No. BP : 2110732041
Bahasa Indonesia 101
1. Reproduksi adalah membuat kembali bentuk tulisan, menulis ulang suatu tulisan
dalam bentuk yang berbeda atau dengan bahasa sendiri. Dengan reproduksi kita dapat
memahami tulisan yang kita baca. Karya tulis ilmiah yang disusun atau ditulis
berdasarkan karya ilmiah yang sudah ada sebelumnya.
3. Jenis-jenis reproduksi :
• Ringkasan
• Ikhtisar
• Abstrak
• Sinopsis
• Sintesis
• Abstrak
a) Mulailah dengan menyampaikan sebuah isu atau permasalahan yang
membutuhkan penelitian.
b) Tulislah tujuan dari studi atau penelitian yang dilakukan dengan jelas.
Kalimat yang menerangkan tujuan studi bisa diikuti dengan isu yang
dieksplorasi, siapa saja subjek penelitian atau partisipan, dan dimana
lokasi studi dilakukan.
c) Sertakan penjelasan singkat bagaimana data dikumpulkan dalam rangka
mencapai tujuan yang sudah disampaikan dibagian kedua.
d) Sertakan temuan tematik yang muncul dari hasil analisis secara padat dan
ringkas.
e) Akhiri abstrak dengan manfaat dari studi yang dilakukan. Tulis dengan
jelas siapa yang diuntungkan dengan adanya studi tersebut.
• Sinopsis
a) Menuliskan identitas buku.
Identitas bacaan tersebut meliputi judul buku, pengarang, penerbit, tahun
penerbitan, cetakan edisi, tebal halaman, harga buku bila perlu.
1) Tema, latar dan tempat kejadian, serta para tokoh cerita ditulis
setelah penulisan “ identitas buku”.
2) Mulailah sistem penulisan dengan menggunakan sudut pandang
orang ketiga. Kalimat-kalimat pembuka yang dapat digunakan
untuk mengawali synopsis ini antara lain.
Novel yang berjudul … ini mengisahkan …
Buku yang ditulis oleh … Ini berjudul …
Kisah ini diawali …
3) Jika diperlukan, mengutip seutuhnya bagian-bagian yang
dipandang penting drai buku tersebut dengan mencantumkan
halaman dari kutipan tersebut.
4) Panjang sinopsis berkisar 2-4 halaman.
5. Contoh reproduksi
Sinopsis :
“Bangunan itu nyaris rubuh. Dindingnya miring bersangga sebalok kayu. Atapnya
bocor di mana-mana. Tetapi, berpasang-pasang mata mungil menatap penuh harap.
Hendak ke mana lagikah mereka harus bersekolah selain tempat itu? Tak peduli
seberat apa pun kondisi sekolah itu, sepuluh anak dari keluarga miskin itu tetap
bergeming. Di dada mereka, telah menggumpal tekad untuk maju.”
Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota Laskar
Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah walau
keadaan tak bersimpati pada mereka. Tengoklah Lintang, seorang kuli kopra cilik
yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk
memuaskan dahaganya akan ilmu bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan
padamu negeri di akhir jam sekolah atau Mahar, seorang pesuruh tukang parut kelapa
sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tak logis, kreatif, dan sering diremehkan
sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka
dalam karnaval 17 Agustus, dan juga sembilan orang Laskar Pelangi lain yang begitu
bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita.