Review Materi
Gates et al Konflik memperburuk kondisi kemiskinan dan kelaparan, mengurangi partisipasi pendidikan yg
(2012) berdampak jangka panjang, efek mortality, serta menurunkan akses air dan sanitasi. . Konflik
berukuran sedang dengan 2.500 kematian diperkirakan akan meningkatkan kekurangan gizi tambahan
sebesar 3,3%, mengurangi angka harapan hidup sekitar 1 tahun, meningkatkan kematian bayi sebesar 10%,
dan menurunkan 1,8% akses ke air minum
Brück et al Konflik dan kekerasan berdampak negatif pada individu dan ikatan masyarakat luas, terhadap
(2010) pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang tidak dapat diremehkan.
“(Kepada mereka dikatakan,) “Salam sejahtera” sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha
Penyayang.(Quran 36: 58)”
Menurut pandangan Islam, rekonsiliasi merupakan proses penyelesaian konflik yang bukan hanya proses
fisik, tetapi juga melibatkan penyembuhan pribadi yang berkonflik dan pengampunan. Terdapat tiga konsep
rekonsiliasi atau penyelesaian konflik: (1) sulh (kedamaian dengan mediasi), (2) musalaha (rekonsiliasi
antarkelompok), dan (3) islah (reformasi atau memperbaiki setelah terjadi konflik)C
Agama Islam sangat menganjurkan untuk memaafkan orang atau pihak lain apabila terjadi konflik. Hal ini
tertulis dalam Al-Quran Surah As-Syura ayat 40 yang artinya:
“Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan
dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia
tidak menyukai orang-orang zalim” (Quran 42:40).
Huda et al (2011) ● Konflik sering terjadi di negara muslim seperti Afrika Utara dan
Timur Tengah karena kurangnya kondisi pembangunan dan
perekonomian.
● Fokus negara muslim pada pembangunan infrastruktur
dibandingkan pada komponen pembangunan seperti pendidikan dan
peningkatan awareness akan konflik.
● Organisasi peacebuilding sulit menyampaikan perdamaian.
Gallardo dan Albarran (2018) pembangunan ekonomi suatu negara tergantung dari bagaimana tingkat
kualitas kesehatan modal manusianya. Jika tingkat kesehatan modal manusia
tinggi, maka produktivitas juga akan tinggi sehingga pembangunan ekonomi juga
akan tinggi. Selain itu, pada abad ke-20 merupakan pencapaian luar biasa di
bidang kesehatan. Namun, hal tersebut ternyata tidak merata. Pada 1900-1955,
perbedaan angka harapan hidup berpengaruh pada ketidakmerataan pendapatan
(Gallardo-Albarrán, D., 2018, “Health and economic development since 1900”, Economics &
Human Biology, hlm 228, bagian abstrak)
Koenig, 2014 Religiusitas umat muslim dapat berpengaruh pada tingkat kesehatan negara
muslim, baik maju maupun berkembang, dimana tingkat kesehatan akan
lebih baik. Oleh karena itu pula, akan ada inefisiensi sumber daya yang
dialokasikan untuk pembangunan ekonomi saat terjadi penyimpangan
nilai-nilai agama yang sejalan dengan peningkatan kesehatan. Menurut Koenig,
negara muslim dapat senantiasa berusaha dalam melestarikan praktik dan
tradisi agama sembari mengoptimalkan sumber daya yang digunakan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan modern.
(Konig, 2014, “Health and wellbeing in islamic societies, hlm 335)
Lewis (2014) Peningkatan yang signifikan pada kesehatan masyarakat telah terjadi sejak 4
abad yang lalu. Hal ini dalam hal peningkatan nutrisi, fasilitas kesehatan, dan
pendidikan. Intervensi pemerintah juga diperlukan dalam meningkatkan kesehatan
publik dalam rangka menuju pembangunan berkelanjutan.
Lewis, M. (2014). What Is the Impact of Health on Economic Growth – and of Growth on Health?.
Encyclopedia of Health Economics, Vol. 3, hlm. 490
Menurut Ali Ibn Al-Abbas, kesehatan adalah kondisi tubuh yang ada dalam keadaan
seimbang.
Surah Ar-Rahman ayat 7-9:
“Dia telah mengangkat Surga di tempat yang tinggi, dan Dia telah menegakkan
keseimbangan. Bahwa Anda tidak melebihi batas; tetapi amati keseimbangan dengan
ketat; dan tidak kekurangannya” (QS 55:7—9)
International Monetary Fund tingkat kesehatan yang berbanding lurus dengan tingkat
(IMF) (2004) GDP per kapita suatu negara. Hal tersebut karena ada
hubungannya dengan produktivitas pekerja. Produktivitas
pekerja menentukan tingkat GDP per kapita dan produktivitas
pekerja itu berawal dari tingkat kesehatan. Berikut ini adalah
diagram apabila tingkat kesehatan suatu negara rendah (hlm
brikutnya)
International Monetary Fund. (2004). Health and Development (J. Clift, Ed.).
INTERNATIONAL MONETARY FUND, hlm. 11-12
Lecrh et. al. (2010) Tingkat kematian bayi terendah ada pada agama Muslim
ketimbang afiliasi agama lain di Swiss. (koenig, 284 juga)
Schultz (1961) Adanya motif membelanjakan uang untuk pendidikan atau hal lain terkait
penciptaan human capital. Selain itu adanya ide bahwa pendidikan dan
pelatihan meningkatkan produktivitas di pasar tenaga kerja sehingga
pendapatan pun lebih tinggi.
World Bank (1996) Pendidikan penting dalam pembangunan ekonomi dan menurunkan
kemiskinan sehingga peningkatan mutu menjadi prioritas utama
Agama Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut pendidikan. Menurut Halstead (2010), pendidikan dalam
Islam memiliki tujuan untuk memberikan bimbingan positif kepada anak-anak yang akan membantu mereka
tumbuh menjadi pribadi yang akan menjalani kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat . Selain itu, dalam
Khasanah (2021), kewajiban menuntut ilmu ada di dalam Hadist yang artinya:
“Dari Anas bin Malik beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” .
Pew Research Center (2016) ● Lama rata-rata pendidikan formal negara mayoritas muslim
yaitu 5.6 tahun dibawah rata-rata dunia 7.7 tahun.
● Rata-rata penduduk negara mayoritas muslim tidak
bersekolah formal (36%) serta hanya 8% yg menempuh
perguruan tinggi.
● Negara muslim mengalami kemajuan besar yaitu meningkat
25 poin dalam studi kasus penduduk yg menempuh
pendidikan formal.
- Dalam hal GEM, Pakistan dan Turki masing-masing menduduki peringkat ke-71 dan ke-76.2 Aktivitas ekonomi
perempuan di sektor formal di kedua negara sangat rendah: 51,2% di Turki dan 36,7% di Pakistan.
- Mayoritas dominan perempuan yang aktif secara ekonomi di kedua negara tersebut bekerja di sektor pertanian: sekitar
73% di Pakistan dan 56% di Turki. Namun, hanya 18% dan 9% wanita yang aktif secara ekonomi masing-masing
bekerja di sektor jasa dan industri di Pakistan dibandingkan dengan masing-masing 29% dan 15% di Turki.
- Dapat dicatat bahwa dibandingkan dengan sekitar 81% tingkat melek huruf perempuan di Turki, hanya 35% perempuan
yang melek huruf di Pakistan. Juga, partisipasi perempuan dalam pekerjaan teknis dan profesional rendah di kedua
negara: 26% di Pakistan dan 30% di Turki.
- Kerugian perempuan juga terlihat dalam hal pendapatan rata-rata: perempuan masing-masing hanya memperoleh 34%
dan 46% dari rata-rata pendapatan laki-laki di Pakistan dan Turki (UNDP, 2005).
- Statistik ini menunjukkan bahwa perempuan di Turki dan Pakistan tetap tidak diuntungkan dan tidak berdaya
khususnya dalam konteks tempat kerja. Jadi, terlepas dari perbedaan kebijakan sosial politik mereka (yaitu sekularisme
di Turki dan ideologi Islam di Pakistan), ketidakberuntungan perempuan tampaknya menjadi 'karakter pemersatu'
kedua negara ini.
Alkhan, A. M., & Hassan, M. K.,2021, Does Islamic microfinance serve maqāsid al-shari'a?, Borsa Istanbul Review, hlm 3-4
Bacha, O. I., & Mirakhor, A, 2013, Islamic Capital markets and developmen, Economic Development and Islamic Finance, hlm 257-259
bagian Concept of Islamic Capital Markets
Ibid, hlm
Menurut Giloth (2019), kontribusi filantropi terhadap pembangunan ekonomi telah meningkat selama beberapa
dekade terakhir. Filantropi mendukung pembangunan ekonomi melalui penyediaan sumber daya yang tepat waktu
dan fleksibel sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan inovasi, kapasitas modal manusia, dan advokasi
kebijakan. Di sisi lain, lembaga nasional mempunyai kegiatan yang lebih terarah ke penyusunan strategi terkait dengan
inklusi keuangan. Lembaga-lembaga tersebut membantu pencapaian target pembangunan ekonomi yang diharapkan.
Giloth (2019) juga menemukan berbagai langkah bagaimana suatu lembaga filantropi dapat meningkatkan
pembangunan ekonomi, salah satunya dengan melalui aktivitas investasi. Lembaga filantropi melakukan banyak
aktivitas investasi dapat mendorong pembangunan ekonomi, seperti investasi terkait ketenagakerjaan,
pembangunan perkotaan, pendidikan, kebijakan dan advokasi, serta pengembangan modal manusia.
Islam dan filantropi saling berkaitan. Menurut Muhdlor (2022), beberapa jenis filantropi dalam Islam,
diantaranya zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. Dua jenis filantropi dalam Islam yang dikaji dalam Muhdlor
(2022) adalah zakat dan wakaf. Zakat adalah pengeluaran yang berasal dari kekayaan seseorang berdasarkan
ajaran Islam, sedangkan wakaf adalah perilaku seseorang yang memisahkan sebagian dari kekayaan yang dia
punyai untuk keperluan ibadah atau kepentingan public yang sesuai dengan ajaran syariah.
Pengelolaan zakat dilakukan oleh lembaga yang sistematis dan terorganisasi sehingga perolehan dana dapat
dialokasikan secara tepat sasaran. Pengalokasian dana ini dapat meningkatkan daya beli umat Muslim. Di sisi
lain, wakaf juga berdampak baik terhadap pembangunan ekonomi melalui pengurangan angka pengangguran
dan angka putus sekolah. Wakaf mengurangi angka pengangguran dengan mengelola aset wakaf dengan
memerlukan tenaga kerja. Wakaf juga menurunkan angka putus sekolah dalam bentuk wakaf pesantren atau
institusi pendidikan.
Dalam ditinjau literatur tentang peran perkembangan sosial ekonomi wakaf dalam negara-negara OIC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peran sosial ekonomi pengembangan wakaf paling banyak dipelajari di Malaysia dengan 27 artikel, diikuti oleh Indonesia dengan 19 artikel,
dimana mayoritas artikel menggunakan pendekatan empiris dengan metode kualitatif melalui wawancara. Ditinjau dari perannya, didapat
beberapa hasil bahwa :
·Terjadi pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan sosial melalui pelaksanaan bagi hasil wakaf untuk masyarakat.
· Manfaat wirausaha wakaf telah disalurkan ke sektor mikro sebagai bantuan dana pengembangan usaha.
·Manfaat pendidikan wakaf selama ini dialokasikan pada penyediaan dana pendidikan, sarana dan prasarana, termasuk gaji
guru.
·Wakaf juga menyediakan fasilitas kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan dengan peralatan medis dan pendirian
lembaga kesehatan.
· Selain itu, wakaf berperan penting dalam membangun pusat-pusat kegiatan keagamaan bagi masyarakat
Hasil penelitian dari paper ini memberi kontribusi teori untuk optimalisasi peran instrumen keuangan sosial Islam dalam pembangunan
sosial-ekonomi. Penelitian ini juga mendorong pentingnya penguatan peran wakaf dalam rangka meningkatkan pembangunan sosial dan ekonomi
negara-negara OIC.
Muhdlor, N. K., 2022, “Islamic Philanthropy (Zakat and Waqf) As A Form of Economic Crisis Management”, Budapest International Research and
Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal), 5(3), 19630-19635,hlm 19.630, dan 19632-19.634
Medias, F., Ab Rahman, A., Susamto, A. A., & Pambuko, Z. B., 2021, “A systematic literature review on the socio-economic roles of waqf: evidence
from organization of the Islamic cooperation (OIC) countries”, Journal of Islamic Accounting and Business Research, hlm 187-188
Bagaikan dua sisi mata koin, hubungan antara perlindungan lingkungan dan pembangunan ekonomi terdapat dua sisi.
Menurut Peng, Sheng dan Wei (2020), hubungan yang pertama adalah perlindungan lingkungan (environmental
protection) dapat memperlambat pembangunan ekonomi dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan karena
perlindungan lingkungan dapat membatasi pertumbuhan produksi output oleh manufaktur. Kemudian, hubungan
yang kedua adalah perlindungan lingkungan dapat meningkatkan pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Hal
ini karena perlindungan lingkungan secara bertahap dapat meningkatkan infrastruktur pembangunan ekonomi
dengan mempromosikan pembangunan ekonomi hijau. Peng, Sheng dan Wei (2020) menambahkan bahwa inovasi
ilmiah dan teknologi dapat mengurangi efek negatif dari perlindungan lingkungan terhadap pembangunan ekonomi
jangka pendek. Selain itu, untuk meningkatkan dampak positif perlindungan lingkungan terhadap pembangunan
ekonomi, pihak-pihak yang terlibat (stakeholder) dapat mengubah model pembangunan ekonomi, mengembangkan
industri perlindungan lingkungan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlindungan lingkungan
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Berdasarkan Sabrina (2020), Islam memandang pembangunan berkelanjutan dalam menjaga
lingkungan merupakan perintah langsung dari Allah. Dalam Al-Quran Surah ayat 61 menyampaikan bahwa jika manusia memanfaatkan
lingkungan dengan baik dan berkelanjutan, maka kemakmuran akan didapatkan.
“Dialah Allah yang menciptakan kamu dari unsur tanah dan memerintahkan kamu untuk memakmurkan dan mengelola lingkungan.” (Q.S 17: 61).
Islam juga memandang bahwa seluruh manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang Allah anugerahkan harus diikuti oleh kegiatan
perlindungan lingkungan Tujuan pemanfaatan sumber daya alam adalah untuk mengembangkan keseimbangan antara upaya peningkatan
kesejahteraan hidup dan kelestarian ekosistem agar bermanfaat secara lestari bagi seluruh umat manusia. Al Quran menegaskan hal
tersebut dalam Surah Al Qasas ayat 77 yang mana Allah SWT mengingatkan:
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS 28:77)
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin artinya agama ini menempatkan pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari proses ibadah yang dilakukan oleh pemeluknya. Upaya terus menerus harus dilakukan untuk menyadarkan umat
Muslim agar pengelolaan lingkungan yang baik dan terpadu menjadi bagian dari kehidupan.
Selain itu, umat Muslim harus menyadari azab berat yang akan Allah SWT berikan kepada orang-orang yang berbuat kerusakan lingkungan
alam.
Penelitian yang dilakukan oleh Ismail, Azlina, dan Saputra (2019) menemukan sebuah fakta bahwa seluruh negara UMIE
(upper-middle income) dan HIE (upper-middle income) pada negara Muslim yang diteliti adalah produsen minyak mentah,
sehingga negara-negara tersebut sangat bergantung pada energi tak terbarukan. Mayoritas negara Muslim UMIE dan seluruh
negara Muslim HIE memiliki tingkat kinerja lingkungan (environmental performance) yang rendah karena penurunan kinerja
lingkungan mereka pada tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 2006. Namun, kinerja lingkungan untuk Albania, Azerbaijan,
dan Turkmenistan berlawanan dengan negara-negara tersebut, yaitu telah menunjukkan peningkatan kinerja lingkungan.
Ismail, Azlina, dan Saputra (2019) menemukan bahwa mayoritas negara Muslim UMIE dan HIE menganggap bahwa kinerja
lingkungan tidak penting. Oleh karena itu, negara-negara tersebut menghadapi banyak masalah lingkungan. Hasil penelitian
juga menyiratkan bahwa negara-negara Muslim UMIE dan HIE memiliki perawatan lingkungan (environmental care) yang tidak
efektif sehingga sangat diperlukan yang mendesak untuk perbaikan lingkungan atau rehabilitasi. Berkaitan dengan
pengalaman dalam mengimplementasikan kebijakan luar negeri terkait lingkungan, Ismail, Azlina, dan Saputra (2019)
menemukan setidaknya terdapat tiga indikator signifikan yang dimiliki oleh Albania, Azerbaijan dan Turkmenistan dalam
kebijakan luar negeri lingkungan mereka, yaitu penggunaan dan efisiensi energi terbarukan, kolaborasi kebijakan
nasional-internasional, dan pengembangan protection area (PAs). Indikator-indikator ini dapat digunakan sebagai acuan bagi
negara-negara Muslim lainnya dalam menangani kinerja lingkungan mereka
Sabrina, R.,2020, “Environmental and Sustainable Development in Islamic Perspective”, Budapest International Research and Critics
Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences, hlm 2977 bagian Islam and Living Environment dan hlm 2984 bagian
Conclusion
Ismail, Roslina & Saputra, Jumadil & Azlina, A.A.., 2019, “Improving Environmental Performance of the Muslim World: Evidence from Affluent
Countries”, International Journal of Energy Economics and Policy, hlm 310-311 bagian Conclusion
Mohieldin, Inklusi keuangan merupakan faktor penting bagi pembangunan dan pertumbuhan
Iqbal, ekonomi. Selain itu, keuangan Islam dapat menawarkan alternatif yang layak terhadap
Rostom, pembiayaan konvensional berbasis hutang untuk meningkatkan inklusi keuangan dan
dan Fu mendorong pembangunan ekonomi.
(2012)
Iqbal, Zamir dan Mirakhor, Abbas. (2013). Islam’s Perspective on Financial Inclusion.
Economic Development and Islamic Finance, hlm. 183
Mohieldin, M., dkk. (2012). The Role of Islamic Finance in Enhancing Financial Inclusion in
Organization of Islamic Cooperation (OIC) Countries. Islamic Economic Studies, 20 (2),
55-120.
www.ugm.ac.id Locally Rooted, Globally Respected
Ayat
Al-Quran Surah Al-Isra Ayat 26:
“Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang dalam
perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
Ayat ini mendorong untuk memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, termasuk
memberikan pinjaman tanpa mengharapkan imbalan. Ayat ini juga menekankan pentingnya
kepedulian dan kemurahan hati, sehingga semua orang memiliki akses ke bantuan keuangan
ketika dibutuhkan.
Mohamma Inklusi keuangan Islam di Indonesia bersifat dependen, baik pada sisi supply
d Mahbubi maupun demand. Pada sisi demand, dipengaruhi oleh literasi keuangan (0.2759),
Ali (2020) komitmen religius (0.2215), socioekonomi (0.1893), pengaruh sosial (0.1759). Dari sisi
supply, dipengaruhi oleh human capital (0.3170), produk dan jasa (0.2427), kesiapan
infrastruktur (0.1799), serta regulasi dan kebijakan (0.1759). Hasil ini mengindikasikan
bahwa agenda inklusi keuangan Islam perlu berfokus pada peningkatan literasi
keuangan, human capital, serta barang dan jasa.
Iqbal dan Pembagian risiko menjadi salah satu tujuan utama dalam Islam. Instrumen keuangan
Mirakhor islam memungkinkan diversifikasi risiko supaya individu dapat memitigasi risiko
(2013) mereka. Selain itu, instrumen pembagian risiko Islam dapat mengurangi dampak
guncangan ekonomi, kekecewaan, dan penderitaan individu dengan
mendiversifikasikan risiko pada lebih banyak orang.
Ali, M.M., dkk. (2020). Islamic financial inclusion determinants in Indonesia: an ANP
approach. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management, 13(4), 727-747.