Anda di halaman 1dari 80

Anugerah Nontji  Mohammad Kasim Moosa

Bersahabat dengan
terumbu karang
berarti menyelamatkan
PENGETAHUAN DASAR
alam dan diri kita sendiri.
PESISIR DAN LAUT

10
UNTUK SMA KELAS

DAN SEDERAJAT
Daratan

Permukaan Air Laut

Paparan
Benua

encan a datang tida k terduga.


B Lereng
Benua Abisal
Bukit
Laut Gunung Laut

A yo kit a si a g a! Palung
Pengetahuan Dasar Pesisir dan Laut
Anugerah Nontji, Mohammad Kasim Moosa, Jakarta, COREMAP - LIPI, 2008
ISBN 978-979-1267-33-5

Pengetahuan Dasar Pesisir dan Laut

Hak Cipta dilindungi Undang-undang


Diterbitkan oleh COREMAP - LIPI

ii
Kata Pengantar

Indonesia, sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau melebihi
17.000 dan garis pantai lebih dari 81.000 km. Posisinya di antara Benua Asia dan Australia,
serta Samudera Pasifik dan Hindia, dengan kompleksitas geologis dengan perbenturan
lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik, dan lempeng Samudera Hindia-Australia, memberikan
anugerah kepada Indonesia untuk memiliki keanekaragaman hayati paling kaya di dunia.
Keanekaragaman hayati yang memberikan manfaat sangat besar bagi masyarakat, di
antaranya dipersembahkan oleh ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Keanekaragaman hayati laut Indonesia dari segi sosial, ekonomi, dan ekologi tidak
hanya besar maknanya bagi penduduk Indonesia, namun juga berperan penting dalam
dimensi global. Indonesia adalah tempat ideal untuk pertumbuhan karang, dengan luas
total terumbu karang Indonesia mencapai 85.707 km2 atau sekitar 14% luas terumbu karang
dunia (Tomascik dkk, 1997). Keanekaragaman hayati terumbu karang Indonesia tercermin
dari 2.057 jenis ikan karang, 2.500 jenis moluska, 461 jenis karang batu, serta berbagai
jenis hewan dan tumbuhan laut lainnya yang mengisi kekayaan hayati laut. Kekayaan yang
melimpah dari ekosistem terumbu karang saja menyajikan potensi US$ 1.647 juta per tahun
(Burke dkk. 2002), dari sektor perikanan, pariwisata, bahan baku obat-obatan dan industri,
pertahanan pantai, hingga pendidikan dan penelitian.
Namun sejalan dengan waktu, degradasi kondisi laut terus berlanjut ke tingkat parah.
Hal ini ditunjukkan dengan kondisi terumbu karang yang paling baik di Indonesia belum
beranjak dari kisaran 6,69% (Suharsono, LIPI 2003). Upaya-upaya pelestarian terumbu
karang serta ekosistem laut lainnya, memerlukan usaha yang lebih keras, namun juga perlu
mendukung kesejahteraan masyarakat dengan pemanfaatnya secara lestari. Mata rantai
keserakahan dan kemiskinan menjadi perhatian utama dalam upaya pemulihan kondisi
karang serta pengelolaan sumber daya laut yang lestari. Kemiskinan terbesar berada pada
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, di mana ironisnya sumber daya alam dan potensinya
seyogyanya berlimpah ruah. Tingkat pendidikan yang sangat rendah juga memperburuk
kondisi tersebut, di mana jumlah tertinggi penduduk pulau lokasi pilot COREMAP (Kepulauan
Riau, Taka Bonerate, Biak) yang meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi hampir
mencapai 0% (TNS/JHUCCP/COREMAP LIPI, 2001). Terbatasnya akses informasi ilmiah yang
mendukung pemberdayaan masyarakat, serta disorientasi pembangunan laut yang masih
bersifat kedaratan, menjadi beban tambahan masyarakat miskin pesisir.
Melalui pendidikan masyarakat; formal, non formal, maupun informal konsisten dan
berkelanjutan, didukung aspek penegakan hukum, pengelolaan partisipatif oleh masyarakat,
serta dukungan ilmiah dari segala pihak, maka pemutusan mata rantai yang menjadi penyebab
utama degradasi sumber daya laut, menjadi hal yang sangat mungkin untuk diwujudkan.
Kegiatan Pendidikan Kelautan yang diprakarsai oleh LIPI COREMAP sejak awal tahun
2000 meliputi rangkaian lokakarya guru dan praktisi pendidikan, Diknas, LSM lingkungan
laut, pihak swasta, dan pakar kelautan, yang kemudian dimantapkan dalam bentuk matriks

iii
Kurikulum Kelautan Berbasis Kompetensi pada tahun 2002 untuk tingkat Sekolah Dasar dan
Sederajat, dengan bimbingan tim pusat kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, serta
digubah menjadi Seri Buku “Pesisir dan Laut Kita” untuk kelas 1 hingga 6 SD, beserta panduan
guru.
Sejalan dengan tingginya kebutuhan materi pendidikan di jenjang SMP dan SMA, LIPI
juga memulai upaya penulisan buku melalui proses lokakarya guru serta diskusi dengan pakar
dan praktisi lingkungan laut, dan mempererat kerja sama dengan Departemen Pendidikan
Nasional, utamanya Pusat Kurikulum. Buku inilah yang kemudian diharapkan menjadi acuan
belajar siswa dan guru dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang
kelautan. Buku ini memuat pengayaan materi yang terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan pengelolaan laut, baik dari ekologi, fisika, kimia, dan biologi, hingga
menyentuh aspek sosial budaya, serta ekonomi. Diharapkan buku ini dapat memberikan
panduan yang komprehensif bagi siswa dalam melihat berbagai sisi pengelolaan laut yang
harus terintegrasi satu sama lainnya. Selain memberikan pemahaman berbagai aspek
pengelolaan wilayah pesisir, buku ini juga membuka mata siswa dan guru untuk ikut serta
berupaya mengurangi risiko bencana yang kerap terjadi di wilayah pesisir.
Terlahirnya buku seri pengetahuan laut tingkat SMP dan SMA ini tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak. Karenanya, LIPI menyampaikan penghargaan dan terima kasih
terutama kepada tim penulis buku yang telah bekerja keras menuangkan pemikiran serta
pengetahuannya dalam sajian yang interaktif dan menarik, sehingga mudah digunakan
oleh siswa maupun guru. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Departemen
Pendidikan Nasional, Pusat Kurikulum yang senantiasa mendukung inisiatif ini, serta
mendukung sosialisasi pengetahuan kelautan dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi
atau kurikulum tingkat satuan pendidikan. Terima kasih kami sampaikan kepada lembaga
pemerintah maupun non pemerintah, beserta guru-guru dan sekolah yang turut membantu
proses penyempurnaan buku ini.
Menjadi sebuah harapan besar, bahwa buku seri pengetahuan laut ini akan turut
memberikan kontribusi yang bermakna untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia
yang handal dalam mengelola lingkungan lautnya secara arif hingga generasi-generasi
berikutnya.

Jakarta, 28 Desember 2007


Direktur CRITC COREMAP LIPI

Prof. Dr. Ono Kurnaen Sumadhiharga, MSc

iv
Kata Sambutan
Indonesia merupakan salah satu negara bahari yang memiliki kekayaan dan
keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi tersebut antara lain sebanyak 14 % terumbu
karang dunia tersebar di wilayah Indonesia dan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis
karang hidup di dalamnya. Kekayaan dan keanekaragaman jenis biota laut tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal secara berkelanjutan dalam membangun Indonesia menjadi
salah satu negara bahari terbesar di dunia.
Pusat Kurikulum Balitbang Diknas bekerja sama dengan Bagian Pendidikan dan
Komunikasi Masyarakat yang bernaung dalam Program Pelestarian Terumbu Karang Nasional
(COREMAP-LIPI) telah berupaya untuk menyusun bahan ajar sehingga menghasilkan buku
serial “Pesisir dan Laut Kita” untuk jenjang SMP dan SMA. Upaya serupa telah dilakukan
untuk jenjang Sekolah Dasar dan bahan tersebut juga dipergunakan pada sekolah binaan
dan sekolah di wilayah lain. Harapannya buku tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan
ajar untuk wilayah yang lebih luas lagi.
Buku ini disusun sebagai salah satu upaya mengimplementasikan hasil riset peneliti
kelautan yang diselaraskan dengan riset bidang sosial dan diperkaya dengan pengalaman
di lapangan. Buku ini disusun dengan memperhatikan perkembangan intelektual peserta
didik.
Penyajian buku meliputi informasi konsep sebagai gambaran keluasan dan
kedalaman materi yang dipandu dengan peta konsep dan tugas mandiri agar peserta
didik mengkonstruksi sendiri konsep dan menguasai keterampilan dasar, serta rubrik
untuk memperluas pemahaman mereka. Selain itu disajikan soal agar peserta didik dapat
merefleksikan tingkat pemahaman mereka terhadap materi dalam bab. Dengan demikian
peserta didik akan memiliki kompetensi dasar yang tidak hanya berupa pengetahuan yang
statis, tetapi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga mendukung
upaya pelestarian sumber daya laut.
Buku serial “Pesisir dan Laut Kita” diharapkan dapat dijadikan bahan ajar untuk
diintegrasikan dalam mata-mata pelajaran yang terdapat dalam Standar Isi yang
dioperasionalkan dalam KTSP atau menjadi muatan lokal. Buku ini dapat dipergunakan
baik di wilayah yang memiliki karakteristik kelautan atau di wilayah lainnya sebagai buku
pengayaan. Bahan ajar ini tidak menutup kemungkinan akan lebih diperkaya sesuai dengan
kondisi serta kebutuhan wilayah setempat.
Dengan disusunnya buku ini diharapkan akan dapat mempersiapkan generasi muda
yang memiliki pengetahuan dan kompetensi dasar dalam bidang kelautan. Diharapkan
mereka juga memiliki sikap mental yang baik untuk mencintai dan melestarikan lingkungan
mereka yang pada akhirnya akan turut meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Jakarta, Desember 2007
Kepala Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

Dra. Diah Harianti, M.Psi


Daftar Isi
Kata Pengantar
LIPI iii
Depdiknas v

Bab 1 Pengertian Tentang Laut 1


A. Karakteristik Laut 2
B. Laut dan Samudera di Dunia 3
C. Laut Nusantara 5
1. Laut Banda 6
2. Laut Flores 6
3. Laut Sawu 6
4. Laut Maluku 6
5. Laut Arafura 6
6. Laut Sulawesi 6
7. Laut Jawa 6
8. Laut Cina Selatan 7
9. Selat Makassar 7
10. Selat Sunda 7
D. Pembagian Perairan dan Statusnya 7
1. Perairan Pedalaman 7
2. Perairan Kepulauan 7
3. Perairan Teritorial 8
4. Zona Tambahan 8
5. Zona Ekonomi Eksklusif/Landas Kontinen 9

Bab 2 Dasar Laut 12


A. Perbandingan Darat dan Laut 14
B. Topografi Dasar Laut 15
C. Pengukuran Kedalaman 16
D. Topografi Dasar Laut di Indonesia 17
1. Paparan Sunda 17
2. Paparan Sahul 18
3. Laut-Dalam di Indonesia 19

Bab 3 Sifat-Sifat Fisika dan


Kimia di Badan Laut 26
A. Suhu 28
1. Pengukuran suhu 28
2. Variasi suhu di laut 29

vi
B. Salinitas 30
1. Garam dan salinitas 30
2. Penentuan salinitas 31
3. Variasi salinitas 31
4. Salinitas permukaan di Indonesia 32
5. Dampak perubahan salinitas pada perikanan 33
C. Gas Terlarut dalam Laut 34
1. Oksigen 34
2. Karbon dioksida 35
D. Cahaya 35
1. Penetrasi cahaya ke dalam laut 35
2. Zonasi vertikal 35
3. Pengukuran cahaya 36
4. Warna air laut 36
E. Tekanan Hidrostatik 37

Bab 4 Dinamika Laut 44


A. Arus Laut 46
1. Pengukuran arus laut 46
2. Pola arus laut 47
3. Upwelling dan downwelling 49
4. Arlindo (Arus Lintas Indonesia) 51
B. Gelombang 52
1. Penyebab terjadinya gelom­bang 52
2. Model gelombang sederhana 52
3. Gelombang angin 54
4. Gelombang tsunami 55
C. Pasang Surut 58
1. Model pasang-surut 58
2. Kisaran pasang-surut 59
3. Pasang-surut purnama dan per­bani 60
4. Pola pasang surut 61
5. Arus pasang-surut 61
6. Ramalan pasang surut 62
D. Cuaca dan Laut 62
1. Siklon tropis 62
2. Angin Musim (Muson) 63
3. Angin Laut dan Angin Darat 65
4. El Nino dan La Nina 65

Daftar Pustaka 72
vii
Bab 1
Pengertian Tentang Laut

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


• Mampu memahami pengetahuan • Mampu menceritakan pengertian tentang
tentang laut. laut.
• Mampu menjelaskan laut dunia.
• Mampu mendeskripsikan laut nusantara.
• Mampu menjelaskan status hukum
perairan nusantara.
Peta Konsep

Pengertian tentang Laut


MENCAKUP

Karakteristik Laut

Laut & Samudera di Dunia

Laut Nusantara
TERDIRI DARI
Laut Banda
Laut Flores
Laut Sawu
Laut Maluku
Laut Arafura
Laut Sulawesi
Laut Jawa
Laut Cina Selatan
Selat Makassar
Selat Sunda

Pembagian Perairan dan Statusnya


TERDIRI DARI

Perairan Pedalaman
Perairan Kepulauan
Perairan Teritorial
Zona Tambahan
Zona Ekonomi Eksklusif/ Landas Kontinen


A. Karakteristik Laut

Sebagian besar bumi terdiri dari air


yang hampir semuanya (98%) berupa laut
dan es. Air ta­war yang terdapat di danau-
da­nau dan su­ngai-sungai volumenya
sangat kecil sekitar 0,036%, se­dang­­kan
air tanah sekitar 0,365%. Glet­ser (salju
yang mengeras) dan es yang menutupi
permukaan bumi me­ngandung sekitar
1,641% dari se­luruh air yang terdapat
di bumi. Selain air, bumi juga
mengandung gas, tetapi volumenya
sangat kecil.
Air laut terdiri dari 96,5% air dan
2,5% garam. Air laut juga mengandung
substansi lain, termasuk senyawa
organik dan anor­ganik terlarut, serta gas
yang berasal da­­ri udara. Ion yang paling
banyak terdapat ada­­­lah klor (Cl-), natrium
(Na+), sulfat (SO24-), magnesium (Mg2+),
kalsium (Ca2+), dan ka­­­­­­­lium (K+). Di dalam air
laut juga terlarut ber­­­­bagai unsur kimia lain,
seperti karbon an­organik, bromida, boron,
Laut adalah suatu massa air asin yang
strontium, dan fluor.
menutupi sebagian besar permukaan bumi.
Laut menutupi sekitar 71% permukaan bu­mi Selain itu masih terdapat pula fosfor
dengan kedalaman rata-rata 3.795 me­ter, an­organik dan nitrogen anorganik yang me­
sedangkan 29% sisanya merupakan da­­­rat­­ rupa­­­kan unsur penting karena dibutuhkan
an dengan ketinggian rata-rata 840 me­­­ter. oleh organisme laut untuk pertumbuhan. Air
Kalau semua daratan di­ma­sukkan ke da­lam laut juga mengandung berbagai senyawa or­
laut maka bu­mi akan merupakan sebuah ga­­­nik terlarut, seperti karbohidrat, asam
bulat­an de­ngan permukaan yang rata dan ami­no, dan butiran-butiran yang kaya akan
selu­ruh­nya tertutup oleh air de­ngan keda­ un­sur-unsur organik. Komposisi air laut yang
lam­an rata-rata 2.686 me­­ter. Massa air yang se­perti ini dikarenakan oleh adanya berbagai
sangat besar ini (137 x 107 km3) ter­ben­­tuk me­ka­nisme transportasi. Senyawa-senyawa
dalam kurun waktu geologik bumi yang sa­ ter­­larut dan butiran-butiran masuk ke dalam
ngat lama. laut melalui sungai-sungai. Butiran-butiran
Suhu rata-rata bumi adalah 16°C, yang ju­­ga bisa dibawa oleh angin sampai ke te­
me­­ngalami perubahan tahunan (karena mu­ ngah lautan, sangat jauh dari sumbernya di
sim) dan perubahan siang dan malam. Suhu da­­ratan. Senyawa-senyawa kimia juga bisa
bu­­­­mi yang demikian me­mung­kinkan air bi­­­sa ma­­suk ke dalam perairan laut melalui celah-
di­temukan dalam tiga fase, yaitu gas, cair, ce­­lah hidrotermal yang berada di kedalaman
dan padat. da­­sar laut.


B. Laut dan Samudera di Dunia

Ilmuwan mengenal tiga samudera utama Samudera Atlantik merupakan samu­de­


dunia, yaitu Samudera Pasifik, Samudera ra terluas kedua. Luas samudera ini, ti­dak
Atlan­­tik, dan Samudera Hindia. Batas ketiga ter­masuk laut-laut yang berbatasan dengan­
sa­­mu­dera ini berada di lintang selatan. Ba­ nya, adalah 82.440.000 km2. Jika ditambah
tas yang memisahkan Samudera Atlantik dengan laut-laut yang berbatasan dengannya
de­ngan Samudera Hindia membentang mu­ ma­ka luasnya menjadi 106.460.000 km2. Ke­
lai dari Tanjung Harapan di Afrika Selatan ke dalaman rata-rata Samudera Atlantik adalah
Be­­nua Antartika. Batas yang memisahkan 3.300 meter dengan bagian yang terdalam,
yaitu Palung Puerto Rico, mencapai 8.380
Sa­­mu­dera Atlantik dengan Samudera Pasifik
meter.
mem­­bentang dari ujung Amerika Selatan
(Tan­­jung Tanduk) ke arah Benua Antartika. Samudera Hindia adalah samudera ter­
Se­­dang­kan yang memisahkan Sa­mu­dera Pa­ luas ketiga, menutupi kira-kira seperlima
sifik dengan Sa­mu­dera Hindia adalah per­­­­air­ luas samudera dunia. Samudera Hindia
an Indonesia dan me­lalui Australia men­jurus mem­­­ben­tang sepanjang lebih dari 10.000
ke se­latan ke Benua Antartika. km antara ujung selatan Afrika sampai ujung
se­­la­t­an Australia tanpa mempunyai laut-laut
Ada yang menganggap bahwa samudera ping­­giran. Luas Samudera Hindia seki­tar
yang me­ngelilingi Benua Antar­tika sebagai 73.440.000 km2. Kedalaman rata-rata Sa­
Samudera Se­la­tan. Samudera Pasifik me­ru­ mu­­­dera Hindia adalah 3.888,90 m dengan
pa­­­kan samudera yang terluas, menutupi ba­­­gian terdalam berada di selatan Jawa
ham­­­­­pir sepertiga permukaan bumi. Luas yang dikenal sebagai Palung Jawa dengan
sa­­­­­mu­­­dera ini, tidak termasuk laut-laut yang ke­­­dalaman 7.450 meter.
ber­­­ba­tasan dengannya, adalah 165.250.000 Samudera Arktika yang terletak di se­be­
km2. Kedalaman rata-rata Samudera Pasifik lah utara dianggap merupakan bagian dari
ada­­lah 4.280 meter dengan bagian yang Samudera Atlantik. Meskipun samudera ini
ter­­dalam, yaitu Palung Mariana, terletak di yang terkecil dengan luas sekitar 14.090.000
se­be­lah timur Filipina, mencapai kedalaman km2, namun masih sekitar lima kali luas laut
11.034 meter. terbesar, yaitu Laut Mediteranea (Laut Te­­
ngah). Bagian yang paling dalam dari Sa­­mu­
dera Arktika ada­­lah
sekitar 5.502 me­ter,
de­­ngan ke­dalam­an ra­
ta-rata­nya ha­nya se­ki­
tar 600 me­ter.
Samudera Antar­
tika, se­­ring­kali disebut
juga se­bagai Samudera
Selatan yang meru­

Gambar 1-1 Peta Samudera


Dunia.
(Sumber: M. Kasim Moosa)


pakan bagian se­latan dari Samudera Pasi­fik,
Samudera Atlantik, dan Sa­mu­dera Hindia. Sa­
mudera ini mengi­tari be­nua Antartika. Jarak
terdekat dari sa­mu­dera ini dengan Amerika
Selatan adalah di Selat Drake yang lebarnya
hanya 1.000 km, terletak antara Amerika
Selatan dan ujung benua Antartika.
Di antara laut-laut yang ada di dunia,
Laut Tengah atau dikenal sebagai Laut Me­
diteranea merupakan laut yang terbesar di
dunia. Laut ini membentang mulai dari Selat
Gibraltar (disebut juga Selat Jabal Tariq) di
sebelah barat ke arah timur sampai ke Teluk
Iskenderun di barat daya Turki. Panjang laut
ini 4.000 km, sedang lebar rata-ratanya ada­
lah sekitar 900 km diukur dari Pantai Libia di
se­latan dan Yugoslavia di utara; dan bagian
ter­sempit yaitu Selat Gibraltar yang terletak
antara Spanyol dan Maroko, lebarnya hanya
15 km. Luas Laut Tengah, termasuk Laut
Marmara, adalah 2.510.000 km2.
Beberapa laut lain yang terkenal adalah
Laut Merah yang membentang dari Suez
di Mesir sampai ke Selat Babel-Mandep de­
ngan bentangan sepanjang 1.930 km. Laut Gambar 1-2 Orang bisa berenang di Laut Mati dengan
Me­rah merupakan laut terbuka dengan ka­­ mudah karena kadar garam yang tinggi.
(Sumber: www.people.fas.harvard.edu)
dar garam yang sangat tinggi. Luas laut ini
se­kitar 450.000 km2, dengan bagian ter­da­
tam berbatasan dengan beberapa ne­ga­ra
lam 3.040 meter. Laut ini diberi nama Laut
di Eropa Timur dan Asia. Luas Laut Kaspi se­
Merah dikarenakan pada musim-musim ter­
kitar 386.400 km2 dengan bagian yang pa­
tentu terjadi ledakan populasi alga biru ke­
ling dalam mencapai 1.025 meter. Luas Laut
hijauan Trichodesmium erythraeum, yang
Hitam sekitar 422.000 dengan ke­da­lam­an
apa­­bila akan mati berubah warna menjadi
maksimum 2.210 meter. Laut Mati me­ru­pa­
me­rah kecokelatan.
kan perairan dengan kadar ga­ram yang sa­
Laut Kaspi, Laut Hitam, dan Laut Mati ngat tinggi, terletak antara Israel, Jor­da­nia,
me­rupakan badan air yang berada di darat­­ dan Tepi Barat jalur Gaza, Pales­tina. Laut ini
an. Laut Kaspi dan Laut Hitam merupa­kan terletak 400 meter di bawah permuka­­an
ba­dan air yang sangat luas. Laut Kas­pi ter­ laut. Luas Laut Mati sekitar 1.020 km2 dengan
letak di wilayah Rusia, sedangkan Laut Hi­ bagian terdalam mencapai 400 meter.


C. Laut Nusantara

Kepulauan Indonesia membentang dari


6º Lintang Utara sampai 10º Lintang Selatan
dan dari 95º Bujur Timur sampai 142º Bujur
Timur, terdiri dari 17.508 buah pulau dengan
panjang garis pantai 80.791 km. Sekitar 78%
wilayah Indonesia tertutup oleh air laut de­
ngan dua buah paparan dangkal, yaitu Pa­
pa­ran Sunda di sebelah barat dan Paparan
Sa­­hul di sebelah timur yang keduanya di­pi­
sah­kan oleh Laut Banda yang dalam. Bebe­
rapa laut dan selat yang terdapat di perairan
Nusantara yang terpenting adalah:

1. Laut Banda Gambar 1-3 Pantai Laut Banda.

Laut Banda merupakan bagian dari per­


airan Nusantara yang di bagian sebelah uta­ lau Aru; dan di bagian barat terdapat pulau-
ranya terdapat pulau-pulau Buru, Sula, Am­ pu­lau Wakatobi (Wangi-Wangi, Kaledupa, To­
bon, dan Seram; di bagian selatan terdapat mea, dan Binongko). Luas Laut Banda se­kitar
pu­lau-pulau Wetar, Babar, Alor, Timor, dan 470.000 km2 dengan bagian yang ter­dalam
Ta­nimbar; di bagian timur terdapat pulau-pu­ mencapai 5.800 meter.

LAUT CINA SELATAN


Perairan Nusantara
FILIPINA
THAILAND
SAMUDERA
PASIFIK
BRUNEI
DARUSSALAM
MALAYSIA
BARAT

ZON
MALAYSIA LAUT A EKO
SELAT

TIMUR SULAWESI NOM


I EK
SINGAPURA SKL
USIF
IND
KARIM

ONE
SIA
LAUT
MALUKU
SSAR
ATA

MAKA
SELAT

LAUT JAWA

LAUT BANDA
PNG

LAUT
Garis batas Zona ZON
A EKON ARAFURA
Ekonomi Eksklusif OMI
EKSK LAUT
TIMOR

Indonesia LUSIF
INDO
NESIA
SAWU
LESTE

SAMUDERA HINDIA AUSTRALIA

Garis batas perairan


teritorial Indonesia

ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA PERAIRAN NUSANTARA GARIS BATAS PERAIRAN TERITORIAL INDONESIA

Gambar 1-4 Kepulauan Indonesia dengan garis batas perairan.


2. Laut Flores kup wilayah Australia Utara dan selatan Papua
Niugini. Laut ini pada umumnya dangkal de­
Laut Flores di sebelah utara berbatasan ngan kedalaman rata-rata berkisar antara 50
dengan Sulawesi, sedang di sebelah selatan sampai 80 meter. Bagian yang terdalam men­
ber­batasan dengan Nusa Tenggara. Luas Laut capai 3.660 meter mendekati Pulau Aru.
Flores sekitar 240.000 km2 dengan ba­­gi­­an
yang paling dalam mencapai 5.140 me­ter. 6. Laut Sulawesi
3. Laut Sawu Laut Sulawesi berbatasan dengan Kepu­
lauan Sulu dan Pulau Mindanao di Filipina di
Laut Sawu di bagian utaranya terdapat sebelah utara, di sebelah timur berbatasan
pulau-pulau Flores, Solor, Lomblen, Pantar, dengan pulau-pulau Sangir, di sebelah barat
dan Alor, sedangkan di bagian selatannya de­ngan Kalimantan, dan di sebelah selatan
ter­­dapat pulau-pulau Sumba, Roti, Sawu, de­ngan Sulawesi. Laut ini membentang se­
dan Timor. Luas Laut Sawu sekitar 105.000 panjang 675 km utara-selatan dan 837 km
km2, titik terdalam dari laut ini adalah 3.470 barat-timur, dengan luas permukaan air
m yang terletak di sebelah selatan Pulau men­­­capai 280.000 km2. Lebih dari separuh
Pantar. luas­­­nya, laut ini mempunyai kedalaman me­
4. Laut Maluku lebihi 4.000 meter dengan bagian yang pa­
ling dalam mencapai 6.220 meter. Ke arah
Laut Maluku berbatasan dengan Sula­ selatan, Laut Sulawesi berhubungan dengan
we­si di sebelah barat, Halmahera di sebelah Selat Makassar.
ti­mur, dan pulau-pulau Sula di sebelah se­la­
tan. Luas Laut Maluku sekitar 200.000 km2 7. Laut Jawa
dengan bagian terdalam berada dekat Pulau Laut Jawa berbatasan dengan Kaliman­
Bacan, yaitu 4.810 meter. tan di sebelah utara, Pulau Jawa di sebelah
5. Laut Arafura se­latan, di sebelah timur dengan ujung se­
latan Selat Makassar, dan di sebelah barat de­
Luas Laut Arafura sekitar 650.000 km2. ngan Selat Sunda serta Pulau Bangka dan Be­
Laut ini membentang ke arah timur menca­ litung. Laut Jawa membentang dari barat ke
timur sepanjang
1.450 km dan dari
utara ke selatan
sepanjang 420 km.
Luas Laut Jawa se­
kitar 1.790.000
km , dengan ke­
2

da­laman rata-rata
46 meter.

Gambar 1-5 Laut


di Indonesia.
(Sumber: M. Kasim Moosa)


8. Laut Cina Selatan rat. Lebar selat ini yang tersempit adalah 130
km dan yang terlebar mencapai 370 km.
Laut Cina terbagi menjadi dua, yaitu Laut
Cina Selatan dan Laut Cina Timur. Sebagian 10. Selat Sunda
dari Laut Cina Selatan yang terletak antara
Selat Sunda terletak antara Jawa dan Su­
Kalimantan dan Semenanjung Malaya meru­
ma­tera, mempunyai lebar yang sangat ber­
pa­­kan wilayah perairan Indonesia. Di sebe­lah
variasi, lebar yang tersempit adalah 26 km,
barat, Laut Cina Selatan berbatasan de­­­­­ngan
sedangkan yang terlebar mencapai 110 km.
daratan Asia, di sebelah selatan de­ngan
Sumatera dan Kalimantan, dan di se­be­lah
timur dengan Kalimantan dan Filipi­na, se­
dang­­kan ­batas utaranya adalah bagian uta­ra
Tai­­­wan dan Provinsi Fukien di Cina. Laut Cina
me­­ru­pa­kan laut tepi dari Samudera Pasi­fik
yang sangat luas dengan perkiraan luas­nya
men­­capai 3.685.000 km2, dengan ke­da­lam­­an
rata-rata 1.060 meter. Bagian yang ter­da­lam
dari Laut Cina Selatan, yang dise­but sebagai
Basin Laut Cina, adalah 5.016 me­ter.

9. Selat Makassar
Selat Makassar merupakan sebuah selat
yang sempit dan dalam dengan panjang se­
kitar 800 km. Selat ini diapit oleh Sulawesi di Gambar 1-6 Selat Sunda dengan latar belakang Gunung
Krakatau.
sebelah timur dan Kalimantan di sebelah ba­ (Sumber: www.gso.uri.edu)

D. Pembagian Perairan dan Statusnya

Wilayah perairan Indonesia, termasuk wilayah kedaulatan penuh negara, dan oleh
Zona Ekonomi Eksklusif, mempunyai status karena itu tidak memiliki beban hak dan
hukum yang berbeda-beda. Perairan Indo­ kewajiban apa pun dari masyarakat inter­na­
nesia dibagi dalam dua bagian, yaitu perairan sio­nal sebagaimana diatur dalam Konvensi
de­ngan status hukum kedaulatan penuh (ti­ Hukum Laut tahun 1982.
dak dibebani oleh hak dan kewajiban in­ter­
nasional), yaitu perairan yang disebut de­ 2. Perairan Kepulauan
ngan Perairan Pedalaman dan yang kedua Perairan kepulauan merupakan bagian
ada­lah perairan dengan status hukum ke­dau­ dari Perairan Indonesia yang memiliki status
latan yang tunduk pada ketentuan Konvensi hukum sebagai wilayah kedaulatan negara
Hukum Laut Tahun 1982. yang tunduk pada ketentuan Konvensi Hu­
kum Laut, dan oleh karena itu memiliki beban
1. Perairan Pedalaman hak dan kewajiban tertentu sebagaimana di­
Perairan Pedalaman atau “internal wa­ atur dalam ketentuan Konvensi Hukum Laut.
ters” merupakan bagian dari Perairan In­do­ Perairan ini pada dasarnya terletak pada sisi
ne­sia yang memiliki status hukum seba­gai dalam garis pangkal lurus kepulauan.


3. Perairan Teritorial Se­dangkan semua pihak baik asing mau­
pun sub­jek hukum Indonesia yang berada di
Perairan teritorial merupakan bagian da­ ka­wasan ini, baik dalam rangka menuju Per­
ri Perairan Indonesia yang memiliki status air­an Indo­nesia ataupun yang akan mening­
hu­kum sebagai wilayah kedaulatan negara, galkan Per­airan Indonesia, wajib untuk tun­
akan tetapi tunduk pada ketentuan Konvensi duk pa­da peraturan-peraturan Bea Cukai,
Hukum Laut dan oleh karena itu memiliki be­­ Fis­kal, Imi­­grasi, dan Sanitair Indonesia. Le­
ban hak dan kewajiban sebagaimana di­­atur bar Zona Tam­bahan tersebut adalah 12 mil
dalam ketentuan Konvensi Hukum Laut. di­hi­tung dari batas terluar laut teritorial.
Per­­airan ini terletak di luar daratan dan Per­
air­­an Pedalaman dan di luar Perairan Ke­pu­ Status hukum perairan zona tambahan
lau­an yang dibatasi oleh garis-garis pangkal ini merupakan perairan yurisdiksi Indonesia
kepulauan. Perairan teritorial merupakan untuk menyelenggarakan peraturan Bea Cu­
pro­­­duk hukum kewilayahan yang paling kai, Fiskal, Imigrasi, dan Sanitair saja. Status
men­­­dasar dan tertua. Perairan teritorial lahir hu­kum mengenai isinya, yaitu sumber daya
da­ri pertumbuhan hukum kewilayahan yang alam di Zona Tambahan Indonesia tersebut,
ber­­­sumber dari hak-hak atas sumber alam, me­ru­pakan sumber daya alam dengan status
hak atas keamanan negara, dan hak atas ko­ hu­kum sumber daya alam Zona Ekonomi
mu­­nikasi perhubungan. Eks­klusif Indonesia, dan sumber daya alam
Lan­das Kontinen Indonesia. Karena perairan
Zona Tambahan ini kedudukannya sudah
ber­ada di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif
Indo­nesia, atau di atas zona Landas Kontinen
Indo­nesia yang juga merupakan bagian dari
Laut Bebas maka hal-hal yang terkait dengan
per­soalan hak dan kewajiban negara atas ke­
dua wilayah tersebut dapat dilihat pada urai­
an di bawah ini.

5. Zona Ekonomi Eksklusif/


Landas Kontinen
Gambar 1-7 Kapal TNI AL. Zona Ekonomi Eksklusif merupakan wi­la­
(Sumber: http://alutsista.blogspot.com)
yah sumber daya alam di luar Perairan Indo­
nesia, yang memiliki status hukum sebagai
4. Zona Tambahan wi­layah dengan hak berdaulat atas sumber
Zona tambahan bukan merupakan ba­ da­ya alam negara pantai yang berbatasan
gian dari Perairan Indonesia, akan tetapi me­ dan bersambungan dengan Perairan Indo­ne­
ru­pakan zona di luar Perairan Indonesia yang sia, dan tunduk pada ketentuan Konvensi Hu­
bersambungan dan berbatasan dengan Per­ kum Laut. Artinya bahwa pengelolaan sum­
airan Indonesia di luar batas terluar laut ber daya alam di Zona Ekonomi Eksklusif
teritorial Indonesia. Mengingat letak zo­na Indo­­nesia tersebut harus dilakukan sesuai ke­
tersebut, negara memiliki perluasan hak di ten­tuan Konvensi Hukum Laut. Wilayah Zona
wilayah zona tambahan ini, untuk me­nye­ Eko­­nomi Eksklusif tersebut terdapat di luar
leng­garakan pengawasan terhadap Bea Cu­ Per­airan Indonesia, atau di luar laut teritorial
kai, Fiskal, Imigrasi, dan Sanitair sebagai­ma­ Indo­nesia, sejauh 200 mil yang diukur dari
na yang berlaku di Perairan Indonesia. ga­ris pangkal laut teritorial. Secara kongkrit,


le­bar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia itu annya diatur secara khusus da­lam Art. 76
ada­lah 200 mil dikurangi 12 mil laut teri­to­ me­ngenai pengertian landas kon­tinen. Ke­
rial. du­­dukan Zona Ekonomi Eksklusif Indo­ne­sia
ter­letak pada Laut Bebas, yang me­mi­liki sta­
Hak-hak atas sumber daya alam di Lan­­
tus hukum tersendiri. Oleh ka­rena itu, pelak­
das Kontinen bersumber dari keten­tu­an me­­
sanaan hak dan kewajiban atas Laut Bebas
nge­nai sumber daya alam di Zona Eko­­no­­­­mi
ha­rus disesuaikan dengan pe­lak­sa­na­an hak
Eksklusif, khususnya Art. 56 Konven­si Hu­
dan kewajiban negara atas Zona Eko­nomi
kum Laut, akan tetapi kemudi­an pelaksana­
Eks­klusif Indonesia.

Ringkasan

• Laut adalah air asin yang menutupi 71% permukaan bumi.


• Air laut terdiri dari 96,5% air dan 2,5% garam.
• Tiga Samudera utama dunia: Samudera pasifik, Samudera Atlantik, dan Samudera
Hindia.
• Perairan Indonesia dibagi atas: Perairan Pedalaman, Perairan Kepulauan, dan
Perairan Teritorial.
• Zona Tambahan adalah zona di luar Perairan Indonesia yang bersambungan
dan berbatasan dengan Per­airan Indonesia di luar batas terluar laut teritorial
Indonesia.
• Zona Ekonomi Eksklusif adalah wi­la­yah sumber daya alam di luar Perairan Indo­
nesia, yang memiliki status hukum sebagai wi­layah dengan hak berdaulat atas
sumber da­ya alam negara pantai yang berbatasan dan bersambungan dengan
Perairan Indo­ne­sia, dan tunduk pada ketentuan Konvensi Hu­kum Laut.

Soal

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!


1. Samudera manakah yang terbesar?
a. Samudera Pasifik
b. Samudera Atlantik
c. Samudera Hindia
d. Samudera Antartik
e. Samudera Arktik


2. Negara apa saja yang berbatasan dengan Laut Mediteranea?
a. Indonesia
b. Jepang
c. Afrika Selatan
d. Italia
e. Amerika Serikat
3. Laut Pedalaman adalah
a. Laut yang cukup dalam
b. Laut yang sangat dalam
c. Laut yang berada dalam yurisdiksi penuh sebuah negara
d. Laut dalam yang bebas dilayari oleh semua negara
e. Laut yang hanya bisa dilayari oleh kapal berukuran tertentu saja
4. Hampir 2,5 % air laut terdiri dari garam mineral. Jenis mineral terbesar yang ada
di laut adalah ...
a. Natrium b. Borium
c. Kalsium d. Kalium
e. Sulfat
5. Kita mengenal banyak samudera di dunia. Tiga samudera utama adalah ...
a. Samudera Atlantik, Pasifik, dan Antartika
b. Samudera Pasifik, Hindia, dan Antartika
c. Samudera Hindia, Atlantik, dan Pasifik
d. Samudera Hindia, Antartika, dan Atlantik
e. Samudera Antartika, Indonesia, dan Pasifik

Jawablah pertanyaan di bawah ini.


1. Apa yang dimaksud dengan Zona Ekonomi Eksklusif?
2. Jelaskan pembagian tiga daerah perairan Indonesia dan berikan contoh masing-
masing.
3. Apa yang dimaksud dengan zona tambahan
4. Jelaskan seluk-beluk tentang Selat Makassar dan Laut Jawa.
5. Apa yang dimaksud dengan palung dan beri contoh-contohnya.

10
Tugas

Lakukan pengamatan ke salah satu wilayah perairan yang terdekat dengan


tempat tinggalmu. Tanyakan pada petugas (Polisi Perairan), penyuluh/orang yang
mengetahui tentang:
a. Status hukum wilayah perairan.
b. Hak-hak yang dimiliki wilayah perairan.
c. Hak-hak yang tidak boleh dilanggar.
d. Permasalahan yang terjadi dengan adanya status hukum.
e. Cara memecahkan masalah.

Buatlah laporan hasil yang memuat antara lain:


• Pendahuluan
(Latar belakang, tujuan, strategi kerja)
• Landasan Pemikiran
(berisi pengertian, konsep yang relevan dengan topik)
• Hasil Temuan
(berisi hasil pengamatan, wawancara, lain-lain)
• Simpulan dan Saran
Serahkan hasil laporan tepat waktu.

Glosari

• Alga adalah tumbuhan air, bisa sangat kecil (plantonik) atau menempel di dasar
(makro alga).
• Celah hidrotermal adalah retakan di kerak bumi bawah laut yang mengeluarkan
energi panas
• Gletser : sungai es.
• Palung : bagian laut yang sangat dalam.
• Paparan : bagian laut dangkal yang luas.
• Sanitair : yang berkenaan dengan kebersihan.
• Teritorial : batas wilayah.

11
Bab 2
Dasar Laut

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


• Mampu memahami dasar laut. • Mampu membandingkan antara darat dan
laut.
• Mampu menjelaskan mengenai topografi
dasar laut.
• Mampu menjelaskan cara-cara
pengukuran kedalaman laut.
• Mampu mendeskripsikan topografi dasar
laut di Indonesia.

12
Peta Konsep

Dasar laut

MEMBAHAS

Perbandingan Darat & Laut

Topografi Dasar Laut

Pengukuran Kedalaman

Topografi Dasar Laut di Indonesia


TERDIRI DARI

Paparan Sunda
Paparan Sahul
Laut dalam di Indonesia

13
A. Perbandingan Darat dan Laut

Perhatikan kurva di bawah ini dan cer­ Bagaimana dengan Indonesia? Negeri
mati pembahasannya. Kita, manusia sebagai ki­ta dikenal sebagai negara ke­pulau­­­an mem­
makhluk yang hidup di darat sering merasa punyai luas total sebesar 5 juta km2 dengan
bah­wa daratan adalah bagian yang terluas luas seluruh daratan 1,9 juta km2 (38% dari
dan terpenting di bumi. Tetapi cobalah te­ seluruh wilayah), sedangkan luas seluruh
ngok pada bola bumi (globe). Di sana akan laut adalah 3,1 juta km2 (62% da­ri seluruh
ter­lihat bahwa bumi ini merupakan planet wi­layah). Data di atas tidak ter­m­asuk luas
yang didominasi oleh laut. Luas seluruh mu­
per­airan ZEEI (Zona Ekonomi Eks­klusif Indo­
ka bumi adalah sekitar 510 juta km2, yang
nesia) -yang merupakan jalur se­lebar 200 mil
ter­diri dari laut seluas 361 juta km2 atau se­
di luar perairan teritorial In­do­nesia- dengan
kitar 71% dari luas muka bumi, sedangkan
da­ratan hanya se­luas 148 juta km2 atau se­ luas 2,7 juta km2. Jadi ka­lau di­hi­tung, luas
besar 29%. seluruh laut yang harus di­ke­lola In­do­nesia
adalah 5,8 juta km2.
Puncak tertinggi di daratan sekitar
8.849 m yang terdapat di Gunung Himalaya,
se­­dang­­kan palung yang terdalam di laut se­
da­lam 10.830 m yang terdapat di Palung
Min­­dano di Samudera Pasifik dekat Filipina.
Apa­­bila elevasi (ketinggian) seluruh daratan Daratan

di bumi ini dirata-ratakan maka diperoleh


ke­­tinggian daratan sebesar 840 m. Ban­ding­
kan dengan laut, yang bila dirata-ratakan Permukaan Air Laut

ke­­­dalamannya adalah sedalam 3.795 m.


Ja­di dari berbagai data ini saja sudah jelas Paparan
Benua

be­­­tapa besar dimensi laut dibandingkan de­ Lereng Bukit


Gunung Laut
ngan daratan.
Benua Abisal Laut

Palung

Gambar 2-2. Relief dasar laut.


(Sumber: Anugerah Nontji)

Gunung tertinggi di daratan Indonesia


adalah Puncak Jaya Wijaya, Papua, yang se­
lalu diliputi salju dengan ketinggian 5.030
m. Bandingkan dengan laut terdalam di In­do­
nesia yang terdapat di Laut Banda sedalam
7.440 m. Gunung tertinggi di Jawa adalah
Gunung Semeru setinggi 3.676 m. Jadi bila
dua Gunung Semeru ditumpukkan dan di­
letak­kan di dasar Laut Banda masih akan
ter­benam. Demikianlah kita melihat bahwa
Gambar 2-1. Puncak Mount Everest (8.849 m) adalah di­mensi laut, baik dalam ukuran global mau­
puncak tertinggi di dunia.
(Sumber: www.letsgodigital.org) pun untuk Indonesia, sangat dominan.

14
B. Topografi Dasar Laut

Pada mulanya orang mengira 0 1 2 3 4 5

bahwa per­mukaan dasar laut itu 10.000


datar saja. Tetapi per­kembangan Luas muka bumi 106 km2
ilmu pengetahuan dan tek­no­l­ogi 8.000

telah membuktikan bah­wa topo­ 6.000


grafi (ben­tuk relief per­muka­an
bumi) yang ter­da­pat di dasar laut

Kedalaman (m)
4.000

itu sangat kompleks. Se­perti hal­ 2.000 Elevasi daratan


nya di darat yang mempunyai rata-rata 840 m Muka laut
bu­­kit, pegunungan, gunung api, 0

lem­bah, ju­rang, dan sebagainya,


Kedalaman laut 2.000
di laut pun dapat dijum­pai ber­
Elevasi (m)

rata-rata 3795 m
bagai bentuk topografi yang amat 4.000

beragam. Tetapi karena semua­


% Luas muka bumi 6.000
nya ter­pendam dalam laut maka
tidak dapat lang­sung terlihat. 8.000

Coba perhatikan gambar re­ 10.000


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
lief/dasar laut di samping. Ada be­ 0 % Daratan 100
berapa bentuk umum topo­grafi
di laut, misalnya berupa ele­vasi 0
% Laut 100

atau penaikan dasar laut yang bi­


Gambar 2-3 Kurva menunjukkan luas muka bumi pada elevasi
sa berupa pematang yang me­man­ (ketinggian) dan kedalaman dengan acuan muka laut.
jang di tengah samudera (ridge), (Sumber: Duxbury dkk., 2002)

Samudra Pasifik bagian tenggara Samudra Atlantik


A. Paparan benua A. Paparan benua (continental shelf)
B. Lereng benua B. Lereng benua (continental slope)
C. Palung (trench) C. Ampuan benua (continental rise)
D. Gunung.

A
D A

B B
A
A

C
BC B

C Gambar 2-4 Bentuk umum tepian benuaC


(continen­tal margin).
(Sumber: Anugerah Nontji)

15
pung­gung laut (rise), atau gunung api bawah Di setiap tepian benua (coastal margins)
laut (sea mount). Ada pula cekungan atau de­ yang merupakan peralihan antara daratan
pres­si yang dalam seperti lubuk (basin) yang benua dan samudera sering ditandai de­
da­sar­­n­­ya melebar, atau palung (trench) yang ngan adanya perubahan kedalaman yang
dalam dengan tepiannya yang terjal. Ada ber­­­angsur-angsur dari pantai ke arah laut,
pula bentuk-bentuk yang khusus seperti te­ di­­­mulai dari paparan benua (continental
rum­bu karang, yang hampir tersembul ke shelf) yang relatif sangat landai dan dangkal
per­­mukaan laut, yang komponen utamanya (se­ring­­kali disebut pula sebagai landas kon­
ada­lah karang batu. Selain itu di depan mua­ tinen). Kemudian diikuti dengan lereng be­
ra sungai dapat terbentuk topografi yang nua (continental slope) yang lebih curam
khu­sus yang dikenal sebagai daerah estuari, dan selanjutnya menuju ke ampuan benua
yang sangat dipengaruhi oleh endapan dari (con­­tinental rise), atau palung laut dalam
sungai. (trench).

C. Pengukuran Kedalaman

Pada mulanya orang mengukur kedalam­


an dasar laut dengan cara yang sangat se­
derhana, yakni dengan menggunakan tali
yang diberi skala dan di ujungnya diberi ban­
dul pemberat. Tali ini diulurkan dengan ta­
ngan hingga bandul menyentuh dasar, dan
ke­da­laman pun dapat dibaca pada panjang
tali yang diulur. Tetapi cara ini hanya dapat
100 meter
di­gu­nakan di laut dangkal saja, misalnya sam­­
pai puluhan meter. Untuk laut yang lebih da­
lam, cara ini sudah tidak efektif karena akan
lebih sulit merasakan atau mengetahui ka­
pan bandul menyentuh dasar.
Pada pertengahan abad 19, orang su­ Gambar 2-5 Pengukuran kedalaman laut dengan prin­sip
rambatan bunyi dalam air.
dah menggunakan mesin penduga keda­ (Sumber: Anugerah Nontji)
lam­­an (sounding machine) bertenaga uap
dengan kabel baja yang panjangnya bisa
Catatan:
ribu­an meter, yang di ujungnya diberi ban­ Bunyi dengan fre­kuen­si tertentu dipancarkan dari lunas
dul pemberat. Mesin ini dilengkapi rol untuk kapal. Bunyi itu me­rambat dalam air hingga membentur
dasar-laut, ke­mu­dian dipantulkan kembali dan diterima
me­ngukur panjang kabel yang diulur. Tentu di kapal. Dengan mengetahui waktu tempuh bunyi
saja teknologi ini memakan waktu yang lama untuk bo­lak–balik dan kecepatan rambat bunyi dalam
hanya untuk mengukur kedalaman di satu air ma­ka kedalaman dasar laut dapat ditentukan.
ti­tik di laut, apalagi di laut yang dalamnya
ribu­an meter.
sounder). Prinsip operasinya adalah dengan
Baru pada pasca Perang Dunia I, sekitar me­mancarkan sinyal bunyi dari pemancar
tahun 1920-an mulai dikembangkan tek­ (trans­mitter) di lunas kapal dengan frekuensi
no­logi baru dengan menggunakan prin­sip tertentu, dan bunyi ini merambat dalam air
rambatan bunyi di dalam air. Alat de­ngan hing­ga menyentuh dan dipantulkan oleh
tek­nologi ini disebut perum gema (echo­ dasar laut.

16
Bunyi yang dipantulkan ini diterima Se­­ka­rang ini teknologi echosounder sudah
kem­­­­­bali oleh penerima (receiver) di lunas sa­ngat maju hingga kedalaman laut dapat di­­
ka­­­­­pal. Apabila waktu yang diperlukan ram­ re­kam secara berterusan (continuous) oleh
bat­­­­an bunyi untuk bolak-balik diketahui, se­buah kapal yang sedang berlayar hing­­­ga
dan kecepatan rambat bunyi dalam air di­ pro­fil dasar laut di sepanjang lintas layar lang­
ke­­tahui pula (rata-rata 1.500 m/detik), ma­ sung dapat diperoleh gambaran ben­­­tuknya.
ka kedalaman laut dapat dengan mudah De­ngan kemajuan teknologi ini pu­la, maka
di­­ke­tahui. Kecepatan rambat bunyi dalam peta-peta dasar laut (peta batime­tri) di bumi
laut dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. sudah dapat diperbaiki dan di­­sem­­purnakan.

D. Topografi Dasar Laut di Indonesia

Tidak ada negara di bumi ini yang mem­ dia, mencerminkan zona benturan dua lem­
punyai gambaran topografi dasar laut yang peng di sepanjang busur ini. Kondisinya bi­sa
se­unik seperti yang terdapat di perairan menjadi lebih kompleks karena tiap lem­peng
Nusan­tara kita. Dalam kawasan terbatas ini dapat terpecah menjadi fragmen lem­peng-
bo­leh dikatakan semua tipe topografi dasar lempeng yang lebih kecil dan saling ber­ge­
laut bisa ditemukan seperti paparan (shelf) sekan. Kejadian ini membuat struktur geo­
yang dangkal, cekungan yang dalam dengan logi di tempat itu menjadi kompleks seperti
ber­bagai variasi bentuk (lubuk, palung), ber­ ter­lihat pada dasar perairan laut-dalam di
bagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, bagian timur Indonesia.
ridge), gunung bawah laut (sea mount), te­
Secara umum dapat disebutkan bahwa
rumbu karang, dan sebagainya.
dasar laut di Indonesia terdiri dari dua bagi­
Kompleksnya topografi dasar laut di In­­ an penting, yakni laut dangkal yang me­ru­
donesia disebabkan karena di kawasan ini pakan paparan (shelf) dan laut-dalam. Ada
berbenturan atau bergesekan empat lem­ dua paparan yang terkenal di Indonesia,
peng li­tosfer, yakni lempeng Eurasia, Filipi­ yak­­­ni Paparan Sunda dan Paparan Sahul, ma­­
na, Pasi­fik, dan Samudera Hindia-Australia. sing-masing terdapat di bagian barat dan ba­
Dalam geo­logi dikenal teori tektonika lem­ gi­­an timur Indonesia. Di antara keduanya ter­­
peng (pla­te tectonics) yang menganggap dapat laut-dalam yang topografinya sa­ngat
kerak bu­­mi ini terdiri atas lempeng-lempeng kompleks.
yang ke­­nyal dan lentur yang senantiasa ber­
gerak re­­la­tif terhadap lempeng lainnya. Apa­ 1. Paparan Sunda
bila dua lempeng berbenturan maka salah
satu­­nya akan tertekan menukik ke bawah
lem­­peng lainnya hingga di zona benturan
itu ter­bentuk palung-palung laut dalam.
Sebaliknya pada lempeng lawannya ter­
jadi penonjolan ke atas di mana energi panas
berupa magma dilepas dan membentuk
gu­­nung-gunung api. Rangkaian busur gu­
nung api dari Sumatera, Jawa, sampai Nusa Gambar 2-6 Daerah Paparan Sunda di sebelah
Teng­gara yang sejajar dengan palung laut- barat dan Paparan Sahul di sebelah timur
Indonesia.
dalam di sebelah luarnya, di Samudera Hin­ (Sumber: Anugerah Nontji)

17
Paparan Sunda merupakan paparan sama­annya, yang berbeda dengan di ka­was­
dang­­­­kal (kurang dari 200 m) yang terluas di an Indonesia sebelah timur­nya.
du­nia yang menghubungkan Pulau-pulau Ja­­
Laut Jawa di paparan ini mempunyai
wa, Kalimantan, dan Sumatera, dengan da­
da­sar laut yang melandai dari dengan keda­
rat­­an besar Asia.
lam­­an sekitar 20 m dekat pantai Sumatera
Selatan sampai menjadi sekitar 60-80 m
yang menghadap ke Selat Makassar.
LEMPENG EURASIA LEMPENG FILIPINA

2. Paparan Sahul
Paparan Sahul, acapkali di­se­­but pula se­
Sulawesi LEMPENG PASIFIK bagai Paparan Ara­fu­ra, merupakan perairan
Su

Kalimantan
dang­kal di sebelah selatan Papua. Se­perti
ma
tra

Irian Jaya
hal­nya dengan Paparan Sun­da, ka­­wasan ini
Jawa
pun di zaman da­hulu ke­­ring berupa daratan
LEMPENG yang me­nya­tu­kan daratan Pulau Papua de­
SAMUDRA HINDIA - AUSTRALIA Australia
ngan Aus­­tralia. Sangat menarik melihat po­­
Palung Laut Sesar Arah Gerakan
sisi Kepulauan Aru dan Kepulauan Kei di se­
kitar perairan ini.
Gambar 2-7 Batas-batas lempeng litosfer di Asia Tenggara
menunjukkan arah gerak tiap lempeng. Kepulauan Aru berada da­lam Paparan
(Sumber: Anugerah Nontji) Sa­hul yang dulunya menyatu de­ngan Pu­
lau Papua, oleh karenanya kondisi flora-
Penelitian geologi menunjukkan bah­wa fau­na­nya pun le­bih dekat dengan Pu­lau Pa­
se­luruh paparan Sunda ini dulunya me­mang pua. Kepulauan Kei adalah tetangga de­kat
me­rupakan daratan besar yang me­nyatu Kepulauan Aru, te­tapi telah berada di luar
dengan benua Asia. Kira-kira 170.000 tahun paparan. Di antara ke­­dua­nya terdapat pa­
lalu muka laut ber­ada kira-kira 200 m lebih
rendah daripada muka laut sekarang ini
hingga seluruh kawasan ini kering berupa
daratan. Bekas-bekas darat­an di zaman da­
hulu kala itu masih da­pat ditelusuri di da­­sar
laut paparan ini dengan menggunakan pe­ Kalimantan
rum ge­ma (echosounder).
Sumatra
Para ahli me­ne­mu­kan bahwa di paparan
ini dulu ada dua sis­tem sungai yang kini su­
dah terbenam yang masing-masing di­se­but
Sungai Sunda Uta­ra dan Su­ngai Sunda Se­ Samudra Hindia
latan. Sungai Sunda Utara mempunyai hulu Jawa

di Sumatera dan Kalimantan dan ber­mua­ra di


Gambar 2-8 Sungai Sunda Utara dan Sungai Sun­da
Laut Cina, sedangkan Su­ngai Sunda Selatan Selatan yang terbenam di Paparan Sunda.
mem­pu­nyai hulu di Jawa dan Kalimantan (Sumber: Anugerah Nontji)
dan ber­­muara di Selat Makassar.
Catatan:
Karena dulunya seluruh daerah ini me­ Su­ngai Sun­da Utara berhulu di Sumatra Timur dan
Kaliman­­tan Barat, dan bermuara ke Laut Cina Se­la­tan.
rupakan satu kesatuan daratan maka hing­ga Sungai Sunda Selatan berhulu di Kalimantan Se­la­tan,
se­karang pun masih da­pat dijumpai he­wan Sumatra Selatan dan Jawa, dan bermuara ke Se­lat
Makassar.
dan tumbuhan di daerah ini banyak per­­

18
lung laut-dalam yang memisahkan ke­dua­­ lius I (1929–1930) banyak sekali mem­per­
nya. Meskipun Ke­pu­lauan Kei lebih dekat kaya pengetahuan kita tentang topografi da­
ke Pa­pua, namun ke­hidup­an flora-faunanya sar laut di kawasan ini. Tabel 1 dan Gam­bar
ber­beda jauh dibandingkan dengan ke­­ke­ 2-9. menampilkan beberapa data dan gam­­­
rabatan Ke­pulauan Aru dengan Papua. Ke­ bar­an tentang laut-dalam di sini.
dalaman per­airan Paparan Sahul ini berkisar
Di sebelah utara, dekat perbatasan de­
30-90 m.
ngan Filipina terdapat Palung Mindanao, de­
3. Laut-Dalam di Indonesia ngan kedalaman 10.830 m, yang merupakan
salah satu palung yang terdalam di dunia.
Laut-dalam di Indonesia terutama ter­ Di dekatnya terdapat Lubuk Sulawesi yang
da­pat di Indonesia bagian timur dan bagian sa­ngat luas dengan dasarnya yang kurang
tengah, di kawasan yang diapit oleh Pa­­­pa­r­ le­bih mendatar pada kedalaman 5.100 m.
an Sunda dan Paparan Sahul. Di sini ter­­dapat Ke arah selatannya terdapat Lubuk Sulawesi
beragam bentuk topografi berupa lu­­buk yang memanjang di Selat Makassar dengan
(basin) dan palung (trench). Ekspedisi Snel­ ke­dalaman sekitar 2.300 m.
Tabel 1. Di sekitar Laut Maluku dan Laut Banda
Lubuk dan Palung di Perairan Indonesia ter­­­dapat beberapa lubuk dan palung yang
(lokasi lihat Gambar 2-8).
sa­ling berhubungan. Lubuk yang paling
Basin Batas garis Kedalaman Luas luas adalah Lubuk Banda Selatan yang ke­
atau kedalaman maksimum
Palung (m) (m) (km2) dalam­an maksimumnya 5.400 m. Tak jauh
I Lubuk Sulu 4.000 5.350 46.000 di se­belah timurnya terdapat Palung Weber,
II Palung Mindanao 6.000 10.830 - de­­ngan kedalaman maksimum 7.440 m,
III Palung Talaud 3.000 3.450 2.700
yang merupakan palung yang paling da­lam
IV Palung Sangihe 3.000 3.850 10.000
V Lubuk Sulawesi 4.000 6.220 26.000 di Indonesia (bandingkan dengan gu­nung
VI Lubuk Morotai 3.000 3.890 1.500
120˚ 132˚
VII Palung Ternate 3.000 3.450 1.000
VIII Lubuk Bacan 3.000 4.810 6.800 LAUT
8˚ 8˚
CINA I
IX Lubuk Mangole 3.000 3.510 1.900 II
SAMUDRA
X Lubuk Gorontalo 3.000 4.180 14.000 IV PASIFIK
XI Palung Makassar 2.000 2.540 55.000
XII Lubuk Halmahera 1.000 2.039 15.000 4˚
III

XIII Lubuk Buru 3.000 5.319 16.000 V


VI
XIV Lubuk Banda utara 4.000 5.800 80.000
Lubuk Banda VII
XV 4.000 5.400 120.000
Selatan XI X VIII XII
XVI Palung Weber 4.000 7.440 50.000 IX
XIII
XVII Lubuk Manipa 3.000 4.360 2.800
XVIII Lubuk Ambalau 4.000 5.330 7.000 XIV
XVII

XIX Lubuk Aru 3.000 3.680 11.000
XVIII XIX
XX Palung Buton 4.000 4.180 1.200
LAUT JAWA XXI
XXI Lubuk Selayar 2.000 3.370 4.000 XX XVI
XXII XV
XXII Lubuk Flores 3.000 5.130 30.000 XXIII
XXV 8˚
XXIII Lubuk Bali 1.000 1.590 19.000
XXIV Lubuk Sawu 3.000 3.470 30.000 XXIV
XXVI
SAMUDRA HINDIA
XXV Lubuk Wetar 3.000 3.460 6.000 LAUT TIMOR
XXVI Palung Timor 2.000 3.310 33.000 116˚ XXVII 120˚ 124˚ 128˚ 132˚

XXVII Palung Jawa 6.000 7.140 -


Kelompok Lubuk Maluku : VI, VII, VIII, IX, X Gambar 2-9. Lubuk dan palung di perairan Indonesia.
Nama-nama untuk angka Rumawi dicantumkan dalam
Kelompok Lubuk Banda : XIII, XIV, XV, XVI, XVII, XVIII,
Tabel 1. Panah menunjukkan arah pasokan air dari
XIX, XX, XXII, XXIV, XXV
Samudra Pasifik yang mengisi lubuk dan palung tersebut.
(Sumber: Van Riel, 1934) (Sumber: Anugerah Nontji)

19
Puncak Gunung Api + 288 m
m 0
2000
4000
6000

Gambar 2-10. Profil Pulau Gunung Api di Laut Banda. Tidak semua gunung api di Laut Banda
(Sumber: Anugerah Nontji)
tersembul ke atas permukaan. Be­­be­rapa gu­
nung api berada di bawah per­mukaan laut.
Catatan: Bah­kan belum semuanya su­dah diketahui
Yang mencuat ke atas permukaan laut (tinggi 288
m) hanyalah bagian puncak dari gunung besar yang ke­beradaannya. Pada tahun 2003 misalnya
duduk di dasar Laut Banda pada kedalaman sekitar Eks­pedisi Baru­na Jaya VIII me­­ne­­mukan gu­
4.000-5.000 m.
nung api ba­ru di ba­wah per­mu­ka­an laut di
ba­­gi­an se­la­tan Laut Banda, dekat Pulau We­
tar, yang ke­mu­dian dinamai Gu­nung Ba­ru­­na
ter­­tinggi di Indonesia, Puncak Jaya Wi­ja­ya, Kom­ba. Gunung api ini pun­caknya be­­rada
Papua, yang tingginya 5.030 m). Na­ma We­ sekitar 180 m di bawah mu­ka laut, se­dang­
ber untuk palung ini diambil dari na­ma Pro­ kan kakinya berada pada ke­dalaman lebih
fe­sor Max Weber yang memimpin Eks­pe­disi 1.000 m.
Si­­boga yang dilaksanakan di perairan ini
tahun 1899-1900. Di Samudera Hindia, di sebelah selatan
Jawa, terdapat Palung Jawa (Java Trench)
Seluruh massa air yang mengisi lubuk yang memanjang dan melengkung mulai dari
dan palung laut-dalam di perairan Indonesia se­­belah timur Sumatera sampai ke sebelah
ber­asal dari massa air yang datangnya dari
Samudera Pasifik. Gambar 2-9 menunjukkan
jalur masuknya air laut ke dalam lubuk dan
pa­lung tersebut.
Meskipun di Laut Banda terdapat banyak
lu­buk laut-dalam, tetapi di sini juga terdapat
gu­gus pulau-pulau gunung api aktif, yang
me­rupakan bagian dari rangkaian Busur Gu­
nung Api Banda. Pulau-pulau gunung api ini
tampaknya kecil saja, tetapi itu sebenarnya
ha­nya merupakan puncak dari gunung api
besar, yang kakinya terletak ribuan meter
di dasar Laut Banda. Pulau Gunung Api, mi­­
salnya, tingginya ha­nya sekitar 288 m, tetapi
itu hanyalah ba­gian puncak dari gu­nung api
be­sar yang duduk pada ke­da­laman lebih
4.000 m. Pulau ini tidak ber­penghuni, tetapi Gambar 2-11. Kapal riset Baruna Jaya VIII sedang
meru­pa­kan tempat ber­sa­rang burung-bu­­ melakukan survei dekat pulau gunung api Komba di Laut
Banda, tahun 2003.
rung laut. (Sumber: Anugerah Nontji)

20
Gambar 2-12. Pulau Komba.
(Sumber: Anugerah Nontji)

Catatan: se­­latan NTT. Palung Jawa mempunyai ke­


Tak jauh dari Pulau Komba ini dijumpai temuan dalaman maksimum sampai lebih 7.000 m.
baru berupa gunung api bawah laut, dengan puncak
berada sekitar 180 m di bawah permukaan dengan
Pa­lung Jawa yang me­leng­kung ini kurang le­
kaki berada sekitar 1.000 m di bawah permukaan bih sejajar dengan busur gu­nung api yang
laut. Gunung api yang baru ditemukan ini dinamai berderet di sepanjang daratan Suma­tera-
Baruna Komba.
Jawa.

21
Ringkasan
• Luas laut di bumi ini lebih besar dari daratan. Luas laut adalah sekitar 71% dari
luas seluruh muka bumi. Elevasi (ketinggian) rata-rata daratan adalah 840 m,
sedangkan kedalaman rata-rata lautan adalah 3795 m.
• Laut juga merupakan faktor fisik yang dominan bagi Indonesia. Luas Laut
Nusantara sekitar 62% dari luas seluruh wilayah. Demikian pula kedalaman
laut maksimum di Indonesia (7400 m) jauh lebih besar dari ketinggian gunung
tertinggi (5030 m).
• Dasar laut mempunyai topografi yang sangat beragam, ada paparan yang dangkal,
lubuk dan palung yang dalam, gunung api bawah laut, dan sebagainya.
• Kedalaman laut dapat diukur dengan cermat dengan perum gema (echosounder)
dengan prinsip perambatan dan pemantulan bunyi dalam air.
• Topografi dasar laut Indonesia dapat dibagi menjadi dua yakni: 1) laut dangkal
berupa Paparan Sunda (di Indonesia bagian barat) dan Paparan Sahul (di Indonesia
bagian timur), dan 2) laut-laut dalam yang terletak di antara keduanya.
• Keanekaragaman bentuk topografi dasar laut Indonesia terkait dengan pertemuan
dan pergesekan tiga lempeng besar dunia, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng
Pasifik, dan Lempeng Samudera Hindia-Aus­tralia (Indo-Australia).

Soal
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1. Bagaimana cara menentukan kedalaman laut dengan cara modern?
a. Mengulurkan tali dengan pemberat ke dasar laut
b. Menurunkan jaring ke dasar laut
c. Menggunakan alat echosounder
d. Menyelam
e. Menggunakan biota laut sebagai indikator kedalaman
2. Jelaskan mengapa Indonesia sangat kaya akan variasi bentuk topografi dasar
lautnya?
a. Sangat kaya akan keanekaragaman jenis
b. Adanya paparan laut dangkal
c. Adanya penaikan massa air laut
d. Fitoplanktonnya sangat subur
e. Adanya perbenturan lempeng-lempeng tektonik

22
3. Jelaskan mengapa Laut Jawa itu dangkal?
a. Disebabkan hutan mangrovenya sudah habis ditebangi
b. Adanya endapan sedimentasi dari sungai-sungai di Jawa dan Kalimantan
c. Akibat dari reklamasi pantai
d. Akibat dari proses penenggelaman daratan
e. Dahulu kala merupakan daratan yang menyatu dengan daratan Asia
4. Di daerah manakah di Indonesia dapat dijumpai laut-laut dalam yang ribuan
meter dalamnya?
a. Paparan Sunda
b. Paparan Sahul
c. Perairan timur Indonesia
d. Perairan Sumatera Timur
e. Selat Madura
5. Bentuk topografi laut dalam ada dua macam, yaitu lubuk dan palung.Palung
yang terdapat di perbatasan dengan Filipina merupakan palung yang terdala di
dunia, yaitu palung ...
a. Talaud
b. Mindanau
c. Makassar
d. Weber
e. Timor

Jawablah pertanyaan di bawah ini.


1. Dasar laut memiliki topografi yang sangat beragam. Apa yang dimaksud dengan
topografi? Gambarlah salah satu bentuk topografi tersebut!
2. Jelaskan bagaimana proses terbentuknya topografi laut.
3. Apa yang dimaksud dengan lempeng dan sebutkan jenis-jenis lempeng yang
ada di dunia.

23
Tugas
1. Cobalah amati bentuk fisik pantai di dekat tempat tinggalmu. Ban­dingkan dengan
pantai di daerah lain. Dapatkah kamu menganalisis perbedaannya?

2. Ukurlah kedalaman laut dengan seutas tali (atau sebatang bambu) yang telah
diberi skala meter. Lakukan pengukuran dalam satu garis lu­rus (transek), mulai
dari bibir pantai (batas antara darat dan air laut) sampai ke tengah yang masih
memungkinkan. Lakukan beberapa transek. Bagamana bentuk profil da­sar
lautnya? Diskusikan dengan kawanmu.

Glosari
Garis dasar: garis yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau
terluar, yang dijadikan dasar untuk menetapkan batas wilayah Nusantara.
Lereng benua (continental slope): bagian dasar laut yang berbatasan dengan
paparan benua (continental shelf). Pada wilayah lereng benua dasar laut akan
menurun dengan drastis. Kedalaman lereng benua mencapai 200 sampai 2.500
meter.
Lubuk (basin): bagian laut dalam yang dasarnya melebar.
Topografi: bentuk atau relief permukaan bumi atau dasar laut.
Palung (trench): bagian dasar laut dalam yang tepiannya terjal. Bagian ini
merupakan laut yang terdalam di dasar laut.
Paparan benua (continental shelf): bagian dasar laut yang terletak paling tepi
dan agak sempit yang mengelilingi benua. Paparan benua ini merupakan relief
dasar laut yang menurun perlahan-lahan mulai dari pantai ke arah tengah lautan.
Kedalaman umumnya kurang dari 200 meter.
Perum gema (echosounder): alat untuk mengukur kedalaman dengan prinsip
perambatan dan pemantulan bunyi.
Tektonika lempeng: teori bahwa kerak bumi itu terdiri dari lempeng-lempeng
lentur yang saling berbenturan dan bergesekan.

24
Catatan:

25
Bab 3
Sifat-Sifat Fisika dan Kimia
di Badan Laut

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


• Mampu memahami sifat-sifat fisika • Mampu mendiskripsikan sifat fisika air
dan kimia di badan laut. laut, seperti suhu, salinitas, cahaya,
dan tekanan hidrostatik

• Mampu menjelaskan sifat kimia air


laut, seperti pengaruh kandungan
oksigen dan karbondioksida di air
laut.

26
Peta Konsep
Sifat-sifat Fisika dan Kimia
di Badan Laut
TERDIRI DARI

Suhu
MENCAKUP
Pengukuran suhu
Variasi suhu di laut

Salinitas
MENCAKUP
Garam dan Salinitas
Penentuan Salinitas
Variasi salinitas
Salinitas permukaan di Indonesia
Dampak perubahan salinitas pada perikanan

Gas Terlarut dalam Laut


MENCAKUP
Oksigen
Karbon dioksida

Cahaya
MENCAKUP
Penetrasi cahaya ke dalam laut
Zonasi vertikal
Pengukuran cahaya
Warna air laut

Tekanan Hidrostatik

27
A. Suhu

1. Pengukuran suhu Dengan perkembangan teknologi mo­


dern sekarang ini, berbagai alat peng­ukur
dilengkapi dengan sensor suhu, dan hasilnya
di­olah dengan sistem komputer digital, hing­­­
ga sangat mudah penggunaannya. Suatu
alat pengambil contoh air laut yang disebut
rosette sampler dapat dilengkapi dengan
ber­bagai sensor untuk langsung mengukur
ber­­­bagai parameter oseanografi dalam laut
seperti suhu, salinitas, kekeruhan, kan­­du­ng­­­
an klorofil, dan sebagainya. Pada saat alat
ini diturunkan ke dalam laut, semua da­ta
di­rekam secara ber­terusan dan langsung di­
kirimkan ke laboratorium di kapal dan hasil­
nya langsung terbaca di layar kom­puter.
Untuk mendapatkan data suhu per­mu­
ka­­an laut pada areal yang luas dalam waktu
yang sama, sekarang dapat digunakan sa­
te­lit. Dengan teknologi satelit ini kondisi
su­­hu pada areal permukaan yang sangat
Gambar 3-1. Termometer bolak-balik (reversing
thermometer) yang dipasang pada rossete sampler.
(Sumber: www.kc-denmark.dk)

Ada beberapa cara untuk mengukur su­


hu air laut. Yang paling sederhana adalah
de­­ngan menggunakan termometer air raksa
yang umum dipakai di mana-mana. Tetapi
ini lebih sesuai untuk lapisan permukaan
sa­­ja. Untuk mengukur suhu air laut pada
la­­pis­­­­an di bawah permukaan, apalagi sam­
pai kedalaman ribuan meter, diperlukan
ter­­mo­me­­ter khusus. Di dalam oseanografi,
du­lu sa­ngat lazim digunakan termometer
bo­­lak-balik (reversing thermometer) yang Gambar 3-2. Teknologi modern dalam oseanografi.
da­­pat mengukur suhu dengan sangat cer­ (Sumber: Anugerah Nontji)
mat pa­da kedalaman berapa pun dalam
Catatan:
laut. Dinamai demikian karena pada saat di­ Pengambilan contoh air dan pengukuran berbagai
tu­run­­kan dengan kabel sampai kedalaman parameter oseanografi seperti suhu, salinitas,
yang diinginkan, posisinya terbalik. Baru se­ kekeruhan dan sebagainya berada pada unit
pengambilan contoh (rosette sampler) yang siap
te­lah diberi isyarat mekanis ia berputar me­ diturunkan ke dalam laut. Seluruh data pengukuran
ne­­gak­­kan diri dan menunjukkan suhu pada dalam laut langsung dikirim dan diterima di
laboratorium komputer, di kapal riset.
ke­­dalam­an tersebut.

28
air yang terperangkap karena air surut, bisa
dijumpai suhu yang panas di siang hari,
kadang-kadang mencapai 35o C atau lebih.
Air yang cukup panas bisa dijumpai di depan
pelimbahan industri atau pembangkit listrik
yang membuang bekas air pendinginnya ke
laut. Dalam kondisi seperti itu bisa terdapat
lidah air dengan suhu tinggi sampai 37o C
atau lebih.
Di perairan yang dalam di Indonesia,
umumnya dapat dijumpai sebaran vertikal
suhu seperti tercantum dalam Gambar 3-4.
Pada dasarnya dapat dibedakan tiga lapisan,
yakni lapisan hangat di bagian atas, lapisan
termoklin di tengah, dan lapisan dingin di
sebelah bawah.
Secara alami, air di lapisan permukaan
suhunya hangat karena mendapat radiasi
panas ma­tahari pada siang hari. Karena di
Gambar 3-3 Sebaran suhu permukaan laut yang direkam
Suhu (ºC)
dari satelit.
10 20 30
Atas: tanggal 11 Juli 1995. Bawah: tanggal 16 September 0
1995. Pada bulan September terjadi penaikan air }A
(upwelling) di selatan Jawa-Bali yang menyebabkan suhu
air turun.
(Sumber: Hendiarti, 2003)
200
} B

400
C
luas dapat dipantau dari waktu ke waktu. In­ 600
for­masi dari satelit ini bermanfaat untuk ke­
pentingan perikanan dan lingkungan. 800
Kedalaman (m)

2. Variasi suhu di laut 900

Di perairan tropis seperti di Indonesia 1000


-yang tak mengenal musim dingin dan
1200
musim panas- suhu permukaan laut relatif
tidak besar perubahannya sepanjang ta­hun. 1400
Su­hu permukaan laut di Indonesia umum­
nya ber­kisar 28-32o C. Di lokasi tempat ter­ 1600
jadi­nya penaikan air (upwelling), seperti di
1800
Laut Ban­­da dan di selatan Jawa, suhu air per­
mu­ka­an bisa turun hingga menjadi 24-25o 2000
C. Ini di­sebabkan karena air yang dingin di
lapisan bawah terangkat naik ke atas. Gambar 3-4 Pola umum sebaran vertikal suhu di laut.
A: Lapisan hangat dan homogen; B: Lapisan termoklin,
Suhu air di dekat pantai biasanya sedikit dimana suhu turun cepat menurut kedalaman; C: Lapis­an
lebih tinggi daripada yang di lepas pantai. Di dingin, suhu berangsur-angsur turun hingga ke lapisan
terdalam.
goba (lagoon) yang dangkal atau di kobakan (Sumber: Anugerah Nontji)

29
per­mu­ka­an sering terjadi angin dan ombak, merupakan lapisan dengan lonjakan densi­tas
maka lapisan permukaan umumnya teraduk yang sangat menyolok. Perubahan densitas
secara merata hing­ga suhu di tempat itu ini dapat diperkuat lagi karena di lapisan ini
kurang lebih homogen sam­pai kedalaman pun salinitas sering meningkat dengan ta­
sekitar 50-70 m. Oleh ka­rena itu, lapisan jam pula. Karena adanya lonjakan densitas
atas itu sering pula di­se­but sebagai lapisan ini maka air di lapisan atas yang ringan ti­dak
homogen. Pada per­air­an dang­kal, seluruh dapat bercampur dengan air di lapisan ba­
kolom air dapat te­r­a­duk merata secara wahnya yang lebih berat.
sempurna hingga seluruhnya bersifat ho­mo­
Oleh karena itu la­pisan ini sering pu­la
gen sampai ke dasarnya.
disebut lapisan pegat (dis­continuity layer),
Suhu permukaan laut di Indonesia se­be­­ karena mencegah percam­puran antara la­pis­
narnya juga mengalami variasi yang di­­­se­­­bab­ an atas dan lapisan ba­wah. Dalam hal terjadi
kan perubahan cuaca, meskipun pe­r­­­u­bah­­an penaikan air dari ba­wah (upwelling), lapisan
itu relatif kecil. Di Teluk Jakarta mi­­­sal­­­nya, termoklin yang me­rupakan lapisan pegat
pada Musim Pancaroba bulan April dan akan bergerak naik ke atas.
Oktober angin umumnya teduh, hing­­­­ga
Di bawah lapisan termoklin, baru terda­
pemanasan oleh matahari terjadi de­­­­ngan
pat lapisan yang dingin dengan suhu yang
lebih kuat, dan karenanya suhu air per­­­­muka­­
ber­angsur-angsur turun menurut ke­­­dalam­
an pada saat itu sedikit lebih tinggi da­ri­­pada
an. Jadi pada kedalaman sekitar 1.000 m
di bulan-bulan lainnya.
suhu biasanya sekitar 5o C, dan pa­­da ke­­
Di bawah lapisan homogen terdapat la­ dalaman 4.000 m suhu berkisar 1-2o C. Ber­
pisan termoklin, di mana suhu menurun de­ beda dengan perairan di lapisan per­muka­­
ngan cepat terhadap kedalaman. Karena su­ an, lapisan di bawah termoklin sudah ti­­dak
hu yang turun menyebabkan densitas (berat terpengaruh oleh kondisi cuaca di per­muka­
jenis) meningkat, maka lapisan termoklin ini an.

B. Salinitas

1. Garam dan salinitas


Air adalah pelarut yang sangat baik.
Oleh karena itu sangat banyak zat yang da­
pat terlarut dalam air laut. Hampir semua
un­sur kimia alami terdapat dalam air laut,
mes­­kipun kadarnya sangat kecil. Tetapi di
sam­ping itu terdapat juga berbagai jenis
garam yang terlarut dalam air laut.
Rasa asin pada air laut itu disebabkan
karena adanya garam-garam yang ter­kan­
dung dalam air laut. Garam yang paling ba­
nyak terdapat dalam air laut adalah garam
Natrium klorida (NaCl) atau disebut pula
garam dapur. Tetapi selain itu terdapat pula Gambar 3-5 Pembuatan garam secara tradisional di
berbagai garam lainnya seperti garam-ga­ram Jeneponto (Sulawesi Selatan).
magnesium, kalium, kalsium, dan se­bagai­ (Sumber: Kom­pas 28/10/06)

30
nya. Petani tambak memproduksi garam ki­an akan mudah mendapatkan gam­baran
de­ngan jalan memasukkan air laut ke dalam profil salinitas dan suhu di suatu perairan.
tam­bak-tambak, kemudian airnya diuapkan
de­ngan pemanasan sinar matahari, hingga 3. Variasi salinitas
akan diperoleh endapan garam. Di perairan samudera terbuka, salinitas
Banyaknya kandungan garam dalam umumnya berkisar antara 34-35 ‰. Di per­
sa­tu satuan air laut lazim disebut salinitas. air­an pantai, karena terjadi pengenceran
Am­billah seliter air laut, kemudian panaskan dan pengaruh aliran sungai, salinitas bisa
atau uapkan hingga semua airnya habis tu­run rendah, misalnya sampai 20 ‰ atau
dan tinggal kristal putih saja. Itulah garam- le­bih rendah. Sebaliknya di perairan dengan
ga­ram dari air laut. Apabila total padatan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa
garam itu ditimbang dan beratnya misalnya meningkat tinggi. Di Laut Merah, Saudi Ara­­
30 g, maka salinitasnya adalah 30 g/liter. bia, karena suhu dan penguapan yang ting­
Satuan g/liter adalah satuan salinitas yang gi, salinitas bisa sampai 40 ‰.
lazim digunakan dalam oseanografi, yang
Air Tawar
sering pula ditulis dengan satuan ‰ (baca:
permil). Penentuan salinitas seperti tersebut
Air Laut
di atas tentulah tidak praktis.
A
Ada berbagai cara dan istilah yang
di­gunakan untuk memberi nama air ber­
Air Tawar
dasarkan salinitasnya. Salah satu misalnya: 0 5
10
di­sebut air tawar bila salinitasnya 0-0,5 ‰, 20
Air Laut
air payau 0,5-17 ‰, dan air laut bila le­bih 30
dari 17 ‰. B

2. Penentuan salinitas Pasang Surut

10
Dalam oseanografi, salinitas dapat diten­ 20 Air Laut 30
tukan dengan berbagai cara baik secara
kimia maupun secara fisika. Sekarang ini ca­ra C

praktis yang banyak dilakukan adalah de­­ngan


Gambar 3-6 Tiga jenis struktur salinitas di daerah mua­ra.
mengukur konduktivitas atau daya hantar A. Dengan stratifikasi kuat; B. Dengan stra­tifikasi sedang;
lis­triknya (electrical conductivity), dengan C. Dengan pencampuran vertikal. Ga­ris dengan angka
dasar pertimbangan bahwa konduktivitas menunjukkan nilai salinitas yang sama.
(Sumber: Anugerah Nontji)
sejalan dengan kadar garam dalam air. Jadi
makin tinggi kadar garam (salinitas), makin Perairan di depan muara sungai dapat
tinggi pula konduktivitasnya. Dengan kata mempunyai struktur salinitas yang kompleks,
lain, bila konduktivitasnya dapat diukur ma­ karena selain merupakan pertemuan air
ka salinitasnya pun dapat diketahui. ta­war yang relatif ringan dan air laut yang
Di kapal-kapal riset oseanografi modern le­bih berat, juga pengadukan air sangat me­­
sekarang banyak dipakai alat yang disebut nen­tukan. Beberapa kemungkinan ditunjuk­
CTD (Conductivity, Temperature, Depth re­ kan dalam Gambar 3-6.
cor­der) yang dapat langsung merekam data Pertama, adalah perairan dengan stra­ti­
kon­duktivitas (yang langsung dikon­versi fi­kasi salinitas yang kuat, terjadi di mana air
menjadi salinitas), suhu dan kedalaman se­ ta­war yang ringan merupakan lapisan tipis
cara berterusan (continuous). Dengan de­mi­ se­­­olah-olah mengambang di permukaan, se­­­

31
dangkan di bawahnya terda­pat air laut yang bat­kan perairan menjadi homogen secara
lebih berat. ver­tikal. Karena berada di bawah kendali
pa­­sang-surut maka salinitas di semua titik
Keadaan semacam ini bisa ditemukan di
da­pat berubah dengan drastis, bergantung
depan muara sungai besar yang alirannya
pa­da kedudukan pasang-surut. Pada saat su­
kuat sedangkan pengaruh pasang-surut ke­
rut, salinitas didominasi oleh air tawar yang
cil. Lapisan air tawar di permukaan ini dapat
datang dari sungai, sedangkan pada saat
me­luas sampai jauh ke lepas pantai.
pasang, masuknya air lautlah yang banyak
Kedua, adalah perairan dengan stra­ti­fi­ menentukan salinitas.
kasi sedang. Ini terjadi karena adanya gerak
Di perairan lepas pantai yang dalam,
pa­sang-surut yang menyebabkan terjadinya
angin dapat pula mengadakan pengadukan
pe­ngadukan pada kolom air hingga terjadi
di lapisan atas sampai kedalaman 50-70 m
pe­campuran air secara vertikal, tetapi tidak
atau lebih, bergantung pada kekuatan angin
sempurna. Di permukaan, air dengan sa­li­ni­
dan intensitas pengadukan. Seperti pada
tas lebih rendah cenderung mengalir ke­luar,
se­baran vertikal suhu yang menunjukkan
sedangkan air laut yang lebih berat merayap
ter­­­moklin, sebaran vertikal salinitas pun da­
masuk dari bawah. Antara kedua­­­nya terjadi
pat terjadi pelonjakan di bawah lapisan ho­
percampuran. Akibatnya garis isohalin (garis
mo­­gen. Hal ini akan memperkuat ter­jadinya
yang menghubungkan salini­tas yang sama)
la­pisan pegat (discontinuity layer) yang
mempunyai arah yang con­dong ke luar.
meng­­­hambat bercampurnya air la­pis­an da­
Keadaan semacam ini ju­ga bi­sa dijumpai di
lam dengan lapisan permukaan. Gambar 3-
beberapa perairan di de­pan mua­ra sungai-
7 menunjukkan profil suhu dan salinitas di
sungai Sumatera dan Kali­man­tan.
Laut Banda.
Ketiga, adalah perairan dengan pe­ng­
aduk­an vertikal yang kuat, yang disebab­kan 4. Salinitas permukaan di
oleh gerak pasang-surut hingga meng­aki­ Indonesia
T (suhu)oC Pada tahun 1950-1954 telah diadakan
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 survei salinitas di seluruh perairan Indonesia
dengan melibatkan kapal-kapal niaga KPM
100
(cikal bakal PELNI sekarang) dan pe­rusa­ha­
200 an pelayaran lainnya yang melayari perairan
300 S seantero Indone­sia.
T
Kedalaman m

400 Kapal-kapal ini dalam pelayarannya me­­­


500
ngum­pulkan contoh-contoh air per­mukaan
ke dalam botol, yang kemudian diana­li­
600
sis salinitasnya oleh Lembaga Penelitian
700 Laut, Jakarta. Hasilnya telah dipetakan dan
800 mem­berikan hasil yang menarik. Ter­nya­ta
900
po­la sebaran salintas di Indonesia sa­ngat
di­pengaruhi oleh angin atau muson (mon­
1000
34,2 34,3 34,4 34,5 34,6
soon).
S (Salinitas) ‰
Pada Musim Barat (Desember hingga
Gambar 3-7 Profil suhu dan salinitas di Laut Banda.
Februari) bertiup angin dari barat ke timur.
(Sumber: Tomascik dkk, 1997) Musim ini dikenal juga sebagai musim hujan

32
100o

100o
110o

110o
120o

120o
130o

130o
140o

140o
tak menentu, tetapi pada umumnya teduh
20o 20o
dan tenang.
20o 20o
FEBRUARI

FEBRUARI Pola sebaran salinitas ini, yang sangat


10o 10o
dipengaruhi oleh musim, sangat nyata ter­
10o 10o
lihat di Laut Jawa. Pada Musim Barat hampir
seluruh Laut Jawa terisi dengan salintas
0o 0o
rendah sekitar 31-32 o/oo, dan mendorong
0o 0o air dengan salinitas yang lebih tinggi ke
arah timur. Sebaliknya pada Musim Timur,
10o 10o air dengan salinitas tinggi masuk dari timur
10o 10o
(dari arah Selat Makassar dan Laut Flores)
100o
100o
110o
110o
120o
120o
130o
130o
140o
140o
dan mendesak air dengan salinitas rendah
100o
100o
110o
110o
120o
120o
130o
130o
140o
140o ke barat, hingga Laut Jawa mempunyai
20o 20o

20o 20o
salinitas sekitar 32-34 o/oo.
AGUSTUS

AGUSTUS
5. Dampak perubahan salinitas
pada perikanan
10o 10o

10o 10o

Terjadinya pola perubahan salinitas se­


0o 0o
cara musiman ini di Laut Jawa, menye­bab­­
0o 0o
kan ikan-ikan yang senang pada salinitas
ter­tentu juga bermigrasi mengikuti pola
10o 10o
se­­baran salinitas. Ikan layang (Decapterus)
10o 10o

di Laut Jawa misalnya, dikenal sebagai ikan


100o 110o 120o 130o 140o
yang bermigrasi ke timur pada Musim Barat,
100o 110o 120o 130o 140o

dan kembali bermigrasi ke barat pada Musim


Gambar 3-8 Sebaran rata-rata salinitas di permukaan
perairan Nusantara dan sekitarnya pada bulan Februari Ti­mur. Banyak nelayan kita yang memahami
(atas) dan Agustus (bawah). Warna biru = air samudera pe­ri­laku migrasi ikan ini, dan karenanya mu­
(> 34 o/oo); hijau = air campuran (32 – 34 o/oo); kuning =
air pesisir (30 -32 o/oo,) merah = air “sungai” (< 32 o/oo,).
sim penangkapannya juga disesuaikan.
(digambar kembali dari Wyrtki, 1961).
(Sumber: Anugerah Nontji)

yang menyebabkan sungai mengalirkan le­


bih banyak air ke laut (terutama dari Pu­lau
Sumatera, Kalimantan, dan Jawa), dan ka­
rena­nya menurunkan salinitas di Laut Jawa.
Jadi pada musim ini air dengan sali­ni­tas ren­
dah mengalir menuju ke timur. Seba­lik­nya
pa­da Musim Timur (Juni hingga Agustus),
angin yang lebih kering bertiup dari timur ke
barat. Bersama dengan itu maka air de­ngan
salinitas lebih tinggi mengalir dari ti­mur
ke barat, mendesak mundur salinitas yang
lebih rendah. Musim-musim di antara ke­­
Gambar 3-9 Ikan layang (Decapterus) bermigrasi setiap
duanya dikenal sebagai Musim Pancaroba, terjadi perubahan salinitas.
biasa­nya disertai dengan kondisi angin yang (Sumber: tdyk.cool.ne.jp)

33
C. Gas Terlarut dalam Laut

Selain berbagai jenis garam, beberapa 0 10 20 30 40 50 60 70 km

jenis gas yang terdapat dalam atmosfer se­


perti nitrogen (N2), oksigen (O2), dan karbon TELUK KAU S A M U D R A PA S I F I K

dioksida (CO2) dapat terlarut dalam laut, 0


2.0
3.0 4.0
4.5

meskipun tentunya kadarnya lebih rendah. 100 1.5


3.5

Di dalam laut, perbandingan komposisinya 200


1.0

0.5
da­lam prosentase volume kurang lebih: ni­

Kedalaman m
0.25 TELUK KAU
300
trogen 78,08%, oksigen 20,99%, dan kar­ 0.0
bon­dioksida 0,03%. 400
H 2S
3.0

HALMAHERA

1. Oksigen
500

600

Di antara gas-gas yang terlarut dalam Gambar 3-10 Sebaran vertikal oksigen (ml/l) dan Hidrogen
air, oksigen mempunyai peranan yang sa­ Sulfida (H2S) penampang dari Teluk Kau (Halmahera) ke
ngat penting karena sangat diperlukan oleh Samudera Pasifik di luarnya.
(Sumber: Anugerah Nontji)
semua makhluk hidup di dalam laut. Umum­
nya gas oksigen banyak dijumpai di lapisan dia di selatan Jawa) yang dalamnya le­bih
per­­muka­an karena oksigen dari atmosfer 7.000 m dan di Palung Mindanao dekat Fili­
da­pat langsung terserap atau terdifusi ke da­ pina yang dalamnya lebih 10.000 m, masih
lam air. ter­­dapat oksigen yang dapat menunjang ke­
hidup­an hewan-hewan laut di dasarnya.
Selain dari udara, sumber oksigen ju­ga bi­
sa berasal dari tumbuhan dalam laut, seperti Akan tetapi bila suatu lubuk bersifat
rum­­put laut dan fitoplankton. Fito­plank­ton ter­tutup dan sirkulasi tidak dapat terjadi de­
ada­lah tumbuhan renik (mikroskopis) yang ngan baik maka pasokan oksigen ke dasar­
hidup­nya melayang dalam air. Untuk ke­hi­ nya akan terhambat dan menimbulkan kon­
dup­annya, selu­ruh tum­buhan melak­sa­na­­ disi yang namanya anoksik, atau kehabisan
kan fotosintesis, di mana bahan anorganik ok­si­gen. Keadaan semacam ini terjadi di Te­
di­ubah menjadi bahan organik dengan ada­ luk Kau, Halmahera (Maluku Utara).
nya energi cahaya matahari. Dalam proses Topografi dasar laut teluk ini berbentuk
fo­to­­sintesis itu, selain dihasilkan bahan or­ seperti mangkok, dengan kedalaman mak­­­­si­
ganik juga dihasilkan gas oksigen. mum 500 m. Tetapi mulut teluknya sangat
Kadar oksigen di lapisan permukaan sempit dan dangkal, sekitar 50 m sa­ja. Ka­
laut berkisar sekitar 4-5 ml/l (mililiter per li­ rena pintu masuk yang sempit dan dang­­kal
ter), tetapi di lapisan-dalam kandungannya ini maka air dari Samudera Pasifik di luar­nya
ber­kurang. Dengan adanya sirkulasi yang ter­­­halang untuk memberikan venti­lasi atau
ter­­jadi di dalam laut maka seluruh laut, pe­­nyegaran air ke dasar lubuk. Akibat­nya
sam­­pai di bagian laut yang terdalam, masih ok­­sigen di lubuk ini semakin dalam se­makin
me­­ngandung oksigen, meskipun kadarnya ce­pat menipis dan akhirnya pada kedalaman
ren­­dah. Pada kedalaman sekitar 1.000 m mi­ 350-400 m oksigen telah habis. Dan sebagai
sal­­nya, masih dapat dijumpai oksigen sekitar gantinya terdapat gas hidrogen sulfida (H2S)
2 ml/l. Namun ini sudah cukup un­tuk dapat yang beracun. Jadi di dasar lubuk ini tak
me­­­nunjang adanya kehidupan di dasar laut di­jumpai adanya kehidupan hewan, mes­ki­
yang dalam. Di Palung Jawa (Samudera Hin­­­ pun kedalamannya hanya sekitar 500 m. Ke­

34
hidupan fauna di Teluk Kau ini hanya ter­da­ terurai meng­hasil­kan ion bikarbonat dan
pat di lapisan permukaan. selanjutnya meng­hasilkan ion karbonat.

2. Karbon dioksida Sistem karbon dioksida – asam karbonat


– ion bikarbonat merupakan suatu sistem ki­
Kelarutan karbon dioksida agak berbeda mia yang kompleks yang cenderung ber­ada
dengan oksigen, karena gas ini bereaksi se­ dalam keseimbangan. Sistem ini menen­tukan
cara kimia di dalam air. Karbon dioksida me­ de­rajat keasaman yang lazim disebut pH. Ni­
limpah dalam air laut dan kapasitas laut untuk lai pH yang normal adalah 7, sedangkan pH
menyerap gas ini cukup besar. Hal ini terjadi di bawah 7 bersifat asam, sedangkan pH di
karena karbon dioksida, keti­ka masuk ke air atas 7 bersifat basa. Air laut biasanya mem­
laut, bereaksi dengan air dan menghasilkan pu­nyai nilai pH berkisar 7.5 sampai 8.4.
asam karbonat. Asam karbonat selanjutnya

D. Cahaya
Cahaya yang bersumber dari matahari uraikan menjadi susunan warna pelangi
mempunyai peranan yang sangat pen­ting yang terdiri dari warna ungu/vio­­let dengan
karena merupakan sumber energi yang me­ pan­jang gelombang 390-422 nm, biru 422-
nen­tukan berfungsinya seluruh eko­sistem 492 nm, hijau 492-535 nm, ku­ning 535-586
di laut. Pertama, sinar mata­hari merupakan nm, jingga atau oranye 586-647 nm, dan
sum­ber radiasi panas yang meng­hangatkan me­rah 747-760 nm.
su­hu di permukaan laut. Kedua, sinar mata­
Cahaya matahari yang menembus laut
hari juga sangat dibutuhkan untuk proses fo­
me­­ngalami dua perubahan penting. Pe­r­ta­
to­sintesis tumbuhan di laut.
ma, intensitasnya akan semakin ber­kurang
Proses fotosintesis di laut terutama ter­ se­­cara eksponensial (deret ukur), dan kedua,
jadi pada fitoplankton, yakni tumbuhan re­nik le­bar spektrumnya semakin sempit.
yang hidup melayang di laut. Energi ca­haya
yang disadap oleh fito­plankton lewat foto­ 2. Zonasi vertikal
sintesis, merupakan pangkal yang men­du­
kung keberadaan sebagian besar hewan laut
lewat jalur rantai makanan (food chain).

1. Penetrasi cahaya ke dalam laut


ZONA EUFOTIK
Cahaya matahari yang jatuh ke permuka­­
ZONA DISFOTIK
an laut sebenarnya berupa gelombang elek­­­­
tro­magnetik yang mempunyai spektrum ZONA AFOTIK
yang sangat lebar, dengan panjang gelom­­­­
bang berkisar 300-2500 nm (1 nm = 1 nano­
meter = 10 -9 m), yang men­cakup spek­trum da­
ri sinar ultra violet hing­ga sinar infra merah. Gambar 3-11 Zona vertikal di laut berdasarkan daya
tembus sinar surya.
Te­tapi sinar yang da­pat me­nem­bus ke dalam Zona eufotik: zona terang de­ngan intensitas yang masih
laut hanyalah spek­trum cahaya tampak (vi­ cukup untuk terjadi­nya fo­to­sintesis.
si­ble light) dengan pan­jang gelombang Zona disfotik: zona redup, intensitas ca­ha­ya sangat
lemah.
ber­kisar 390-760 nm. Ca­ha­ya tampak yang Zona afotik: zona yang gelap gu­lita.
ber­warna putih pada ha­kekatnya dapat di­ (Sumber: Anugerah Nontji)

35
zona efufotik ini di samudera bisa sampai
sekitar 150 m, te­tapi di perairan pantai hanya
beberapa puluh me­ter, bahkan di perairan
yang keruh bisa kurang dari 1 meter.
Jadi meskipun laut di bumi ini mempunyai
kedalaman sampai ri­buan meter (rata-rata
sekitar 3.800 m), te­tapi yang produktif dapat
menghasilkan ba­han organik (lewat proses
fotosintesis) re­latif sangat tipis, hanya seki­
tar 100-150 m ter­atas saja. Di bawahnya me­
ru­­pakan ruang laut yang gelap gulita.

3. Pengukuran cahaya
Sekarang orang dapat mengukur in­ten­­­­
sitas cahaya dalam laut dengan alat cang­gih
yang disebut light meter. Tetapi in­ten­sitas
cahaya dalam laut dapat juga di­per­kirakan
30 cm de­ngan cara sangat sederhana, yakni de­
ngan mengukur kecerahannya (trans­paren­
Gambar 3-12 Pengukuran kecerahan air laut. cy) meng­gunakan cakram Secchi (Secchi
(Sumber: Anugerah Nontji)
disc). Ca­kram ini terdiri dari lempeng bundar
Catatan:
ber­­­warna putih dengan diameter 30 cm, dan
Kecerahan air laut dapat diukur secara sederhana di­beri pem­berat agar mudah di­tu­runkan ke
dengan cakram Secchi (Secchi disc) yang berupa laut, dan digantung pada seutas tali yang su­­
lempeng putih berdiameter 30 cm, yang di­­­­tu­run­kan
ke dalam laut dan diamati dari atas hing­­­­ga lempeng dah diberi skala dengan ukuran me­ter. Bila
itu tepat hilang dari penglihatan. Ke­da­­­lam­­an pada cakram Secchi diturunkan ke dalam laut,
saat hilangnya lempeng dari peng­li­hatan adalah
kedalaman Secchi.
dan diamati dari atas, maka pada ke­da­lam­­
an tertentu cakram itu akan hilang dari pan­­
Karena intensitas cahaya yang menem­ dangan.
bus laut semakin dalam semakin berkurang, Kedalaman (m) pada saat cakram itu
maka secara vertikal, kondisi cahaya dalam te­­pat hilang dari pandangan disebut ke­da­
laut dapat dibagi menjadi zona terang (zona lam­­an Secchi, atau kecerahan. Di perairan
fotik) dan zona gelap (zona afotik). Zo­na sa­­mu­dera kedalaman Secchi bisa sampai
fo­tik sendiri terdiri dari zona eufotik dan 30-40 m, tetapi di perairan pantai yang ke­
zo­­na disfotik. Pada zona eufotik, kon­di­si ca­ ruh hanya beberapa meter saja, bahkan bi­sa
ha­yanya masih cukup kuat untuk berlang­­­ kurang dari satu meter. Dari banyak pe­nga­
sungnya proses fotosintesis. Pada zona laman dapat diperkirakan tebalnya zona eu­
dis­­­­­fotik cahaya sudah sangat redup dan foto­­ fo­tik di suatu perairan itu kurang lebih tiga
sin­­­tesis sudah tak dapat terjadi secara po­si­ kali ke­dalaman Secchi.
tif.
Di bawahnya adalah zona afo­tik yang
4. Warna air laut
ge­lap gulita. Tebalnya zona eu­fotik di­per­ Ketika cahaya matahari menembus ma­
kira­kan sampai pada kedalaman di mana suk ke dalam laut, kualitasnya juga akan ber­­­­
intensitas ca­ha­ya tinggal 1% dari intensitas ubah, karena spektrum warna pelangi yang
ca­haya yang ja­tuh di permukaan. Tebalnya menyusunnya, diserap tidak seragam oleh

36
air, hingga warnanya pun bergeser menjadi
se­makin hijau.
Pada saat-saat tertentu dapat dijumpai
ledakan populasi fitoplankton di laut hingga
menyebabkan laut berwarna sesuai pigmen
yang banyak dikandung oleh fitoplankton
tersebut. Laut Merah di Saudi Arabia misal­
nya, mendapatkan namanya karena di per­
airan ini sering dijumpai ledakan populasi
fi­­to­­plankton Trichodesmium erythraeum
Gambar 3-13 Perbedaan warna air laut karena perbedaan
yang mengandung pigmen merah. Di Te­luk
spektrum warna cahaya matahari. Ja­­­­kar­­­ta sering dijumpai ledakan popu­la­si fito­
(Sumber: Anugerah Nontji)
plankton Noctiluca scintillans yang menye­
bab­­kan air laut berwarna hijau pekat.
air laut. Warna ungu dan warna merah mi­
sal­nya diserap pada lapisan tipis di per­­­muka­
an. Makin dalam makin banyak war­­­­na yang
terserap, hingga makin sempit le­­­bar spek­
trum yang dapat menembus, dan ak­hir­­nya
mengerucut pada warna biru.
War­­na yang dapat kita indra adalah war­
na yang di­­pan­tul­­kan yang diterima oleh ma­
ta kita. Karena warna lain telah diserap dan
ting­­gal warna biru yang tersisa yang dapat
di­­pantul­kan, maka kita melihat laut yang
ber­sih itu berwarna biru-laut. Makin dekat
Gambar 3-14 Perubahan warna laut menjadi hijau karena
ke pantai makin banyak plankton, partikel ledakan populasi fitoplankton Noctiluca scintillans.
lum­pur, dan bahan terlarut lainnya dalam (Sumber: funscience.gistda.or.th)

E. Tekanan Hidrostatik

Tekanan hidrostatik adalah tekanan


yang disebabkan karena tekanan air yang
se­­tara dengan tinggi kolom air di atasnya.
Se­tiap turun sedalam 10 m ke dalam laut,
tekan­an hidrostatik akan meningkat setara
Gambar 3-15 Tekanan hidrostatik.
Gambar kiri: Seorang teknisi me­numpangkan mangkok
Pop Mie yang terbuat dari styrofoam pada alat CTD yang
diturunkan di Pa­­lung Senunu (Samudera Hindia, selatan
Sumbawa) sam­­pai sedalam 3.500 m. Setelah diangkat
kembali, mang­­kok tersebut menciut ukurannya setelah
men­dapat­kan tekanan hidrostatik yang besar.
Gambar kanan: Ukuran mangkok yang normal.
(Sumber: Anugerah Nontji)

37
ku­rang lebih 1 atmosfer. Apabila seseorang arti mengalami tekanan hidrostatik sebe­sar
menyelam sampai sedalam 20 m maka ia 1.000 atmosfer, atau setara sekitar 1000
akan menerima tekanan sebesar kurang le­ kg/cm2 (bayangkan tekanan berat sekitar sa­
bih 2 atmosfer yang menekan seluruh tubuh­­ tu mobil kijang per cm2). Hewan yang hi­dup
nya. Itu sebabnya seorang penyelam tak di dasar laut-dalam itu antara lain ber­bagai
da­pat menyelam sampai kedalaman yang jenis teripang, krustasea, cacing, dan lain­
sa­ngat dalam. nya. Hewan-hewan laut-dalam ini telah ber­
Hewan yang hidup di dasar laut di Palung adaptasi hidup dalam tekanan yang sangat
Mindanao (sekitar perbatasan Indonesia-Fili­ tinggi itu. Justru jika dibawa ke permukaan
pina) yang dalamnya sekitar 10.000 m, ber­ mereka akan mati.

Ringkasan
Suhu
• Suhu air laut pada berbagai kedalaman dapat diukur dengan termometer yang
dibuat khusus untuk tujuan itu. Selain itu suhu permukaan laut dapat pula diindra
dengan satelit.
• Suhu di permukaan sampai lapisan tertentu umumnya hangat dan homogen.
Di bawahnya terdapat lapisan termoklin di mana suhu turun cepat terhadap ke­
dalaman. Di bawah lapisan termoklin terdapat air bersuhu dingin.
• Suhu permukaan laut di Indonesia (yang terletak di daerah tropis) pada umum­
nya mempunyai variasi yang relatif kecil. Variasi terutama disebabkan karena
pengaruh cuaca.
• Di lokasi terjadinya upwelling (penaikan air) suhu permukaan laut menjadi lebih
dingin pada saat upwelling terjadi.

Salinitas
• Salinitas adalah total kandungan garam dalam satu satuan air laut. Komponen
garam yang terbesar adalah garam natrium klorida (NaCl).
• Salinitas air laut dapat ditentukan baik secara fisika maupun secara kimia.
• Salinitas di perairan samudera berkisar 34-35 o/oo (g/kg), sedangkan di daerah
pantai lebih rendah, bergantung pada pengaruh aliran sungai dari daratan.
• Salinitas di lapisan dalam lebih tinggi dari pada di permukaan.
• Salinitas permukaan di Indonesia dipengaruhi oleh musim atau muson (monsoon).
Pada Musim Barat yang merupakan musim hujan, salinitas umumnya lebih
rendah dari pada di Musim Timur yang kemarau.
• Pola sebaran salinitas permukaan ditentukan pula oleh pola angin musim.

38
Gas terlarut
• Gas terlarut yang penting di dalam laut adalah oksigen dan karbon dioksida.
• Sumber oksigen yang terlarut adalah dari atmosfer. Selain itu dalam jumlah lebih
kecil oksigen dapat pula dihasilkan oleh tumbuhan air lewat proses fotosintesis.
• Keberadaan oksigen merupakan kunci keberadaan makhluk hidup dalam laut.
• Oksigen masih dapat dijumpai pada lapisan laut yang terdalam. Tetapi bila ven­
tilasi terhalang (karena bentuk topografi dasar laut), maka oksigen di dasar dapat
ber­kurang sampai nihil (kondisi anoksik) hingga tak ada hewan yang bisa hidup
di situ.
• Kandungan karbon dioksida dalam laut dapat menentukan derajat keasaman
(pH) air laut.

Cahaya
• Cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat penting dalam laut.
Cahaya matahari yang menembus laut mengakibatkan intensitasnya semakin
berkurang secara eksponensial. Selain itu spektrumnya pun semakin menyempit
ke arah warna biru.
• Dilihat dari kondisi cahayanya, kedalaman laut dapat dibagi menjadi zona eufotik
(yang terang), disfotik (remang-remang), dan afotik (gelap gulita).
• Pengukuran kecerahan dalam laut dapat dilakukan dengan sederhana meng­
gunakan cakram Secchi (Secchi disc).
• Perubahan warna air laut dapat disebabkan karena plankton, partikel lumpur
atau sedimen, atau bahan-bahan terlarut lainnya.

Tekanan hidrostatik
• Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan karena tekanan air yang
setara dengan tinggi kolom air di atasnya. Setiap turun 10 m ke dalam laut,
tekanan hidrostatik meningkat setara kurang lebih 1 atmosfer.
• Hewan yang hidup di dasar laut-dalam mengalami tekanan hidrostatik yang
sangat besar.

39
Soal

Pilihlah salah satu jawaban yang benar!


1. Yang dimaksud dengan termoklin adalah:
a. Suhu air yang sangat dingin
b. Suhu air yang hangat
c. Lapisan di mana suhu turun cepat dalam kolom air
d. Lapisan yang homogen
e. Naiknya air ke permukaan
2. Mengapa suhu penting bagi kehidupan makhluk hidup di laut?
a. Karena suhu mengendalikan berfungsinya organ-organ biota laut
b. Karena suhu yang hangat membuat air menguap
c. Karena suhu di lapisan dalam lebih dingin dari di permukaan
d. Karena suhu menentukan berat jenis
e. Karena makhluk hidup bisa hidup pada segala tingkat suhu
3. Dapatkah suhu air laut diukur dari satelit?
a. Suhu permukaan laut dapat diukur dengan menggunakan satelit
b. Satelit digunakan hanya untuk memetakan permukaan daratan
c. Suhu air laut dapat diukur hanya dengan langsung mengukurnya di laut
d. Suhu dapat diukur dengan barometer
e. Suhu air laut tidak mengalami perubahan menurut musim
4. Apa yang dimaksud dengan salinitas?
a. Salinitas adalah plankton yang hidup di laut dalam
b. Salinitas adalah air laut yang berubah warna
c. Salinitas adalah seluruh garam yang terkandung dalam air laut
d. Salinitas adalah berat jenis air di permukaan
5. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan salinitas di laut menurun atau me­
ningkat?
a. Gerakan ombak
b. Terjadinya tsunami
c. Pasang surut
d. Erosi yang terjadi di pantai
e. Banyaknya aliran air sungai ke laut

40
6. Apa kaitan musim hujan dengan sebaran salinitas di laut?
a. Musim hujan dapat meningkatkan salinitas air laut
b. Musim hujan dapat menurunkan salinitas air laut
c. Musim hujan tak ada kaitannya dengan salinitas
d. Musim hujan akan menyebabkan perubahan pasang surut
e. Musim hujan umumnya terjadi di Indonesia di pertengahan tahun
7. Dari manakah asal oksigen yang terdapat di dalam laut?
a. Dari udara
b. Dari hasil fotosintesis tumbuhan air
c. Dari bahan pencemar
d. Dari pantai yang berlumpur
e. Dari berbagai kegiatan perikanan
8. Apakah di dasar laut yang terdalam masih terdapat oksigen?
a. Di dasar laut yang terdalam tak mungkin ada oksigen
b. Di dasar laut yang terdalam masih terdapat oksigen
c. Oksigen tak diperlukan oleh hewan laut-dalam
d. Oksigen dihasilkan dari hasil pencemaran
e. Kadar oksigen dalam laut lebih tinggi dari di udara
9. Apa yang dimaksud dengan zona fotik?
a. Zona fotik adalah lapisan laut yang masih dapat ditembus oleh sinar surya
b. Zona fotik adalah lapisan yang gelap gulita
c. Zona terlarang untuk menangkap ikan
d. Zona yang dikelola untuk perikanan
e. Zona bebas untuk melakukan kegiatan apa pun di laut
10. Mengapa laut tampak berwarna biru?
a. Karena warna biru yang paling banyak dipantulkan oleh air laut
b. Karena dalam air banyak terkandung plankton
c. Karena terjadinya pencemaran
d. Karena sedimentasi
e. Karena erosi pantai

41
11. Apa yang dimaksud dengan tekanan hidrostatik?
a. Tekanan hidrostatik adalah tekanan udara di atas laut
b. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang diakibatkan oleh adanya kolom
air
c. Tekanan yang menyebabkan benda terapung
d. Tekanan yang mengakibatkan kenaikan permukaan laut
e. Tekanan yang ditimbulkan oleh pasang surut

Jawablah pertanyaan di bawah ini.


1. Jelaskan dengan contoh, apa yang dimaksud dengan tekanan hidrostatik.
2. Bagaimana cara mengukur intensitas cahaya di dalam laut dengan metode
sederhana.
3. Apa yang dimaksud dengan salinitas dan jelaskan cara organisme beradaptasi
dengan perubahan salinitas, misalnya ikan.
4. Jelaskan mengapa warna air laut bisa berubah-ubah.

Tugas

1. Ukurlah suhu udara dan suhu air laut secara berkala setiap jam se­la­ma sehari
penuh. Diskusikan hasil yang diperoleh. Bagaimana hasi­l­nya bila pengukuran itu
dilakukan di kobakan air yang terisolir dari laut lepas.
2. Ambillah seliter air laut, kemudian panaskan hingga semua airnya menguap.
Timbanglah berat kristal yang tertinggal. Berapa salinitas air laut itu?
3. Buatlah lempengan bundar dari papan berdiamter 30 cm, di cat pu­tih, dan diberi
pemberat di bawahnya. Turunkan ke dalam laut de­ngan tali yang telah diberi skala
meter. Amati dari permukaan. Pada ke­da­laman berapa lempeng itu menghilang
dari pandangan? Lakukan di perairan laut yang jernih dan yang keruh. Adakah
bedanya? Nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat kecerahan air laut.

42
Glosari
Cakram Secchi = cakram putih yang digunakan untuk mengukur kecerahan air.
Perum gema (echosounder) = alat untuk mengukur kedalaman laut dengan
prinsip perambatan dan pemantulan bunyi dalam air.
Salinitas = kadar garam air laut.
Termoklin = lapisan di mana suhu turun cepat terhadap kedalaman.
Upwelling = proses penaikan air dari lapisan dalam ke permukaan, yang dapat
menyuburkan perairan permukaan.
Zona afotik = lapisan laut yang gelap gulita.
Zona fotik = lapisan laut yang masih mendapat sinar matahari.
Tekanan hidrosatik = tekanan air yang besarnya tergantung pada tinggi kolom
air.

43
Bab 4
Dinamika Laut

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


• Mampu memahami pergerakan arus laut. • Mampu menjelaskan pengertian arus laut.
• Mampu menjelaskan pola arus laut di samudera
dunia dan perairan Indonesia.
• Mampu membedakan proses terjadinya
upwelling dan downwelling.
• Mampu mendeskripsikan Arlindo (Arus Lintas
Indonesia)

• Mampu memahami keadaan gelombang. • Mampu mengidentifikasikan terjadinya


gelombang laut.
• Mendeskripsikan model gelombang laut
sederhana.
• Mengidentifikasikan macam-macam
gelombang.

• Mampu memahami pasang surut. • Mampu menjelaskan model pasang-surut.


• Mampu mendeskripsikan kisaran pasang-surut.
• Mampu membedakan pasang surut purnama
dan perbani.
• Mampu mendeskripsikan pola pasang surut.

• Mampu memahami hubungan cuaca dan • Mampu mengidentifikasi macam-macam angin


laut.
• Mampu menceritakan tentang siklon tropis,
angin musim, angin laut, dan angin darat.
• Mampu mendeskripsikan el-nino dan la-nina.

44
Peta Konsep
Dinamika laut
D I B E DA K A N ATA S

Arus
MENCAKUP
Pengukuran arus
Pola arus di samudera dunia
Pola arus permukaan di perairan Indonesia
Upwelling & downwelling
Arlindo (Arus Lintas Indonesia)
Sabuk penghantar Samudera Raya

Gelombang
MENCAKUP
Penyebab terjadinya gelombang
Model gelombang sederhana
Gelombang angin
Gelombang tsunami

Pasang Surut
MENCAKUP
Model pasang surut
Kisaran pasang surut
Pasang surut purnama dan perbani
Pola pasang surut
Arus pasang surut
Ramalan pasang surut

Cuaca dan laut


MENCAKUP
Siklon tropis
Angin musim (Muson)
Angin laut & angin darat
El Nino & La Nina

45
A. Arus Laut

Laut tak pernah berhenti bergerak, baik A


di permukaan maupun di bawah­nya. Hal KABEL

ini menyebabkan terjadi­nya sirkulasi air, bi­


sa berskala kecil tetapi bisa pula berukuran
PENCATAT
sangat besar. Penampilan yang paling mudah PUTARAN
terlihat adalah arus di permukaan laut. BALING-
BALING

Arus yang terjadi di permukaan laut tidak


se­lalu searah dengan arus yang terjadi di la­ BALING-
BALING
pisan yang lebih dalam. Ada arus yang ber­
sifat lokal saja, tapi ada pula yang mengalir
lin­­tas samudera. Pengetahuan me­ngenai
arus laut sa­­ngat penting, misalnya untuk SIRIP
PEMBERAT
kese­lamatan pe­­layaran, tetapi juga untuk
perikanan, pem­­bangunan konstruksi pantai, B
Angin Botol Hanyut
keamanan wi­sa­ta pantai, pengelolaan ling­
kungan laut, dan sebagainya.
Muka Laut
Arus yang dapat kita saksikan di permu­­
ka­an laut merupakan gerak mengalir suatu Kartu berisi catatan
massa air yang dapat disebabkan oleh tiup­ hadiah bagi yang
an angin, atau perbedaan dalam den­sitas air menemukan botol
laut, atau oleh gerakan bergelombang pan­ hanyut ini

jang. Yang di­maksud terakhir ini termasuk


an­tara lain arus yang disebabkan oleh pa­ Gambar 4-1 Pengukuran arus di laut.
sang-surut. (Sumber: Anugerah Nontji)

Arus yang disebabkan oleh pasang-surut Catatan:


biasanya lebih banyak diamati di perairan Pengukuran arus di laut dapat dilaksa­na­­kan dengan
dua cara utama. Pertama dengan sis­tem Eulerian
pantai terutama pada selat-selat atau teluk
yakni alat ukur yang tetap pada posi­si ter­ten­tu dan
yang sempit dengan kisaran pasang-surut arus melaluinya, misalnya alat Peng­ukur Arus Ekman
yang tinggi. Di laut yang terbuka, arah dan (Gambar A) . Kedua, dengan sistem Lag­rangian
yakni alat ukurnya ikut mengalir ber­sama arus laut,
ke­kuatan arus di lapisan permukaan sangat misalnya botol hanyut (drift bot­tle) (Gambar B).
ba­nyak ditentukan oleh angin.
Dengan cara pertama (Eulerian), berba­­
1. Pengukuran arus laut gai instrumen telah dikembangkan. Salah
Pengukuran arus laut dapat dilakukan satunya yang pernah sangat terkenal ada­
dengan berbagai cara, tetapi pada dasarnya lah Pengukur Arus Ekman (Ek­man Current
da­pat terbagi dalam dua metode. Meter) yang terdiri dari ba­ling-ba­ling yang
putarannya sebanding dengan kekuatan
a. Metode Eulerian arus, sedangkan arah arus ditentu­kan dengan
Merupakan cara pengukuran arus laut di­ posisi sirip yang ter­pasang di belakang­­nya
mana alat ukurnya menetap pada sua­tu po­ (Gambar 4-1). Ber­bagai modifikasi te­lah di­
sisi tertentu, dan air mengalir melewati­nya. kembangkan sesuai dengan per­kem­­­­bang­

46
an teknologi elektronika dan kom­­pu­ter mu­
takhir. Sekarang bahkan ada sistem mooring
untuk mengukur arus yang dipasang pa­da
kedalaman tertentu dan dibiarkan di­ situ me­
rekam data arus se­­cara berterusan sam­pai
berbulan-bulan atau tahunan sesuai yang ARGO Mengirim data
diprogramkan (Gambar 4-2).
b. Metode Lagrangian Tenggelam hingga
kedalaman tertentu
Merupakan cara pengukuran arus laut
di mana alatnya mengalir mengikuti arus
laut yang membawanya.
Cara kedua (Lagrangian), dapat dilaku­kan
Naik ke
dengan cara sederhana. Misalnya dengan Hanyut permukaan
sambil
meng­­­gunakan botol hanyut (drift bottle) mengumpulkan
data

Gambar 4-3 Pengukuran arus dengan teknologi mo­­dern:


mengggunakan pelampung Argo.
(Sumber: Anugerah Nontji)

MOORING Catatan:
Pelampung Argo dilepas di laut, tenggelam sam­pai
kedalaman tetentu, dan mengikuti arus selama dua
PELAMPUNG BAWAH minggu, kemudian naik ke permukaan sambil me­­
PERMUKAAN ngum­­pulkan data, dan mengirim data lewat satelit.
Se­lan­jut­nya akan tenggelam lagi mengulangi siklus
se­perti pada awal.

atau pelampung lainnya yang dilepaskan


INSTRUMEN
PEREKAM DATA pa­­­da posisi tertentu di laut dan mengamati
ke­ mana perginya. Sekarang berbagai tipe
pe­lampung telah dikembangkan. Untuk
men­­­­­deteksi jalur yang dilintasi pelampung
JANGKAR HUBUNGAN ini, ada yang dilengkapi antena pemancar
AKUSTIK
hing­­­­ga jejak dan posisinya bisa dipantau se­­
tiap saat dari satelit. Selain itu ada pula pe­
lam­­pung Argo yang dapat mengikuti arus
pa­­­da kedalaman tertentu dan kemudian
me­­­ngirimkan datanya via satelit ke stasiun
DASAR LAUT
bumi (Gambar 4-3)
Gambar 4-2 Pengukuran arus dengan teknologi mo­­dern: 2. Pola arus laut
Pengukuran arus dengan sistem mooring.
(Sumber: Anugerah Nontji)
a. Pola arus laut di samudera dunia
Catatan: Pola arus permukaan di samudera ra­ya
Ins­­tru­men merekam data pada kedalaman tertentu
se­la­ma waktu yang diprogramkan (bisa tahunan).
dunia sangat ditentukan oleh angin. Di per­
Setelah se­le­sai seluruh sistem dilepas dari jangkar airan samudera ini sangat jelas terli­hat pe­
de­ngan sinyal akus­tik, dan naik ke permukaan untuk ng­aruh gaya perputaran bumi, yang dikenal
dikum­pul­kan.
de­ngan gaya Coriolis.

47
oleh daratan Benua Asia. Sementara itu di
katu­listiwa terjadi arus balik katulistiwa
(Equa­­torial Counter Cu­rent) yang mengalir
da­ri barat ke timur.
Di per­airan samudera ba­­gi­an selatan,
se­­kitar Benua An­tartika, ber­tiup angin yang
te­­rus-me­nerus dari barat ke ti­mur tanpa ada­­
nya ham­batan pu­lau hingga arus di sini te­
rus-menerus meng­alir ke timur me­ngitari
bu­­mi.
Gambar 4-4 Sirkulasi di permukaan samudera dunia.
(Sumber: Anugerah Nontji)
b. Pola arus permukaan di perair­an
Indonesia
Catatan:
Di belahan bumi utara terjadi pusaran besar (gyre) Pola arus permukaan di perairan Indo­ne­
yang memutar ke kanan (searah putaran jam), se­­­ sia sangat banyak ditentukan oleh angin mu­
dang­­kan di belahan bumi selatan memutar ke ki­­ri
(berlawanan dengan arah putaran jam). Di ka­tu­­­­lis­­­tiwa
sim (monsoon) yang berhembus di ka­was­an
terjadi Arus Balik Katulistiwa (Equatorial Coun­­­ter ini. Angin Musim ini terdiri dari Musim Ba­rat
Current) yang mengarah ke timur. Di sekitar be­­nua (bulan Desember-Februari), Musim Pan­ca­ro­
Antartika, arus mengalir ke timur mengelilingi bu­mi
tanpa adanya hambatan pulau.
ba atau Peralihan I (Maret-Mei), Mu­sim Ti­
mur (Juni-Agustus), dan Musim Peralihan II
(September-November). Dalam setahun ter­
Gaya Corio­lis adalah ga­ya yang ditim­ jadi dua kali pembalikan arah yang mantap,
bulkan akibat terjadinya per­putaran bumi ma­sing-masing Angin Musim Barat dan
yang menyebab­kan lintasan ben­da yang ber­ Angin Musim Timur.
gerak dalam jarak jauh di bu­mi ini arahnya
akan melen­ceng atau mem­belok, yakni ke Dari pola arah angin musim tersebut
kanan di belah­an bumi utara atau ke kiri di (Gambar 4-5) dapat terlihat bahwa Laut
belahan bumi selatan. (Seperti hal­nya bila Cina, Laut Jawa, Laut Flores, sampai ke Laut
kita me­nem­bakkan meriam ja­rak jauh, ma­
ka peluru­nya akan jatuh me­nyim­pang dari
sasaran, yakni ke kanan di belah­an bumi
utara, atau ke kiri di belahan bumi selatan).
Dari banyak data dan informasi menge­
nai arus laut, kini kita telah mengetahui
bah­­wa sebagai akibat dari gaya Coriolis, di
samu­dera raya dunia, terutama di Samudera
Pa­sifik dan Samudera Atlantik, terdapat arus
yang membentuk pusaran besar (gyre),
yang berputar searah putaran jam di belah­­
an bumi utara.
Sebaliknya di samudera di­­­ be­lah­­­an bu­
mi selatan terjadi pusaran yang arahnya
ber­­lawanan arah jarum jam (Gam­bar 4-4). Gambar 4-5 Pola arus laut permukaan di Indonesia dan
Pusaran besar ini tak terlihat je­­las di Samu­ sekitarnya pada bulan Februari (Musim Barat). Gambar
Inset: Pola angin pada bulan yang sama.
dera Hin­dia karena bagian utara­­­nya tertutup (Sumber: Anugerah Nontji)

48
Jadi di sebagian besar perairan di Indo­
nesia, arusnya mengalami pembalikan arah
dua kali dalam setahun mengikuti mu­sim.
Namun di selat-selat antar pulau, arus umum­­
nya mengalir ke arah tertentu. Arus di Selat
Makassar sepanjang tahun mengalir ke se­
latan, sedangkan di Selat Malaka sepanjang
ta­hun mengalir ke barat-laut menuju Laut
An­da­man. Sementara itu di selat-selat yang
ter­dapat sepanjang untaian pulau-pulau dari
Sumatera sampai ke NTT (Nusa Tenggara Ti­
mur), arus umumnya sepanjang tahun me­
ng­alir ke luar menuju Samudera Hindia.

3. Upwelling dan downwelling


Gambar 4-6 Pola arus laut permukaan di Indonesia dan Upwelling atau penaikan air di laut ada­­
sekitarnya pada bulan Agustus (Musim Timur). Gambar
Inset: Pola angin pada bulan yang sama. lah istilah yang lazim digunakan untuk me­
(Sumber: Anugerah Nontji) nya­­­takan proses penaikan air dari lapisan
Banda dan Laut Arafura berada pada posisi ba­­­wah ke permukaan. Gerakan naik ini mem­­­­­­
yang po­rosnya tepat dalam arah utama bawa serta air yang suhunya lebih di­ngin, sa­
kedua angin musim tersebut. Karena angin linitas yang tinggi, dan tak kalah pen­­­ting­nya
musim ini bertiup dengan mantap, walaupun zat-zat hara yang kaya seperti fos­­­fat dan ni­
ke­kuat­­annya relatif tidak besar, maka akan trat ke permukaan.
ter­ciptalah kondisi yang sangat ideal untuk Zat-zat hara ini sangat diperlukan untuk
ter­jadinya Arus Musim (Monsoon Current) pertumbuhan plank­­ton di permukaan. Peris­
di perairan Indonesia. Con­toh pola arus laut tiwa ini meru­pa­kan salah satu mekanisme
permukaan di Indonesia dan sekitarnya da­ pemupuk­an alami yang berlangsung secara
lam kedua mu­sim yang berbeda itu (Musim besar-be­sar­­­an. Oleh sebab itu di perairan
Barat dan Mu­sim Timur) ditampilkan da­lam tem­pat ter­jadinya upwelling, planktonnya
Gam­bar 4-6. Pada Musim Pancaroba atau sa­ngat su­bur. Karena plankton merupakan
Mu­sim Per­alihan, angin umumnya me­ngen­ pang­kal uta­ma rantai makanan di laut maka
dur, laut le­bih tenang, disertai arus yang me­ daerah up­welling biasanya dikenal pula
lemah dengan arah yang tak tetap. sebagai dae­rah yang potensi perikanannya
Pada Musim Barat (Februari), arus uta­ tinggi.
ma mengalir dari Laut Cina Selatan menuju Penelitian mengenai upwelling ini se­ring
Laut Jawa dan seterusnya ke timur me­nuju menarik banyak perhatian, tidak sa­ja untuk
Laut Banda dan Laut Arafura. Semen­tara itu kepentingan perikanan tetapi ju­ga dalam
arus dari Selat Maka­ssar menuju ke selatan fi­sika kelautan, karena daerah up­welling
memperkuat arus yang menuju ke timur. me­rupakan tempat pertemuan lang­sung an­
Pada Musim Timur, terjadi hal yang se­ tara sirkulasi di permukaan dan sirkulasi di
balik­nya. Arus utama mengalir dari Laut Ban­­­ lapisan bawah. Upwelling yang berskala be­
da melewati Laut Flores menuju Laut Ja­wa sar bahkan dapat pula me­nimbulkan dampak
dan Laut Cina Selatan, sementara di Se­lat cuaca tertentu.
Makassar sepanjang tahun arus me­ng­alir ke Upwelling dapat dibedakan menjadi be­
selatan. berapa jenis, yakni:

49
1. Jenis tetap (stationary type) yang terjadi mendorong keluar air permukaan Laut Ban­
sepanjang tahun meskipun inten­si­tas­­nya da ke arah barat menuju Laut Flo­res dengan
bisa berubah-ubah. Contoh yang sa­­ngat volume transpor yang lebih be­­sar daripada
populer adalah upwelling yang ter­jadi di yang dapat diimbangi oleh air permukaan
perairan lepas pantai Peru (Amerika Sela­ se­kitarnya, hingga air dari ba­­wah pun ber­
tan), yang merupakan per­airan dengan gerak naik untuk mengisi ke­kosongan.
pro­duksi perikanan tertinggi di dunia.
Air yang naik ini bersumber dari lapisan
2. Jenis berkala (periodic type) yang ter­jadi ba­wah, dari kedalaman sekitar 125-300 m,
hanya selama satu musim saja. Con­toh yang menyusup dari Samudera Pa­si­fik. Ke­
jenis ini adalah upwelling yang terjadi di cepatan naiknya tampaknya kecil saja, di­per­
se­panjang pantai selatan Jawa-Bali pada kirakan sekitar 0,0006 cm/detik. Tetapi ini
Mu­sim Timur. mem­­punyai arti yang besar, karena dengan
3. Jenis silih berganti (alternating type) itu volume air yang terangkat di perairan
yang terjadi secara bergantian antara ini bisa mencapai rata-rata 2 juta m3/detik.
up­­wel­ling dan downwelling. Dalam satu Air inilah yang antara lain ikut membangun
mu­sim, terjadi upwelling tetapi pada Arus Musim Timur yang mengalir ke Laut
musim lain­­nya terjadi downwelling di Flores.
mana air di permukaan tenggelam ke
Pada saat upwelling, suhu air permukaan
lapisan lebih da­­lam. Contohnya dapat
laut dapat turun sebanyak 4-5o C lebih ren­
dijumpai di Laut Ban­da.
dah dari saat tanpa upwelling. Pada saat
Terjadinya upwelling di Laut Banda te­ upwelling, suhu permukaan di Laut Banda
lah mendapat banyak perhatian dari para ber­­kisar sekitar 24-25o C, padahal di luar
il­mu­­wan karena merupakan mekanisme sir­­­ mu­­sim upwelling suhu berkisar 29-30o C.
ku­lasi yang menghubungkan air dari Samu­­ Upwelling di Laut Banda ini telah me­nye­
dera Pasifik ke Samudera Hindia. Model up­ babkan pula naiknya kandungan hara yang
welling di Laut Banda ditampilkan dalam menyuburkan kehidupan plankton di per­­
Gambar 4-7. airan ini.
Upwelling terjadi pada Musim Ti­mur. Pada Musim Barat, hal yang sebaliknya
Pada saat ini Arus Musim Timur yang kuat, terjadi. Pada saat ini terbentuk Arus Mu­sim
Musim Barat Musim Timur
SAMUDRA PASIFIK SAMUDRA PASIFIK
Sulawesi Sulawesi

Tak Bergerak
Air Subtropis Bawah
125 - 300 m
Arus Musim Arus Musim
NTT Arus Timor Tenggelam NTT Arus Timor
Lemah Naik
SAMUDRA HIN Lemah
DIA SAMUDRA HIN
DIA
Aliran Air Banda
pada 1000 m
Tak Bergerak

Gambar 4-7 Model terjadinya downwelling (pe­neng­­gelaman) dan upwelling (penaikan air)
di Laut Ban­da yang berkaitan dengan Arus Musim (Mon­soon Current).
(Sumber: Anugerah Nontji)

50
Barat yang membawa masuk air dari Laut Ja­ Tirta Pasifik Utara
Samudra Pasifik
wa dan Laut Flores ke Laut Banda de­ngan 5˚N
Tirta Pasifik Selatan
Arus Musim
Pusaran Mindanao

volume yang terlalu besar untuk dapat di­


L. Sulawesi
imbangi dengan yang bisa keluar le­wat se­ Kalimantan
Halmahera
Pusaran
Halmahera
lat-selat di sekitarnya. Akibatnya air yang 0˚
L. Maluku

sar
1.5 Papua
wesi

kas
me­numpuk disini lalu tenggelam (down­ Sula

Ma
Seram

Sel.
welling) dan keluar ke Samudera Hindia pada 5˚S
L. Jawa
8

ke­dalaman 1.000 m lewat celah Timor. L. Banda

Jawa L. Flores

4. Arlindo 10˚S
Samu

10
dra Hin
dia 1.7
4.5 Tim
or 4.3
L. Timor

(Arus Lintas Indonesia) ARLINDO

110˚E 115˚E 120˚E 125˚E 130˚E 135˚E

Sirkulasi yang terjadi di laut tidak ha­ Gambar 4-8 Arlindo (Arus Lintas Indonesia atau
nya berupa arus permukaan saja, tetapi ju­ In­do­­nesia Through Flow).
(Sumber: Anugerah Nontji)
ga di lapisan bawahnya yang pola dan ke­
kuatannya tidak selalu sama dengan yang Arlindo dipandang sangat stra­tegis dalam
ter­jadi di permukaan. Oleh sebab itu volume kaji­an oseanografi dan me­teo­rologi sejagat
to­tal seluruh massa air yang mengalir dari karena merupakan satu-satu­nya jalur yang
suatu samudera ke samudera lainnya sering menghubungkan Samudera Pa­sifik dan
menjadi perhatian untuk memahami inte­rak­ Samudera Hindia di lintang rendah.
si antara keduanya.
Pemahaman mengenai proses yang ter­
Sejak tahun 1993 ba­nyak perhatian du­ kait de­ngan Arlindo telah memungkinkan
nia dicurahkan untuk me­­mahami aliran da­ un­tuk pe­mahaman interaksi atmosfer dan
ri Samudera Pasifik ke Sa­mudera Hindia le­ laut­an yang pada gilirannya telah membantu
wat perairan di selat-selat Indo­nesia, yang da­­lam peramalan terjadinya El Niño, yang di
dikenal dengan Arlindo (Arus Lintas Indo­ Indo­nesia direfleksikan dengan terjadinya
nesia, atau ITF = Indonesia Through Flow). mu­­sim kering yang berkepanjangan dan
me­­nim­bulkan bencana di
SABUK PENGHANTAR SAMUDRA RAYA daratan.
Kajian Arlindo me­nun­­
jukkan daya ang­­kut Arlin­
do yang me­ngalirkan air
dari Sa­­mu­dera Pasifik ke
Sa­mu­­dera Hindia adalah
gin

se­­besar kurang lebih 10


Din

at

Samudera
juta m3/detik (Gambar 4-
Hang

Atlantik
Samudera
Samudera Pasifik 8). Transpor air yang ter­
Hindia
Samudera
be­sar adalah lewat Selat
Hangat
Atlantik Ma­kassar yang da­pat meng­
Samudera
Pasifik angkut se­­­­­banyak 8 juta
m3/de­­tik. Massa air yang
ter­­­angkut ini sebagian ada
Dingin
yang berasal dari per­­airan
Pasifik Utara dan sebagian
Gambar 4-9 Sabuk Penghantar Samudera Raya (The
Great Ocean Conveyor Belt). lagi dari per­airan Pasifik
(Sumber: Anugerah Nontji) Selat­an.

51
B. Gelombang
Cobalah tengok laut di pantai. Tentu 1. Penyebab terjadinya
Anda akan melihat ada gelombang di per­
gelombang
mu­­ka­annya. Tak pernah laut tenang sem­pur­
na tanpa gelombang. Laut dalam ke­ada­an Gelombang yang paling umum kita
tenang yang kadang kala terlihat licin bagai­ sak­si­kan di laut terutama disebabkan oleh
kan kaca, tetap saja mempunyai ge­lom­ tiup­an angin. Makin kuat hembusan angin
bang. Gelombang di laut dapat sangat kecil dan makin lama hembusannya makin be­
de­ngan tinggi gelombang kurang dari 1 mm sar gelombang yang dapat ditimbulkan. Se­
(di­se­but gelombang kapiler atau ca­pillary lain karena angin, gelombang juga dapat
wave), sampai yang berukuran rak­sasa di­sebab­kan karena terjadinya gempa di
hing­ga setinggi puluhan meter yang dapat da­sar laut, letusan gunung api di laut atau
menim­bulkan ben­cana. long­soran besar ke dalam laut, yang dapat
me­nimbulkan gelombang tsunami yang dah­
syat dan menimbulkan malapetaka.
Pa­sang-surut yang kita kenal sebenarnya
juga merupakan fenomena gelombang de­
ngan panjang gelombang yang sangat pan­
jang, yang penyebab utamanya adalah gaya
tarik bulan dan matahari.

2. Model gelombang sederhana


Gelombang yang sering terlihat di per­
mu­kaan acapkali tampak kacau dan rumit
karena bisa merupakan pertemuan berbagai
gelombang yang datang dari berbagai arah
hingga gelombang-gelombang itu saling
tum­­pang tindih (Gambar 4-10), dan tidak
mung­­kin me­ngisolasi gelombang tunggal di
laut. Na­mun untuk menjelaskan bagaimana
ter­­­ja­di­­nya gelombang para ilmuwan me­
ngem­­ban­g­kan model gelombang seder­hana
yang bentuk­nya mempunyai puncak dan
lem­­bah se­perti terlihat pada Gambar 4-11.
Setiap gelombang mempunyai tiga un­­­
sur penting yakni panjang, tinggi, dan pe­
rio­­de. Panjang gelombang (L) ada­lah ja­rak
men­datar antara dua puncak yang ber­­urut­
Gambar 4-10 Gelombang yang dapat diamati di laut
an. Tinggi gelombang (H) ada­lah ja­rak ver­
ti­kal antara puncak dan lem­bah, se­dang­kan
Catatan: periode gelombang yang me­ram­bat (T) ada­
Gelombang laut umumnya bentuknya rumit karena
merupakan tum­pang tindih banyak gelombang lah waktu yang diper­lu­kan oleh dua pun­cak
dengan kekuat­an dan arah yang berbeda. yang berurutan untuk me­lalui satu titik.

52
L akan bergerak dalam orbit yang secara ver­
ti­kal membentuk lingkaran (Gambar 4-11).
H Wak­tu yang diperlukan untuk menyelesaikan
satu lingkaran penuh sama dengan pe­riode
gelombang, sedangkan diameter ling­­kar­­­­­­an­
1/2 L nya sama dengan tinggi gelombang. Sema­
kin jauh ke dalam laut, orbit ling­­­karan ini
se­makin kecil. Umumnya pada kedalaman
le­bih dari setengah panjang ge­lom­bang,
Gerakan air bisa diabaikan pe­ng­aruh gelombang sudah sangat kecil
hing­­ga dapat diabaikan, atau dengan kata
Dasar Laut
lain dapat dianggap diam tak bergerak. Itu­
Gambar 4-11 Model sederhana gelombang laut. lah sebabnya kapal selam dapat berlayar de­
(Sumber: Anugerah Nontji)
ngan lebih mulus bila ia menyelam di bawah
Ukuran besar kecilnya gelombang per­­mukaan.
umum­­­­­nya ditentukan berdasarkan tinggi ge­ Apabila gelombang mendekati perair­an
lom­­­bang. Tinggi gelombang ini bisa sangat yang dangkal maka akan terjadilah pe­ru­ba­
ke­­­cil, kurang dari 1 mm, tetapi bisa juga sam­­­ h­an yang nyata. Suatu gelombang da­pat
pai puluhan meter. di­se­but mulai “menyentuh dasar” apa­bila
Antara panjang gelombang dan tinggi tiba pada kedalaman yang sama de­ngan se­
gelombang tidak terdapat suatu hubungan tengah panjang gelombang atau ½ L (Gam­­
yang pasti. Akan tetapi gelombang yang bar 4-14). Gelombang dengan pan­jang 50
mem­punyai panjang yang jauh akan mem­ m misalnya akan “menyentuh da­sar” pada
punyai kemungkinan mencapai gelombang kedalaman 25 m. Karena telah “me­­­nyen­­
yang tinggi pula. tuh dasar” maka gerak molekul air yang
mulanya berupa orbit lingkaran ter­­mam­
Apabila kita mengamati perambatan pat menjadi lonjong (ellips), dan se­ma­kin
gelombang di laut, seolah-olah tampak air gepeng. Kecepatan gelombang pun ter­
laut itu bergerak maju beserta dengan ge­lom­­ hambat hingga menjadi melambat. Pun­cak-
bangnya. Tetapi kenyataan yang sebenar­ puncak gelombang yang lain menyusul dan
nya tidaklah demikian. Pada perambatan
A
ge­lombang, yang bergerak maju adalah ben­
Arah Arus
tuk gelombangnya saja, sedangkan par­­tikel
airnya sendiri hampir tak bergerak ma­ju.
Untuk membuktikannya cukup de­ngan 1 2 3 4 5 6
me­ng­amati gerakan sepotong gabus yang
ter­apung di laut. Gabus itu akan ber­gerak B Arah Arus
naik turun mengikuti bentuk gelom­bang
yang melaluinya, tetapi ia sendiri ham­pir tak
ber­anjak dari tempat semula, kalau pun maju
ha­nya sedikit sekali. Gabus itu se­benarnya
ber­gerak mengikuti lintasan vertikal yang
Gambar 4-12 A: Urutan gerak gabus di permukaan yang
bentuknya merupakan orbit lingkaran. dilalui satu gelombang, yang merupakan gerak dalam orbit
lingkaran. B: Molekul air yang bergerak melingkar hanya
Secara teoritis memang setiap molekul maju sedikit saja searah arus.
air di permukaan yang dilalui gelombang (Sumber: Anugerah Nontji)

53
berjejal di belakangnya. Bagian bela­kang Spilling Breaker
ge­lombang berjalan lebih cepat daripa­da
ba­gian depannya lalu mengejar dan memak­­
sa bagian depan naik menjadi pun­cak yang
te­rus meninggi. Puncak ini cenderung con­
dong ke depan serta mem­bentuk lengkung­
an, dan akhirnya terlalu con­dong se­hing­ga
pun­caknya roboh mem­ben­tuk apa yang
Plunging Breaker
dikenal dengan ombak pe­cah (Gambar 4-
14).
Secara umum, gelombang atau ombak
yang pecah di pantai dapat dibagi menjadi
dua macam, yakni ombak hempasan (plung­
ing breaker) dan ombak limpahan (spilling
breaker). Ombak hempasan kerap ka­li ter­lihat
di pantai yang dasar lautnya ter­jal. Om­bak Gambar 4-14 Pecahnya ombak di pantai dapat berupa:
A. ombak hempasan (plunging breaker) atau B. ombak
se­macam ini menggulung ting­gi lalu jatuh limpahan (spilling breaker).
dengan hempasan hebat ber­jungkir-jungkir (Sumber: Ingmanson & Wallace, 1985)

dengan suara berdebum yang gemuruh. be­nar pecah. Ombak se­macam inilah yang
Ombak limpahan biasanya terbentuk di­ge­mari para pemain se­lancar karena mem­
di pantai dengan dasar laut yang melandai. beri kesempatan untuk meluncur dengan ja­
Sewaktu gelombang menyerbu ke pantai, rak paling jauh.
pada bagian depannya terdapat sebaris buih
yang senantiasa berjatuhan. Ombak lim­pah­ 3. Gelombang angin
an ini selamanya berada dalam keadaan ham­ Umumnya gelombang yang dapat kita
pir pecah, tetapi tidak benar-benar pecah. amati di laut disebabkan oleh hembusan
Ber­kurangnya kedalaman air tidak secara angin, atau disebut juga gelombang angin
men­­dadak sehingga gelombang bergulung (wind wave). Ada tiga faktor yang menen­
ke pantai sampai agak jauh sebelum benar- tu­kan besarnya gelombang angin, yakni (1)
kekuatan atau kecepatan angin, (2) lama­
nya hembusan, dan (3) jangkauan atau
jarak tempuh angin (fetch). Yang dimaksud
dengan jangkauan angin adalah bentang air
terbuka yang dilalui angin.
Apabila kecepatan angin sangat lemah,
maka gelombang besar tidak akan terjadi,
berapa pun lamanya hembusan dan panjang
Gambar 4-13 Gerakan gelombang.
(Sumber: Anugerah Nontji) jangkauannya. Jika kecepatan angin cukup
kuat, tetapi lama hembusannya singkat ha­
Catatan: nya beberapa menit, tidak akan terjadi ge­
Apabila gelombang mendekati per­air­an dangkal lom­­bang besar, berapa pun panjang jang­
maka gerakan molekul air berubah da­ri or­bit
lingkaran menjadi bentuk lonjong (ellips) dan kau­annya. Demikian pula bila angin kuat
ge­peng, sedangkan kecepatan pun berkurang. Pun­ ber­­hembus untuk waktu yang panjang,
cak­­nya meninggi dan akhirnya menggulung jatuh te­­­tapi jarak jangkauannya sangat pendek,
mem­bentuk ombak pecah di pantai.
tidak akan menghasilkan gelombang besar.

54
Jadi hanya bila ketiga faktor itu bergabung hu­bungannya dengan pasang-surut yang
bersama-sama baru dapat meng­hasil­kan di­­ten­tukan oleh gaya tarik benda-benda as­­
gelombang angin yang besar di laut. tro­nomis, terutama bulan dan matahari. Tsu­
nami berbeda pula dengan gelombang yang
Di samudera terbuka (open ocean) di­
ditimbulkan oleh angin (gelombang angin)
mana lama hembusan dan jangkauan tidak
yang hanya menggerakkan air laut bagi­an
me­rupakan pembatas, maka kecepatan angin
ter­atas saja. Gelombang tsunami me­nim­
sajalah yang menentukan tinggi gelombang.
bulkan gerak pada seluruh kolom air, dari
Kecepatan angin sebesar 10 knot (5,1 m/det.)
permukaan hingga ke dasar.
misalnya, dapat menghasilkan gelombang
se­tinggi kira-kira 1 m, sedangkan angin Ada tiga penyebab utama terjadinya
dengan kekuatan 30 knot (15,3 m/det.) bisa tsunami, yakni (1) gempa bawah laut, (2)
menghasilkan gelombang sekitar 6 m. Bila tanah longsor di dalam atau ke dalam laut,
kekuatan angin mencapai 40 knot (20,4/ dan (3) letusan gunung api di laut (Gambar
det.) maka gelombang setinggi 14 m akan 4-15).
dapat dihasilkan. Rekor gelombang tertinggi
Tidak semua gempa bawah laut dapat
yang pernah tercatat di samudera adalah
menimbulkan tsunami. Tsunami baru terjadi
yang diukur oleh kapal tanker Angkatan
jika sampai terjadi dislokasi vertikal pada
Laut Amerika, USS Ramapo, ketika dilanda
dasar laut yang biasanya disebabkan oleh
badai di Samudera Pasifik tahun 1933. Tinggi
gem­pa kuat yang sumbenya relatif dangkal.
gelombang yang diukur oleh para perwira
Bi­la terjadi patahan atau sesar (fault) di da­
laut di kapal itu adalah setinggi 34 m (kurang
sar laut, massa batuan dalam jumlah yang
lebih setinggi gedung berlantai 11).
sangat besar amblas tiba-tiba dan se­bagi­
Sekali gelombang telah terbentuk oleh an lagi melenting ke atas yang secara kese­
angin maka gelombang itu akan merambat luruh­an akan menyebabkan pemukaan laut
terus sampai jauh, melampaui daerah angin mengalami osilasi naik-turun untuk men­cari
yang menyebabkannya. Itulah sebabnya di keseimbangan baru dan karenanya timbul­
pantai selatan Jawa misalnya sering dapat lah gelombang tsunami yang kemudi­an me­
kita saksikan gelombang besar datang dan ram­bat ke segala arah dengan energi yang
terhempas ke pantai meskipun angin se­tem­ sa­ngat besar.
pat saat itu tidak besar. Gelombang besar
yang datang itu bisa merupakan gelom­bang Gelombang tsunami merambat ke segala
kiriman yang berasal dari badai yang terjadi arah dengan kecepatan yang bergantung
jauh di bagian selatan Samudera Hindia. pa­da kedalaman laut. Makin dalam laut, ma­
kin tinggi kecepatan rambatnya. Pada ke­da­
4. Gelombang tsunami laman 5.000 m (kedalaman rata-rata di Sa­
mu­­dera Pasifik) kecepatan rambat tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang
sa­ngat dahsyat mencapai 230 m/detik (=
yang aslinya bermakna “gelombang besar di
828 km/jam), pada kedalaman 4.000 m ke­
pelabuhan”, tetapi kini telah menjadi istilah
ce­­­patannya bisa mencapai 200 m/detik, dan
internasional untuk menyatakan gelombang
pada kedalaman 40 m kecepatannya 20 m/
besar luar biasa yang datang menyerang tiba-
detik.
tiba, menghempas pantai, dan menimbulkan
malapetaka yang hebat. Dalam berbagai Periode tsunami, yakni waktu yang di­
literatur kadang kala tsunami disebut pu­la perlukan untuk tibanya dua puncak gelom­
sebagai gelombang pasang, yang sebenar­ bang yang berurutan, bisa sangat lama. Bila
nya tidak tepat, karena sama sekali tak ada sumbernya jauh, periodenya bisa mencapai

55
lebih satu jam (bandingkan dengan periode
gelombang yang disebabkan oleh angin,
yang periodenya sekitar 10-20 detik).
Panjang gelombang, yakni jarak dari satu
puncak ke puncak berikutnya, sangat luar
biasa panjangnya, bisa mencapai 200 km.
Tinggi gelombangnya di tengah samudera
biasanya kecil saja, kadang-kadang hanya
seperempat hingga setengah meter, hing­ga
sering tak dapat dirasakan oleh ka­pal yang
A sedang berlayar di tengah laut.
Tetapi, bila gelombang ini mendekati
pan­tai yang semakin dangkal akan men­da­
pat­kan tahanan yang semakin besar dari da­
sar laut dan sebagai kompensasi, ener­gi­nya
yang be­sar dilampiaskan ke arah permukaan
dan menimbulkan gelombang yang maha
dah­syat di pantai yang bisa mencapai tinggi
puluh­an meter. Konfigurasi dasar laut sa­
ngat menentukan besarnya bencana yang
da­pat ditimbulkan. Teluk yang berbentuk V
memberikan efek corong yang dapat menye­
bab­kan gelombang tsunami sangat besar.
B
Penduduk di pantai dapat mengamati
pertanda akan datangnya tsunami dengan
mula-mula melihat laut menjadi cepat su­
rut yang sangat jauh dari surut normal. Laut
menjadi kering tidak seperti biasanya. Ikan
banyak yang menggelepar di pantai, dan
terum­bu karang mengering. Keajaiban ini
sering me­ngundang orang untuk turun ke
laut, ter­dorong rasa ingin tahu. Justru ini
adalah saat yang sangat berbahaya.
Keringnya laut sebenarnya menunjuk­
kan bahwa lembah gelombang tsunami te­
lah tiba, dan sebentar lagi disusul datangnya
pun­cak gelombang raksasa yang segera
meng­­hancurkan segala sesuatu di pantai.
Pada saat demikian orang sudah sukar un­tuk
C menghindar.

Gambar 4-15 Gelombang tsunami dapat disebabkan


Indonesia dilalui oleh jalur gempa dan
karena: A. Gempa kuat yang terjadi di dasar laut yang ja­lur vulkanik yang aktif. Oleh karena itu
mengakibatkan terjadinya sesar (fault) ; B. Longsor yang In­­do­­nesia merupakan daerah yang sangat
terjadi di atau ke dalam laut; C. Letusan gunung api di laut.
(Sumber: Anugerah Nontji) ra­wan bencana tsunami. Telah banyak pe­

56
Peristiwa runtuhnya atau longsornya
daratan di dalam atau ke dalam laut dapat pu­
la menyebabkan tsunami. Terjadinya per­ge­
seran massa batuan di dalam atau ke dalam
laut secara mendadak akan mengakibatkan
terjadinya perubahan pada permukaan laut
dan seluruh kolom air secara tiba-tiba hing­
ga akan menimbulkan gelombang tsu­na­mi
yang kemudian akan merambat ke se­gala
penjuru.
Tsunami yang disebabkan karena le­
tus­­­­an gunung api yang paling populer ada­­­
Gambar 4-16 Kapal uap “Berouw” yang semula ber­labuh lah letusan gunung api Krakatau di Selat
di Teluk Betung (Bandar Lampung), dilem­par­kan oleh Sunda, pada tanggal 27 Agustus 1883 yang
gelombang tsunami Krakatau (1883) dan ter­hempas di merenggut lebih 36.000 jiwa. Dua per ­­tiga
lembah Sungai Kuripan, 2,8 km dari pan­tai.
(Sumber: Simkin & Fiske, 1983). bagian pulau, seluas 5x8 km2, di­ter­­­bang­­
kan pada saat letusan itu. Tsuna­mi yang
ris­tiwa tsunami yang dilaporkan terjadi di ditimbulkannya luar biasa be­sar dan mala­
Indonesia. Tahun 1992, tsunami dengan ge­ petaka yang diakibatkan tak ter­ki­ra hebatnya.
lom­bang sampai 20 m menghantam Pulau Se­kitar 165 kota dan desa di pesisir pantai
Babi, di sebelah utara Maumere (Flores, Suma­tera dan Jawa luluh lan­tak.
Nu­­sa Tenggara Timur), dan telah menyapu Di Teluk Betung (Bandar Lampung), tsu­­
ber­sih seluruh penduduk pulau itu. Tsunami nami menerjang dengan gelombang se­ting­
ter­be­sar yang tercatat dalam sejarah adalah gi 20 m, sedangkan di Merak ham­pir setinggi
tsu­nami yang terjadi tanggal 26 Desember 40 m. Sebuah kapal yang ber­labuh di Teluk
2004, yang sumbernya berada di Samudera Be­tung dilemparkan se­jauh 3,3 km dari tem­
Hin­dia, sebelah barat Aceh. patnya semula dan tersungkur di lembah su­
Gelombang tsu­­nami yang diakibat­kan­ ngai sejauh 2,8 km dari pantai. Gelombang
nya memencar de­­ngan kekuatan dahsyat, tsu­nami Kra­ka­tau merambat ke seluruh
menghantam pe­si­sir delapan negara, yaitu dunia. Di Samu­dera Hindia gelombangnya
Indo­nesia, Malaysia, Thai­land, Bangladesh, me­rambat dengan kecepatan sekitar 600
Bur­ma, Maladewa, Sri Langka, dan India. km/jam. Gelom­bang­nya dapat terekam sam­
Diper­kirakan lebih 200.000 orang yang pai ke English Channel dan Panama yang ma­
meninggal, dengan kor­ban terbesar pen­ sing-masing berjarak 19.872 dan 20.646 km
duduk Aceh dan Sumatra Utara. dari Krakatau.

57
C. Pasang Surut

Ketika para pelaut Yunani dan Romawi rata 381.160 km). Dalam mekanika alam
telah mampu berlayar keluar dari Laut Te­ se­mesta, jarak lebih menentukan daripada
ngah (Mediterania) melalui Selat Gibral­tar mas­sa. Oleh karenanya, bulan mempu­nyai
dan masuk ke Samudera Atlantik, mereka pe­ranan yang lebih besar da­ri­pada mata­hari
keheranan menghadapi kenyataan bahwa da­­lam menentukan pa­sang-surut. Per­hi­­tung­­­
di pantai Atlantik muka air laut tiap hari an matematis telah me­nun­jukkan bahwa
bergerak naik-turun berirama, sesuatu yang gaya tarik bulan yang mem­pe­ngaruhi pa­
tidak mereka kenal di negeri asal mereka di sang-surut besarnya ku­rang le­bih 2,2 kali
Laut Tengah. Mereka pun sukar untuk me­ le­bih kuat daripada gaya tarik mata­ha­ri. Ben­
nafsirkan dan menjelaskan fenomena ini. da-benda astronomis lain­nya pun se­­­be­nar­­
nya mempengaruhi pa­sang-surut, te­­­ta­pi pe­
Karena itu lahir­lah berbagai legenda
ngaruh itu sangat kecil dan bisa di­abai­kan.
mengenai ini, sa­­lah satunya adalah bahwa
naik-turunnya mu­ka laut itu disebabkan 1. Model pasang-surut
ka­rena terdapat paus raksasa nun jauh di
samu­dera yang tak terjangkau, yang bila Pasang-surut sebenarnya merupakan
bernapas, irama napas­nya akan menyebab­ peristiwa yang sangat kompleks. Oleh sebab
kan muka laut pun naik-turun mengikuti ira­ itu, untuk memahami dan menerangkan
ma napas sang makhluk raksasa tersebut. prin­sip mekanisme terjadinya, orang menco­
ba membuat model sederhana dengan ber­
Fenomena naik-turunnya muka laut se­ ba­gai asumsi bahwa:
cara berirama setiap hari itu adalah pasang-
surut (acapkali disingkat sebagai pasut). (1) bumi berbentuk bulat penuh; (2) se­
Na­­mun penjelasan secara ilmiah mengenai luruh permukaan bumi tertutup merata oleh
pa­­sang-surut ini baru dapat berkembang se­ laut; (3) bulan mempunyai orbit yang benar-
telah Newton mengajukan teorinya yang sa­ be­nar berupa lingkaran dan orbitnya tepat
ngat terkenal mengenai gravitasi (gaya ta­rik di atas katulistiwa.
bumi) tahun 1687, yakni bahwa semua ben­ Dengan asumsi ini bisa kita bayangkan
da yang ada di bumi akan ditarik oleh gaya bahwa bola bumi yang diselimuti merata
yang menuju pusat bumi. oleh samudera, karena adanya gaya tarik bu­
Gravitasi tidak hanya dimiliki oleh bumi, lan yang kuat, maka bagian bumi yang ter­
te­tapi juga oleh benda-benda astronomis se­ dekat ke bulan akan tertarik membengkak
perti bulan dan matahari. Dengan demikian atau membenjol hingga perairan samudera
apa yang terjadi di bumi dipengaruhi oleh di­ situ akan naik dan menimbulkan pasang.
ga­ya tarik benda-benda astronomis seperti Pada saat yang sama, bagian bola bumi
bu­lan dan matahari. Gaya paling utama se­ di baliknya akan mengalami keadaan serupa
ba­gai pembangkit pasang-surut adalah gaya atau pasang pula. Sementara itu pada sisi
tarik bulan dan matahari. lain­­nya yang tegak lurus terhadap po­ros bu­
Matahari mempunyai massa 27 juta ka­li mi-bulan, air samudera akan ber­gerak ke
le­bih besar dari massa bulan, tetapi ja­raknya sam­ping hingga menyebabkan ter­jadinya
pun sangat jauh dari bu­mi (rata-rata 149,6 kon­­disi surut. Secara sederhana meka­nis­
juta km). Se­dang­kan bulan, sebagai sa­telit me­­nya dapat ditunjukkan seperti dalam
ke­cil, jaraknya sangat dekat ke bumi (ra­ta­ Gambar 4-17.

58
Surut
A

Pasang C BUMI C D Pasang BULAN

Gambar 4-17 Model sederhana terjadinya pasang-surut.


Pasang terjadi di posisi C dan D, pada garis poros bumi-
B bulan. Surut terjadi di posisi A dan B, pada garis tegak
Surut lurus terhadap poros bumi-bulan.
(Sumber: Anugerah Nontji)

Sementara bulan mengitar bumi, bumi Jadi kenyataan yang dihadapi di la­pang­
pun bergerak dalam orbit mengitari mata­ an, banyak penyimpangan dari kondisi ideal
hari. Oleh karenanya, bulan memerlukan yang diasumsikan, dan karenanya pula
waktu untuk mengelilingi bumi sekali dalam dam­paknya menimbulkan ciri-ciri pasang-
24 jam 51 menit. Dengan demikian tiap siklus surut yang berbeda-beda dari satu lokasi
pasang-surut pun akan bergeser mundur 51 ke lokasi lainnya. Adalah suatu paradoks
menit tiap hari. bahwa sumber penggerak pasang-surut
adalah benda-benda astronomis di luar
Dalam kenyataannya asumsi-asumsi
bumi (terutama bulan dan matahari), tetapi
yang dikemukakan di atas tidak pernah dite­­
penampilan pasang-surut itu sendiri sangat
mu­­kan dalam alam sebenarnya. Misalnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal.
sa­ja, laut tidak meliputi bumi ini secara me­
ra­­ta, tetapi terputus-putus oleh adanya be­ 2. Kisaran pasang-surut
nua dan pulau-pulau. Topografi dasar laut
pun tidak rata mendatar, tetapi sangat ber­ Kisaran pasang-surut (tidal range) ada­
va­­riasi, dari palung yang sangat dalam, gu­ lah perbedaan tinggi air pada saat pasang
nung ba­wah laut, serta paparan yang luas mak­­simum dengan tinggi air pada surut
dan dang­kal. Demikian pula ada selat yang mi­­ni­mum, rata-rata berkisar antara 1-3 m.
sem­­pit dan panjang atau teluk berbentuk Tetapi dua lokasi pantai yang terpisah se­
co­rong de­ngan dasar melandai dan sebagai­ jauh 50 km, kadang-kadang sudah dapat
nya. me­nimbulkan ciri pasang-surut yang sangat
ber­lainan. Apalagi jika kondisi lingkungan
Selain itu, bumi dan bulan pun tidak fisik­nya sangat berbeda.
mem­­punyai orbit berupa lingkaran penuh,
te­­tapi berupa ellips yang lonjong. Bumi me­ Di Te­rus­an Panama misal­nya, pada pantai
ng­i­tari matahari dengan orbit yang pada Atlan­tiknya kisaran pa­sang-surutnya adalah
suatu ketika jarak keduanya terpendek dan seki­tar 0,5 m te­ta­pi di pantai Pasifiknya,
di lain waktu terjauh, yang ten­tu saja menim­­ hanya 40 km ke se­belah barat, kisaran pa­
bulkan efek yang berbeda pada bumi. Keada­ sang-surut­nya men­capai 4-5 m. Di Teluk
an­nya akan lebih kom­pleks lagi karena orbit Fundy (Ca­na­da) ditemukan kisaran pasang-
bulan dan matahari tidaklah tegak lurus di surut ter­be­sar di dunia, bisa mencapai sekitar
atas katulistiwa. 20 m. Sebaliknya di Pulau Tahiti, di tengah

59
MATAHARI
A
B
BUMI
M
BULAN

TINGGI AIR
M
B
A
WAKTU

PASANG-SURUT PURNAMA

BULAN

MATAHARI

B
A M

TINGGI AIR
M A
BUMI B

WAKTU
PASANG-SURUT PERBANI

Sa­mu­dera Pasifik, kisaran pasang-surutnya Gambar 4-18 Mekanisme terjadinya pasang-su­rut purna­
ma (spring tide) dan pasang-surut per­bani (neap tide).
ke­cil, tidak lebih dari 0,3 m, sedangkan di (Sumber: Anugerah Nontji)
Laut Te­ngah (Mediterranea) hanya berkisar
0,10-0,15 m. Itulah sebabnya orang-orang Catatan:
Pada pasang-surut purnama, pe­ngaruh bu­lan
Ro­mawi dan Yunani zaman dulu tidak pernah dan matahari saling memperkuat. Pa­da pa­sang-
memperhatikan masalah pasang-surut ini. surut perbani, pengaruh bulan dan mata­ha­ri sa­ling
meniadakan. B = Pengaruh bulan; M = Peng­aruh
Di perairan Indonesia, beberapa contoh matahari; A = Tinggi muka air.
dapat diberikan misalnya Tanjung Priok (Ja­
kar­ta) kisaran pasang-surutnya hanya seki­ 3. Pasang-surut purnama dan
tar 1 m, Ambon sekitar 2 m, Bagan Siapi-
api sekitar 4 m, sedangkan yang ter­ting­gi
per­bani
di mua­ra Sungai Digul dan Merauke (Pa­pua Posisi kedudukan bulan dalam orbitnya
bagi­­­an selatan), kisaran pasang-su­rut­­nya cu­ dan posisi matahari selalu berubah relatif
kup tinggi, bisa mencapai 7-8 m. ter­hadap bumi. Apabila bulan dan matahari
ber­ada kurang lebih pada satu garis lurus
Untuk keselamatan pelayaran, tiap na­ de­­ngan bumi, seperti pada saat bulan mu­
kho­da kapal harus memperhatikan pola pa­ da atau bulan purnama, maka gaya tarik
sang-surut setempat agar kapalnya dapat ke­­dua­nya akan saling memperkuat. Dalam
se­la­mat masuk atau keluar dari pelabuhan, ke­­adaan demikian akan terjadilah pasang-
atau melewati selat-selat yang dangkal. In­ su­rut pur­na­ma (spring tide) dengan pasang
for­masi tentang pasang-surut juga akan me­ ting­­gi air yang luar biasa, melebihi tinggi pa­
nen­tu­kan keberhasilan suatu operasi mi­li­ter sang yang umum. Sebaliknya, surutnya pun
dalam pendaratan amfibi. Demikian pula sangat rendah, hingga lokasi-lokasi tertentu
data pasang-surut diperlukan dalam pem­ dengan pantai yang landai bisa menjadi ke­
buatan tambak-tambak udang di pantai. ring sampai jauh ke laut.

60
Tetapi jika bulan dan matahari memben­
tuk sudut siku-siku terhadap bumi ma­ka ga­­ D
ya tarik keduanya akan saling meniada­kan.
C
Akibatnya, perbedaan tinggi air an­ta­ra pa­
sang dan surut hanya kecil saja, dan ke­adaan CAMPURAN, CONDONG
KE HARIAN GANDA
ini dikenal sebagai pasang-su­rut per­bani HARIAN CAMPURAN, CONDONG
(neap tide). Proses terjadinya pa­sang-surut GANDA KE HARIAN TUNGGAL

pur­nama dan perbani ditun­jukkan dengan


le­bih jelas dalam Gambar 4-18.
HARIAN

4. Pola pasang surut TUNGGAL

CAMPURAN, CONDONG
KE HARIAN GANDA
Dilihat dari pola gerakan muka lautnya,
CAMPURAN, CONDONG
pasang-surut di Indonesia dapat dibagi men­ KE HARIAN GANDA

jadi empat jenis yakni pasang surut ha­ri­an


tunggal (diurnal tide), harian ganda (semi­ HARIAN
GANDA
diurnal tide), dan dua jenis campuran an­tara
keduanya. Pada jenis harian tunggal hanya Gambar 4-20 Sebaran jenis-jenis pasang-surut di
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut Indonesia dan sekitarnya.
(Sumber: Anugerah Nontji)
setiap hari, misalnya terjadi di perairan se­
kitar Selat Karimata, antara Sumatera dan su­rut dalam sehari, tetapi berbeda dalam
Kali­mantan. Pada jenis harian ganda, tiap ting­gi dan waktunya. Ini misalnya terdapat
hari ter­jadi dua kali pasang dan dua kali surut di sebagian besar perairan Indonesia bagian
yang tingginya masing-masing hampir sama, timur. Dan yang terakhir adalah jenis pasang-
mi­sal­nya terdapat di perairan Selat Malaka surut campuran condong ke harian tunggal
bagi­an utara hingga ke Laut Andaman. Di (mixed tide, prevailing diurnal). Pada jenis
sam­ping itu dikenal juga campuran dari ke­ ini tiap hari terjadi satu kali pasang dan satu
dua­nya, meskipun jenis tunggal atau gan­ ka­li surut, tetapi kadang-kadang pula untuk
danya masih menonjol. se­men­tara dengan dua kali pasang dan dua
Pada pasang-surut campuran condong kali surut, yang sangat berbeda dalam ting­­
ke harian ganda (mixed tide, prevailing semi­ gi dan waktunya. Contohnya terdapat di
diurnal) terjadi dua kali pasang dan dua kali pantai selatan Kalimantan dan pantai uta­
ra Jawa Barat. Pola gerak muka air pada ke­
Hari ke-

m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 empat jenis pasang-surut yang terdapat di
6
5
A. HARIAN GANDA
Indonesia diberikan contohnya pada Gam­
bar 4-19. Sedangkan sebaran geografis je­
4
3
2
1
0 nis-jenis pasang-surut itu disajikan dalam
3
2
B. CAMPURAN, CONDONG KE HARIAN GANDA
Gambar 4-20.
Tinggi Air

1
0
C. CAMPURAN, CONDONG KE HARIAN TUNGGAL
5. Arus pasang-surut
3
2
1
Di perairan pantai, terutama di teluk-
0 D. HARIAN TUNGGAL teluk dan selat-selat yang sempit, gerakan
naik-turunnya muka air akan menimbulkan
3
2
1
0
terjadinya arus pasang-surut. Biasanya arah­
nya kurang lebih bolak-balik, misalnya jika
Gambar 4-19 Contoh pola gerakan muka air pada empat
jenis pasang-surut selama waktu 16 hari.
muka air bergerak naik, arus mengalir masuk.
(Sumber: Anugerah Nontji) Sedangkan pada saat muka air bergerak

61
turun arus pun mengalir keluar. Di tempat- setahun lebih awal untuk sekitar 80 lokasi
tem­pat tertentu arus pasang-surut ini cukup di Indonesia dalam bentuk buku ramalan
kuat. Arus pasang-surut yang terkuat di pasang surut.
Indonesia tercatat di Selat Capalulu, antara
Dengan ramalan itu dapat diketahui kon­
Pulau Taliabu dan Pulau Mangole (Kepulau­
disi pasang-surut di suatu daerah pada tang­
an Sula), yang kekuatannya bisa mencapai
gal dan jam tertentu, sehingga sangat mem­
5 m/detik.
bantu bagi para nakhoda yang membawa
6. Ramalan pasang surut ka­pal. Bagi seorang yang akan melakukan
pe­nelitian biologi laut, ramalan pasang-
Dengan memperhatikan faktor-faktor su­rut ini pun sangat penting karena dapat
lokal dan pengaruh gravitasi benda-benda mem­­bantu perencanaan sebaiknya kapan
astronomis, kini telah dapat dibuat ramalan tu­run ke laut. Demikian pula dalam operasi
pasang surut. Di Indonesia, Dinas Hidro- am­fibi militer yang akan mendaratkan pasu­
Oseanografi TNI Angkatan Laut mempunyai kan di pantai, ramalan pasang-surut ini sa­
tugas untuk membuat ramalan pasang surut ngat menentukan.

D. Cuaca dan Laut


Manusia hidup dalam medium atmosfer Perubahan cuaca akan mempengaruhi
yang terdiri dari campuran uap air dan ber­ kondisi laut, sebaliknya kondisi laut dapat
bagai gas. Dengan adanya gravitasi, at­mos­ pula mempengaruhi kondisi cuaca. Angin
fer ini menimbulkan tekanan udara yang di mi­salnya, sangat menentukan terjadinya ge­
per­mukaan laut besarnya adalah 1,04 kg/cm2 lom­bang dan arus di permukaan laut, dan
atau sekitar 1 atmosfer. Apa­bila ter­­jadi per­ cu­­rah hujan dapat menentukan salinitas
ubahan tekanan udara, maka ini dapat me­ (ka­­dar garam) air laut. Sebaliknya, proses
fi­­sik di laut seperti terjadinya penaikan air
micu timbulnya berbagai peru­ba­h­an cuaca.
(up­welling) dapat mempengaruhi keadaan
Perubahan cuaca ini sangat mem­pe­ cua­ca setempat.
ngaruhi kehidupan manu­sia, bah­kan hampir
1. Siklon tropis
se­mua kegiatan kita dipengaruhi oleh cua­
ca, seperti pertanian, kehutan­an, perikanan, Indonesia yang terletak tepat di katu­
trans­­­por­tasi, pelayaran, pener­bang­an, dan listiwa, umumnya jarang ditemukan amuk­
lain-lain. Dalam banyak hal cua­ca yang kita
hadapi tidak lepas dari hu­bungan­nya de­
ngan kondisi di laut.

Sebagian besar permukaan bumi ini ter­­


diri dari laut. Antara laut dan atmosfer di
atasnya terdapat interaksi yang sangat kuat
yang menentukan kondisi cuaca. Masya­­ra­kat
tradisional kita bahkan melihat cua­ca dan
laut sebagai suatu kesatuan. Para nelayan
dan pelaut kita misalnya, melihat kon­di­si
Gambar 4-21 Siklon tropis yang terjadi di atas samudera,
awan, angin, dan ombak merupakan sua­tu sebagaimana terindra dari satelit.
kesatuan yang tak terpisahkan. (Sumber: Anugerah Nontji)

62
LU
Frekuensi terjadinya siklon tropis ini di­
40
sajikan dalam gambar 4-22. Kawasan yang
0.2
0.1 sangat sering dilanda badai tropis ini adalah
1.0 0.4
2.0 0.8 Filipina dan Bangladesh. Badai atau siklon
20 5.0 3.0
0.2 0.4
4.0 ini akan bergerak menempuh jalur tertentu
0.1 hingga akhirnya dapat terurai habis. Gambar
0
4-22 ini juga menunjukkan kecenderungan
ja­lur gerakan siklon tropis sebelum terurai
20 3 2
0.2 0.1
1.8
1.6 habis.
LS 0.4 0.8
0.6 0.6 0.4

40 Meskipun Indonesia boleh dikatakan be­­­­­­­


40 60 80 100 120 140 160 BT bas dari amukan siklon tropis, namun dam­­­­­­­
pak­­nya tetap dapat dirasakan dan menim­­­­­­­­
LU
bul­kan gangguan cuaca. Perairan di se­la­tan
40
Jawa dan antara Nusa Tenggara dan Aus­­­tralia
sering merupakan tempat ke­­lahir­an siklon
20
tropis yang akibatnya acap­kali me­­­nimbulkan
bencana di daratan dan laut kita.
0

Siklon yang terjadi di selatan Nu­sa Teng­


20
gara tahun 1985 misalnya, telah melum­puh­
kan semua jalur penerbangan ke Nusa Teng­
40
gara, dan hujan lebat disertai angin kuat
LS telah menghancurkan ribuan rumah.
BT
2. Angin Musim (Muson)
40 60 80 100 120 140 160

Gambar 4-22
Atas: Frekuensi rata-rata siklon tropis per tahun di Pola angin yang sangat berperan di
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Posisi Indonesia
relatif aman dari serangan siklon tropis. Indonesia adalah Angin Musim, disebut ju­
Bawah: Kecenderungan arah lintasan siklon tropis di ga muson (monsoon). Posisi Indonesia an­
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. tara dua benua (Asia dan Australia) dan an­
(Sumber: Anugerah Nontji)
tara dua samudera (Samudera Pasifik dan
an angin yang sangat kuat. Badai yang le­bih Samu­dera Hindia) menempatkan Indonesia
dikenal dengan siklon tropis, sering me­ pada posisi yang sangat ideal untuk ber­
ngamuk di samudera sekitar garis lintang kembangnya Angin Musim.
10o Utara dan juga sekitar 10o Selatan. Si­
klon tropis ini umumnya mempunyai nama Angin Musim ber­hembus de­ngan sta­
yang khusus, dan menimbulkan angin yang bil ke arah tertentu pada suatu pe­rio­de se­
sangat kuat disertai gelombang besar yang dangkan pada periode lain­nya angin ber­hem­
dapat menimbulkan bencana besar bi­la bus secara mantap pu­la dengan arah yang
melanda kawasan pantai. berlawanan. Angin Musim ini di­­picu oleh
terjadinya pemanasan dan pen­dingin­an di
Kecepatan angin yang disebabkan oleh
benua Asia dan Australia yang menyebabkan
badai ini bisa men­capai ratusan km/jam.
angin berhembus dari daerah bertekanan
Kel­ahiran, per­kem­bangan, dan perjalanan
tinggi ke arah yang ber­tekanan rendah.
si­klon tro­pis kini dapat dipantau dengan sa­
telit, yang me­nampilkan pusaran awan yang Bulan-bulan Desember, Januari, dan Fe­
se­nan­tia­sa bergerak berputar dengan inti brua­ri adalah musim dingin di belahan bumi
yang ber­tekanan rendah. uta­­ra dan musim panas di belahan bumi

63
se­­latan. Pada saat itu terjadi pusat tekanan
ting­­gi di atas daratan Asia dan pusat tekanan
ren­dah di daratan Australia.
Keadaan ini menyebabkan angin ber­
hem­­bus dari Asia menuju Australia, yang di
Indonesia dikenal sebagai Angin Musim Ba­
rat. Karena pengaruh putaran bumi (ga­ya
Coriolis), arah angin ini umumnya dibelok­
kan ke kanan di belahan bumi utara dan
dibelokkan ke kiri di belahan bumi selatan.
Sebaliknya pada bulan-bulan Juli hingga
Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas
daratan Australia dan tekanan rendah di atas
daratan Asia, hingga di Indonesia ber­hem­ Gambar 4-24 Perahu-perahu layar tradisional sejak dulu
memanfaatkan angin musim dalam pelayaran antar pulau.
buslah Angin Musim Timur. Sistem te­­kan­an
itu ternyata begitu tetap hingga me­­nye­bab­
kan angin musim berhembus de­ngan stabil Bulan Maret hingga April, dikenal se­ba­
terutama di atas lautan. Jadi dua kali dalam gai musim per­alih­an atau pancaroba awal
setahun angin musim berganti arah. Gambar tahun. Pada masa ini ke­kuat­an angin me­
4-23 menunjukkan pola angin di Indonesia lemah dengan arah yang tak menentu. De­
pada Musim Barat dan Musim Timur, rata- miki­an pula terjadi dalam bu­lan Oktober dan
rata untuk 30 tahun. November, yang dikenal de­ngan musim per­
alih­an atau pancaroba akhir tahun. Karena
ke­kuatan angin umum­nya lemah pada mu­
20
15 15
15 10

sim peralihan, maka laut pun umumnya te­


10 MALAYA SARAWAK 10

nang pada masa ini.

10 Pelaut-pelaut tradisional kita telah lama


5 15
memahami pola perubahan angin ini dan
memanfaatkannya dalam pelayaran antar
JANUARI
5 10 15
pulau. Ketika hubungan antar pulau masih
dilakukan dengan perahu layar, para pelaut-
pedagang memanfaatkannya untuk berlayar
15 15
10 10 15
10
15
10 MALAYA
SARAWAK
ke timur pada Musim Barat, dan kembali ke
barat mengikuti hembusan Angin Timur.

15
Angin musim membawa pengaruh pula
72 m
10
pada curah hujan. Untuk kawasan Indonesia
15
bagian barat misalnya, pada umumnya Mu­
sim Barat banyak membawa hujan sedang­
JULI
kan Musim Timur sedikit membawa hujan
atau dikenal sebagai musim kemarau. Mu­
Gambar 4-23
Atas: Pola umum arah angin dalam ke­adaan normal pada sim Barat yang membawa banyak hujan
bulan Januari (Musim Barat), ra­ta-rata selama 30 tahun. me­­nye­­bab­kan sungai-sungai lebih banyak
Bawah: Pola umum arah angin dalam keadaan normal me­­ngalirkan air tawar ke laut hingga me­nye­
pada bulan Ju­li (Musim Timur), rata-rata selama 30 tahun.
(Sumber: BMG) bab­­kan turunnya salinitas di laut.

64
3. Angin Laut dan Angin Darat per­mukaan yang berhembus dari laut ke
darat yang terjadi pada siang hari. Sebalik­
Selain angin musim, di pesisir pantai nya angin darat adalah angin per­mukaan
dapat ditemukan pula angin laut dan angin yang ber­hembus dari darat ke arah laut dan
darat. Proses terjadinya sama dengan terja­ terjadi pada malam hari. Biasa­nya angin
dinya angin musim dalam skala yang lebih darat lebih le­mah daripada angin laut.
kecil, yakni karena terjadinya perbedaan
pemanasan dan pendinginan antara daratan Ketinggian sel angin laut dapat menca­
dan lautan. pai 3-4 km sedangkan jaraknya dari garis
pan­­­tai sering mencapai 20 km, baik ke arah
Pada siang hari, permukaan daratan da­­ratan maupun ke arah laut, meskipun ja­
men­­jadi lebih cepat panas. Akibatnya uda­ra rak ini dapat pula melebar sampai 80 km
di atas permukaan daratan menjadi pa­nas dari pan­­tai. Angin laut mulai berhembus
dan memuai serta mudah menguap naik ke sekitar pu­­kul 9-11 pagi, sedangkan angin
atas. Kekosongan udara di dekat per­muka­an darat mu­lai pukul 5 sore. Nelayan-nelayan
da­ratan akan diisi oleh udara dari laut yang pan­tai de­ngan perahu layar memanfaatkan
su­hunya lebih rendah. Udara yang naik di sifat angin ini. Perahu-perahu layar mereka
atas daratan kemudian menuju ke laut. Se­ be­rangkat ke laut pada malam hari meman­fa­
lan­jutnya udara yang naik ini akan tu­run lagi at­­kan angin darat, dan kembali besok siang­
di laut hingga membentuk daur kon­veksi se­ nya dengan memanfaatkan angin laut.
per­ti terlihat dalam Gambar 4-25. Jadi yang
di­maksud dengan angin laut adalah angin Angin musim dapat mempengaruhi
angin laut dan angin darat. Di daerah-daerah
yang angin musimnya lemah, angin laut dan
angin daratlah yang memegang peranan
di daerah pantai. Di daerah-daerah yang
perbedaan angin musimnya jelas, angin laut
dan angin darat berbeda sepanjang tahun,
dibayangi oleh angin musim. Bentang darat
seperti adanya gunung di daerah pantai bisa
mempengaruhi kekuatan angin laut dan
angin darat.
Angin Laut Angin Darat
4. El Niño dan La Niña
Salah satu gangguan cuaca yang dapat
memberi dampak bencana kekeringan yang
ber­kepanjangan di Indonesia adalah El Niño.
Mulanya fenomena El Niño ini diduga me­ru­
pa­kan fenomena yang hanya terjadi lokal di
perairan Pasifik di sekitar pantai Peru.
Per­air­an Peru terkenal dengan perikan­
annya yang sangat produktif karena adanya
air naik (upwelling) yang menyuburkan per­
Angin Darat air­an ini. Pada saat-saat tertentu, yang di­
ke­nal dengan El Niño, air hangat masuk ke
Gambar 4-25 Mekanisme terjadinya angin laut dan angin
darat.
per­airan ini dan menyebabkan upwelling ter­
(Sumber: Anugerah Nontji) henti, dan dampaknya luar biasa karena pro­

65
KONDISI NORMAL
KONDISI EL NINO

Konveksi

Konveksi

Katulistiwa

Katulistiwa
Australia
Australia
Amerika Amerika
Selatan Selatan

Termoklin Termoklin

120º Bujur Timur 80º Bujur Barat 120º Bujur Timur 80º Bujur Barat

Gambar 4-26 duksi plankton turun, yang pada gi­liran­nya


Kiri: Samudera Pasifik pada kondisi normal. Terjadi
pe­numpukan air hangat di Pasifik Barat, sebelah uta­­ra me­nyebabkan produksi perikanan pun turun
Papua. de­ngan drastis. Perkembangan pe­nge­tahu­
Kanan: Samudera Pasifik pada saat terjadinya El Ni­no. Air
hangat mengalir ke timur. Kedalaman ter­mo­­klin di bagian an kelautan mutakhir menunjuk­kan bah­wa
barat Pasifik menaik, sedangkan di ba­­gian timur Pasifik fe­nomena El Niño ini merupakan feno­mena
menurun. Awan hujan ber­gerak ke ti­mur, hingga Amerika
Selatan kebanjiran, se­dang­­kan In­do­nesia mengalami yang berskala besar yang dampak­nya pun
kekeringan ber­sifat global.
(Sumber: NOAA)

Ringkasan
Arus
Sirkulasi adalah gerakan aliran air laut, yang dapat berupa arus.
Arus laut dapat diukur dengan berbagai cara, baik dengan alat ukur yang
tetap (sta­sioner) maupun dengan alat ukur yang ikut menyertai aliran arus.
Pola arus utama di Indonesia sangat ditentukan oleh angin musim (mon­soon),
yakni Musim Barat, Musim Timur, dan Musim-Peralihan di antara keduanya.
Upwelling adalah gerak naiknya air dari lapisan dalam ke permukaan, yang mem­
bawa hara yang kaya ke permukaan hingga dapat menyu­bur­kan perairan per­
mukaan.
Arlindo (Arus Lintas Indonesia) adalah arus yang mengalirkan massa air dari
Samu­dera Pasifik ke Samudera Hindia melalui selat-selat di perairan Nusantara.
Seluruh dunia terkait dalam sistem sirkulasi yang dikenal dengan Sabuk Penghan­
tar Samudera Raya (The Great Ocean Conveyor Belt) yang menghantarkan air
dingin dan air hangat dalam sistem sirkulasi global.
Gelombang
Gelombang selalu terjadi di laut, mulai dari gelombang yang sangat kecil (tinggi
< 1 mm) hingga gelombang besar yang tingginya puluhan meter.

66
Pembangkit gelombang yang paling utama adalah angin. Tingginya gelombang
bergantung pada kekuatan angin, lamanya angin berhembus, dan jangkauan
atau jarak tempuh angin.
Gelombang besar juga dapat disebabkan karena tsunami, yakni karena gempa di
dasar laut, longsoran di atau ke dalam laut, atau letusan gunung api di laut.
Pasang-surut
Pasang-surut (disingkat pasut) adalah gerak berirama permukaan laut yang
pembangkit utamanya adalah gaya tarik (gravitasi) bulan dan matahari.
Kondisi lokal sangat menentukan kisaran tinggi pasut. Ada pantai yang kisaran
tinggi pasutnya kecil (beberapa cm), tetapi ada juga yang sangat tinggi sampai
7-8 m.
Pasut purnama terjadi bila bulan, bumi, dan matahari terletak pada satu garis
lurus hingga gravitasi bulan dan matahari saling memperkuat, hingga pasangnya
sa­ngat tinggi tetapi surutnya juga sangat rendah. Pasut perbani, terjadi bila bulan
dan matahari membentuk sudut tegak lurus terhadap bumi hingga pasang mau­
pun surutnya kecil.
Pola irama pasut dapat dibagi menjadi pasut harian tunggal (sekali pasang dan
se­kali surut dalam sehari), pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua kali surut
dalam sehari), dan campuran keduanya.
Pasut dapat diramalkan terjadinya untuk berbagai daerah tertentu. Buku ramalan
pasang-surut diterbitkan tiap tahun oleh Jawatan Hidrografi TNI AL.
Cuaca
Kehidupan dan aktivitas manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca.
Kondisi cuaca banyak dipengaruhi oleh interaksi fisik antara laut dan atmosfer.
Angin bertiup dari tempat yang tekanan udaranya tinggi ke tempat yang tekanan
angin udaranya rendah.
Angin musim (muson) terjadi secara berkala di Indonesia. Angin Musim Barat
umumnya berhembus dari daratan Asia ke Australia, sebaliknya terjadi pada
Musim Timur, di mana angin berhembus dari Australia ke daratan Asia. Musim
Barat lebih banyak membawa hujan daripada Musim Timur.
Di antara kedua musim tersebut, Indonesia mengalami musim peralihan
atau musin pancaroba. Musim ini berlaangsung saat matahari terletak di
khatulistiwa.
Angin darat berhembus pada malam hari dari daratan ke arah laut. Sebaliknya
angin laut terjadi pada siang hari dari laut ke darat.
El Niño adalah kelainan cuaca yang dapat menyebabkan kekeringan yang ber
kepanjangan di Indonesia. La Niña adalah kebalikan dari El Niño yang menyebab­
kan hujan berlebihan di Indonesia.

67
Soal

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!


1. Apa yang dimaksud dengan penaikan air (upweling)?
a. Air yang mengalir dari pantai ke tengah samudera
b. Permukaan air yang bergerak naik-turun secara periodik
c. Air yang mengalir dari sungai ke laut
d. Air dari lapisan dalam yang bergerak naik ke permukaan
e. Kondisi laut pada saat pasang tinggi
2. Apa yang dimaksud dengan Arlindo?
a. Arus yang mengalir di sepanjang katulistiwa
b. Arus yang polanya berpusar
c. Arus bolak balik
d. Arus yang mengalir sepanjang pantai
e. Arus dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia melalui selat-selat di
Indonesia
3. Apa penyebab terjadinya gelombang tsunami?
a. Karena pasang-surut
b. Karena badai yang terjadi di samudera
c. Karena angin puting beliung terjadi di pantai
d. Karena gempa bawah laut
e. Karena perubahan global
4. Jelaskan apa yang menjadi pendorong utama terjadinya pasang-surut.
a. Pasang surut terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap
bumi
b. Karena terjadinya perubahan musim dari Musim Timur ke Musim Barat
c. Karena terjadinya perubahan pola arus
d. Karena terdapat perbedaan suhu di permukaan laut
e. Karena naiknya permukaan laut akibat pencairan es di kutub

68
5. Apa yang dimaksud dengan pasang-surut purnama?
a. Pasang surut yang terjadi pada saat bumi, bulan, dan matahari berada dalam
satu garis lurus
b. Pasang surut yang terjadi di daerah sekitar muara
c. Perbedaan tinggi muka air pada saat pasang dan surut sangat kecil
d. Pasang yang terjadi hanya pada malam hari
e. Pasang disebabkan karena badai di samudera
6. Apa yang dimaksud dengan pola pasang-surut harian tunggal?
a. Pasang yang terjadi hanya sekali dalam sehari
b. Pasang yang terjadi dua kali dalam sehari
c. Pasang-surut yang tak beraturan
d. Pasang-surut yang perbedaan antara pasang dan surutnya sangat kecil
e. Pasang-surut dengan perbedaan antara pasang dan surutnya sangat besar
7. Mengapa nelayan tradisional (dengan perahu layar) biasanya mulai melaut pada
malam hari dan kembali ke darat keesokan paginya?
a. Karena pada malam hari terjadi angin darat yang menghembus dari darat ke
laut, sedangkan pada pagi hari bertiup angin laut dari laut ke darat
b. Karena pada malam hari suhu udara di darat lebih hangat daripada di laut
c. Agar lebih mudah memasarkan hasil tangkapan pada pagi hari
d. Agar tidak melelahkan di bawah terik matahari
e. Karena mengkap ikan lebih mudah pada malam hari
8. Apa itu El Niño?
a. El Niño adalah perubahan iklim yang disebabkan terjadinya anomali cuaca
di Samudera Pasifik yang mengakibatkan terjadinya musim kering yang
berkepanjangan di Indonesia
b. El Niño adalah musim hujan yang berkepanjangan yang menimbulkan
bencana alam di mana-mana
c. El Niño adalah badai yang menimpa sebagian besar wilayah Indonesia
d. El Niño adalah gelombang besar yang menimbulkan bencana di pantai
e. El Niño adalah terjadinya pemanasan permukaan laut yang diakibatkan oleh
emisi gas dari industri

69
Jawablah pertanyaan di bawah ini.
1. Jelaskan tiga sebab terjadinya tsunami.
2. Sikap apa yang harus kita lakukan menghadapi bencana, misalnya gempa,
tsunami, banjir, dan lain-lain.
3. Jelaskan bagaimana cara mengukur kecerahan air laut.

Tugas

1. Ukurlah suhu udara dan suhu air laut secara berkala, setiap jam selama sehari
penuh. Diskusikan hasil yang diperoleh. Bagaimana hasilnya bila pengukuran itu
dilakukan di kobakan air yang terisolir dari laut lepas.
2. Ambillah seliter air laut, kemudian panaskan hingga semua airnya menguap.
Timbanglah berat kristal yang tertinggal. Berapa salinitas air laut itu?
3. Buatlah lempengan bundar dari papan berdiamter 30 cm, di cat pu­t­ih, dan diberi
pem­berat di bawahnya. Turunkan ke dalam laut de­ngan tali yang telah diberi skala
meter. Amati dari permukaan. Pada kedalaman berapa lempeng itu menghilang
dari pandangan? Lakukan di perairan laut yang jernih dan yang keruh. Adakah
beda­nya. Nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat kecerahan air laut.
4. Ambillah sebuah botol kosong, dan isi dengan air sekitar sepertiganya kemudian
tutup yang erat. Lepaskan di laut. Amati ke mana hanyutnya. Dapatkah engkau
mem­perkirakan arah dan kekuatan arus setempat.
5. Pancangkan sebuah tonggak yang telah diberi skala di laut. Catatlah ketinggian
air setiap jam selama sehari penuh. Buatlah kurvanya. Kajilah berapa kali pasang
dan berapa kali surut dalam sehari di tempat itu. Berapakah kisaran tinggi pasang
surut­nya? Termasuk dalam kategori manakah pasang-surut di tempat itu.
6. Amatilah berita-berita cuaca dari koran atau televisi. Adakah hubungan antara
kekuatan angin, hujan, dan tinggi gelombang di laut?

70
Glosari

Arlindo = Arus Lintas Indonesia.


Angin darat = angin yang berhembus dari darat ke laut pada malam hari.
Angin laut = angin yang berhembus dari laut ke darat pada siang hari.
Angin musim (muson) = angin yang berhembus secara berkala mengikuti pola
arah tertentu, misalnya Musim Barat, Musim Timur, dan Musim Peralihan.
El Niño = kelainan cuaca yang dipicu oleh kelainan interaksi fisik antara laut
dan atmosfer, yang mempunyai dampak sangat luas. Di Indonesia dapat
menyebabkan musim kering yang berkepanjangan yang bisa mengakibatkan
meluasnya kegagalan panen, meningkatnya kebakaran hutan, dan sebagainya.
La Niña = adalah kebalikan dari El Niño, yang di Indonesia menyebabkan hujan
yang berlebihan.
Siklon = angin kuat yang terjadi di laut, yang merupakan pusaran besar yang
dapat bergerak berpindah sebelum terurai habis. Siklon dapat menimbukan
bencana di laut maupun di darat.

71
Daftar Pustaka
Allen, W.E. & E. E. Cupp. 1935. Plankton diatoms of the Java Sea. Ann. du Jard. Bot. de Buit. 44: 1-
174.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman hayati laut: Asset pembangunan berkelanjutan Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Delsman, H. C. 1939. Preliminary plankton investigation in the Java Sea. Treubia 17: 139-184.
Duxbury, A. B., A. C. Duxbury & K. A. Sverdrup. 2002. Fundamentals of Oceanography. 4th Edition.
New York: McGraw-Hill.
Hendiarti, N. 2003. Investigation of ocean color remote sensing in Indonesian waters using SeaWiFs.
Doctor Disertation, University of Rostock.
Hutabarat, S. & S. M Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Ingmanson, D.E. & W. J. Wallace. 1973. Oceanograhy: an introduction. Third Edition. Belmont:
Wadsworth Publishing Company.
McConnaughey, B. H. 1978. Introduction to Marine Biology. Saint Louis: The C.V. Mosby Co.
Mojetta, A. 1995. The Barrier Reef: Guide to the World of Corals. Shrewsbury: Swan Hill Press.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut: Suatu pendekatan ekologis. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Russell-Hunter, W.D. 1970. Aquatic productivity: An Introduction to Some Basic Aspects of Biological
Oceanography and Limnology. London: The Macmillan Co. Collier-Macmillan Ltd..
Sverdrup, H.U., M. W. Johnson & R.H. Fleming. 1961. The oceans: Their physics, Chemistry, and General
Biology. Modern Asia Edition. Englewood: Prentice-Hall Inc. .
Webber, H.H. & H.V. Thurman. 1991. Marine Biology. New York: Harper Collins Publ. Inc.
Weihaupt, J. G. 1979. Exploration of The Oceans: an Introduction to Oceanography. New York:
Macmillan Publishing Co.
Weyl, P.K. 1970. Oceanography: an Introduction to The Marine Environment. New York: John Wiley &
Sons.
Wickstead, J. H. 1965. An Introduction to The Study of Tropical Plankton. London: Hutchinson Tropical
Monographs. Hutchinson and Co. Ltd.
Wyrtki, K. 1958. The Water Exchange Between The Pacific and Indian Oceans in Relation to
Upwelling Processes. Proc. 9th Pacif. Sci. Cong.16: 61-66.
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of The Southeast Asian Waters. Naga Report, Vol 2, San
Diego: University of Caifornia, 195 hlm.

72

Anda mungkin juga menyukai