Anda di halaman 1dari 30

“PERAN FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION

MELALUI WORLD FOOD PROGRAMME DALAM


MENGATASI KRISIS PANGAN DI REPUBLIK
DEMOKTRATIK KONGO”

BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Fenomena perkembangan isu dalam hubungan internasional selalu menuai

perdebatan. Di mulai dari isu globalisasi, keamanan internasional, ekonomi

global, proliferasi nuklir, kejahatan terorganisasi, hingga isu hak asasi manusia

dan keamanan manusia (human security). Dengan seiring berjalannya waktu

berbagai ancaman-ancaman baru bermunculan, hal ini turut menandai bahwa

perang bukan lagi satu-satunya ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia.

Isu-isu yang semula erat kaitannya dengan studi hubungan internasional

adalah isu high politic (sarat akan isu pertahanan dan keamanan). Kemudian

beralih fokusnya pada isu-isu low politics (seperti ekonomi, lingkungan hidup,

kesehatan, terorisme) yang dianggap sama penting dengan isu high politics. 1

Terjadinya perubahan dan perkembangan pada isu hubungan internasional ini

cenderung berdampak pada ketidakstabilan politik dan ekonomi setiap negara,

ancaman-ancaman keamanan non-tradisional ini dianggap sebagai tantangan

1
Kegley dan Wittkopf, World Politics: Trends and Transformation. New York: St. Martin’s Press,
1997: p. 4-6
dalam upaya memelihara keberlangsungan hidup masyarakat internasional

yang berdampak dari aktivitas non-militer. Isu permasalahan keamanan non-

tradisional memang bukan suatu fenomena baru dalam hubungan

internasional, namun pemahaman dari ancaman keamanan ini muncul di era

pasca-Perang Dingin.

Memasuki fase globalisasi, para pemimpin global berpendapat bahwa

keamanan bersifat multidimensi (Beeson, 2017). Hal ini kemudian mendorong

adanya pergeseran perspektif dengan lebih mengedepankan keamanan

manusia (human security) di setiap negara. Gagasan keamanan manusia

(human security) menurut PBB dalam Human Security Handbook, merupakan

hak manusia dalam kebebasan hidup dan martabat, serta bebas dari

kemiskinan dan keputusasaan.2 Gagasan lain juga nampak dari Human Report

1994 dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP)

yang mendefinisikan bahwa keamanan manusia ialah “Freedom from fear,

freedom from want, and freedom to live dignity” (UNDP, 1994). PBB juga

turut menyebutkan beberapa aspek dalam keamanan manusia (human

security), yaitu; economic security, health security, community security,

enviromental security, personal security, political security, and food security.3

Dampak dari ketidakstabilan politik dan ekonomi terus meningkat di

dunia, sejak tahun 2010 konflik berbasis negara meningkat 60% dan konflik

2
United Nations Trust Fund for Human Security, “Human Security Handbook: An integrated
approach for the realization of the Sustainable Development Goals and the priority areas of the
international community and the United Nations system,” Human Security Unit United Nations,
2016: p. 6.
3
Ibid, p. 7.
bersenjata di dalam negara meningkat menjadi 125%.4 Lebih dari separuh

populasi mengalami kondisi rawan pangan yang diidentifikasi dalam laporan

PBB ialah masyarakat yang tinggal di negara-negara dengan konflik maupun

kekerasan berkelanjutan. Terdapat lebih dari tiga perempat anak-anak

mengalami kekurangan gizi kronis di dunia.

Grafik 1.1
FAO: Prevalence of Undernourishment in the world by region, 2000–2016.
Sumber: FAO, “The State of Food Security & Nutrition in The World 2017”
https://www.fao.org/3/I7695e/I7695e.pdf . Diakses pada tanggal 20 Desember 2022.

Dari grafik diatas, FAO mengakumulasikan jumlah keseluruhan orang

yang mengalami kekurangan gizi kronis dimulai tahun 2014 dari 775 juta jiwa

meningkat menjadi 777 juta jiwa di tahun 2015 dan diperikirakan telah

meningkat lebih lanjut pada tahun 2016 sebesar 815 juta jiwa. 5 Kondisi krisis
4
Leah Samberg, “World hunger is Increasing thanks to wars and climate change”. The
Conversation, https://theconversation.com/world-hunger-is-increasing-thanks-to-wars-and-
climate-change-84506 . Diakses pada 02 Januari 2023.
5
FAO of the United Nations, “The State of Food Security & Nutrition in The World 2017”
https://www.fao.org/3/I7695e/I7695e.pdf . Diakses pada tanggal 20 Desember 2022.
pangan global dengan kemungkinan total 265 juta orang kelaparan dalam

setahun, kombinasi konflik kekerasan telah menyebabkan peningkatan

dramatis dalam jumlah orang yang hidup di ambang kelaparan, hal tersebut

berdampak mengancam keamanan manusia (human security) dalam bertahan

hidup. Menurut FAO, ketika satu aspek keamanan manusia (human security)

terganggu, maka dapat dikatakan human security seseorang juga akan

terganggu, di mana hubungan antara human security dan food security

didasarkan pada gagasan realisasi penuh hak asasi manusia atas kecukupan

pangan, sebagai hak asasi manusia yang fundamental, dan hak asasi yang tidak

meninggalkan siapa pun.6

Food security berarti bahwa semua orang setiap saat baik secara psikologis

maupun secara ekonomis memiliki akses terhadap makanan pokok.7

Sedangkan krisis pangan atau sering disebut juga food insecurity merupakan

suatu kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

pangannya. Ancaman pangan atau kelaparan ditandai oleh hambatan distribusi

dan kelangkaan makanan yang sangat mempengaruhi kebutuhan dasar

manusia, dan apabila hal tersebut tidak dapat terpenuhi secukupnya maka

ancaman kejahatan serta kekerasan/konflik internal sulit untuk dihindarkan

sehingga dapat mengganggu stabilitas keamanan suatu negara. Dampak dari

krisis pangan ini sering kali menyebabkan berbagai macam aksi kriminal,

seperti memperebutkan makanan hingga banyak terjadi penjarahan-penjarahan

6
FAO of the United Nations, “Human Security & Food Security,” United Nations Human Security
Unit, 2016: p. 3.
7
Angga Nurdin Rachmat, “Keamanan Global Transformasi Isu Keamanan Pasca Perang
Dingin.” Bandung: Alfabeta, 2015: p.265
yang dilakukan masyarakat untuk bertahan hidup. Banyak penyebab alasan

terjadinya fenomena ini, salah satu yang paling disorot sebagai penyebab

utamanya ialah perubahan iklim dan bencana alam (seperti kekeringan dan

serangan hama),8 juga konflik bersenjata di wilayah tertentu yang terjadi dari

waktu ke waktu hingga menyebabkan keadaan krisis pangan yang parah.

Banyak negara yang telah berjuang melawan kondisi ekstrem ini dalam jangka

waktu yang lama, dan berakibat pada ketidakmampuan pemerintah negara

tersebut dalam mengatasi keadaan ini.

Salah satu wilayah dengan kasus kelaparan terbesar dialami oleh banyak

negara di Benua Afrika, fenomena krisis pangan meningkat pesat. Mayoritas

wilayah yang terkena krisis pangan memiliki alasan yang sama; sebagai akibat

dari adanya konflik bersenjata yang terjadi di dalam negaranya, serta minat

daya beli dari masyarakat yang lemah, juga akibat dari penularan virus

penyakit berbahaya, dan beberapa kasus terdampak dari bencana alam. Benua

Afrika memiliki banyak negara berkembang di wilayahnya, Afrika disebut

juga sebagai benua dengan negara-negara dunia ketiga, 9 dan wilayah dengan

konflik yang seakan tidak ada habisnya. Selain identik dengan peperangan,

benua Afrika terdapat banyak negara-negara miskin di kawasannya.

Konflik yang dihadapi oleh negara-negara di Afrika juga bermacam-

macam, seperti konflik agama, perang saudara, perebutan tanah atau wilayah,

konflik antar etnis, rezim militeristis, konflik intra oposisi dengan pemerintah,

8
Leah Samberg, loc. cit.
9
I Putu Hendra Mas Martayana, “POSKOLONIALITAS1 DI NEGARA DUNIA KETIGA”. Ejournal
Undiksha. Vol 1 No. 2. 2019. p. 15. Diunduh pada tanggal 01 Januari 2023.
dan peperangan domestik lainnya yang menghadiahi mimpi buruk bagi negara

tersebut.10 Konflik peperangan ini semakin memperburuk situasi karena

bantuan kemanusiaan yang disediakan sering kali tidak dapat masuk ke

wilayah yang terkena dampak untuk membawa bantuan darurat. Sehingga

berdampak terjadinya aksi perpindahan penduduk dalam negeri dalam jumlah

besar-besaran yang terjadi di Afrika,11 hal tersebut memperparah kondisi

stabilitas serta keamanan negara seperti yang terjadi di negara-negara di

kawasan Afrika bagian Tengah.

Disebabkan oleh konflik internal yang terjadi di dalam pemerintahan

negara-negara di Afrika Tengah dan naiknya harga pangan dalam negeri,

keadaan sosial masyarakat berdampak pada terjadinya krisis pangan yang

membuat kurang lebih 1,7 juta penduduk negara kawasan Afrika Tengah

memutuskan mengungsi ke negara lain untuk mencari perlindungan, seperti

yang terjadi di Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, Chad, dan Republik

Demokratik Kongo. Selain itu, jumlah angka kelaparan masyarakat naik dua

kali lipat setiap tahunnya.12

Konflik internal seperti perang antar suku, dan keadaan darurat seperti

bencana alam yang terjadi telah menewaskan ribuan orang, memaksa

masyarakat meninggalkan tempat tinggal mereka, menghancurkan ladang

serta tanaman sumber pangan, sehingga masyarakat tidak lagi memiliki lahan

10
Abdalla Bujra, “African Conflicts: Their Causes and Their Political and Social Environment”.
DPMF Occasional Paper, No. 4. Diunduh pada 28 Desember 2022.
11
Ani Khoirunnisa, Christina Lisa Wibowo. “Peran FAO dalam Upaya Menanggulangi Masalah
Krisis Pangan di Republik Afrika Tengah Tahun 2015-2017”, Global Insight Journal. Vol. 06 No.
2. 2021. p. 42. Diunduh pada 01 Januari 2023.
12
Ibid, p. 43-45
yang cukup dan alat yang memadai untuk mengolah pertanian, menyebabkan

kondisi darurat pangan di kawasan Afrika semakin mengkhawatirkan.

Sebagian besar konflik terjadi juga melanda hampir seluruh wilayah di

Republik Demokratik Kongo sebagai negara dengan dampak konflik berupa

perpindahan penduduk dalam negeri terbesar yang terjadi di Benua Afrika.

Republik Demokratik Kongo (RDK) sebelumnya dikenal dengan nama

Zaire hingga tahun 1997, merupakan negara terbesar kedua di Afrika. Di mana

luas wilayahnya mencapai 2.345.409 km2, dengan ibukota Kinshasa. RDK

dulunya memiliki 11 provinsi akan tetapi pada tahun 2015 terdapat perubahan

menjadi 26 provinsi13. RDK diberkahi dengan sumber daya alam yang

melimpah dan populasi muda yang sangat beragam diperkirakan akan

meningkat dua kali lipat dalam dua puluh tahun mendatang. Dengan memiliki

sumber daya mineral yang cukup besar termasuk kobalt, tantalum, timah,

emas, dan berlian, terutama di bagian selatan dan timur negara.14

Gambar Peta 1.1


Republik Demokratik Kongo

13
“RD Kongo”. https://kemlu.go.id/nairobi/id/read/rd-kongo/3410/etc-menu. Diakses pada 02
Januari 2023
14
Dennis Cordell, “Democratic Republic of the Congo”. Britannica, 2021.
https://www.britannica.com/place/Democratic-Republic-of-the-Congo. Diakses pada 02 Januari
2023.
Sumber: Republik Demokratik Kongo. https://www.geografi.org/2017/11/negara-
republik-demokrasi-kongo.html. Diunduh pada 04 Januari 2023

Namun, sejarah eksploitasi brutal negara tersebut selama kolonialisme dan

kemudian otoritarianisme, krisis politik, dan perang telah membuat kondisi

pemerintahan yang sangat rapuh, dengan kemampuan terbatas untuk

menyediakan layanan sosial dan ekonomi bagi masyarakat. 15 RDK telah

mengalami konflik internal negaranya sejak mendapatkan status kemerdekaan

dari Belgia pada tahun 1960. Kondisi ini mengakibatkan kekerasan yang

terjadi semakin besar dan juga penyelesaian konflik menjadi sulit untuk
15
Global Hunger Index. “Democratic Republic of Congo A Closer Look at Hunger and
Undernutrition”. https://www.globalhungerindex.org/case-studies/2020-drc.html. Diunduh tanggal
01 Januari 2023.
dilaksanakan. Sistem pemerintahan yang buruk selama beberapa dekade dan

campur tangan asing telah menciptakan situasi yang rapuh di seluruh negeri,

ditandai dengan institusi disfungsional dengan korupsi yang meluas,

infrastruktur publik yang sangat rusak dan layanan publik yang buruk, konflik

dan kekerasan yang berulang yang sebagian besar terkait dengan sumber daya

alam, perpindahan penduduk secara paksa, wabah penyakit, akses terbatas ke

lahan pertanian dan pasar dan akses kemanusiaan terbatas.16

Konflik antara pemerintah dan kelompok milisi17 di RDK menimbulkan

dampak parah, warga sipil menjadi korban utama dari konflik yang terus

terjadi. Selain itu terjadinya penyebaran wabah virus ebola18 tercatat pada

tahun 1976 hingga 2020 lalu membuat permasalahan krisis pangan di RDK

menjadi semakin kompleks. Mayoritas masyarakat kehilangan tempat tinggal

dan terdampak krisis pangan. Perempuan dan anak-anak menempati urutan

tertinggi yang terkena imbas dari adanya konflik, anak-anak menderita kurang

gizi karena harus mengalami perpindahan dari satu tempat ke tempat lain

tanpa adanya fasilitas tempat tinggal serta sarana kesehatan yang memadai,

diperparah pula dengan kurangnya ketersediaan pangan yang cukup.19

Kemiskinan ekstrem, pengungsian, kurangnya layanan dasar yang berfungsi,

16
WFP. “Evaluation of Democratic Republic of the Congo Interim Country Strategic Plan 2018-
2020 Evaluation Report: Vol. I”.
https://docs.wfp.org/api/documents/WFP-0000119817/download/. Diunduh tanggal 04 Januari
2023.
17
“Kelompok Milisi adalah suatu kelompok penduduk sipil yang diorganisasikan untuk
membentuk suatu jasa paramiliter, disebut juga kelompok bersenjata liar.”
18
WHO, “Ebola Virus Disease”, https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ebola-virus-
disease. Diakses tanggal 02 Januari 2023.
19
Kathryn Reid. “DRC conflict: Facts, FAQs, and how to help”. 2019:
https://www.worldvision.org/disaster-relief-news-stories/drc-conflict-facts. Diunduh tanggal
4 Januari 2023.
dan infrastruktur yang buruk mengakibatkan RDK menjadi salah satu negara

dengan krisis kemanusiaan terparah di dunia.

Pada Februari 2013, RDK menempuh langkah diplomatis berupa

penandatanganan perjanjian untuk mengupayakan misi perdamaian di wilayah

rawan konflik. Dilakukan oleh presiden RDK bersama 10 perwakilan negara

Afrika lainnya; Afrika Selatan, Rwanda, Tanzania, Kongo, dan Sudan Selatan

serta wakil dari Uganda, Angola, Zambia, Burundi, dan Republik Afrika

Tengah.20 Sejak 2016, krisis berkepanjangan terjadi di bagian timur (provinsi

Ituri, Kivu Utara, Kivu Selatan, dan Tanganyika) yang kemudian semakin

buruk dan meluas ke daerah yang sebelumnya stabil, seperti Kasai dan

Equateur, memaksa sekitar 4,8 juta pengungsi internal (internally displaced

person/IDP) untuk melarikan diri dari desa mereka dan kehilangan mata

pencaharian dan pekerjaan pertanian mereka.

Terhitung 2,1 juta orang menjadi pengungsi internal/IDP sepanjang tahun

2017, hal tersebut menjadikan RDK sebagai negara Afrika dengan jumlah

pengungsi internal tertinggi.21 Sekitar 13 juta orang kekurangan makanan yang

cukup, termasuk lebih dari 1,3 juta anak di bawah 5 tahun yang terkena gizi

buruk akut.22 Pemerintahan RDK telah melakukan segala upaya untuk dapat

20
voaindonesia.com, 2013. “11 Negara Afrika Tandatangani Perjanjian Damai untuk Akhiri
Konflik di RDK”. Retrieved from VOA Indonesia: https://www.voaindonesia.com/a/sebelas-
negara-afrika-tandatangani-perjanjian-damai-untuk-akhiri-konflik-di-rdk/1609949.html?
share=true. Diakses 9 Januari 2023
21
IDMC. “Global Report on Internal Displacement 2018”
https://www.internal-displacement.org/sites/default/files/publications/documents/201805-final-
GRID-2018_0.pdf. Diakses pada 04 Januari 2023.
22
Global Hunger Index. “Democratic Republic of Congo A Closer Look at Hunger and
Undernutrition”. https://www.globalhungerindex.org/case-studies/2020-drc.html. Diunduh tanggal
01 Januari 2023.
mengatasi konflik negaranya, hal tersebut menarik simpatik dari PBB untuk

membantu RDK dalam mengatasi konflik berkepanjangan yang terjadi;

menjalankan misi perdamaian di wilayah RDK dengan mengirimkan pasukan

perdamaian yang dikenal sebagai pasukan United Nations Organization

Mission in The Democratic Republic of The Congo (MONUC). PBB melalui

Departement of Peacekeeping Operations ini melakukan penjagaan dan

pengawasan terhadap proses perdamaian.

Akan tetapi, tak selesai sampai situ, RDK masih tidak dapat bernafas

dengan lega karena krisis rawan pangan di sebagian besar wilayah RDK

mengalami peningkatan yang sangat mengkhawatirkan.

Gambar Peta 1.2


Democratic Republic of the Congo
IPC: Acute Food Insecurity Situation

Sumber : IPC. “Democratic


Republic of the Congo (DRC):
Acute Food Insecurity
Situation August 2018 - June 2019”. https://www.ipcinfo.org/ipc-country-analysis/details-
map/en/c/1151753/?iso3=COD
Pada pertengahan 2019 analisis IPC menunjukkan telah terjadi

peningkatan tajam sekitar 30% jumlah orang yang mengalami rawan pangan

akut di RDK selama setahun terakhir. jumlah orang dalam tingkat kerawanan

pangan darurat dan krisis atau IPC Tahap 4 dan 3 naik sebanyak 2,3 juta

orang, dari angka awal sebanyak 13 juta menjadi 15,5 juta.23

Tabel 1.1
Integrated Food Security Phase Classification (IPC)
Sumber: FAO. “IPC Global Partners. Integrated Food Security Phase Classification Technical
Manual; Version 1.1”. http://www.fao.org/3/i0275e/i0275e.pdf. Diunduh tanggal 21 Desember
2022.

Integrated Food Security Phase Classification (IPC) merupakan ketentuan

yang digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan pangan yang terjadi

pada suatu wilayah.24 IPC digunakan untuk menggambarkan seberapa

parahnya keadaan darurat pangan dan situasi malnutrisi akut di suatu negara,

23
IPC. “Democratic Republic of the Congo (DRC): Acute Food Insecurity Situation”;
https://www.ipcinfo.org/ipc-country-analysis/details-map/en/c/1152131/?iso3=COD. Diunduh
pada 27 Desember 2023.
24
FAO. “IPC Global Partners. Integrated Food Security Phase Classification Technical Manual.
Version 1.1”. http://www.fao.org/3/i0275e/i0275e.pdf. Diunduh tanggal 21 Desember 2022.
sesuai dengan standar ilmiah yang diakui secara internasional. Berdasarkan

tabel diatas, terdapat lima skala yang dimaksudkan untuk membantu

pemerintah dan aktor kemanusiaan lainnya supaya dapat dengan cepat

memahami suatu krisis (atau potensi krisis) dan mengambil tindakan baik

dalam rangka penanganan maupun pencegahan.25

Sebagai bentuk upaya menangani permasalahan krisis pangan yang terjadi

pemerintah RDK meminta bantuan PBB yang kemudian memerintahkan FAO

(Food Agriculture Organization) secara khusus untuk mengintervensi dan

menyelesaikan permasalahan krisis pangan yang terjadi di negara tersebut.

FAO merupakan sebuah organisasi lembaga kemanusiaan yang memberikan

bantuan pangan dalam keadaan darurat. Di bawah naungan PBB, FAO

bertugas memberikan bantuan kemanusiaan dalam memenuhi kebutuhan

pangan dengan prinsip penyelamatan dan reaksi secara cepat.

Pada dasarnya FAO bertujuan untuk meningkatkan gizi dan juga standar

kemakmuran hidup, serta meningkatkan produktivitas pertanian dan

memperbaiki kehidupan masyarakat pedesaan.26 FAO juga mengupayakan

berbagai cara guna mendukung berbagai kebijakan dan juga informasi-

informasi mengenai ketahanan pangan yang mencakup daripada kebutuhan

nutrisi yang baik. Selain itu, FAO juga melibatkan WFP (World Food

Programme) yang merupakan lembaga organisasi bantuan kemanusiaan dan

25
IPC. “Understanding the IPC Scales”.
https://www.ipcinfo.org/fileadmin/user_upload/ipcinfo/docs/communication_tools/brochures/
IPC_Brochure_Understanding_the_IPC_Scales.pdf. Diunduh pada 21 Desember 2022
26
FAO. “Democratic Republic of the Congo and FAO: Building resilience and sustainable food
and nutrition security”. https://www.fao.org/3/ax523e/ax523e.pdf. Diunduh pada 19 Desember
2022
perkembangan jangka panjang untuk program pangan di negara-negara

berkembang. FAO dan WFP sering bekerjasama dalam melakukan misi

penanganan darurat ketahanan pangan di berbagai negara di dunia, seperti

menangani kasus di RDK yang dianggap menjadi salah satu negara dengan

kondisi darurat mengkhawatirkan karena banyak orang yang membutuhkan

bantuan makanan guna mencegah situasi yang lebih buruk terjadi.

WFP dibentuk sebagai organisasi yang menangani bantuan pangan

multilateral dengan masa percobaan selama 3 tahun dan dikelola secara

bersama-sama oleh PBB dan FAO. WFP pertama kali beroperasi dan mulai

bertugas pada tahun 1963 dengan mandat memberi bantuan pangan dan

mendukung pembangunan sosial dan ekonomi, menyediakan bantuan makan

dan logistik lainnya dalam keadaan darurat, serta mempromosikan World

Food Security (ketahanan pangan dunia).27 dan secara struktural WFP telah

permanen dinyatakan sebagai salah satu badan khusus PBB yang paling

sukses terutama pada bantuan logistik dan efektivitas operasional organisasi

serta semboyan dari WFP sebagai organisasi yaitu “feed the hungry”. 28

Program-program WFP berfokus pada pengembangan pelayanan

masyarakat untuk mempromosikan program pangan. Tugas dan kegiatan WFP

erat kaitannya dengan dua organisasi lain yang seringkali disebut sebagai

Rome Alliance yaitu FAO dan International Fund for Agricultural

Development (IFAD). Ketiganya bekerja untuk memenuhi amanat World


27
Rani Hariani. “Peran World Food Programme (WFP) dalam Menangani Krisis Pangan di Sierrra
Leone Tahun 2009-2011”. JOM FISIP. Vol. 4. No. 1. 2017. p. 4.
28
Daniel O’connor, et.al.. 2017. “Living with insecurity: Food security, resilience, and the World
Food Programme (WFP)”. Global Social Policy. Vol. 17. No. 1. 2017. p. 3–20.
Food Summit dalam mengurangi kelaparan global dan kemiskinan. WFP

melakukan operasi bantuan pangan, sedang FAO bergerak melalui bantuan

pembangunan pertanian secara teknis, dan IFAD melakukan bantuan

keuangan internasional.29 Hal lain yang membedakan antara FAO dan WFP

adalah WFP berfokus pada bantuan darurat, rehabilitasi, bantuan

pembangunan, dan operasi khusus. Delapan dari sepuluh tempat WFP bekerja

adalah negara yang mengalami konflik, di mana individu atau masyarakatnya

tidak kali lipat lebih berisiko mengalami malnutrisi dibandingkan dengan

negara tanpa konflik30, Sedangkan FAO lebih luas, tidak hanya memberikan

bantuan, namun membantu negara menciptakan pangan yang berkelanjutan,

salah satunya melakukan kerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan

pertanian, perikanan, dan kehutanan yang produktif dan berkelanjutan. 31

Tujuan pembangunan berkelanjutan yang merupakan program prioritas dari

FAO dan WFP bertujuan untuk mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan

pangan, meningkatkan kualitas nutrisi dan mempromosikan program pertanian

berkelanjutan.

Pada bulan Januari 2018, World Vision melakukan penilaian dengan WFP

dan menemukan bahwa lebih dari 52% anak-anak menderita stunting serta

15% mengalami malnutrisi akut. Peningkatan 750% dalam kerawanan pangan

dari tingkat sebelum krisis masuk dalam kasus malnutrisi masal, dan

29
Reuters Staff. “What is the World Food Programme, and what does it do?”.
2020.https://www.reuters.com/article/uk-nobel-prize-peace-wfp-factbox-idUKKBN26U1CY.
Diunduh tanggal 02 Januari 2023.
30
WFP, “Overview,” https://www.wfp.org/overview. Diakses tanggal 04 Januari 2023.
31
FAO, “What we do.” https://www.fao.org/about/what-we-do/so2/en/. Diakses tanggal 04 Januari
2023.
menempatkan 400.000 anak pada risiko kematian tinggi. 32 Humanitarian

Response Plan for 2017-2019 yang dibuat oleh WFP mengatur secara detail

hal-hal terkait intervensi bantuan yang dilakukan oleh WFP di RDK. Program

emergency crisis yang dilakukan oleh WFP di RDK mencakup tujuh provinsi

dengan jumlah penduduk terbanyak dan terdampak konflik yaitu Kivu Utara,

Kivu Selatan, Ituri, Kasai, Kasai Tengah, Kasai Oriental, dan Tanganyika dan

akan dilakukan peningkatan program yang signifikan untuk mencegah krisis

pangan yang semakin parah.33

FAO dan WFP memastikan bahwa pusat bantuan pangan akan dibangun di

ibu kota regional Kananga dan Tshikapa supaya dapat membantu melakukan

tinjauan serta menganalisis ketahanan pangan dan gizi untuk krisis pangan

yang terjadi. Tingkat kerawanan pangan yang mengejutkan di RDK

menjadikannya sebagai negara dengan krisis kelaparan paling mendesak di

dunia.

FAO bekerjasama dengan WFP secara cepat meningkatkan intervensi

mereka di seluruh wilayah RDK untuk mencegah situasi semakin memburuk.

Konflik yang sedang berlangsung telah menggusur dan menghancurkan

populasi di wilayah Kasais tengah, serta provinsi Ituri, Kivu Utara dan

Selatan, dan Tanganyika. Konflik juga telah mengganggu perekonomian dan

menekan produksi pangan. Bagi lembaga kemanusiaan yang turut serta

memberikan bantuan dalam penanganan krisis pangan Republik Demokratik


32
World Vision, “Will You Hear Us?”. 2018. https://www.wvi.org/sites/default/files/Will%20You
%20Hear%20Us%20Sep%2016_FINAL.pdf. Diunduh tanggal 29 November 2020.
33
WFP. “Democratic Republic of the Congo”. https://www.wfp.org/countries/democratic-
republiccongo. Diunduh tanggal 29 Desember 2023.
Kongo menghadirkan banyak tantangan antara lain, kelaparan, pengungsian,

penyakit, dan kekerasan.34 FAO dan WFP menyatakan bahwa RDK menjadi

salah satu negara yang mengalami kondisi darurat karena banyak orang yang

membutuhkan bantuan makanan.

Dengan adanya pangan yang cukup, maka akan menggerakkan roda

perekonomian dan aktivitas-aktivitas lainnya sehingga pada akhirnya hal

tersebut akan membantu kondisi ekonomi masyarakat yang terkena bencana

kelaparan. Krisis pangan adalah masalah bersama masyarakat internasional

yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan sigap. Hal ini menjadi

menarik untuk dibahas, diteliti dan ditulis. Berdasarkan beberapa faktor di atas

tulisan ini bertujuan untuk membahas peran Food Agriculture Organization

(FAO) melalui World Food Programme (WFP) dalam mengentas

permasalahan krisis pangan yang terjadi baik dari strategi, hambatan, dan

tantangan apa saja yang terjadi dalam upaya memulihkan keadaan di Republik

Demokratik Kongo. Alasan peneliti tertarik membahas mengenai penelitian

ini adalah karena isu human security dan food insecurity yang dialami

Republik Demokratik Kongo (RDK) merupakan suatu hal yang kompleks dan

menarik untuk dibahas sehingga membutuhkan analisis yang mendalam.

1.2. Fokus Masalah

Agar penelitian ini terfokus pada satu pokok permasalahan, maka fokus

masalah pada penelitian ini meliputi:


34
WFP. “Emergency Operation Democratic Republic of Congo”.
https://docs.wfp.org/api/documents/WFP0000022212/download/?
_ga=2.121354184.1559536485.1606686485-268234930.1582788896. Diunduh tanggal 30
Desember 2023.
1.2.1. Pembatasan Bidang

FAO bekerjasama dengan WFP guna meningkatkan intervensi mereka di

seluruh wilayah RDK untuk mencegah situasi semakin memburuk. Kondisi

pasca-konflik internal yang terjadi memperburuk situasi dan berdampak pada

penyaluran bantuan kemanusiaan darurat menjadi terhambat. Sehingga

peneliti membatasi fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

keterlibatan FAO dan WFP dalam menangani krisis pangan di RDK, baik

dalam mengetahui proses pemulihan, hambatan, dan program-program yang

dilakukan.

1.2.2. Pembatasan Waktu

Dinamika krisis pangan yang terjadi pada RDK berlangsung lama. Pada

tahun 2017 WFP Kembali mengumumkan keadaan darurat level 3 untuk

krisis pangan di wilayah RDK yang mencakup enam provinsi terpadat dan

terkena dampak konflik yaitu Kivu Utara, Kivu Selatan, Ituri, Kasai, Kasai

Tengah, dan Tanganyika. Maka penulis membatasi penelitiannya yaitu saat

RDK diumumkan darurat level 3 oleh WFP pada tahun 2017 hingga kondisi

pemulihan terbaru tahun 2022.

1.3. Tinjauan Pustaka

Peneliti dalam tinjauan pustaka ini mencoba membandingkan beberapa

tulisan dari peneliti lain yang telah ditulis sebelumnya dengan kajian yang

dilakukan oleh penulis sendiri. Dalam hal ini, penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya memiliki relevansi sehingga dapat membantu penulis untuk

mengembangkan pengetahuan dalam melakukan penelitian ini.

1.3.1 jurnal

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

diambil yaitu: “Bagaimana peran Food and Agriculture Organization melalui

World Food Programme dalam mengatasi krisis pangan di Republik

Demokratik Kongo?”

1.5. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan yang diantaranya terdapat

tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

kontribusi organisasi internasional dalam memenuhi kebutuhan hidup

masyarakat dunia melalui bantuan pangan dan kemanusiaan.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran,

serta mengkaji hambatan maupun tantangan yang dihadapi oleh FAO

dan WFP dalam menangani krisis pangan di RDK dari tahun 2018-

2022.
1.6. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis dapat mempermudah penelitian ini dan juga dapat

menjadi landasan untuk memperkuat dalam hal analisis. Sebagai pedoman,

maka pendekatan yang dianggap sesuai dengan permasalahan yang digunakan

dalam penelitian ini. Kerangka teori ini nantinya akan berguna untuk

membahas fenomena, sebagaimana menurut Viotti & Kauppi, bahwa teori

memberikan pemahaman yang lebih baik. Although accurate description is

essential, theory is something more35. Kerangka teori yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pluralis, organisasi

internasional, konsep peran, dan konsep ketahanan pangan.

1.6.1 Pendekatan Pluralis

Pendekatan ini digunakan untuk mempermudah peneliti dalam

mengkaji, dan menjawab permasalahan dengan tepat dalam

menganalisa sebuah fenomena, peran aktor non-negara meningkat,

sehingga muncul keterkaitan antar aktor non-negara dengan aktor

negara sebagai pandangan “pluralis”. Pluralisme menjadi grand theory

yang akan digunakan dalam penelitian ini, karena terdapat kesamaan

pandangan dalam memandang suatu masalah yang akan di teliti. Yang

mana FAO dan WFP merupakan aktor non-negara dan permasalahan

pangan ini bukanlah menjadi masalah bagi satu negara saja, melainkan

masyarakat internasional. Paradigma pluralis menyatakan bahwa aktor-

35
Paul R. Viotti, dan Mark V. Kauppi. “International Relations World Politics Fifth Edition”,
New York: Pearson, 2013. p.26.
aktor dalam hubungan internasional tidak saja terdiri dari aktor negara

melainkan pula aktor non-negara termasuk pula di dalamnya societal

(masyarakat).36

Pluraslime merupakan salah satu perspektif yang berkembang

pesat. Kaum pluralism memandang bahwa hubungan internasional tidak

hanya terbatas pada hubungan antar negara saja tetapi juga merupakan

hubungan antar individu dan kelompok kepentingan dimana negara

tidak selalu sebagai aktor utama atau tanggal. 37 Salah satu asumsi dasar

dalam pandangan pluralis yang ditemukan Paul R. Viotti dan Mark V.

Kauppi dalam bukunya “International Relations Theory: Realism,

Pluralism, Globalism, and Beyond” menyatakan bahwa: “Peran aktor

non-negara juga penting di dalam hubungan internasional. Hal ini

dikarenakan keterlibatan mereka dalam beragam isu seperti

perdagangan internasional, pertahanan, pelucutan senjata, perdamaian

dunia, pembangunan sosial budaya, kesehatan pengungsi, lingkungan

hidup, pariwisata, perburuhan serta kampanye penghapusan hambatan

perdagangan internasional.38

Peneliti menggunakan 3 pandangan Pluralis. Pertama, pandangan

pluralis mengenai adanya aktor lain selain negara yang penting dalam

politik internasional. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji FAO dan

36
Anak Agung B.P, dan Yanyan Moch. Yani. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. p.12.
37
Ibid, p. 26
38
Paul R. Viotti, dan Mark V. Kauppi. “International Relations Theory: Realism, Pluralism,
Globalism, and Beyond”. 1990; p. 1992-1993.
WFP yang dipercaya oleh PBB untuk menangani permasalahan

kelaparan di dunia dengan memfokuskan pada bantuan pangan dan

bantuan kemanusiaan. Kedua, negara bukanlah unitary actor/aktor

tanggal, karena aktor-aktor lain selain negara juga memiliki peran yang

sama pentingnya dengan negara da menjadikan negara bukan satu-

satunya aktor. Seiring berjalannya waktu, aktor-aktor baru bermunculan

seperti organisasi internasional yang mempunyai bidang-bidang yang

spesifik, mempengaruhi kebijakan negara dan ikut serta dalam

menyelesaikan masalah yang dialami negara di dunia ini. Kemudian

yang terakhir, pandangan mengenai masalah-masalah yang terjadi tidak

lagi terpaku pada power atau national security, tapi meluas pada

masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lain-lain. Dalam penelitian ini,

peneliti mengkaji isu bidang sosial yaitu kelaparan. Sehingga masalah

yang dibahas tidak terpaku pada ranah power ataupun national security.

Pendekatan pluralisme ini digunakan oleh peneliti karena dirasa

relevan denga penelitian yang akan dikaji, berdasarkan penjelasan

tersebut peneliti akan melihat aktivitas FAO dan WFP sebagai aktor

non-state, dalam menyelesaikan masalah di luar masalah power.

1.6.2 Organisasi Internasional

Organisasi internasional didefinisikan sebagai sebuah bentuk

kerjasama internasional yang berlandaskan atas sebuah perjanjian dasar

untuk melaksanakan fungsi yang memberikan manfaat timbal balik


yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan secara berkala.39

Meskipun terdapat aktor lain seperti negara, organisasi internasional

juga dapat memainkan peran kunci dalam hubungan internasional dan

dunia politik.40 Hal ini karena organisasi internasional dapat

menghimpun kekuatan kolektif negara-negara dalam menyelesaikan

masalah global.

Definisi tersebut memberi gambaran bahwa organisasi

internasional tidak hanya mengenai hubungan antar pemerintah saja

namun juga non-pemerintah, karena pada dasarnya organisasi

internasional adalah sebuah struktur yang di buat atas dasar perjanjian

anggotanya, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Dari dua atau

lebih negara berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan

bersama para anggotanya.41 Karen Mingst menyatakan bahwa

organisasi internasional merupakan agensi-agensi atau badan-badan

internasional yang dibentuk oleh negara-negara dan dikendalikan oleh

anggota-anggotanya, yang berhubungan dengan kepentingan bersama.42

Clive Archer mendefinisikan organisasi internasional dengan “a

formal continuous structure established by agreement between

members (governmental or non-governmental) from two or more

39
Teuku May Rudy. “Administrasi dan Organisasi Internasional”. 1998. Jakarta: Refika Aditama.
p. 2.
40
Paul R. Viotti, dan Mark V. Kauppi.”International Relations World Politics Fifth Edition”,
loc.cit.
41
Clive Archer, “International Organization, George Allen & Unwin”. New South Wales; 1983, p.
35.
42
Karen Mingst. “Essentials of International Relations”. 1999. New York: W.W. Norton. p. 269
sovereign state with the aim of pursuing the common interest of the

membership”. Menurut Archer, organisasi internasional memiliki

structural formal, berkelanjutan dibentuk dengan pesetujuan para

anggota nya. Clive Archer membagi peranan organisasi internasional

menjadi 3 bagian, yaitu43;

1. Sebagai instrumen (alat/sarana), organisasi internasional

dijadikan sebagai suatu instrumen bagi negara-negara

anggotanya untuk menjalankan kepentingan negaranya untuk

membentuk dan mencapai suatu kesepakatan dengan

menyamakan tindakan dalam menekan konflik yang terjadi,

dengan kata lain organisasi internasional merupakan instrument

yang digunakan oleh aktor negara untuk mencapai dan

mengimplementasi tujuan dan kepentingan nasionalnya.

2. Sebagai arena atau forum yang netral, organisasi internasional

merupakan wadah interaksi antara negara anggotanya atau

sebagai tempat negara-negara berkumpul dalam merumuskan

perjanjian internasional, berkonsultasi sehingga membentuk

suatu keputusan bersama (convention, treaty, protocol, treaty,

agreement).

3. Sebagai aktor, yaitu organisasi internasional sebagai aktor

independen yang memiliki kapasitas dalam mengambil

tindakan sendiri tanpa mengikuti kepentingan dari masing-

43
Clive Archer. “International Organizations; Second edition.” 1993. New York: Routledge. p.
135-147
masing negara anggotanya maupun kepentingan di luar

organisasinya dalam peran ini organisasi internasional tidak

menjadi instrumen dari negara-negara anggotanya.

Dengan tujuan dari organisasi ditunjukan untuk mengejar

kepentingan bersama para anggotanya dan tidak hanya memihak untuk

mengejar kepentingan salah satu anggota. Sedangkan struktur dalam

susuan organisasi harus memliki struktur formal sendiri yang memiliki

sifat berkepenjangan akan dasar di bentuk dari oleh perjanjian. Sifat

struktur formal dapat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainya

tetapi harus terpisah dari kontrol lanjutan dari satu anggota. Struktur

otonom inilah yang membedakan sejumlah organisasi internasional dari

serangkaian konferensi atau kongres.44 Dalam penelitian ini Peneliti

menggunakan konsep organisasi internasional digunakan oleh peneliti

untuk menjadi konsep pendukung karena subjek penelitian adalah peran

FAO dan WFP yang merupakan sebuah organisasi internasional sebagai

instrumen, arena/tempat, dan aktor.

1.6.3 Konsep Peran

Dalam penelitian ini peneliti memakai teori peran dan memakai

beberapa pengertian Peran Menurut para ahli. Pengertian peran

Menurut Soerdjono Soekanto yaitu peran merupakan aspek dinamis

kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukan, maka ia menjalankan suatu


44
Clive Archer, Op cit, 34.
peranan. Kepribadian seseorang juga memepengaruhi bagaimana peran

tersebut harus dijalankan.45 Pada dasarnya, peran merupakan suatu

rangkaian perilaku tertentu yang dtimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.

Menurut Mohtar Mas’oed, peran diartikan sebagai perilaku yang

diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu

posisi. Perilaku yang diletakkan dalam posisi tersebut diharapkan

berperilaku sesuai dengan sifat posisi tersebut.46

Peran organisasi internasional dalam hubungan internasional saat

ini lebih diakui karena keberhasilannya dalam memecahkan berbagai

permasalahan yang dihadapi suatu negara. Kehadiran organisasi

internasional sebagai sarana untuk melakukan kerjasama dan menjadi

wadah dalam menangani permasalahan yang timbul melalui kerjasama

tersebut. Peran organisasi internasional menurut Clive Archer dibagi

menjadi 3 kategori, yaitu; sebagai arena/tempat, sebagai aktor

independent, dan sebagai instrumen.47 Penelitian ini memakai konsep

peran karena akan membahas mengenai peran dan program-program

yang dilakukan oleh FAO dan WFP dalam menangani kasus krisis

pangan yang terjadi di Republik Demokratik Kongo terkait bidang

pangan. Tipe-tipe peran organisasi FAO dan WFP ini adalah sebagai

instrumen karena digunakan RDK dalam membantu menangani krisis

pangan di negaranya, sebagai arena/tempat karena sebagai wadah untuk


45
Soedjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”. 2001. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, p.
268.
46
Mohtar Mas’oed, “Studi Hubungan Internasional; Tingkat Analisis dan Teorisasi”. 1989.
Jogjakarta; Universitas Gajah Mada, p. 44.
47
Clive Archer, International Organizations
membahas permasalahan-permasalahan untuk kemudian ditangani, dan

sebagai aktor yang membantu RDK dan membuat keputusan sendiri

tanpa paksaan dari luar organisasi.

1.6.4 Konsep Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dari Food Security

mencakup banyak aspek dan luas sehingga banyak orang

menerjemahkan sesuai dengan tujuan dan ketersediaan data.

1.7. Asumsi

Dalam penelitian ini asumsi peneliti berdasarkan konsep teori yaitu;

1.7.1 Organisasi Internasional memiliki posisi atau perean penting

sebagai aktor dalam Hubungan Internasional.

1.7.2 Organisasi Internasional menjadi wadah kerjasama antar

anggota untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

1.7.3 FAO dan WFP sebagai organisasi internasional merupakan aktor

non-negara yang memiliki tujuan untuk membantu memperbaiki

masalah pangan di dunia.

1.7.4 Peran FAO bersama WFP dalam menangani krisis pangan di

RDK yakni sebagai instrumen, arena, dan actor independent.

1.8. Alur Pemikiran

1.9. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif karena agar dapat memahami makna yang terdapat dalam

fenomena secara menyeluruh yakni dengan metode penelitian kualitatif.

Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif

merupakan data deskripsi yang bersumber dari orang-orang dan perilakunya

yang diamati dengan menghasilkan deskripsi berupa kata-kata tertulis maupun

lisan, dan pendekatan ini mengarah pada latar individu tersebut secara utuh. 48

Berdasarkan penjelasan pengertian tersebut maka dalam penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif karena data-data yang dihasilkan

dari penelitian ini berupa informasi yang penulis dapatkan dari informan.

Metode penelitian kualitatif ini pada dasarnya menjelaskan secara

deskripsi terhadap suatu fenomena secara kritis, dan menentukan makna di

dalam konteks sesungguhnya terhadap kejadian peristiwa interaksi sosial

dalam masyarakat.49 Sehingga kemampuan peneliti saat di lapangan dalam

mengolah dan menghimpun data-data yang diperlukan sangat menentukan

keberhasilan dalam melakukan penelitian kualitiatif. Dalam melakukan

penelitian kualitatif juga perlu memaknai sebuah data dengan tidak

melepaskan konteks dari data yang sebenarnya.

Metode penelitian kualitiatif yang digunakan peneliti maka dapat

menjelaskan peran FAO melalui WFP dalam menangani krisis pangan yang

terjadi di Republik Demokratik Kongo, proses pengambilan keputusan dalam


48
Lexy J. Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi” Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2007. p.4.
49
Musi Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan Penelitian Gabungan”. Jakarta:
Kencana, 2017. p. 338.
melakukan program penanganan dalam kasus kesenjangan pangan di RDK

hingga hambatan yang dialami FAO pun juga WFP menjadi urgensi peneliti

dalam melakukan penelitian menggunakan metode kualitiatif ini.

1.9.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti merupakan

penelitian yang bersifat deskriptif, karena tipe penelitian deskriptif

memberikan pembahasan masalah yang berkaitan dengan masalah

dalam penelitian ini dengan kejadian-kejadian yang dideskripsikan

berdasarkan data-data yang terkumpul dan kemudian dianalisis. Social

setting atau hubungan disajikan melalui penelitian deskriptif ini melalui

suatu gambaran terperinci tentang satu situasi khusus.50

Selain gambaran menyeluruh terhadap situasi yang diberikan

oleh tipe penelitian ini, juga dapat memberikan gambaran mengenai

situasi yang menyeluruh tentang apa yang sedang dipelajari. Oleh

karena itu, tujuan peneliti dengan menggunakan metode ini yaitu untuk

menggambarkan kejadian secara cermat dan terperinci sehingga dapat

memperoleh pemahaman yang baik akan kejadian yang telah terjadi. 51

Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan peran yang dilakukan

FAO melalui WFP dalam menangani krisis pangan yang terjadi di

RDK.

1.9.2 Instrumen Penelitian


50
Basrowi dan Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif “. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008. p.
37.
51
Ibid.
1.9.3 Teknik Pengumpulan Data

1.9.4 Teknik Analisis Data

1.9.5 Reduksi Data

1.9.6 Penyajian Data

1.10. Sistematika Penulisan

BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V

Anda mungkin juga menyukai