Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis tertarik untuk

membahas dan menuangkannya ke dalam penulisan dalam bentuk

makalah yang berjudul “TUGAS, KEWAJIBAN, DAN WEWENANG

PENGURUS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN

UTANG”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, dapat ditarik

pokok permasalahan yang akan menjadi dasar dalam penyusunan

makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tugas dan wewenang Pengurus dalam

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terkait

dengan kasus PKPU terhadap Koperasi Cipaganti tersebut ?

2. Bagaimanakah pengaturan hukum tentang independensi

Pengurus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

dalam hukum kepailitan Indonesia?

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB III

PEMBAHASAN

I. Peran, Tugas, dan Wewenang Pengurus Dalam PKPU Koperasi

Cipaganti

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) merupakan

pemberian kesempatan kepada debitor untuk melakukan

restrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi pembayaran

seluruh atau sebagian utang kepada kreditor. 1 Menurut pasal 225

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya akan disebut

dengan “UUKPKPU”), jika hakim/pengadilan mengabulkan

permohonan PKPU, baik yang diajukan oleh debitor maupun kreditor,

maka kemudian pengadilan harus menunjuk Hakim Pengawas dari

1
Rudhy A. Lontoh, Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, Alumni, Bandung, 2001, Hlm. 173.

2
hakim pengadilan serta mengangkat 1 (satu) atau lebih Pengurus

yang bersama dengan debitor mengurus harta debitor.

Tidak terdapat suatu definisi yang otentik mengenai Pengurus

dalam UUKPKPU. Kedudukan Pengurus dalam PKPU hampir sama

dengan kedudukan Kurator dalam kepailitan. Hanya saja, karena

eksistensi Pengurus tidak dimaksudkan untuk menggantikan posisi

debitor, seperti halnya posisi Kurator yang memang menggantikan

posisi debitor dalam mengurus harta pailit, maka kewenangan dari

pengurus menjadi berbeda dengan kewenangan dari Kurator.2

Pengurus harus bertindak untuk secara bersama-sama dengan

debitor mengurus harta-harta debitor. Jadi, antara Pengurus dan

debitor tidak saling menggantikan, tetapi saling mendampingi. 3 Hal ini

diatur dalam pasal 240 ayat (1) UUKPKPU, yang mengatakan bahwa

selama PKPU, debitor tanpa persetujuan Pengurus tidak dapat

melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau

sebagian hartanya. Pengurus PKPU bertugas untuk mengawasi

pengurusan harta debitor yang dilakukan dengan debitor sendiri.

Karena itu, dalam suatu PKPU antara Pengurus dan debitor disebut

sebagai dwitunggal.4 Pengurus PKPU melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya berdasarkan prinsip fiduciary duty, karena mereka

juga sebagai petugas yang mendapat imbalan yang besarnya

2
Ibid, Hlm. 180
3
Ibid.
4
Ibid.

3
ditetapkan oleh Pengadilan berdasarkan pedoman yang ditetapkan

oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.5

Pada tanggal 8 Mei 2014, pengurus Koperasi Cipaganti telah

menunjuk Tim Restrukturisasi, yaitu suatu tim ahli yang terdiri dari

penasehat keuangan, penasehat hukum, dan penasehat investor

relations yang akan bekerja secara profesional dan bersifat

independen. Tim Restrukturisasi akan bekerjasama dengan para

pengurus Koperasi Cipaganti dalam merumuskan solusi yang

komprehensif atas masalah yang sedang dihadapi oleh Kopersi,

termasuk menyusun Rencana Perdamaian yang nanti akan

ditawarkan kepada para kreditor dalam persidangan mengenai

permohonan PKPU Koperasi Cipaganti.6 Bila tawaran mengenai

perdamaian ini kemudian diterima oleh sebagian besar kreditor, maka

Koperasi akan dinyatakan dalam status PKPU Tetap. Namun bila

tawaran perdamaian tidak disetujui, maka Koperasi Cipaganti akan

berada dalam keadaan pailit.

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada

tanggal 19 Mei 2014 telah menetapkan bahwa Koperasi Cipaganti

berada dalam status PKPU Sementara. Hakim telah menunjuk

Mas`ud, S.H., M.H. sebagai Hakim Pengawas dan 3 (tiga) orang

Pengurus PKPU, yaitu Kristandar Dinata, S.H., Mappajanci Ridwan

5
Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
Alumni, Bandung, 2006, Hlm. 211.
6
http://www.koperasicipaganti.co.id/index.php/2013-03-12-09-11-44/
informasi-terbaru, diakses pada tanggal 25 Oktober 2014

4
Saleh, S.H., dan Andreas D. Sukmana, S.H., M.M. 7 Berdasarkan pasal

227 UUKPKPU, PKPU Sementara berlaku sejak tanggal putusan

PKPU tersebut diucapkan dan berlangsung sampai dengan tanggal

siding Rapat Permusyawaratan Hakim. Dalam putusan PKPU

Sementara tanggal 19 Mei 2014, pengadilan memberikan jangka

waktu selama 45 hari sejak putusan PKPU Sementara untuk para

Pengurus mengusahakan kesepakatan antara debitor dengan kreditor

hingga saat Rapat Permusyawaratan Hakim dilaksanakan.

Pasal 225 ayat (4) UUKPKPU berbunyi sebagai berikut:

“Segera setelah putusan penundaan kewajiban pembayaran

utang sementara diucapkan, Pengadilan melalui pengurus

wajib memanggil debitor dan kreditor yang dikenal dengan

surat tercatat atau melalui kurir, untuk menghadap dalam siding

yang diselenggarakan paling lama pada hari ke-45 (empat

puluh lima) terhitung sejak putusan penundaan kewajiban

pembayaran utang sementara diucapkan.”

Pasal 226 UUKPKPU mengatakan bahwa Pengurus wajib

segera mengumumkan putusan PKPU Sementara dalam Berita

Negara Republik Indonesia dan paling sedikit dalam 2 surat kabar

harian yang telah ditunjuk oleh Hakim Pengawas dan pengumuman

tersebut juga harus memuat undangan untuk hadir pada persidangan

7
http://www.koperasicipaganti.co.id/...., Op.cit.

5
yang merupakan rapat permusyawaratan hakim berikut tanggal,

tempat dan waktu sidang tersebut, nama Hakim Pengawas, dan nama

serta alamat Pengurus PKPU. Pengurus PKPU Koperasi Cipaganti

mengumumkan putusan PKPU di media surat kabar Pikiran Kabar

dan Kompas tanggal 21 Mei 2014. Pengumuman tersebut sekaligus

merupakan panggilan kepada para Mitra dan kreditor lainnya untuk

mendaftarkan utangnya kepada Pengurus PKPU, selambat-lambatnya

tanggal 13 Juni 2014.8 Pengumuman tersebut dilakukan dengan

tujuan agar para kreditor Koperasi Cipaganti yang sebelumnya tidak

menjadi pihak dalam persidangan permohonan PKPU dapat ikut serta

dengan mendatakan dirinya dan piutang yang dimilikinya kepada

Pengurus PKPU.

Pengurus Koperasi Cipaganti melalui Pengurus PKPU

mengajukan Rencana Perdamaian (Composition Plan) kepada Mitra

dan kreditor lainnya. Rencana Perdamaian Tersebut merupakan hasil

musyawarah antara debitor (Pengurus Koperasi), Pengurus PKPU,

dan Tim Restrukturisasi. Diterima atau tidaknya Rencana Perdamaian

tersebut oleh para kreditor akan ditentukan dalam Rapat Pemungutan

Suara Rencana Perdamaian pada tanggal 1 Juli 2014.9 Jika dalam

kepailitan fungsi perdamaian hanya sebatas untuk bagaimana cara

pemberesan dan pembagian harta pailit, dalam PKPU fungsi

terpenting dari perdamaian adalah penyelesaian pembayaran utang,

8
http://www.koperasicipaganti.co.id/...., Op.cit.
9
http://www.koperasicipaganti.co.id/...., Op.cit.

6
termasuk persetujuan terhadap dilakukannya restrukturisasi utang-

utang debitor.10

Pengurus Koperasi bersama Pengurus PKPU mengadakan

Rapat Pencocokan Piutang pada tanggal 25 Juni 2014.11

Pengumpulan dan pencocokan tagihan merupakan salah satu tugas

terpenting dari Pengurus PKPU, karena hal ini akan menentukan

jumlah kreditor yang piutangnya diaui dan akan dibayarkan melalui

PKPU, serta menentukan jumlah kuorum dalam pengambilan suara

pada rapat kreditor. Pasal 270 ayat (1) UUKPKPU menyebutkan

bahwa tagihan harus diajukan kepada Pengurus PKPU dengan cara

menyerahkan surat tagihan atau bukti tertulis lainnya yang

menyebutkan sifat dan jumlah tagihan disertai bukti yang mendukung

atau salinan bukti tersebut. terhadap tagihan yang diajukan kepada

Pengurus tersebut, kreditor dapat meminta tanda terima dari

Pengurus PKPU. Menurut Pasal 271 UUKPKPU, semua perhitungan

yang telah dimasukkan oleh Pengurus PKPU harus dicocokkan

dengan catatan dan laporan dari debitor.

Pasal 272 UUKPKPU mengatur bahwa Pengurus PKPU harus

membuat daftar piutang yang memuat nama, tempat tinggal Kreditor,

jumlah piutang masing-masing, penjelasan piutang, dan apakah

piutang tersebut diakui dan dibantah oleh Pengurus PKPU. Pengurus

10
Munir Fuadi, Hukum Kepailitan Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2010, Hlm. 179.
11
http://www.koperasicipaganti.co.id/...., Op.cit.

7
wajib menyerahkan salinan daftar piutang tersebut kepada

Kepaniteraan Pengadilan.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 265 UUKPKPU, debitor

berhak pada waktu mengajukan permohonan PKPU atau setelah itu

menawarkan suatu perdamaian kepada kreditor. Apabila rencana

perdamaian telah diajukan kepada panitera, Hakim Pengawas harus

menentukan:

a. Hari terakhir tagihan harus disampaikan kepada Pengurus PKPU;

b. Tanggal dan waktu rencana perdamaian yang diusulkan itu akan

dibicarakan dan diputuskan dalam rapat kreditor yang dipimpin

oleh Hakim Pengawas.

Pengurus wajib mengumumkan penentuan batas waktu yang telah

ditentukan oleh Hakim Pengawas tersebut bersama-sama dengan

dimasukkannya rencana perdamaian, dengan surat tercatat atau

melalui kurir kepada semua kreditor yang dikenal. Menurut Pasal 278

ayat (1) UUKPKPU, pada saat Rapat Rencana Perdamaian, baik

Pengurus PKPU maupun ahli (Tim Restrukturisasi), apabila telah

diangkat, harus secara tertulis memberikan laporan tentang rencana

perdamaian yang ditawarkan tersebut.

Pasal 281 ayat (1) UUKPKPU berbunyi sebagai berikut:

“Rencana perdamaian dapat diterima berdasarkan:

8
a. Persetujuan lebih dari ½ (satu per dua) jumlah kreditor

konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang

hadir dan mewakili dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua

pertiga) bagian dari seluruhtagihan yang diakui atau yang

sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang

hadir dalam sidaing tersebut; dan

b. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor yang

piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak

tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas kebendaan


2
lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit /3 (dua

pertiga) bagian dari seluruh tagihan kreditor atau kuasanya

yang hadir dalam sidang tersebut.”

Pada Rapat Pemungutan Suara Rencana Perdamaian tanggal

1 Juli 2014, sebesar 97,5% dari para kreditor yang telah dicatat oleh

Pengurus PKPU, atau sebanyak 3.275 kreditor dan kuasa kreditor,

menerima Rencana Perdamaian yang diajukan oleh Koperasi

Cipaganti. Rencana Perdamaian tersebut kemudian telah disahkan

dan ditetapkan melalui Sidang Permusyawaratan Hakim Pengadilan

Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 23 Juli

2014.12

Pasal 231 ayat (1) UUKPKPU mengatakan bahwa Pengadilan

harus mengangkat panitia kreditor apabila:

12
http://www.koperasicipaganti.co.id/...., Op.cit.

9
a. Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang

meliputi utang yang bersifat rumit atau banyak kreditor; atau

b. Pengangkatan tersebut dikehendaki oleh kreditor yang

mewakili paling sedikit ½ (satu per dua) bagian dari seluruh

tagihan yang diakui.

Salah satu poin yang disepakati oleh Koperasi Cipaganti dan

para Mitra dalam Rencana Perdamaian tersebut adalah bahwa para

Mitra akan menunjuk beberapa perwakilan mereka di dalam suatu

Komite Investasi Mitra Usaha (KIMU). KIMU tersebut merupakan

suatu bentuk dari panitia kreditor khusus bagi PKPU Koperasi

Cipaganti.13 Pengangkatan KIMU sebagai panitia kreditor tersebut

beralasan, mengingat jumlah kreditor Koperasi Cipaganti yang sangat

banyak, sehingga akan menjadi tidak efisien bila seluruh kreditor

harus menghadiri setiap rapat dengan Pengurus PKPU dan Pengurus

Koperasi tanda ditunjuk perwakilan diantara mereka. Tugas KIMU

adalah untuk menentukan hubungan bisnis perusahaan baru dan

Koperasi Cipaganti, mengawasi jalannya perusahaan baru dan

implementasi dari Rencana Perdamaian, serta menentukan skema

pembayaran pokok dari para Mitra.14

Pasal 231 ayat (2) UUKPKPU mengatur bahwa Pengurus

dalam menjalankan tugasnya wajib meminta dan mempertimbangkan

saran panitia kreditor. Pengurus PKPU bersama-sama dengan Panitia

13
http://www.koperasicipaganti.co.id/...., Op.cit.
14
Ibid.

10
Kreditor bertugas untuk mengawasi jalannya PKPU oleh debitor.

Namun, bila dilihat dari uraian mengenai tugas KIMU Koperasi

Cipaganti, terlihat adanya tumpang tindih antara tugas dan wewenang

Pengurus PKPU dengan tugas dan wewenang KIMU.

Selama berlangsungnya PKPU, debitor tanpa persetujuan

Pengurus tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau

kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya. Apabila debitor

melanggar larangan dimaksud, Pengurus berhak untuk melakukan

segala sesuatu yang diperlukan untuk memastikan bahwa harta

debitor tidak dirugikan karena tindakan debitor tersebut. 15 Namun,

berbeda dengan kepailitan, dalam PKPU tidak berlaku actio

pauliana.16

Menurut Pasal 1341 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUH Perdata), actio pauliana adalah suatu tindakan untuk meminta

pembatalan oleh kreditor atas segala perjanjian yang dilakukan oleh

debitor jika menurutnya hal/perbuatan tersebut akan merugikan

kreditor, sedangkan tidak ada keharusan bagi debitor untuk

melakukan perbuatan tersebut. Harus dapat dibuktikan bahwa

perbuatan tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi kreditor dan

debitor sesungguhnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut dapat

merugikan debitor.17

15
Man S. Sastrawidjaja, Op.cit, Hlm. 211.
16
Munir Fuadi, Op.cit, Hlm. 192.
17
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 1982, Hlm. 143.

11
Debitor dan Pengurus harus bertindak secara bersama-sama

dalam melakukan perbuatan hukum yang menyangkut harta kekayaan

debitor. Debitor harus sebelumnya menerima persetujuan dari

Pengurus untuk setiap perbuatan hukum yang akan dilakukannya.

Namun sesungguhnya debitor dapat memutuskan bahwa dirinya tidak

akan bekerjasama dengan Pengurus PKPU, yaitu dengan melakukan

perbuatan hukum terhadap harta kekayaannya tanpa persetujuan dari

Pengurus. Pasal 240 ayat (3) menyebutkan bahwa kewajiban debitor

yang dilakukan tanpa mendapat persetujuan dari pengurus yang

timbul setelah dimulainya PKPU, hanya dapat dibebankan kepada

harta Debitor sejauh hal itu menguntungkan harta debitor.

Berdasarkan Pasal 255 ayat (2) UUKPKPU, Pengurus wajib

mengajukan permohonan pengakhiran PKPU jika:

a. Debitor, selama waktu PKPU, bertindak dengan itikad buruk dalam

melakukan pengurusan terhadap hartanya; atau

b. Selama waktu PKPU, keadaan harta debitor ternyata tidak lagi

memungkinkan dilanjutkannya PKPU.

Konsekuensi yuridis dari dihentikannya PKPU tersebut adalah

bahwa debitor harus dinyatakan pailit dan putusan pailit tersebut

harus disebutkan dalam putusan yang sama dengan putusan PKPU

tersebut.18

18
Munir Fuadi, Op.cit., Hlm. 206.

12
PKPU juga dapat berakhir apabila rencana perdamaian

disetujui oleh kreditor konkuren dan kreditor separatis serta telah

mempunyai kekuatan tetap (inkracht). Akibat hukumnya adalah bahwa

perdamaian tersebut berlaku dan masing-masing debitor konkuren

mendapatkan haknya seperti dan sebesar yang ditentukan dalam

perdamaian yang bersangkutan.19

Setelah Rencana Perdamaian yang diajukan oleh Koperasi

Cipagnti disetujui oleh 97,5% dari para kreditor yang telah dicatat oleh

Pengurus PKPU, atau sebanyak 3.275 kreditor dan kuasa kreditor,

dan Rencana Perdamaian tersebut kemudian telah disahkan dan

ditetapkan melalui Sidang Permusyawaratan Hakim Pengadilan Niaga

pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 23 Juli 2014,

maka sesungguhnya proses PKPU Koperasi Cipaganti telah berakhir.

Dengan berakhirnya masa penundaan kewajiban pembayaran

utang Koperasi Cipaganti, maka berakhir pula tugas dan wewenang

dari 3 orang Pengurus PKPU dalam mengawasi jalannya PKPU.

Dengan dibentukknya KIMU, maka dapat diasumsikan bahwa tugas

pengawasan tersebut menjadi tugas dan wewenang KIMU selama

masa perdamaian, hingga seluruh Kreditor konkuren (Mitra)

mendapatkan haknya seperti yang disepakati dalam Rencana

Perdamaian.

19
Ibid, Hlm. 206

13
II. Independensi Pengurus PKPU Dalam Hukum Kepailitan

Indonesia

Berbeda dengan kepailitan, dalam PKPU pihak organ

perusahaan (debitor) masih berwenang dalam menjalankan tugas-

tugasnya. Hanya saja dalam menjalankan tugasnya tersebut dia harus

diberi kewenangan/dibantu/disetujui oleh Pengurus.20 Oleh karena itu,

akan menjadi penting bagi seorang Pengurus untuk dapat menjaga

independensi dirinya sehingga tidak memihak salah satu pihak, baik

pihak debitor maupun pihak kreditor.

Persyaratan menjadi Pengurus PKPU berdasarkan UUKPKPU,

yaitu:21

a. Orang perorangan yang berdomisili di wilayah Negara Republik

Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam

rangka mengurus harta debitor, dan terdaftar pada kementerian

(Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia) yang lingkup tugas

dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan peraturan

perundang-undangan.

b. Pengurus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

berdasarkan fiduciary duty, karena mereka juga sebagai petugas

yang mendapatkan imbalan yang besarnya ditetapkan oleh

Pengadilan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia.

20
Ibid, Hlm. 176
21
Man S. Sastrawidjaja, Op.cit, Hlm. 210.

14
Penunjukan Pengurus PKPU oleh Pengadilan Niaga dapat

berdasarkan usul dari debitor, kreditor, atau atas kewenangannya

sendiri, dengan memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:22

1. Sebelum menerima penunjukkan, Pengurus PKPU harus

memastikan dirinya memiliki kompetensi dan kapasitas yang

cukup untuk menjalankan penugasan tersebut. Kompetensi dan

kapasitas yang dimaksud adalah mengenai itikad baik Pengurus

PKPU dalam hal menilai dirinya mengenai kemampuan dan

kualifikasi dari dirinya sendiri untuk melakukan proses pengurusan

harta kekayaan debitor dalam PKPU. Oleh sebab itu, Pengurus

PKPU harus mengikuti pendidikan keahlian khusus dan sertifikasi

yang dilakukan oleh lembaga Asosiasi Kurator dan Pengurus

Indonesia (selanjutnya akan disebut dengan “AKPI”) atau pihak

lain yang terakreditasi oleh AKPI. Pendidikan keahlian khusus bagi

kurator dan pengurus PKPU terdiri dari pendidikan dasar dan

pendidikan lanjutan. Mengenai standar keahlian khusus tidak

dijelaskan lebih lanjut dalam peraturan atau Standar Kurator dan

Pengurus.

2. Sebelum menerima penugasan, Pengurus PKPU harus

memastikan dirinya tidak memiliki benturan kepentingan dengan

debitor maupun kreditor, yang dapat diketahuinya dari daftar

kreditur yang tercantum dalam permohonan PKPU maupun

22
http://kreditur pailit.wordpress.com/standart-kuratorpengurus-
indonesia/, “Standar Profesi Kurator dan Pengurus Indonesia”, diakses pada tanggal 24
Oktober 2014

15
dokumen lain yang diajukan bersamaan dengan permohonan

PKPU tersebut. jika sewaktu melaksanakan penugasan Pengurus

PKPU mengetahui bahwa dirinya ternayat memiliki benturan

kepentingan dengan satu atau lebih kreditor, maka hakim

pengawas atau dengan anggota Majelis Hakim Pengadilan Niaga

yang menangani PKPU tersebut, meminta kepada Pengurus

PKPU untuk:

a. Memberitahukan secara tertulis adanya benturan kepentingan

tersebut kepada Hakim Pengawas, debitor, rapat kreditor, dan

komite kreditor, jika ada dengan tembusan pada Dewan

Kehormatan AKPI, serta wajib segera memanggil rapat kreditor

untuk diselenggarakan secepatnya khusus untuk memutuskan

masalah benturan tersebut; atau

b. Segera mengundurkan diri. jika Pengurus PKPU

mengundurkan diri, maka Pengurus PKPU wajib memanggil

rapat kreditor untuk menunjuk pengurus PKPU lainnya yang

dilakukan sesuai dengan ketentuan UUKPKPU dan Standar

Profesi Kurator dan Pengurus.

Pasal 234 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

(selanjutnya akan disebut dengan “UUKPKPU”) menentukan bahwa

Pengurus PKPU yang ditunjuk/diangkat oleh Pengadilan Niaga harus

independen dan tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitor

atau kreditor.

16
Tidak ada suatu pengertian maupun batasan yang diberikan

oleh peraturan perundang-undangan mengenai apa yang dimaksud

dengan Pengurus yang independen maupun Pengurus yang tidak

independen. Pengurus PKPU yang independen dan tidak memiliki

benturan kepentingan dengan pihak yang terlibat dalam proses PKPU

hanya dapat dibuktikan dengan itikad baik dari pengurus PKPU sendiri

dalam mengurus harta kekayaan perusahaan debitor. Dengan itikad

baik yang dimiliki oleh para pihak, proses PKPU tentu dapat berjalan

dengan baik.

Setiap Pengurus PKPU wajib bertindak secara transparan

dihadapan para pihak yang terlibat dalam kewenangannya, serta

memberikan informasi atau material secara seimbang kepada seluruh

pihak yang terlibat dalam proses PKPU. Namun, Pengurus PKPU

tetap wajib menjaga rahasia terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

penugasannya kepada pihak ketiga,23

Pasal 234 ayat (2) UUKPKPU menentukan bahwa Pengurus

PKPU yang terbukti tidak independen dikenakan sanksi pidana

dan/atau perdata sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam Penjelasan UUKPKPU tidak disebutkan dengan jelas bentuk-

bentuk sanksi yang dapat dikenakan kepada Pengurus PKPU yang

terbukti tidak independen, demikian juga halnya dalam peraturan-

peraturan pelaksana UUKPKPU. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan

23
Sunarmi, Hukum Kepailitan, Sofmedia, Jakarta, 2010, Hlm. 175.

17
multi tafsir bagi hakim dalam memutuskan perkara terhadap pengurus

PKPU yang terbukti tidak independen.

Pasal 234 ayat (4) UUKPKPU menyebutkan bahwa Pengurus

bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam

melaksanakan tugas pengurusan yang menyebabkan kerugian

terhadap harta debitor. Bila selama menjalankan tugas dan

kewenangannya tersebut Pengurus terbukti tidak beritikad baik dan

tidak independen, maka debitor dapat melakukan gugatan ganti rugi

terhadap tindakan Pegurus tersebut.

Terhadap Pengurus yang dirasa tidak beritikad baik, tidak

independen, dan memiliki benturan kepentingan, dapat diajukan suatu

permohonan penggantian Pengurus. Pasal 236 ayat (3) UUKPKPU

menyebutkan bahwa Pengadilan setiap waktu dapat mengabulkan

usul penggantian Pengurus, setelah memanggil dan mendengar

Pengurus, dan mengangkat pengurus lain dan/ atau mengangkat

Pengurus tambahan berdasarkan:

a. Usul Hakim Pengawas;

b. Permohonan Kreditor dan permohonan tersebut hanya dapat

diajukan apabila didasrkan atas persetujuan lebih dari ½ (satu

perdua) jumlah Kreditor yang hadir dalam rapat Kreditor;

c. Permohonan Pengurus PKPU sendiri; atau

d. Permohonan Pengurus PKPU lainnya.

18
BAB IV

SIMPULAN

Dari uraian pembahasan atas permasalahan diatas, dapat

ditarik 2 (dua) kesimpulan, yaitu:

1. Pengurus PKPU memiliki peran, tugas, dan wewenang dalam

mengawasi setiap tindakan Debitor di bidang harta kekayaannya

selama masa PKPU. Dalam kasus PKPU Koperasi Cipaganti, tugas

dan wewenang Pengurus PKPU tersebut telah berakhir seiring

dengan berakhirnya masa PKPU dengan telah disahkan dan

ditetapkannya Rencana Perdamaian yang telah disetuji oleh 97,5%

Kreditor (MItra) Koperasi Cipaganti.

2. Tidak ada pengertian dan batasan yang diberikan oleh peraturan

perundang-undangan mengenai kewajiban Pengurus untuk bersifat

independen. Ketidakjelasan ini tentu akan mengakibatkan adanya

19
multi tafsir bagi hakim mengenai apakah Pengurus tersebut bersifat

independen dan beritikad baik atau tidak.

20

Anda mungkin juga menyukai