Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

Nama : Prima El Mira Putri Utami, S.Pd


Nomor Peserta : 19220280010006

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


ANGKATAN 3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
PERTANYAAN:

1. SOAL TUNAGRAHITA:
Ada anak tunagrahita sejak kecil tidak pernah diajak berkomunikasi. Akhirnya anak
mengalami kesulitan berbicara. Bagaimana penanganannya?

2. SOAL TUNADAKSA:
Bagaimana cara menangani anak Cerebral Palsy (CP)?
JAWABAN:

1. Setiap keterampilan berbahasa erat hubungannya dengan proses-proses berpikir yang


mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
seseorang dalam berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak
latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan seseorang, maka
akan semakin terampil juga kemampuan berbahasanya. Dan sebaliknya, semakin
rendah kecerdasan seseorang, maka akan rendah pula kemampuannya dalam
berbahasanya. Dengan demikian dapat dikatakan, semakin berat ketunagrahitaannya,
maka akan semakin rendah pula kemampuannya dalam berbahasa, khususnya dalam
berbicara.
Hasil penelitian Ingall (dalam Rochyadi & Alimin, 2005, hlm 23) tentang
kemampuan berbicara anak tunagrahita dengan menggunakan ITPA (Illinoins Test of
Psycholinguistic Abilities) menunjukkan bahwa:
a. Anak tunagrahita memperoleh keterampilan berbahasa pada dasarnya sama
seperti anak normal,
b. Kecepatan anak tunagrahita dalam memperoleh keterampilan berbahasa jauh
lebih rendah dari pada anak normal,
c. Kebanyakan anak tunagrahita tidak dapat mencapai keterampilan bahasa yang
sempurna,
d. Perkembangan bahasa anak tunagrahita sangat terlambat dibandingkan dengan
anak normal, sekalipun pada MA yang sama. Dengan kata lain anak
tunagrahita mengalami defisit dalam keterampilan bahasa,
e. Anak tunagrahita mengalami kesulitan tertentu dalam menguasai gramatika,
f. Bahasa anak tunagrahita bersifat konkrit,
g. Anak tunagrahita tidak dapat menggunakan kalimat majemuk, ia akan banyak
menggunakan kalimat tunggal.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan berbahasa pada anak tunagrahita sangat terbatas, perkembangan
berbicara sangat terlambat jika dibandingkan dengan anak pada umumnya, kosa kata
atau kalimat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bersifat konkrit.
Terdapat berbagai macam upaya yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan berbicara pada anak tunagrahita. Adapun metode pembelajaran yang
selama ini digunakan dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak
tunagrahita di SLB Negeri 1 Gianyar (tempat saya mengajar), diantaranya adalah,
bercerita, bernyanyi dan kegiatan berkelompok tanpa menggunakan media.
Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak
lebih menyukai cerita atau pembelajaran yang disertai dengan gambar. Diasumsikan
bahwa gambar memiliki sifat yang konkret, dimana informasi yang hendak
disampaikan tampak lebih realistis, sehingga dinilai cukup memudahkan siswa dalam
memahami sesuatu atau informasi. Mengingat anak tunagrahita sulit untuk
memahami sesuatu yang abstrak, maka untuk lebih memudahkan memahami sesuatu
anak tunagrahita sedang perlu dibantu dengan gambargambar yang menarik
perhatiannya.
Jika dalam kasus ini anak tunagrahita tidak pernah diajak bicara sejak kecil, tugas
kita sebagai guru adalah dengan terus mengajaknya bicara, bercerita, mengobrol,
mengekspresikan isi hatinya selama anak tersebut berada di sekolah. Keterampilan
bicara diperoleh karena terus diajak bicara (praktik dan berlatih), jika hal ini terus
dilakukan, niscaya kemampuan berkomunikasi anak tersebut akan meningkat.
Selain itu, lebih baik jika sebagai guru kita juga mengadakan komunikasi dengan
keluarga anak tunagrahita tersebut, setidaknya kita dapat menyampaikan agar anak
tunagrahita tersebut distimulasi dengan cara diajak bicara setiap hari. Sehingga anak
tunagrahita tersebut lama kelamaan akan memiliki keterampilan berbicara.
2. Sebagaimana kita ketahui bahwa penyandang CP, akibat adanya gangguan pada
bagian otaknya, menyebabkan kemampuan gerak motorik, kemampuan koordinasinya
mengalami banyak hambatan. Hambatan tersebut sesuai dengan jenis CP yang
disandangnya seperti terjadinya kekakuan, gerakan yang sulit dikendalikan, kejang-
kejang dan sebagainya. Dampak yang ditimbulkan dari kondisi ini menyebabkan
kemampuan penyandang CP dalam hal akademik menjadi terhambat pula seperti
untuk memvisualisasi atau mengekspresikan kegiatan akademik menjadi mengalami
keterbatasan. Untuk itu dalam penyampaian materi pelajaran selama proses
pembelajaran tentu saja tidak dapat dilakukan secara langsung sebagaimana ketika
mengajarkan suatu materi pelajaran kepada anak-anak pada umumnya.
Kita sebagai guru harus menyadari bahwa mengajar untuk anak-anak CP
memerlukan berbagai modal. Demikian pula untuk mencapai kemampuan akademik
yang diharapkan tentu peran dari ahli seperti ahli fisioterapi, okupasional terapi
sebagaimana diatas tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Penanganan secara bersama-
sama saling koordinatif merupakan tanggung jawab tim yang menangani penyandang
CP tersebut. Dengan adanya kerjasama yang baik diantara tim maka kemajuan dan
keberhasilan dari proses penanganan penyandang CP akan semakin baik hasilnya.
Di dalam ranah kita sebagai guru, proses modifikasi model pembelajaran
merupakan tanggung jawab sepenuhnya dalam proses pembelajaran. Untuk dapat
melakukan modifikasi model pembelajaran maka hal-hal yang perlu dilakukan guru
tentu saja harus dimulai dari tahap melakukan asesmen kemampuan penyandang CP,
menyusun program pembelajaran dan memodifikasi model pembelajaran dan
mengevaluasi. Dalam memodifikasi model pembelajaran yang perlu dilakukan oleh
guru termasuk di dalamnya adalah memodifikasi materi pembelajaran, strategi
pembelajaran, media pembelajaran ataupun pendekatan yang dilakukan. Dengan
adanya modifikasi model pembelajaran tersebut tentunya dengan satu harapan agar
potensi kemampuan akademik penyandang CP tidak telantar dan akhirnya dapat
berkembang dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai