran
pokok inilah yang mempermudah kita mengetahui beberapa hasil dan pengukuran
yang didapat. Namun yang sering kita temui dan kita gunakan dari 7 besaran
pokok yang ditetapkan dalam satuan internasional berupa panjang, suhu, massa,
waktu, intensitas cahaya, dan jumlah zat.
Dalam bidang teknik sipil, itu tidak terlepas dari berbagai pengukuran
yang digunakan salah satunya adalah besaran panjang. Di era modern ini,
infrastruktur jalan raya menjadi salah satu komponen kunci yang mendukung
pertumbuhan ekonomi, sebelum pembangunan atau perbaikan jalan dimulai,
perencanaan dan desain harus dilakukan dengan cermat. Dengan mengetahui
panjang jalan yang akan dibangun atau diperbaiki, dapat dihitung kebutuhan
material, estimasi biaya, serta perencanaan teknis lainnya dengan lebih tepat.
Ketepatan panjang jalan memastikan bahwa semua elemen konstruksi,
seperti drainase, marka jalan, atau perlengkapan keselamatan lainnya, ditempatkan
dengan tepat. Hal ini vital untuk keselamatan pengguna jalan dan mengurangi
risiko kecelakaan. Dalam dunia teknik sipil, pengukuran panjang memiliki
peranan yang sangat vital. Sebagai disiplin ilmu yang berfokus pada perancangan,
konstruksi, dan pemeliharaan struktur infrastruktur fisik, teknik sipil memerlukan
keakuratan dan ketelitian dalam setiap aspek pekerjaannya. Salah satu aspek yang
seringkali menjadi fokus utama adalah dimensi panjang dari berbagai elemen
infrastruktur yang dibangun, seperti jalan, jembatan, bendungan, gedung, dan
banyak lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah dalam pengukuran jalan bisa digunakan besaran panjang?
2. Bagaimana keterkaitan besaran panjang pada kontruksi teknik sipil?
3. Bagaimana cara mengukur jalan menggunakan besaran panjang pada
teknik sipil?
1.3 Batasan Masalah
1. Besaran panjang dalam pengukuran jalan.
2. Hubungan besaran panjang pada bidang kontruksi teknik sipil.
3. Mengukur jalan menggunakan besaran panjang dalam aplikasi teknik
sipil.
1.4 Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui konsep besaran dalam fisika.
2. Menganalisis hubungan besaran panjang dalam bidang teknik sipil.
3. Untuk mengetahui konsep pengukuran besaran dalam aplikasi teknik
sipil.
1.5 Manfaat Pembuatan Makalah
Kami dapat memahami bagaimana konsep besaran panjang dalam
bidang teknik sipil. Manfaat yang dapat diperoleh oleh pembaca setelah
membaca makalah ini adalah pembaca akan mendapatkan pengetahuan-
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai besaran serta hubungannya
dengan teknik sipil. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat berguna bagi
kelangsungan proses belajar mengajar sebagai pedoman dalam
penyusunan makalah yang sejenis, khususnya untuk mata kuliah Fisika.
1.6 Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan berisikan tentang latar belakang permasalahan,
perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah,
serta sistematika penuluisanpenulisan, dan sistematika penulisan.
Bab 2 Landasan Teori tentang teori besaran panjang yang
digunakan dalam penulisan makalah .
Bab 3 Pembahasan membahas bagaimana konsep besaran panjang
dan hubungan dalam bidang teknik sipil.
Bab 4 kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka, misalnya panjang, luas, volume, dan kecepatan. Sementara itu, warna,
rasa, bukan termasuk besaran karena tidak dapat diukur dan dinyatakan
dengan angka. Besaran dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran
pokok, dan besaran turunan.
a). Besaran Turunan
Besaran Turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari
satuan besaran pokok. Diturunkan artinya dijabarkan atau diperoleh dari
penggabungan dengan cara perkalian atau pembagian. Volume misalnya,
berasal dari satu besaran pokok, yaitu panjang, sedangkan kecepatan berasal
dari dua besaran pokok, yaitu panjang dan waktu.

Besaran Turunan Nama Satuan Lambang Satuan


Kecepatan Meter/sekon m/s
Massa jenis Kilogram/meter3 Kg/m3
Luas Meter2 m2
Volume Meter3 m3
Gaya Newton N
Energi Newton.meter = joule N.m = j

b). Besaran Pokok


Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan
terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Terdapat tujuh besaran
pokok yaitu panjang (meter), massa (kilogram), waktu (sekon), suhu (kelvin),
kuat arus (ampere), intensitas cahaya (candela), jumlah zat (mol).

Besaran Satuan Lambang Satuan


Panjang Meter M
Massa Kilogram Kg
Waktu Sekon S
Suhu Kelvin K
Kuat Arus Ampere A
Intensitas Cahaya Candela Cd
Jumlah Zat Mol Mol

2.2 Satuan
Satuan adalah sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran.
Setiap besaran mempunyai satuan masing-masing, tidak mungkin dalam 2
besaran yang berbeda mempunyai satuan yang sama. Apa bila ada dua besaran
berbeda kemudian mempunyai satuan sama maka besaran itu pada hakekatnya
adalah sama. Sebagai contoh Gaya (F) mempunyai satuan Newton dan
Berat(w) mempunyai satuan Newton. Besaran ini kelihatannya berbeda tetapi
sesungguhnya besaran ini sama yaitu besaran turunan gaya.
Sistem Satuan Internasional (nama aslinya dalam bahasa Perancis:
Système International d'Unités atau SI) adalah bentuk modern dari sistem
metrik dan saat ini menjadi sistem pengukuran yang paling umum digunakan.
Sistem ini terdiri dari sebuah sistem satuan pengukuran yang koheren terdiri
dari 7 satuan dasar. Sistem ini mendefinisikan 22 satuan, dan lebih banyak lagi
satuan turunan. Sistem ini juga memunculkan satu set terdiri dari 20 prefiks
pada nama dan simbol satuan yang dapat digunakan untuk perkalian dan
pembagian satuan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konsep Besaran


Besaran itu sesuatu yang dapat diukur, serta dapat dinyatakan dengan
angka dan memiliki satuan. Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat
dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu besaran Fisika yaitu besaran yang
diperoleh dari pengukuran, Karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada
alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran fisika
karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca. Selain itu besaran
non Fisika yartu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini
tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh
besaran non fisika adalah Jumlah.
3.2 Keterkaitan Besaran Panjang Pada Kontruksi Teknik Sipil
Dalam dunia teknik sipil, pembangunan jalan merupakan salah satu
aspek yang memerlukan keakuratan dan ketelitian dalam pengukuran.
Besaran panjang menjadi salah satu komponen penting dalam proses tersebut.
Makalah ini akan membahas tentang peran besaran panjang dalam
pengukuran jalan dalam konteks teknik sipil. Pentingnya Pengukuran Panjang
dalam Pembangunan Jalan yang dimana jalan merupakan infrastruktur yang
menghubungkan antar daerah dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta
mobilitas masyarakat. Oleh karena itu, ketepatan pengukuran panjang jalan
sangat penting untuk memastikan keselamatan, efisiensi, dan kualitas
konstruksi.
Pada proses pengukuran, alat ukur merupakan bagian terpenting dari
sebuah pengamatan. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari
sesungguhnya kita tidak pernah luput dari kegiatan pengukuran. Kita
mengukur tinggi suatu jembatan, mengukur panjang jalan, lebar dan luas
bangunan itu semua merupakan bentuk aktivitas pengukuran. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pengukuran merupakan bagian dari
kehidupan manusia. Melalui hasil pengukuran kita bisa membedakan antara
satu dengan yang lainnya. Pengukuran agar memberikan hasil yang baik
maka haruslah menggunakan alat ukur yang memenuhi syarat.
Suatu alat ukur dikatakan baik bila memenuhi syarat yaitu valid
(sahih) dan reliable (dipercaya). Disamping ke dua syarat di atas, ketelitian
alat ukur juga harus diperhatikan. Semakin teliti alat ukur yang digunakan,
maka semakin baik kualitas alat ukur tersebut. Mengukur pada hakikatnya
adalah membandingkan suatu besaran dengan suatu besaran yang sudah
distandar. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mistar,
jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengukuran berat menggunakan
neraca dengan berbagai ketelitian, mengukur kuat arus listrik menggunakan
ampermeter, mengukur waktu dengan stopwatch, mengukur suhu dengan
termometer, dan lain sebagainya. Mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup,
neraca, termometer merupakan alat ukur yang sudah distandar. Penggunaan
alat ukur yang sudah distandar, maka siapapun yang melakukan pengukuran,
dimanapun pengukuran itu dilakukan, dan kapanpun pengukuran itu
dilaksanakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

3.3 Teknik Pengukuran Dalam Infrastruktur Teknik Sipil


Dalam aplikasi teknik sipil, pengukuran besaran panjang menjadi
salah satu kegiatan dasar yang sangat krusial. Mengukur panjang dengan tepat
adalah langkah awal yang esensial sebelum melangkah ke tahap desain,
pembangunan, atau renovasi suatu proyek infrastruktur. Pengukuran besaran
panjang bisa dilakukan dengan menggunakan mistar, jangka sorong, atau
mikrometer sekrup.
1. Mistar
Mengukur menggunakan mistar adalah salah satu metode pengukuran
yang paling sederhana dan umum digunakan dalam berbagai konteks, baik di
sekolah, laboratorium, maupun dalam berbagai bidang industri. Mistar
biasanya terbuat dari bahan yang keras dan tidak lentur, seperti plastik,
logam, atau kayu, dan memiliki tanda-tanda skala yang menunjukkan satuan
pengukuran, seperti milimeter (mm), sentimeter (cm), atau inci (in). Berikut
adalah langkah-langkah umum untuk melakukan pengukuran menggunakan
mistar:

A. Persiapan Alat:
-Pastikan mistar dalam kondisi baik, tidak patah atau bengkok.
-Jika mungkin, gunakan mistar dengan skala yang mudah dibaca dan
akurat.
B. Penentuan Titik Awal:
-Tentukan titik awal pengukuran. Misalnya, jika mengukur panjang suatu
objek, letakkan salah satu ujung objek di titik awal mistar.
C. Pengukuran:
-Tempatkan ujung lain dari objek atau benda yang diukur pada titik akhir
mistar.
-Baca skala yang menunjukkan panjang objek atau benda tersebut di
mistar. Misalnya, jika ujung objek berada di tanda 5 cm pada mistar, maka
panjang objek tersebut adalah 5 cm.
D. Ketelitian:
-Lakukan pengukuran beberapa kali untuk memastikan konsistensi hasil.
-Jangan lupa untuk mengalikan hasil pengukuran dengan faktor koreksi
jika terdapat kesalahan paralaks (kesalahan yang disebabkan oleh sudut
pandang mata yang tidak tepat saat membaca skala).
2. Meteran lipat (pita pengukur)

Menggunakan meteran lipat, atau sering disebut juga sebagai


penggaris lipat, adalah salah satu alat pengukuran yang sering digunakan
dalam berbagai keperluan, baik di rumah, di kantor, maupun dalam
berbagai profesi, termasuk teknik sipil. Berikut adalah cara menggunakan
meteran lipat:
A. Menggunakan Meteran Lipat:
-Persiapan Alat: Pastikan meteran lipat dalam kondisi baik, tidak rusak,
dan tidak terlipat dengan tidak rapi sebelum digunakan.
-Menentukan Titik Awal: Letakkan salah satu ujung meteran lipat di
titik awal yang akan diukur. Misalnya, jika Anda ingin mengukur
panjang suatu jalan, letakkan ujung meteran di satu sisi jalan.
-Mengukur: Tarik meteran lipat dengan lembut dan lurus ke arah titik
akhir pengukuran. Jangan tarik terlalu keras agar tidak merusak alat
atau menghasilkan pengukuran yang tidak akurat.
-Membaca Hasil: Lihat skala pada meteran lipat yang menunjukkan
panjang yang terukur. Beberapa meteran lipat memiliki indikator atau
penanda yang memudahkan Anda dalam membaca hasil pengukuran.
-Menutup Meteran: Setelah pengukuran selesai, tutuplah meteran lipat
dengan cara melipatnya kembali ke bentuk aslinya. Pastikan lipatan
dilakukan dengan rapi agar alat tetap awet dan mudah disimpan.
B. Tips Menggunakan Meteran Lipat dengan Benar:
-Selalu pegang meteran lipat dengan tangan yang dominan dan tarik
dengan tangan yang non-dominan untuk memastikan pengukuran lurus
dan akurat.
-Jika mungkin, gunakan meteran lipat dengan skala yang mudah dibaca
dan tahan lama untuk hasil pengukuran yang konsisten dan akurat.
-Hindari menarik meteran lipat terlalu jauh atau melebihi kapasitasnya
agar alat tidak rusak.
-Simpan meteran lipat di tempat yang kering dan terlindung dari debu
atau kotoran untuk menjaga kualitas dan keawetannya.
-Menggunakan meteran lipat dalam kegiatan sehari-hari atau
profesional memudahkan proses pengukuran panjang dengan cepat dan
praktis. Dengan teknik yang tepat dan perawatan yang baik, meteran
lipat dapat menjadi alat yang andal dalam berbagai keperluan
pengukuran.
3. Jangka sorong

Jangka sorong adalah alat ukur presisi yang digunakan untuk mengukur
dimensi suatu objek dengan akurasi yang tinggi. Dalam konteks teknik sipil
atau bidang lainnya, penggunaan jangka sorong seringkali diperlukan untuk
mendapatkan pengukuran yang lebih detail dan akurat. Berikut ini adalah
cara pengukuran menggunakan jangka sorong:
A. Pemahaman Komponen Jangka Sorong:
-Rahang Tetap: Bagian jangka sorong yang tetap.
-Rahang Geser: Bagian yang dapat digerakkan untuk menyesuaikan
ukuran objek yang akan diukur.
-Skala Utama: Bagian yang menunjukkan satuan ukuran utama
(misalnya, cm).
-Skala Nonius: Skala tambahan yang memungkinkan pembacaan yang
lebih presisi dari skala utama.
B. Persiapan Alat:
-Pastikan jangka sorong dalam kondisi bersih dan bebas dari debu atau
kotoran yang dapat mengganggu akurasi pengukuran.
-Lakukan kalibrasi jangka sorong jika diperlukan untuk memastikan
akurasi pengukuran.
C. Proses Pengukuran:
-Letakkan objek yang akan diukur di antara rahang tetap dan rahang
geser jangka sorong.
-Geser rahang geser dengan hati-hati hingga rapat dengan objek yang
akan diukur tanpa memberikan tekanan berlebihan.
-Baca skala utama yang menunjukkan ukuran objek tersebut.
-Untuk mendapatkan pengukuran yang lebih presisi, lihat posisi mana
pada skala nonius yang paling sesuai dengan skala utama. Ambil
pembacaan dari skala nonius ini dan tambahkan ke pembacaan skala
utama. Hasilnya adalah ukuran objek dengan presisi lebih tinggi.

4. Mikrometer Sekrup

Mikrometer, sering juga disebut sebagai skrup atau micrometer


screw gauge, adalah alat ukur yang sangat akurat untuk mengukur
ketebalan, diameter, atau panjang dengan ketelitian yang tinggi. Alat ini
sering digunakan dalam bidang mekanik, teknik, dan manufaktur karena
kemampuannya yang presisi. Berikut adalah langkah-langkah umum untuk
melakukan pengukuran menggunakan meteran mikrometer:
A. Pemahaman Dasar Mikrometer:
-Sebelum memulai pengukuran, pastikan Anda memahami komponen
dasar mikrometer. Terdiri dari skala ukur utama, skala vernier, rahang atas,
rahang bawah, dan sekrup penggerak.
B. Persiapan Benda yang Akan Diukur:
-Pastikan permukaan benda yang akan diukur bersih dari kotoran atau
debu.
-Letakkan benda pada meja datar untuk memudahkan pengukuran.
C. Penyetelan Awal:
-Tutup rahang mikrometer dengan lembut menggunakan sekrup penggerak
hingga kedua rahang menyentuh satu sama lain.
-Gunakan tombol pembukaan cepat (jika ada) untuk membuka rahang
hingga sekitar 1 cm atau lebih.
D. Proses Pengukuran:
-Letakkan benda yang akan diukur di antara rahang atas dan bawah
micrometer.
-Putar sekrup penggerak dengan hati-hati sehingga rahang atas bergerak
mendekati benda dan menyentuhnya.
-Hentikan putaran saat rahang atas menyentuh benda, namun pastikan
tidak terlalu kencang.
E. Membaca Skala:
-Baca angka yang ada pada skala utama. Ini adalah hasil pengukuran
dalam milimeter.
-Perhatikan juga garis atau angka pada skala vernier yang sejajar dengan
garis atau angka pada skala utama. Angka ini akan memberikan nilai
tambahan dalam satuan 1/100 mm atau 0,01 mm.
F. Hasil Pengukuran:
-Gabungkan angka dari skala utama dengan nilai yang diberikan oleh skala
vernier untuk mendapatkan hasil akhir pengukuran dengan presisi 0,01
mm atau 0,001 cm.
3.3 Angka Penting Pada Pengukuran Suatu Kontruksi
Angka penting adalah jumlah suatu nilai hasil pengukuran yang
berkontribusi pada tingkat keakuratan nilai. Sederhananya, angka penting
adalah angka yang didapat dari hasil suatu pengukuran. Aturan angka
penting :
• Setiap angka nol di belakang tanda desimal adalah angka penting.
• Setiap angka nol di depan tanda desimal bukan angka penting.
• Setiap angka bukan nol adalah angka penting.
• Setiap angka nol di antara angka bukan nol adalah angka penting.
• Setiap angka nol di depan angka bukan nol bukanlah angka penting.
• Setiap angka nol di akhir tanpa titik desimal bukan angka penting.
Contoh aturan angka penting :
a). Setiap angka bukan nol adalah angka penting
-Aturan angka penting yang pertama adalah setiap angka yang bukan
nol adalah angka penting. Misalnya, bilangan 1.234 memiliki 4 angka
penting yaitu 1, 2, 3, dan 4.
- Setiap angka nol di antara angka bukan nol adalah angka penting.
- Angka penting selanjutnya adalah angka nol yang berada di antara
dua angka bukan nol. Misalnya, bilangan 201 yang 0-nya merupakan
angka penting karena berada di antara angka 2 dan 1.
b). Setiap angka nol di depan angka bukan nol bukanlah angka
penting
- Jika suatu angka nol terletak di depan angka bukan nol, maka angka
nol tersebut bukanlah angka penting. Misalnya, bilangan 0,05 hanya
memiliki satu angka penting yaitu 5. Sedangkan, kedua angka nol
bukanlah angka penting karena terletak di depan angka 5.
c). Setiap angka nol di akhir tanpa titik desimal bukan angka penting
- Setiap angka nol di akhir tanpa titik desimal hanya berfungsi untuk
menempatkan angka penting di posisi yang benar dan bukan merupakan
angka penting. Misalnya, bilangan 12.000 yang hanya memiliki dua
angka penting yaitu 1 dan 2.
d). Setiap angka nol di belakang tanda desimal adalah angka penting
- Aturan angka penting selanjutnya adalah setiap angka nol yang ditulis
di belakang tanda dan angka bukan nol, termasuk angka penting.
Misalnya, bilangan 12,000 yang memiliki lima angka penting yaitu 1, 2,
0, 0, dan 0.
e). Setiap angka nol di depan tanda desimal bukan angka penting
- Jika setiap angka nol di belakang tanda desimal adalah angka
penting. Maka, setiap angka nol di depan tanda desimal dan angka
bukan nol bukanlah angka penting. Misalnya, bilangan 0,2 yang hanya
memiliki satu angka penting yaitu 2.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Besaran panjang merupakan besaran pokok yang memiliki standar satuan
internasional (SI) yaitu meter. Besaran panjang biasanya digunakan sebagai
alat untuk membandingkan besaran dimensi suatu benda atau jarak antara
titik satu ke titik yang lain. Sehingga apabila kita menerapkan operasi satuan
panjang maka akan membuat kita bisa memprediksikan secara detail dan
memudahkan ukuran panjang baik dalam bentuk benda maupun ukuran jarak
dari sebuah letak.
2. Dalam dunia teknik sipil, pembangunan jalan merupakan salah satu aspek
yang memerlukan keakuratan dan ketelitian dalam pengukuran. Besaran
panjang menjadi salah satu komponen penting dalam proses tersebut seperti
besaran panjang dalam pengukuran jalan dalam konteks teknik sipil.
Pentingnya Pengukuran Panjang dalam Pembangunan Jalan yang dimana
jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan antar daerah dan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta mobilitas masyarakat. Oleh
karena itu, ketepatan pengukuran panjang jalan sangat penting untuk
memastikan keselamatan, efisiensi, dan kualitas konstruksi.
3. Mengukur panjang dengan tepat adalah langkah awal yang esensial
sebelum melangkah ke tahap desain, pembangunan, atau renovasi suatu
proyek infrastruktur. Pengukuran besaran panjang bisa dilakukan dengan
menggunakan mistar, jangka sorong, atau mikrometer sekrup.

4.2 Saran
Semoga setelah membaca makalah ini pembaca lebih memahami lagi
apa itu besaran, satuan, pengukuran serta hubungannya dengan teknik sipil.
Dan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
sangat diperlukan dan senang hati diterima.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta Penerbit


Erlangga.
(https://www.bing.com/search?pglt=2081&q=Giancoli%2C+Douglas+C.
%2C+2001%2C+Fisika+Jilid+I+(terjemahan)
%2C+Jakarta+Penerbit+Erlangga.&cvid=92af5c611ded43cba0ccef48a15dd50e&
gs_lcrp=EgZjaHJvbWUyBggAEEUYOdIBCDE1MjVqMGoxqAIAsAIA&FORM
=ANNTA1&PC=ASTS)
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta: Penerbit
Erlangga.(https://www.bing.com/search?q=Halliday+dan+Resnick
%2C+1991%2C+Fisika+Jilid+I%2C+Terjemahan%2C+Jakarta
%3A+Penerbit+Erlangga..&cvid=24d30e5763134759827eaa0b64048e19&gs_lcr
p=EgZjaHJvbWUyBggAEEUYOdIBBzY0OWowajSoAgCwAgA&FORM=ANA
B01&PC=ASTS)
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid (terjemahan),
Jakarta: Penebit Erlangga.
(https://books.google.co.id/books/about/fisika_untuk_sains_dan_teknik.html?
id=HRuiduu_T_0C&redir_esc=y)

Anda mungkin juga menyukai