Anda di halaman 1dari 6

PENGGUNAAN METODE MATERNAL REFLEKTIF UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU DI


SLB B-C ALFIANY
Aulida Nurfikriyah Suhaemi1, Bella Satriya Surya Ananda Putri2, Endah Juwandani3
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara no.9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat – 11510
aulidanurfikriyah@student.esaunggul.ac.id

ABSTRACT

Deaf children tend to have poor speaking skills because of their limitations so they use sign language more
often to communicate. The Reflective Maternal Method (MMR) is one of the teaching methods used to
develop language skills, especially speaking to deaf children, so that deaf children can communicate using
spoken language. This study aims to examine how the use of the Maternal Reflective Method (MMR) in
improving the speaking ability of deaf children in SLB B-C Alfiany. This study uses a descriptive qualitative
method with data collection techniques of observation, interviews and documentation. The results showed
that the application of the Maternal Reflective (MMR) method could improve speaking skills in deaf
children. The Maternal Reflection (MMR) method used at SLB B-C Alfiany includes the following stages: (1)
Heart-to-heart conversation (Perdati), (2) Ideovisual reading conversation (Percami), and (3) Linguistic
conversation (Percali). The benefits of the Reflective Maternal (MMR) method are as a means and media for
delivering subject matter, as a goal of teaching itself and as a means for children to learn to behave
spontaneously, reactively, and empathize with others.

Keywords: Reflective Maternal Method (MMR), Speech Ability, Children with Hearing Impairement

ABSTRAK

Anak tunarungu cenderung memiliki kemampuan berbicara yang kurang karena keterbatasan yang
dimilikinya sehingga mereka lebih sering menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Metode
Maternal Reflektif (MMR) merupakan salah satu metode pengajaran yang digunakan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa khususnya berbicara pada anak tunarungu, sehingga anak tunarungu dapat
berkomunikasi menggunakan bahasa lisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana penggunaan
Metode Maternal Reflektif (MMR) dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak tunarungu di SLB B-C
Alfiany. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan
data observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode
Maternal Reflektif (MMR) dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak tunarungu. Metode
Maternal Refleksi (MMR) yang digunakan di SLB B-C Alfiany meliputi tahapan sebagai berikut: (1)
Percakapan dari hati ke hati (Perdati), (2) Percakapan membaca ideovisual (Percami), dan (3) Percakapan
linguistik (Percali). Manfaat metode Maternal Reflektif (MMR) yaitu sebagai sarana maupun media untuk
menyampaikan materi pelajaran, sebagai tujuan dari pengajaran itu sendiri dan sebagai sarana untuk anak
belajar bersikap secara spontan, reaktif, dan empati terhadap orang lain.

Kata Kunci: Metode Maternal Reflektif (MMR), Kemampuan Berbicara, Anak Tunarungu

Pendahuluan luar biasa. Anak luar biasa ini biasanya


Pendidikan khusus merupakan Pendidikan mengalami tantangan belajar internal atau
bagi siswa yang memiliki tingkat kelainan fisik, memiliki keterampilan yang menonjol. Dengan
emosional, mental, atau sosial, serta mereka kata lain, anak yang luar biasa adalah mereka
yang mungkin memiliki potensi kecerdasan dan yang hidup di luar kebiasaan, norma atau
kemampuan unik. Anak yang memerlukan menyimpang dari biasanya. Ketulian merupakan
pendidikan khusus karena tidak dapat dipenuhi salah satu bentuk kesulitan yang dihadapi anak-
oleh pendidikan standar disebut sebagai anak anak.
135
Anak-anak yang memiliki gangguan tahun Penyebab 60% gangguan pendengaran
pendengaran dengan tingkat keparahannya dapat dihindari (Kemenkes RI, 2019).
dapat berkisar dari tingkatan ringan hingga Pada SLB B-C Alfiany ini juga,
sangat parah, tidak dapat mendengar. Anak- menujukan terdapat 12 siswa yang mengalami
anak ini dikategorikan sebagai tuli (deaf) dan gangguan pendengaran. Siswa-siswa tersebut
sulit mendengar (hard of hearing). Seorang sulit untuk mengungkapkan perasaannya
anak tunarungu atau yang memiliki gangguan melalui berbicara. Banyak siswa yang tidak
pendengaran mengalami kesulitan memahami mengerti makna dari suatu kata. Sehingga dalam
bahasa melalui pendengaran, baik mereka pembelajaran dikelas guru memberikan contoh
memakai alat bantu dengar maupun tidak. dari setiap kata. Salah satu metode pembelajaran
Sementara mereka yang memiliki gangguan di sekolah tersebut menggunakan Metode
pendengaran (a hard of hearing person) dengan Maternal Reflektif (MMR), dengan
tingkatan rendah sering memakai alat bantu menggunakan metode ini dapat melatih
dengar (hearing aid) dan sedikit dapat berhasil keterampilan berbicara anak tunarungu dan
untuk memperoleh informasi bahasa. memberikan pengetahuan suatu makna kata.
Perkembangan bahasa dan berbicara Dari hasil data diatas maka peneliti ingin
adalah bagian yang paling menantang bagi mengkaji dalam penelitian ini adalah
anak-anak tunarungu. Keterlambatan penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR)
perkembangan awal dalam stimulasi yang diterapkan dalam proses pembelajaran
pendengaran akan mempengaruhi penerimaan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak
bahasa dan pengucapan. Mayoritas anak-anak tunarungu di SLB B-C Alfiany. Metode
dengan gangguan pendengaran sangat berjuang Maternal Reflektif (MMR) pertama kali
saat belajar berbicara. Anak-anak dengan diusulkan oleh Dr. A. Van Uden, metode ini
gangguan pendengaran ringan hingga sedang merupakan metode pembelajaran bahasa asing
mungkin memiliki dampak paling kecil pada yang didasarkan pada cara seorang ibu
perkembangan bahasa mereka. Namun, bahkan mengajarkan bahasa kepada anaknya melalui
dengan alat bantu dengar, anak-anak tunarungu percakapan yang penuh kasih, spontan, dan
tidak dapat mendengar suara. Tanpa belajar kaya penggunaan bahasa. Metode Material
membaca bibir, anak tunarungu tidak akan dapat Reflektif (MMR) menurut Dr. A. Van Uden
memahami informasi berbasis ucapan. Ketika adalah teknik terbaik untuk mengajar anak
seorang anak mengalami gangguan pendengaran tunarungu berbicara.
atau tuli, suara mereka sering kali sulit untuk Metode Maternal Reflektif (MMR)
dipahami. Anak-anak tunarungu ini memiliki Dalam pembelajaran Metode Maternal
masalah dengan nada, artikulasi, dan kualitas Reflektif (MMR) digunakan untuk melatih
suara. (Hasanah, 2021). keterampilan berbicara pada anak tunarungu.
Data sistem informasi manajemen Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah
penyandang disabilitas Kementerian Sosial yang metode pengajaran yang meniru bagaimana
diperoleh pada 8 Oktober 2019, menunjukkan balita belajar memahami bahasa ibu mereka
7,03% penyandang disabilitas Indonesia adalah dengan mendengarkannya. Penting untuk
tunarungu. Anak-anak yang tuli atau memiliki menyajikan bahasa kepada anak dengan cara
gangguan pendengaran sering kali menerima yang masuk akal, baik secara ekspresif maupun
pendidikan yang tidak memadai di negara reseptif dan untuk mendesak anak secara
berkembang. Selain itu, tingkat pengangguran bertahap dan mandiri menentukan aturan atau
untuk orang dewasa dengan gangguan bentuk reflektif bahasa dari semua masalah
pendengaran lebih tinggi. Ketidakmampuan bahasanya, hal ini akan membantu anak menjadi
untuk berkomunikasi secara efektif dengan fasih dalam bahasa ibu mereka. MMR bertujuan
orang lain adalah penyebabnya. Sebagian besar untuk mendorong anak-anak tunarungu untuk
orang dengan masalah pendengaran merasa sulit berbicara lebih banyak atau berinteraksi secara
untuk mandiri karena sulit untuk memahami alami dengan teman atau guru secara langsung.
pelajaran dan kesehatan anak di bawah usia 15 Penelitian ini menggunakan MMR untuk

136
membantu anak tunarungu dalam kuantifikasi (pengukuran). Metode penelitian
perkembangan bahasa mereka. deskriptif kualitatif digunakan untuk
Karakteristik Instruksional Metode menganalisis dan mendeskripsikan hasil dari
Maternal Reflektif (MMR) penelitian. Teknik yang digunakan adalah
Dalam Metode Maternal Reflektif terdapat teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
beberapa karakteristik sebagai berikut: (1) Instrumen penelitiannya yaitu menggunakan
Mengikuti cara bagaimana seorang anak pedoman observasi, wawancara, dokumentasi
mendengarkan orang tua berbicara kepada dan hasilnya dideskripsikan. Penelitian ini
mereka dalam bahasa ibu, dengan penekanan dilakukan di SLB B-C Alfiany dengan subjek
pada bagaimana diskusi ini berlanjut sejak bayi. penelitian adalah seorang guru yang mengajar
(2) Pembelajaran berfokus pada program siswa tunarungu di SLB B-C Alfiany. Untuk
pengajaran yang berkaitan dengan aturan-aturan mengetahui penggunaan metode maternal
bahasa yang perlu dilatih, mulailah dengan reflektif dalam meningkatkan kemampuan
minat dan kebutuhan komunikasi anak-anak. (3) berbicara anak tunarungu, maka dilakukan
Menuntut agar anak secara bertahap mampu observasi di SLB B-C Alfiany yang
memunculkan aturan atau bentuk bahasanya beralamatkan di Jl. Pepaya III No.1,
sendiri melalui refleksi atas semua pengalaman RT.7/RW.1, Cengkareng Barat, Kecamatan
berbahasa, dan (4) menghadirkan bahasa yang Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus
sealami mungkin kepada anak baik secara Ibukota Jakarta 11730.
ekspresif maupun reseptif.
Tahap-tahap dalam Metode Maternal HASIL DAN PEMBAHASAN
Reflektif (MMR) Metode Reflektif Maternal (MMR)
Dalam Metode Maternal Reflektif terdapat merupakan strategi pengajaran yang digunakan
beberapa tahapan-tahapan yang digunakan pada anak tunarungu yang berpusat pada
untuk pengajaran dalam mengembangkan minatnya. Pendekatan ini sangat menekankan
kemampuan bahasa anak sebagai berikut: (1) pada diskusi dengan anak-anak yang secara
Komunikasi dari hati ke hati (Perdati) adalah langsung terinspirasi oleh pengalaman mereka
dialog yang terjadi dengan sendirinya, dalam sendiri, yang membuatnya lebih mudah bagi
suasana santai, dan melibatkan anak-anak untuk belajar bahasa. berdasarkan
intersubjektivitas, atau ketika dua hati penelitian Menurut literatur, ada 4 langkah
memikirkan hal yang sama. (2) Dialog didaktis yang dapat digunakan untuk
Membaca Ideovisual (Percami) adalah metode melaksanakan Metode Reflektif Maternal
visualisasi kosa kata baru yang berkembang (MMR): (1) Diskusi spontan yang bermuatan
sebagai hasil dialog. Hal ini dapat dilakukan emosi, (2) visualisasi dialog, (3) pembacaan,
melalui tulisan, lisan, isyarat, isyarat, atau dan (4) langkah reflektif. Guru memberikan
bahasa demonstratif, dan membantu orang bimbingan tertentu, tetapi dengan memastikan
memahami arti dari kata-kata yang muncul. (3) spontanitas dan minat anak selama proses
Linguistik percakapan (Percali), tujuan dari pembelajaran di kelas. Diskusi spontan
dialog tentang tata bahasa yang dimulai dengan emosional adalah percakapan antara siswa dan
membaca ini adalah agar anak tunarungu antara siswa dan guru. Visualisasi percakapan
mampu mempertimbangkan masalah tata adalah ketika seorang guru menulis hasil
bahasa, menguasai bentuk dan substansi bahasa, percakapan di papan tulis dengan urutan kata-
serta mengembangkan dan mengeksplorasi kata siswa yang diucapkan. Guru kemudian
unsur-unsur bahasa. memperkenalkan bacaan, bacaan dibuat sebagai
kelanjutan dari tulisan papan percakapan.
Metode Penelitian Langkah terakhir adalah refleksi, yang pada
Penelitian ini menggunakan metode tahap ini dilakukan dengan memanfaatkan teks
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. bacaan yang telah disiapkan.
Metode kualitatif merupakan penelitian yang Pada SLB B-C Alfiany guru membagi
hasilnya tidak dapat diperoleh melalui prosedur- menjadi beberapa kelas dimana 1 kelas terdapat
prosedur statistik atau cara-cara lain dari 5-6 siswa, karena peraturan tersebut merupakan
137
arahan dari dinas kependidikan untuk SLB. linguistik (Percali) merupakan percakapan yang
Pada sekolah ini menggunakan kurikulum 13 berkaitan tata bahasa bertitik tolak dari bacaan,
sama seperti sekolah pada umumnya yang tujuan adalah agar anak tunarungu mampu
menggunakan buku tematik tunarungu sebagai merefleksikan topik tata bahasa, mampu
acuan dalam pembelajaran. Guru-guru yang mengusai isi dan bentuk bahasa, mampu
mengajar di SLB ini lebih menggunakan mengembangkan dan menggali unsur-unsur
keadaan sekitar untuk memulai pembelajaran. bahasa.
Seperti contohnya guru mengambil tema Selain Metode Maternal Reflective
pembelajaran, didapatkan dari siswa dengan (MMR) yang diterapkan di sekolah, guru juga
melihat apa yang di bawa, dan dapat juga biasanya menggunakan bahasa isyarat yang
berasal dari kegiatan pada hari tersebut, ataupun berbentuk SIBI yang sudah ditetapkan oleh
dari lingkungan sekitar. Setiap pembelajaran pemerintah untuk mempermudah siswa dalam
yang di terapkan melalui tulisan, guru biasanya memahami percakapan. SIBI merupakan bahasa
menggunakan huruf tegak bersambung, hal ini yang telah disusun oleh guru-guru ABK dalam
berguna untuk mempermudah siswa dalam menentukan kurikulum.
memahami kosa kata. Karena bila menggunakan Hasil dari penerapan Metode Maternal
tulisan biasa dapat terjadi kata yang terpotong Reflective (MMR) dalam perkembangan
(tidak muat dalam 1 baris) dan hal tersebut akan berbahasa khususnya kemampuan berbicara
mempersulit siswa untuk mengerti. anak setelah mengalami intervensi tentu saja
Pada SLB B-C Alfiany guru atau pihak mengalami perubahan, namun signifikan atau
sekolah melakukan assessment kepada setiap tidaknya tergantung dari kecepatan belajar
siswa saat sedang mendaftar sekolah. Dari masing-masing individu dan dalam hal ini
assessment itulah guru atau pihak sekolah dapat kerjasama dari orang tua juga sangat diperlukan.
mengetahui informasi sebanyak-banyaknya Penggunaan bahasa pasif dan aktif merupakan
terhadap permasalahan-permasalahan siswa salah satu kemampuan berbicara yang dapat
(kelemahan) dan faktor protektif (kekuatan), dipelajari anak. Anak menggunakan bahasa
nantinya guru dapat mendiagnosis apa yang aktif, artinya ia dapat berbicara dan menulis apa
terjadi pada siswa tersebut sehingga penanganan yang ada di pikirannya. Anak-anak dapat
dan pemberian pelayanan pada siswa tersebut mendengarkan dan memahami ucapan
juga akan tepat dalam proses pembelajaran. merupakan penggunaan bahasa pasif.
SLB B-C Alfiany membagi beberapa kelas Pada SLB B-C Alfiany pihak sekolah
untuk kelas tunarungu, dimana terdapat kelas menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
tunarungu (kelas tipe B) dan juga terdapat kelas (KKM) yang berbeda dengan sekolah pada
tunarungu tipe B1. Karena tingkatannya umumnya. KKM di sekolah tersebut di buat
berbeda, tunarungu B1 memiliki kelainan ganda sesuai dengan kemampuan siswa. Karena jika
yaitu terdapat kelainan tidak mendengar dan KKM dalam bentuk angka dan mengikuti KKM
memiliki juga kelainan tidak dapat berbicara pada sekolah umum, maka dapat dipastikan
atau kelainan lainnya. siswa SLB tidak akan naik kelas. Maka untuk
Pada saat menerapkan Metode maternal siswa SLB ini memiliki KKM yang berunjuk
refleksi (MMR) terdapat tahapan-tahapan yaitu pada keterampilan siswa dan di SLB B-C
(1) Percakapan dari hati ke hati (Perdati) Alfiany sudah memiliki kriteria dalam
merupakan percakapan yang berlangsung secara menentukan penilaian untuk naik ke kelas
spontan, pada suasana yang santai, rileks dan selanjutnya. Untuk ulangan atau ujian di SLB
menjadi intersubyektifitas atas dua hati ini sama seperti sekolah biasa yaitu terdapat
memikirkan objek yang sama. (2) Percakapan pilihan ganda dari A-E.
membaca ideovisual (Percami) merupakan Penggunaan Metode Maternal Reflektif
visualisasi kosa kata baru yang muncul dari (MMR) yang digunakan dalam pembelajaran
hasil percakapan, divisualisasikan baik melalui anak tunarungu di SLB B-C Alfiany tentunya
tulisan, lisan, peragaan, gestur, maupun bahasa sangat membantu meningkatkan kemampuan
isyarat. Sehingga, terjadi pemahaman pada berbicara anak, dimana anak mulai mengerti
makna kata yang muncul. (3) Percakapan bagaimana keadaan lingkungan sekitar, kosa
138
kata Bahasa, cara berinteraksi dengan guru dan Maternal Reflektif (MMR) Sebagai Solusi
antar sesama teman, dan tentunya metode ini Kesulitan Membaca Anak Tunarungu.
dapat meningkatkan daya tangkap anak terhadap MODELING: Jurnal Program Studi
apa yang diajarkan guru. Penerapan MMR itu PGMI, 7(1), 26–34.
tepat digunakan dalam perkembangan bahasa Handayani, R. (2005). Pengaruh Keterlibatan
untuk anak tunarungu karena dengan metode Orang Tua dalam Keberhasilan
tersebut anak tunarungu lebih cepat menerima Pelaksanaan Program Metode Maternal
apa yang disampaikan oleh guru, yaitu dalam Relektif (MMR). Osf.Io, 1–8.
mengajarkan bahasa kepada mereka. https://osf.io/acqe5/download
Hasanah, L. (2021). PENGGUNAAN METODE
KESIMPULAN MATERNAL REFLEKTIF (MMR)
Berdasarkan pemaparan hasil dan UNTUK MENINGKATKAN
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa K{Bibliography}EMAMPUAN
untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada BERBICARA ANAK TUNARUNGU DI TK
anak tunarungu dapat dilakukan dengan SLB PANGUDI LUHUR, JAKARTA.
menggunakan metode Maternal Reflektif 17(1), 1–10.
(MMR). Banyak sekali manfaat yang dapat Hernawati, T., Aprilia, I. D., & Gunawan, D.
diambil dari metode Maternal Reflektif (MMR) (2020). Pengembangan Keterampilan
antara lain: metode ini dalam percakapan tidak Berbahasa Lisan Pada Anak dengan
hanya dijadikan guru sebagai sarana maupun Hambatan Pendengaran melalui Program
media untuk menyampaikan materi pelajaran, Terpadu. Jurnal Penelitian Pendidikan,
tetapi juga percakapan dijadikan sebagai tujuan 20(3), 360–369.
dari pengajaran itu sendiri. Metode MMR juga https://doi.org/10.17509/jpp.v20i3.30110
bertujuan sebagai sarana untuk belajar untuk Irwanto, F., Iswari, M., & Efrina, E. (2018).
bersikap secara spontan, bersikap reaktif, dan Efektivitas Metode Maternal Reflektif
bersikap empati pada orang lain. Penerapan dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Metode Maternal Reflektif (MMR) dapat Anak Tunarungu. Jurnal Pendidikan
menjadi alternatif metode untuk meningkatkan Kebutuhan Khusus, 2(2), 25.
kemampuan bahasa anak tunarungu, tidak hanya https://doi.org/10.24036/jpkk.v2i2.140
berbicara namun juga dapat mengembangkan 3 Jayanti, T. K., & Purbaningrum, E. (2021).
keterampilan lainnya seperti: membaca, PENGEMBANGAN PANDUAN
menyimak, dan menulis. MENGENAL KETERAMPILAN
BERBAHASA ANAK TUNARUNGU
DAFTAR PUSTAKA MENGGUNAKAN METODE
Anak, P., Di, T., & Bina, S. L. B. (2020). MATERNAL REFLEKTIF UNTUK
Volume 2 0 Nomor 2, Desember 2020 MENINGKATKAN KETERAMPILAN
EFEKTIVITAS METODE MATERNAL BERBAHASA ANAK TUNARUNGU.
REFLEKTIF (MMR) DALAM Jurnal Pendidikan Khusus, 16(2).
MENINGKATKAN KEMAMPUAN Kemenkes RI. (2019). Infodatin: Disabilitas
MENYUSUN STRUKTUR KALIMAT Rungu. In Pusat Data dan Informasi
PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB Kementrian Kesehatan RI (pp. 1–10).
BINA NUSANTARA. 2, 89–96. https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/do
Anggraeni, L. A. V., Tirtayani, L. A., Psi, S., wnload/pusdatin/infodatin/infodatin-
Psi, M., & Sujana, I. W. (2019). Pengaruh tunarungu-2019.pdf
Stimulasi Wicara Dalam Pembelajaran Metode, P., Reflektif, M., Pembelajaran, D.,
Terhadap Kemampuan Berbahasa Anak Pada, B., Tunarungu, A., Kelas, D. I., &
Tunarungu Usia Dini Di TK Tunarungu Semarang, S. L. B. N. (2012). Penerapan
Sushrusa Denpasar Tahun Ajaran Metode Mathernal Reflektif Dalam
2018/2019. Jurnal Pendidikan Anak Usia Pembelajaran Berbahasa Pada Anak
Dini Undiksha, 7(2), 131-139. Tunarungu Di Kelas Persiapan Slb Negeri
Fia, A., & Nugraheni, A. S. (2020). Metode Semarang. Indonesian Journal of Early
139
Childhood Education Studies, 1(2), 1–7.
Noermasari, Y. A., & Efendi. (2016). Efek
Metode Maternal Reflektif terhadap
Kemampuan Berbicara Anak Tunarungu.
Ortopedagogia, 2(2), 82–85.
Syaputri, N. F. (2022). Penerapan Metode
Maternal Reflektif (Mmr) Dalam
Meningkatkan Kemampuan Kosa Kata Di
Kelas Dasar Ii Slb Pembina. 1–16.
http://eprints.unm.ac.id/22091/
Uliyah, F. (2018). Studi Diskriptif Pelaksanaan
Metode Maternal Reflektif Pada
Kemampuan Berbicara Anak Tunarungu
Di Kelas Persiapan Tklb-B Pertiwi Kota
Mojokerto. Jurnal Pendidikan Khusus, 1–
18.
Zulmiyetri, Z. (2017). Metoda Maternal
Reflektif (MMR) untuk Meningkatkan
Kemampuan Bahasa Lisan Anak
Tunarungu. Jurnal Konseling Dan
Pendidikan, 5(2), 62–67.
https://doi.org/10.29210/117500

140

Anda mungkin juga menyukai