Sindrom Respon Stres
Sindrom Respon Stres
Dosen pembimbing :
Fadhillah, M.Pd
Di Susun Oleh :
Husna midaya 2311100014
Rafdayani 2311100025
Amalia Fitri 2311100116
BANDA ACEH
2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kami selaku kelompok ini mampu
menyelesaikan Makalah Deteksi Masalah SD ini yang berjudul “ Syndrome Response Stress”
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Selanjutnya, semoga makalah ini memberikan wawasan yang luas kepada kita selaku
mahasiswa. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar. Oleh karena itu,
Kami
Akhir kata, Kami selaku penyusun makalah memohon maaf yang sebesar-besarnya bila
ada kata-kata yang salah, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita. Aamiin
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Sindrom Respon Stres (SRS): Definisi dan Faktor Pemicunya...................................3
2.2 Apa saja manifestasi psikologis yang umum terkait dengan SRS, dan bagaimana hal
tersebut memengaruhi kesejahteraan mental individu...........................................................4
2.3 Proses Fisiologis SRS Terjadi Dalam Tubuh, Terutama Melibatkan Sistem Saraf
Otonom Dan Sistem Endokrin................................................................................................7
2.4 Dampak jangka panjang dari paparan berulang terhadap SRS terhadap kesehatan
mental dan fisik......................................................................................................................8
2.5 Strategi penanganan dan pencegahan dapat membantu individu mengelola Sindrom
Respon Stres dengan lebih efektif........................................................................................11
2.6 Sejauh mana dukungan sosial dapat memodulasi respons terhadap stres dan
mengurangi dampak Sindrom Respon Stres.........................................................................13
2.7 Perbedaan respons terhadap SRS antara individu yang berbeda, dan faktor apa yang
dapat memengaruhi variabilitas tersebut..............................................................................16
2.8 Hubungan antara Sindrom Respon Stres dan gangguan kesehatan mental seperti
kecemasan atau depresi........................................................................................................18
2.9 Bagaimana intervensi psikologis, seperti konseling atau terapi, dapat digunakan
untuk membantu individu mengatasi Sindrom Respon Stres...............................................20
BAB III....................................................................................................................................23
PENUTUP...............................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tingkat stres yang tinggi dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, termasuk
gangguan tidur, penurunan daya tahan tubuh, dan bahkan peningkatan risiko penyakit kronis.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang bagaimana SRS memengaruhi tubuh dan
pikiran menjadi krusial untuk merancang strategi pencegahan dan penanganan yang efektif.
Penelitian terkini dan perkembangan ilmiah telah membuka jendela wawasan baru
terhadap kompleksitas SRS, memperkaya pemahaman kita tentang cara tubuh dan pikiran
merespons tekanan. Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki secara
mendalam Sindrom Respon Stres, menguraikan faktor-faktor pemicu, dampak fisiologis dan
psikologis, serta strategi penanganan yang dapat membantu individu mengelola stres dengan
lebih efektif.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang SRS, diharapkan dapat tercipta
pendekatan yang lebih holistik terhadap kesehatan mental dan fisik, membantu individu
untuk menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan produktif di tengah dinamika kehidupan
modern yang penuh tekanan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah berikut.
1. Bagaimana Sindrom Respon Stres (SRS) didefinisikan dan apa faktor-faktor
pemicunya?
2. Apa saja manifestasi psikologis yang umum terkait dengan SRS, dan bagaimana hal
tersebut memengaruhi kesejahteraan mental individu?
3. Bagaimana proses fisiologis SRS terjadi dalam tubuh, terutama melibatkan sistem
saraf otonom dan sistem endokrin?
4. Apa dampak jangka panjang dari paparan berulang terhadap SRS terhadap kesehatan
mental dan fisik?
5. Bagaimana strategi penanganan dan pencegahan dapat membantu individu mengelola
Sindrom Respon Stres dengan lebih efektif?
6. Sejauh mana dukungan sosial dapat memodulasi respons terhadap stres dan
mengurangi dampak Sindrom Respon Stres?
7. Apakah terdapat perbedaan respons terhadap SRS antara individu yang berbeda, dan
faktor apa yang dapat memengaruhi variabilitas tersebut?
8. Apakah terdapat hubungan antara Sindrom Respon Stres dan gangguan kesehatan
mental seperti kecemasan atau depresi?
9. Bagaimana intervensi psikologis, seperti konseling atau terapi, dapat digunakan untuk
membantu individu mengatasi Sindrom Respon Stres?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sindrom Respon Stres (SRS) merupakan suatu kondisi kompleks yang melibatkan
respon fisiologis, psikologis, dan perilaku terhadap tekanan atau beban yang melebihi
kapasitas adaptasi individu. SRS dapat muncul sebagai akibat dari berbagai rangsangan, baik
fisik maupun psikososial, dan memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan secara
keseluruhan.
a. Faktor Lingkungan:
Lingkungan kerja yang kompetitif atau stresor lingkungan seperti kebisingan, polusi,
dan perubahan iklim.
b. Faktor Pekerjaan:
Tekanan kerja yang tinggi, batas waktu yang ketat, dan tuntutan pekerjaan yang
berlebihan.
c. Faktor Keuangan:
d. Faktor Kesehatan:
Ketakutan akan penyakit atau kekhawatiran terkait kesehatan diri atau orang terkasih.
3
e. Faktor Psikososial:
g. Faktor Kepribadian:
Faktor-faktor di atas seringkali saling terkait dan dapat saling memperkuat. Misalnya,
stres di lingkungan kerja dapat mempengaruhi kesehatan fisik seseorang dan sebaliknya.
Hubungan yang kompleks antara faktor-faktor ini dapat memperumit pengelolaan dan
pencegahan SRS.
2.2 Apa saja manifestasi psikologis yang umum terkait dengan SRS, dan bagaimana
hal tersebut memengaruhi kesejahteraan mental individu
Sindrom Respon Stres (SRS) dapat mengekspresikan dirinya melalui sejumlah
manifestasi psikologis yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental individu. Berikut
adalah beberapa gejala psikologis umum yang terkait dengan SRS dan dampaknya:
1. Kecemasan:
2. Depresi:
4
Gejala: Perasaan sedih, kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas,
perubahan berat badan atau pola tidur.
3. Ketegangan Emosional:
Dampak: Hubungan sosial bisa terpengaruh, dan tingkat stres yang tinggi
dapat menyebabkan konflik interpersonal.
4. Gangguan Tidur:
5
7. Peningkatan Penggunaan Zat:
Gejala: Fluktuasi mood yang cepat, dari euforia hingga perasaan putus asa.
Stres yang kronis dapat berkontribusi pada masalah kesehatan fisik, seperti
penyakit kardiovaskular atau gangguan pencernaan.
Penting untuk diingat bahwa respon terhadap stres dapat bervariasi, dan seseorang
mungkin mengalami beberapa atau semua gejala ini. Jika seseorang mengalami manifestasi
6
psikologis yang mengkhawatirkan, penting untuk mencari dukungan dari profesional
kesehatan mental atau sumber dukungan lainnya.
2.3 Proses Fisiologis SRS Terjadi Dalam Tubuh, Terutama Melibatkan Sistem Saraf
Otonom Dan Sistem Endokrin
Proses fisiologis Sindrom Respon Stres (SRS) melibatkan aktivasi sistem saraf
otonom dan sistem endokrin. Ini adalah respons tubuh terhadap stresor atau stimulus yang
dianggap sebagai ancaman atau tekanan. Proses ini melibatkan beberapa tahap yang
melibatkan otak, kelenjar adrenal, dan berbagai organ tubuh. Berikut adalah penjelasan lebih
rinci tentang bagaimana SRS terjadi:
1. Deteksi Stresor:
Proses dimulai ketika otak mendeteksi stresor atau stimulus yang dianggap sebagai
ancaman. Ini dapat terjadi melalui panca indera, pikiran, atau persepsi lingkungan.
2. Aktivasi Amigdala:
Amigdala, bagian otak yang terlibat dalam pengolahan emosi, mendeteksi stresor dan
memberikan sinyal ke hipotalamus.
3. Sinyal ke Hipotalamus:
ACTH mencapai kelenjar adrenal, terletak di atas ginjal, dan merangsangnya untuk
melepaskan hormon stres, terutama kortisol dan adrenaline (epinephrine).
Adrenaline memainkan peran utama dalam aktivasi Sistem Saraf Simpatik (SSS).
7
7. Peningkatan Kortisol:
Kortisol, yang juga dilepaskan oleh kelenjar adrenal, memiliki efek antiinflamasi dan
membantu tubuh mengatasi stres dalam jangka panjang.
Hormon stres, baik adrenaline maupun kortisol, memengaruhi berbagai organ dan
jaringan dalam tubuh, termasuk otot, saluran pencernaan, dan sistem pernapasan.
Semua perubahan fisiologis ini bersiap untuk respons "fight or flight" (bertarung atau
melarikan diri) terhadap stresor atau ancaman yang diidentifikasi.
Setelah stresor hilang, Sistem Saraf Parasimpatik (SSP) berfungsi untuk merestorasi
keseimbangan dan mengembalikan tubuh ke kondisi normal.
Proses ini membantu tubuh untuk merespons cepat terhadap ancaman, tetapi bila SRS
terus-menerus diaktifkan atau jika terjadi secara berulang, dapat menyebabkan dampak
negatif pada kesehatan fisik dan mental. Lebih lanjut, regulasi hormon stres dan fungsi sistem
saraf menjadi penting untuk mengelola dan mengatasi stres dalam jangka panjang.
2.4 Dampak jangka panjang dari paparan berulang terhadap SRS terhadap
kesehatan mental dan fisik
Paparan berulang terhadap Sindrom Respon Stres (SRS) yang tidak teratasi dapat
memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental dan fisik dalam jangka panjang.
Beberapa dampak tersebut melibatkan berbagai sistem tubuh dan dapat meningkatkan risiko
terjadinya berbagai gangguan kesehatan. Berikut adalah beberapa dampak jangka panjang
yang mungkin terjadi:
8
Dampak pada Kesehatan Mental:
1. Gangguan Kecemasan:
2. Depresi:
Stres kronis dapat menjadi faktor risiko untuk depresi. Paparan berulang
terhadap SRS dapat menyebabkan perubahan dalam neurotransmitter otak
yang terkait dengan suasana hati.
3. Gangguan Mood:
1. Penyakit Kardiovaskular:
Stres kronis dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan hipertensi karena
pengaruhnya terhadap tekanan darah, detak jantung, dan sistem vaskular.
2. Gangguan Pencernaan:
9
4. Masalah Kesehatan Reproduksi:
5. Penyakit Kronis:
Stres kronis dapat menjadi faktor risiko untuk berbagai penyakit kronis,
seperti diabetes, arthritis, dan penyakit autoimun.
6. Gangguan Tidur:
SRS yang tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan tidur kronis, seperti
insomnia, yang memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.
Penting untuk diingat bahwa dampak dari paparan berulang terhadap SRS dapat
bervariasi antar individu dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti dukungan sosial,
ketahanan mental, dan kemampuan koping. Penting untuk mencari dukungan profesional jika
seseorang mengalami stres yang berat atau berkepanjangan. Langkah-langkah pengelolaan
stres dan dukungan kesehatan mental dapat membantu mengurangi dampak jangka panjang
yang mungkin terjadi.
10
2.5 Strategi penanganan dan pencegahan dapat membantu individu mengelola
Sindrom Respon Stres dengan lebih efektif
Strategi penanganan dan pencegahan dapat membantu individu mengelola Sindrom
Respon Stres (SRS) dengan lebih efektif. Kombinasi dari pendekatan ini dapat membantu
mengurangi dampak negatif stres pada kesehatan fisik dan mental. Berikut adalah beberapa
strategi yang dapat diterapkan:
1. Pengelolaan Waktu:
2. Pengelolaan Konflik:
Pilih aktivitas fisik yang dinikmati, seperti berjalan, berenang, atau yoga.
4. Makan Sehat:
Buat rutinitas tidur yang konsisten dan hindari kebiasaan buruk tidur.
6. Teknik Relaksasi:
11
Luangkan waktu untuk kegiatan yang menenangkan, seperti membaca atau
mendengarkan musik.
7. Manajemen Keuangan:
8. Dukungan Sosial:
Berbicara dengan teman atau keluarga tentang stres yang mungkin dialami.
1. Psikoterapi:
2. Manajemen Stres:
Pelajari teknik manajemen stres, seperti identifikasi sumber stres dan strategi
koping yang efektif.
3. Pelatihan Relaksasi:
4. Obat-obatan:
12
Konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk evaluasi dan rekomendasi
obat-obatan yang sesuai.
6. Pelatihan Keterampilan:
7. Konsultasi Profesional:
Penting untuk dicatat bahwa setiap orang berbeda, dan pendekatan yang efektif dapat
bervariasi. Kombinasi strategi pencegahan dan penanganan dapat membantu individu
mengelola stres dengan lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan mereka secara
keseluruhan.
2.6 Sejauh mana dukungan sosial dapat memodulasi respons terhadap stres dan
mengurangi dampak Sindrom Respon Stres
Dukungan sosial memiliki peran kritis dalam modulasi respons terhadap stres dan
dapat membantu mengurangi dampak Sindrom Respon Stres (SRS). Hubungan positif dengan
orang lain dan perasaan terhubung dapat memberikan dukungan emosional, fisik, dan praktis
yang diperlukan untuk mengatasi stres. Berikut adalah sejauh mana dukungan sosial dapat
memengaruhi respons terhadap stres dan mengurangi dampak SRS:
Dukungan Emosional:
Dukungan emosional dari teman, keluarga, atau rekan kerja dapat membantu
mengurangi tingkat kecemasan dan memberikan rasa keamanan emosional.
13
Mendengarkan, memberikan dukungan, dan menunjukkan empati dapat
memodulasi respons emosional terhadap stres.
Dukungan Psikologis:
Konseling atau terapi dari profesional kesehatan mental atau teman dapat
membantu individu dalam mengatasi beban emosional dan mental yang terkait
dengan stres.
Dukungan Fisik:
Dukungan sosial dapat memiliki efek positif pada kesehatan fisik, seperti
menurunkan tekanan darah, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan
mempercepat proses penyembuhan.
Dukungan Praktis:
Sumber Daya:
Dukungan sosial juga dapat berupa sumber daya, seperti informasi atau
bantuan finansial, yang dapat membantu mengatasi masalah konkret yang
muncul akibat stres.
Kurangi Isolasi:
14
Terlibat dalam kegiatan sosial atau kelompok dapat meningkatkan rasa
keterhubungan.
Persepsi Dukungan:
Faktor Protektif:
Kualitas Hubungan:
Hubungan yang positif dan dukungan dari hubungan yang dekat dapat
memberikan rasa keamanan dan kebahagiaan, yang dapat mengurangi dampak
stres jangka panjang.
Dalam konteks Sindrom Respon Stres, dukungan sosial dapat memberikan peranan
penting dalam memoderasi dampak stres dan membantu individu mengatasi tantangan yang
mungkin timbul. Penting untuk mencari dan memelihara hubungan sosial yang positif, serta
untuk merasa nyaman dalam mencari dukungan ketika dibutuhkan.
15
2.7 Perbedaan respons terhadap SRS antara individu yang berbeda, dan faktor apa
yang dapat memengaruhi variabilitas tersebut
Ya, terdapat perbedaan yang signifikan dalam respons terhadap Sindrom Respon Stres
(SRS) antara individu yang berbeda. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi variabilitas
respons terhadap SRS melibatkan kombinasi faktor genetik, psikologis, sosial, dan
lingkungan. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi variabilitas respons
terhadap SRS:
1. Faktor Genetik:
Predisposisi Genetik:
Gen-gen tertentu dapat memengaruhi regulasi hormon stres dan respons sistem
saraf.
2. Faktor Psikologis:
Resiliensi:
Tingkat resiliensi individu, atau kemampuan untuk pulih dari tekanan atau
kesulitan, dapat memainkan peran dalam seberapa baik seseorang mengatasi
stres.
Pengalaman Hidup:
Koping:
Strategi koping yang dipilih individu dalam menghadapi stres dapat bervariasi.
Beberapa orang mungkin menggunakan koping yang adaptif, sementara yang
lain mungkin cenderung pada koping maladaptif.
Kepribadian:
Dukungan Sosial:
Isolasi Sosial:
Individu yang merasa terisolasi sosial atau tidak memiliki dukungan sosial
yang memadai mungkin lebih rentan terhadap dampak stres yang negatif.
Lingkungan di tempat kerja atau keluarga dapat memainkan peran besar dalam
tingkat stres individu.
4. Faktor Kesehatan:
Individu dengan kondisi kesehatan fisik atau mental tertentu mungkin lebih
rentan terhadap stres atau mengalami dampak stres yang lebih berat.
Gaya Hidup:
Gaya hidup sehat, seperti olahraga teratur, tidur yang cukup, dan pola makan
yang seimbang, dapat memainkan peran dalam ketahanan terhadap stres.
5. Faktor Biologis:
Beberapa orang mungkin memiliki reaktivitas yang lebih tinggi atau lebih
rendah tergantung pada faktor-faktor biologis mereka.
17
6. Perbedaan Individu dalam Pengolahan Informasi:
Gaya Kognitif:
Variabilitas dalam respons terhadap SRS adalah fenomena yang normal dan
diharapkan. Setiap individu unik, dan pengaruh kombinasi faktor-faktor ini dapat membuat
respons terhadap stres menjadi sangat individual. Memahami faktor-faktor ini dapat
membantu dalam pengembangan strategi manajemen stres yang lebih efektif dan personal.
2.8 Hubungan antara Sindrom Respon Stres dan gangguan kesehatan mental seperti
kecemasan atau depresi
Hubungan erat antara Sindrom Respon Stres (SRS) dan gangguan kesehatan mental
seperti kecemasan dan depresi. SRS, juga dikenal sebagai stres kronis atau berkepanjangan,
dapat menjadi pemicu atau faktor kontributor utama terhadap perkembangan gangguan
kesehatan mental. Sebaliknya, individu dengan kecemasan atau depresi mungkin lebih rentan
terhadap pengalaman stres yang berat. Berikut adalah beberapa cara bagaimana SRS
berkaitan dengan kecemasan dan depresi:
1. Pemicu Kecemasan:
SRS dapat berperan sebagai pemicu kecemasan pada individu. Paparan terus-menerus
terhadap stres dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan membuat individu lebih
rentan terhadap reaksi kecemasan yang intens.
2. Perubahan Neurobiologis:
18
3. Sindrom Respon Stres Pasca-trauma (PTSD):
Pengalaman stres yang parah, terutama yang terkait dengan trauma, dapat
menyebabkan Sindrom Respon Stres Pasca-trauma (PTSD), sebuah gangguan
kesehatan mental yang melibatkan gejala seperti kilas balik, mimpi buruk, dan
kecemasan yang mendalam.
4. Siklus Stres-Depresi:
SRS dan depresi dapat membentuk siklus saling memperburuk. Stres yang
berkepanjangan dapat meningkatkan risiko pengembangan depresi, dan sebaliknya,
individu yang mengalami depresi mungkin menghadapi kesulitan dalam mengatasi
stres sehari-hari.
Stres yang berat atau kronis dapat meningkatkan risiko pengembangan depresi.
Pengalaman stres yang terus-menerus dapat merusak kesejahteraan mental dan
memicu perubahan neurobiologis yang terkait dengan depresi.
Respons stres yang merangsang sistem saraf otonom (respon "fight or flight") dapat
menyebabkan gejala fisik yang serupa dengan kecemasan, seperti detak jantung cepat,
keringat dingin, dan perasaan tegang.
Cara individu mengatasi stres (faktor koping) dapat memengaruhi sejauh mana stres
berkaitan dengan perkembangan kecemasan atau depresi.
Stres yang berkepanjangan dapat memiliki dampak serius pada kualitas hidup, dan
jika tidak ditangani, dapat berkontribusi pada perkembangan masalah kesehatan
mental.
19
Penting untuk dicatat bahwa setiap individu bereaksi berbeda terhadap stres, dan
faktor lain, seperti genetika, lingkungan sosial, dan riwayat hidup, juga berperan dalam
pengembangan kecemasan atau depresi. Pencarian bantuan profesional dapat membantu
dalam evaluasi, diagnosis, dan pengelolaan stres serta gangguan kesehatan mental yang
mungkin terkait.
2.9 Bagaimana intervensi psikologis, seperti konseling atau terapi, dapat digunakan
untuk membantu individu mengatasi Sindrom Respon Stres
Intervensi psikologis, seperti konseling atau terapi, dapat membantu individu
mengatasi Sindrom Respon Stres (SRS) dengan memberikan dukungan emosional, membantu
mengidentifikasi strategi koping yang efektif, dan mengubah pola pikir yang maladaptif.
Berikut adalah beberapa jenis intervensi psikologis yang dapat diterapkan:
Tujuan: Mengubah pola pikir negatif dan perilaku maladaptif yang dapat
memperburuk stres.
Tujuan: Membantu individu fokus pada solusi dan kekuatan mereka daripada
masalah dan kelemahan.
Tujuan: Membantu individu menjadi lebih sadar dan menerima pengalaman saat ini,
tanpa menilai atau bereaksi terhadapnya.
20
4. Terapi Diri (Self-Compassion Therapy):
6. Terapi Kecemasan:
7. Terapi Interpersonal:
8. Terapi Psikodinamik:
Tujuan: Mengeksplorasi pengalaman masa lalu dan hubungannya dengan stres saat
ini.
21
Metode: Terapis bekerja dengan individu untuk mengidentifikasi pola pikir dan
perilaku yang mungkin berasal dari pengalaman masa lalu, membantu mereka
memahami arti dan dampaknya.
9. Terapi Grup:
Setiap individu memiliki kebutuhan yang unik, dan pilihan terapi dapat disesuaikan
dengan preferensi dan kondisi khusus masing-masing. Penting untuk bekerja sama dengan
seorang profesional kesehatan mental untuk menentukan pendekatan terapi yang paling
sesuai dengan kebutuhan
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom Respon Stres (SRS) merupakan respons fisiologis dan psikologis yang
muncul sebagai tanggapan terhadap tekanan atau stresor yang berkepanjangan. Hal ini dapat
memiliki dampak negatif terhadap kesejahteraan mental dan fisik individu.
Kesimpulan ini menegaskan kompleksitas fenomena SRS dan pentingnya pendekatan
holistik dalam manajemen stres. Pengakuan akan peran penting faktor psikologis dalam
respons terhadap stres membuka pintu untuk pengembangan strategi intervensi yang lebih
efektif dan personal.
Stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh
faktor luar yang menyebabkan ketegangan. Dengan demikian, stress merupakan suatu respon
tubuh dan psikis yang terjadi karena adanya tekanan yang menyebabkan ketegangan dalam
diri individu.
Stress dapatterjadi karena berbagai faktor atau sumber yang muncul dari dalam diri
atau pun luar diri individu. Adapun tiga sumber yang dapat memicu jehadiran stress adalah
(1)faktor lingkungan, (2) faktor organisasi, dan (3) faktor pribadi.
Gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini : (1) Fisik, yaitu nafas memburu,
mulut dan tenggorokan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang,
pencernaanterganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan
gelisah. (2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak
berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah konsentrasi, dan
sebagainya. (3) Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi lekas
panik, kurang percaya diri, penjengkel.
23
DAFTAR PUSTAKA
Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer
Publishing Company.
Selye, H. (1956). The Stress of Life. New York: McGraw-Hill.
McEwen, B. S. (2008). Central effects of stress hormones in health and disease:
Understanding the protective and damaging effects of stress and stress mediators.
European Journal of Pharmacology, 583(2-3), 174–185.
Kabat-Zinn, J. (1990). Full Catastrophe Living: Using the Wisdom of Your Body and
Mind to Face Stress, Pain, and Illness. New York: Delta.
Cohen, S., Kessler, R. C., & Gordon, L. U. (1997). Measuring stress: A guide for health
and social scientists. New York: Oxford University Press.
Antonovsky, A. (1987). Unraveling the Mystery of Health: How People Manage Stress
and Stay Well. San Francisco: Jossey-Bass.
Grossman, P., Niemann, L., Schmidt, S., & Walach, H. (2004). Mindfulness-based stress
reduction and health benefits: A meta-analysis. Journal of Psychosomatic Research,
57(1), 35–43.
Felsten, G. (2008). Gender and coping: Use of distinct strategies and associations with
stress and depression. Anxiety, Stress, & Coping, 21(2), 181– 203.
Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Stres.
24