Anda di halaman 1dari 21

HUKUM KELUARGA DI SOMALIA

MAKALAH

HUKUM ISLAM DI DUNIA MODERN

DOSEN PENGAMPU:

Dr. SAIDAH

OLEH:

SARINAH S., S.H 2320203874130030

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Atas berkat dan limpahan rahmat-Nya
penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas pada mata
kuliah mata kuliah Hukum Islam di Dunia Modern.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis


hadapi. Disamping soal teknis juga dalam memperoleh materi kajian serta literatur
yang tidak mudah. Upaya keras dan optimisme yang tinggi dari teman penulis
menjadikan semua proses berjalan lancar.

Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas
dari peran dan bantuan serta dorongan pihak lain, kepada mereka kami apresiasi
yang setinggi-tingginya.

Makalah ini disusun untuk kemudian dipresentasekan di depan kelas


Pascasarjana disamping sebagai tugas akademik juga dimaksudkan sebagai upaya
menambah wawasan, pengetahuan kita khususnya mahasiswa Pascasarjana IAIN
Parepare Pogram Studi Hukum Keluarga Islam (HKI) mengenai Hukum Keluarga
yang ada di Somalia.

Polewali Mandar, 5 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
BAB I........................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
Latar Belakang.................................................................................................... 4
Rumusan Masalah............................................................................................... 5
Tujuan Penulisan................................................................................................. 5
BAB II....................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN..................................................................................................... 6
Implementasi Hukum Keluarga Berdasarkan Syariah di Somalia............................ 6
Perlindungan Hak-hak Perempuan dan Anak dalam Hukum Keluarga Somalia........ 8
Pengaruh Faktor Budaya dan Adat Istiadat terhadap Hukum Keluarga di Somalia.. 12
BAB III.................................................................................................................... 17
PENUTUP............................................................................................................ 17
Kesimpulan....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Somalia adalah negara yang terletak di wilayah Afrika Timur yang
terkenal dengan keragaman budayanya.1 Negara ini memiliki populasi yang
mayoritas beragama Islam dan terdiri dari berbagai suku dan kelompok etnis.
Hukum keluarga di Somalia adalah bagian integral dari kehidupan masyarakatnya
yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti agama, budaya, dan adat
istiadat. Untuk memahami dengan lebih baik hukum keluarga di Somalia, kita
perlu meninjau beberapa aspek penting yang membentuk latar belakang hukum
keluarga di negara ini.

Somalia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku dan kelompok
2
etnis. Suku-suku seperti Somali, Bantu, Arab, dan berbagai kelompok minoritas
lainnya tinggal bersama dalam negara ini. Keanekaragaman budaya dan adat
istiadat yang berbeda-beda antar suku-suku ini memiliki dampak langsung pada
perkawinan, perceraian, dan warisan di Somalia. Setiap suku dapat memiliki
praktik dan tradisi unik dalam hukum keluarga mereka sendiri.

Mayoritas penduduk Somalia adalah Muslim3, dan Islam memainkan peran


yang sangat penting dalam hukum keluarga mereka. Syariah, yaitu hukum Islam,
menjadi salah satu landasan utama dalam pengaturan perkawinan, perceraian, dan
warisan. Pemahaman dan penerapan syariah dapat bervariasi di antara suku-suku
dan wilayah-wilayah tertentu, tetapi kehadiran Islam secara keseluruhan
memberikan kerangka kerja hukum keluarga yang kuat di Somalia.

Seperti banyak negara di dunia, Somalia juga mengalami perubahan sosial


yang signifikan4. Urbanisasi, globalisasi, dan akses terhadap informasi melalui
media sosial telah membawa perubahan dalam cara orang menghadapi masalah-
masalah keluarga. Pernikahan berbasis cinta, perubahan dalam peran gender, dan
eksposur terhadap nilai-nilai barat adalah faktor-faktor yang memengaruhi hukum
keluarga di Somalia.

1
Samsul Bahri Hasibuan and Asep Achmad Hidayat, ‘Potret Kehidupan Sosial, Politik,
Ekonomi Dan Kultural Muslim Minoritas Di Kawasan Afrika’, Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu,
1.3 (2023), 168–76.
2
Anna Yulia Hartati, ‘Konflik Internal Somalia Dalam Konteks Perang Sipil’,
SPEKTRUM, 8.1 (2011).
3
Ahmad Syafi’i, ‘PEMBARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM: Studi Kasus Hukum
Waris Di Somalia’, Al-Syakhsiyyah: Journal of Law & Family Studies, 3.2 (2021), 129–58.
4
Asrianti Sukirman and Oyo Sunaryo Mukhlas, ‘Inheritance Law in the African Legal
System of Somalia, Nigeria, and Ghana’, Al-Afkar, Journal For Islamic Studies, 6.3 (2023), 337–48.
Somalia telah mengalami konflik berkepanjangan dan ketidakstabilan
politik selama beberapa dekade.5 Konflik bersenjata, migrasi internal, dan
pengungsian telah mempengaruhi banyak keluarga di Somalia. Ketidakstabilan
politik juga dapat memengaruhi pelaksanaan hukum keluarga di beberapa wilayah.

Organisasi-organisasi lokal dan internasional telah berupaya untuk


melindungi hak-hak perempuan dan anak-anak di Somalia. Penyuluhan, advokasi,
dan perubahan undang-undang telah menjadi bagian dari upaya untuk
memperbaiki kondisi perempuan dan anak-anak di negara ini.6.Namun, tantangan-
tantangan tetap ada dalam pelaksanaan hak-hak ini di lapangan.

Dalam konteks latar belakang yang kompleks ini, hukum keluarga di


Somalia terus mengalami evolusi. Memahami aspek-aspek budaya, agama, dan
sosial yang mempengaruhi hukum keluarga di Somalia adalah langkah pertama
yang penting dalam menggali lebih dalam topik ini dan mencari cara-cara untuk
meningkatkan perlindungan hak-hak keluarga dalam masyarakat yang semakin
berubah.

B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian mengenai hukum keluarga di Somalia, ada beberapa
rumusan masalah yang dapat diidentifikasi. Berikut adalah tiga rumusan masalah
yang relevan untuk makalah tersebut:

1. Bagaimana implementasi hukum keluarga berdasarkan syariah di Somalia?


2. Bagaimana perlindungan hak-hak perempuan dan anak dalam hukum
keluarga Somalia?
3. Apa pengaruh faktor budaya dan adat istiadat terhadap hukum keluarga di
Somalia

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui implementasi hukum keluarga berdasarkan syariah
di Somalia?
2. Untuk mengetahui perlindungan hak-hak perempuan dan anak dalam
hukum keluarga Somalia?
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor budaya dan adat istiadat terhadap
hukum keluarga di Somalia

5
Auliya Feby Lestari, ‘Implementasi Aksi Unocha Terhadap Problematika Kelangkaan
Pangan Di Tengah Kondisi Perubahan Iklim Di Burundi’ (FISIP UNPAS, 2022).
6
SIHOMBING JOSUA RIVALDO HAMONANGAN, ‘Penerapan Restorative Justice
Oleh Hakim Dalam Memutus Perkara Kasus Pembunuhan Anak Di Bawah Umur Yang Dikaitkan
Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak’, 2022.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Implementasi Hukum Keluarga Berdasarkan Syariah di Somalia
1. Hukum Islam memengaruhi pengaturan perkawinan, perceraian, dan warisan
di Somalia
Hukum Islam memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengaturan
perkawinan, perceraian, dan warisan di Somalia.7 Pengaruh ini muncul dalam
beberapa aspek penting:
a. Perkawinan
Hukum Islam mengatur persyaratan dan prosedur pernikahan. Dalam
Islam, nikah adalah perjanjian sah antara seorang pria dan seorang wanita
yang dihadiri oleh wali dari pihak wanita. Wali adalah pihak yang
bertanggung jawab atas pengaturan pernikahan. Di Somalia, meskipun
beberapa praktik adat masih dipertahankan, banyak pernikahan diatur
berdasarkan hukum Islam.
Mahr adalah mas kawin atau pemberian dari mempelai pria kepada
mempelai wanita yang diatur dalam perjanjian pernikahan. Ini adalah
bagian integral dari perkawinan Islam dan diperlukan sebagai tanda cinta
dan tanggung jawab dari mempelai pria kepada mempelai wanita.
b. Perceraian
Hukum Islam mengatur prosedur perceraian yang sah. Di Somalia,
perceraian berdasarkan hukum Islam memerlukan pemenuhan beberapa
syarat tertentu, seperti memberikan pemberitahuan tertulis kepada istri,
serta penyelesaian mahr dan hak-hak istri.
Hukum Islam memberikan hak kepada istri untuk menerima hak-
haknya dalam kasus perceraian. Ini termasuk hak pada mahr, dukungan
finansial selama masa iddah (periode menunggu), dan pemisahan harta
secara adil.
c. Warisan

Hukum Islam mengatur pembagian warisan dalam cara yang tertentu.


Anak laki-laki dan perempuan memiliki hak yang berbeda dalam
pembagian warisan. Dalam hukum Islam, anak laki-laki biasanya
menerima bagian yang lebih besar daripada anak perempuan.

Di Somalia, implementasi hukum warisan berdasarkan hukum Islam dapat


bervariasi tergantung pada tradisi dan adat istiadat suku-suku tertentu.8
Terkadang, hukum Islam mungkin tidak diterapkan dengan benar, dan

7
Andrio Pratama and others, ‘Hukum Keluarga Islam Di Somalia’.
8
Armaidy Armawi, Nasionalisme Dalam Dinamika Ketahanan Nasional (UGM PRESS, 2020).
perempuan mungkin tidak mendapatkan bagian yang seharusnya menurut
syariah.

Penting untuk dicatat bahwa pengaruh hukum Islam dalam praktik


perkawinan, perceraian, dan warisan di Somalia dapat berbeda-beda antara
suku-suku dan wilayah-wilayah tertentu. Selain itu, adat istiadat dan faktor
budaya juga dapat memainkan peran penting dalam pengaturan hukum
keluarga di Somalia. Meskipun hukum Islam menjadi landasan utama,
konteks budaya dan adat istiadat sering kali memengaruhi
implementasinya.

2. Tingkat penerapan hukum Islam dalam praktik perkawinan dan perceraian di


berbagai suku dan wilayah di Somalia
Tingkat penerapan hukum Islam dalam praktik perkawinan dan
perceraian dapat bervariasi di berbagai suku dan wilayah di Somalia.9 Ini
disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk perbedaan interpretasi syariah,
tradisi adat, dan budaya yang beragam. Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi penerapan hukum Islam adalah bagaimana syariah
diinterpretasikan oleh pemimpin agama atau ulama di berbagai wilayah.
Beberapa wilayah mungkin memiliki ulama yang menganut pandangan yang
lebih konservatif, sementara yang lain mungkin lebih liberal dalam
pemahaman syariah. Hal ini dapat memengaruhi apakah praktik perkawinan
dan perceraian diatur dengan ketat sesuai dengan hukum Islam atau lebih
terpengaruh oleh adat istiadat.
Adat Istiadat Suku Di Somalia, suku-suku memiliki tradisi adat istiadat
yang berbeda-beda. Beberapa suku mungkin lebih cenderung mengikuti tradisi
adat mereka daripada hukum Islam dalam hal perkawinan dan perceraian.
Tradisi adat suku-suku ini dapat memberikan panduan yang berbeda dalam hal
persyaratan pernikahan, mahar, dan prosedur perceraian.
Wilayah perkotaan Somalia, urbanisasi dan modernisasi telah
mempengaruhi cara perkawinan dan perceraian diatur. Terkadang, orang-
orang di perkotaan mungkin lebih cenderung mengadopsi praktik perkawinan
yang lebih sesuai dengan hukum Islam, sementara di pedesaan, tradisi adat
masih kuat.
Pemerintah Somalia juga memainkan peran dalam mengatur praktik
perkawinan dan perceraian.10 Undang-undang yang diterapkan oleh

9
Farradilla Andriany Savitri, ‘Poligami Dalam Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, Pakistan Dan
Somalia (Analisis Perbandingan Mengenai Peraturan Poligami)’ (Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).
10
Afiful Huda, ‘Hukum Keluarga Di Negara Somalia’, Jurnal Pikir: Jurnal Studi Pendidikan Dan
Hukum Islam, 6.1 (2020), 35–49.
pemerintah dapat memengaruhi cara perkawinan dan perceraian diatur,
terutama dalam hal registrasi perkawinan dan hak-hak perempuan.
Tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang hak-hak perempuan
dan prinsip-prinsip syariah juga dapat memengaruhi penerapan hukum Islam
dalam praktik perkawinan dan perceraian. Semakin banyak masyarakat yang
memahami hak-hak mereka, semakin besar kemungkinan mereka akan
menuntut penerapan hukum Islam yang lebih ketat.

3. Perbedaan signifikan dalam interpretasi dan penerapan hukum keluarga


berdasarkan syariah di Somalia
Interpretasi dan penerapan hukum keluarga terdapat perbedaan
signifikan berdasarkan syariah di Somalia. Faktor-faktor berikut ini
menjelaskan perbedaan tersebut:
a. Perbedaan Interpretasi Syariah: Interpretasi syariah dapat berbeda
antara berbagai ulama atau pemimpin agama di Somalia. Beberapa
ulama mungkin mengikuti interpretasi yang lebih konservatif dan ketat,
sementara yang lain mungkin mengambil pendekatan yang lebih
liberal dalam menerapkan hukum Islam. Ini dapat menghasilkan
variasi dalam praktik perkawinan, perceraian, dan warisan.
b. Perbedaan Suku dan Adat Istiadat: Somalia adalah negara yang terdiri
dari berbagai suku dengan adat istiadat yang berbeda-beda. Masing-
masing suku memiliki tradisi adat mereka sendiri yang dapat
memengaruhi praktik hukum keluarga. Misalnya, dalam beberapa suku,
tradisi adat mungkin lebih dominan dalam pengaturan perkawinan dan
perceraian daripada hukum Islam.
c. Pengaruh Wilayah dan Geografis: Geografi dan wilayah di Somalia
juga dapat mempengaruhi praktik hukum keluarga.11 Praktik
perkawinan dan perceraian di wilayah perkotaan mungkin berbeda
dengan yang di pedesaan. Di perkotaan, pengaruh urbanisasi dan
modernisasi bisa lebih kuat, sementara di pedesaan, tradisi adat
mungkin lebih mendominasi.
d. Pengaruh Pemerintah dan Hukum Sipil: Pemerintah Somalia memiliki
peran dalam mengatur hukum keluarga melalui undang-undang sipil
yang mereka terapkan. Undang-undang ini dapat memberikan
kerangka kerja tambahan dalam praktik hukum keluarga. Pemerintah
juga dapat memengaruhi implementasi hukum Islam dalam beberapa
kasus.
e. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Tingkat pendidikan dan
kesadaran masyarakat tentang hukum keluarga Islam dapat bervariasi.
11
Huda.
Masyarakat yang lebih terdidik dan memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang syariah mungkin lebih cenderung menerapkan hukum
Islam secara ketat, sementara yang kurang terdidik mungkin lebih
dipengaruhi oleh tradisi adat atau praktik lokal.
f. Konflik dan Ketidakstabilan: Konflik dan ketidakstabilan politik di
beberapa wilayah Somalia juga dapat memengaruhi praktik hukum
keluarga.12 Selama konflik, implementasi hukum dapat menjadi lebih
sulit dan tidak teratur.

B. Perlindungan Hak-hak Perempuan dan Anak dalam Hukum


Keluarga Somalia
1. Hukum keluarga di Somalia memperlakukan hak-hak perempuan dalam
konteks perkawinan, perceraian, dan warisan
Hukum keluarga di Somalia memiliki beragam pendekatan dalam
memperlakukan hak-hak perempuan dalam konteks perkawinan, perceraian,
dan warisan. Ini dapat bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti interpretasi
hukum Islam, tradisi adat, serta pengaruh budaya dan geografis.13 Di bawah ini,
saya akan memberikan gambaran umum tentang bagaimana hak-hak
perempuan biasanya diperlakukan dalam tiga konteks ini:
a. Perkawinan:
Pemberian Mahr: Dalam perkawinan Islam, pria diwajibkan
memberikan mahar kepada calon istrinya sebagai tanda tanggung
jawab finansial. Perempuan memiliki hak untuk menerima mahar ini,
dan dalam prinsip syariah, mahar tersebut harus menjadi hak eksklusif
perempuan yang akan digunakan sesuai keinginannya.
Izin perempuan (wali) di banyak interpretasi hukum Islam
diwajibkan untuk sahnya perkawinan. Ini bertujuan untuk memastikan
bahwa perempuan menyetujui perkawinan tersebut secara sukarela.
Dalam perkawinan Islam, perempuan memiliki hak atas
kepemilikan dan pengendalian harta pribadinya. Harta perempuan,
termasuk harta warisan, tidak boleh diambil tanpa izin atau persetujuan
perempuan.
b. Perceraian
Perceraian berdasarkan hukum Islam, perempuan memiliki hak
untuk menerima pemberitahuan tertulis sebelum perceraian
diumumkan. Ini memberikan waktu bagi perempuan untuk
mempersiapkan diri dan haknya.
12
Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik (Kencana, 2014).
13
Maskur Rosyid, ‘Kriminalisasi Terhadap Hukum Keluarga Di Dunia Muslim’, Al Amin: Jurnal
Kajian Ilmu Dan Budaya Islam, 3.01 (2020), 175–93.
Perempuan setelah perceraian memiliki hak atas dukungan
finansial dari mantan suaminya selama periode iddah (periode
menunggu setelah perceraian). Hak ini dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan ekonomi kepada perempuan yang baru saja
bercerai.
c. Warisan
Perempuan dalam hukum Islam memiliki hak atas bagian warisan
yang diatur sesuai ketentuan syariah. Meskipun hukum Islam
memberikan hak warisan kepada perempuan, dalam beberapa tradisi
dan suku di Somalia,14 adat istiadat yang mengatur warisan mungkin
tidak selalu menghormati hak perempuan sesuai dengan ketentuan
syariah.
Perempuan memiliki hak untuk mengendalikan harta yang mereka
warisi sesuai dengan keinginan mereka. Ini berarti bahwa mereka
bebas untuk menggunakan, menginvestasikan, atau mengalihkan harta
mereka tanpa campur tangan pihak lain.

Penting untuk dicatat bahwa penerapan hak-hak perempuan dalam


praktik bisa bervariasi secara signifikan antara suku-suku dan wilayah-
wilayah di Somalia. Beberapa komunitas mungkin lebih memegang teguh
prinsip-prinsip hukum Islam dan melindungi hak-hak perempuan secara
lebih ketat, sementara yang lain mungkin lebih terpengaruh oleh tradisi
adat yang kurang melindungi hak-hak perempuan. Selain itu, ada upaya
terus-menerus dari organisasi hak asasi manusia dan advokasi perempuan
untuk meningkatkan perlindungan hak-hak perempuan di Somalia.
2. Upaya yang signifikan untuk melindungi hak-hak perempuan dan anak-anak
dalam hukum keluarga Somalia
Upaya yang signifikan untuk melindungi hak-hak perempuan dan anak-
anak dalam hukum keluarga di Somalia telah ada.15 Walaupun
implementasinya mungkin belum merata di seluruh negara karena faktor-
faktor seperti adat istiadat dan ketidakstabilan politik, beberapa upaya telah
dilakukan untuk memperkuat perlindungan hak-hak perempuan dan anak-anak.
Berikut adalah beberapa contoh upaya tersebut:
a. Undang-Undang Perlindungan Anak: Pemerintah Somalia telah
mengadopsi Undang-Undang Perlindungan Anak yang bertujuan untuk
melindungi hak-hak anak-anak. Undang-undang ini mencakup
berbagai aspek perlindungan anak, termasuk hak-hak anak dalam
14
Ahmad Tholabi Kharlie and M H SH, Kodifikasi Hukum Keluarga Islam Kontemporer:
Pembaruan, Pendekatan, Dan Elastisitas Penerapan Hukum (Prenada Media, 2020).
15
Lilik Andaryuni, ‘Poligami Dalam Hukum Keluarga Di Dunia Islam’, Jurnal Sipakalebbi, 1.1
(2013).
konteks keluarga. Salah satu tujuannya adalah untuk mencegah
pernikahan anak, yang telah menjadi masalah serius di beberapa
wilayah Somalia.
b. Organisasi Non-Pemerintah (NGO) dan LSM: Banyak organisasi non-
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat yang beroperasi di
Somalia dengan fokus pada hak-hak perempuan dan anak-anak.
Mereka bekerja untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
hak-hak ini dan memberikan dukungan kepada perempuan dan anak-
anak yang menjadi korban pelanggaran hak.
c. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Upaya pendidikan dan
kesadaran masyarakat telah dilakukan untuk mengubah pandangan dan
praktik yang merugikan perempuan dan anak-anak. Ini termasuk
kampanye penyuluhan yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat
tentang hak-hak perempuan dan anak-anak, serta dampak negatif dari
pernikahan anak.
d. Peningkatan Akses ke Layanan Kesehatan dan Pendidikan:
Peningkatan akses perempuan dan anak-anak ke layanan kesehatan dan
pendidikan adalah bagian dari upaya perlindungan hak-hak mereka. Ini
termasuk mendukung akses perempuan dan anak-anak terhadap
perawatan medis yang aman dan berkualitas serta pendidikan yang
memungkinkan mereka mengembangkan potensi mereka.
e. Kerja Sama dengan Pihak Internasional:Pemerintah Somalia dan
organisasi-organisasi internasional telah bekerja sama dalam rangka
meningkatkan perlindungan hak-hak perempuan dan anak-anak.
Dukungan dari komunitas internasional dapat membantu dalam
memperkuat upaya perlindungan hak-hak ini.

Meskipun upaya perlindungan hak-hak perempuan dan anak-anak telah


ada, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Beberapa tantangan
yang dihadapi termasuk ketidaksetaraan gender yang mendalam, tradisi
adat yang kuat di beberapa wilayah, serta masalah ketidakstabilan politik
yang dapat mengganggu implementasi hukum dan kebijakan. Namun,
kesadaran akan pentingnya melindungi hak-hak perempuan dan anak-anak
terus tumbuh, dan banyak pihak berkomitmen untuk memperbaiki situasi
tersebut di Somalia.
3. Implementasi undang-undang perlindungan anak dan perempuan di Somalia
Implementasi undang-undang perlindungan anak dan perempuan di
Somalia telah berhasil16 dalam melindungi hak-hak mereka merupakan

16
Silvia Fatmah Nurusshobah, ‘Konvensi Hak Anak Dan Implementasinya Di Indonesia’, Jurnal
Ilmiah Kebijakan Dan Pelayanan Pekerjaan Sosial (Biyan), 1.2 (2019).
permasalahan yang kompleks. Keberhasilan implementasi undang-undang
ini dapat bervariasi berdasarkan berbagai faktor, termasuk tingkat
penerapan hukum, budaya, adat istiadat, stabilitas politik, dan pendidikan
masyarakat. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
a. Hambatan dalam Implementasi: Implementasi undang-undang
perlindungan anak dan perempuan di Somalia sering kali dihambat
oleh tantangan seperti konflik bersenjata, ketidakstabilan politik, dan
kurangnya infrastruktur. Di beberapa wilayah yang terpengaruh oleh
konflik, penerapan undang-undang bisa sangat sulit.
b. Perbedaan dalam Praktik Hukum: Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, Somalia memiliki keragaman dalam praktik hukum
keluarga berdasarkan syariah dan adat istiadat suku-suku.
Implementasi undang-undang perlindungan anak dan perempuan bisa
berbeda-beda di antara wilayah-wilayah ini. Beberapa wilayah
mungkin lebih cenderung mengikuti hukum Islam dan undang-undang
perlindungan, sementara yang lain mungkin lebih dipengaruhi oleh
tradisi adat.
c. Kesadaran Masyarakat: Kesadaran masyarakat tentang hak-hak
perempuan dan anak-anak adalah faktor penting dalam keberhasilan
implementasi undang-undang perlindungan. Upaya penyuluhan dan
pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang isu-isu ini, tetapi hasilnya mungkin memerlukan waktu untuk
terlihat.
d. Peran Organisasi Non-Pemerintah (NGO) dan LSM: Banyak NGO dan
LSM yang beroperasi di Somalia telah berperan penting dalam
memperkuat perlindungan hak-hak perempuan dan anak-anak.17
Mereka memberikan dukungan kepada individu yang menjadi korban
pelanggaran hak, menyediakan layanan medis, pendidikan, dan
pelatihan, serta berperan dalam advokasi untuk perubahan hukum dan
kebijakan.
e. Konflik dan Ketidakstabilan: Konflik bersenjata dan ketidakstabilan
politik di Somalia dapat mengganggu upaya perlindungan hak-hak
perempuan dan anak-anak. Ini bisa mengakibatkan pengungsian,
pelanggaran hak asasi manusia, serta kesulitan dalam mengakses
layanan penting.

17
Indra Bastian, Akuntansi Untuk LSM Dan Partai Politik (Erlangga, 2007).
C. Pengaruh Faktor Budaya dan Adat Istiadat terhadap Hukum
Keluarga di Somalia
1. Faktor budaya dan adat istiadat suku-suku Somalia memengaruhi pengaturan
perkawinan, perceraian, dan warisan
Faktor budaya dan adat istiadat suku-suku Somalia memiliki
pengaruh yang signifikan dalam pengaturan perkawinan, perceraian, dan
warisan di negara ini. Somalia adalah masyarakat yang sangat beragam
dengan banyak suku yang berbeda, dan setiap suku memiliki tradisi
budaya dan adat istiadat sendiri.18 Berikut adalah bagaimana faktor-faktor
ini memengaruhi tiga aspek tersebut:
a. Perkawinan:
Sistem mahar, atau mas kawin, dapat bervariasi antara suku-suku
Somalia. Beberapa suku mungkin memiliki tradisi di mana mahar
berupa barang-barang tertentu, sementara yang lain mungkin
menggunakan uang tunai. Nilai mahar juga dapat bervariasi, dan
beberapa suku mungkin mengharuskan mahar yang lebih tinggi
daripada yang lain.
Tradisi perundingan pernikahan antara keluarga mempelai pria dan
mempelai wanita masih umum di Somalia. Ini mencakup negosiasi
tentang mahar, jumlah tamu yang diundang, dan banyak hal lainnya.
Proses perundingan ini dapat berlangsung cukup lama dan melibatkan
banyak anggota keluarga.
Konsep wali pernikahan, yang bertanggung jawab atas izin dan
pengawasan pernikahan, juga dapat bervariasi. Beberapa suku
mungkin mengharuskan peran wali yang kuat, sementara yang lain
mungkin lebih fleksibel dalam hal ini.

b. Perceraian:
Prosedur perceraian di Somalia dapat dipengaruhi oleh adat istiadat
suku-suku. Beberapa suku mungkin memiliki prosedur perceraian yang
rumit dan berbelit-belit, sementara yang lain mungkin lebih sederhana.
Pemberitahuan dan syarat-syarat tertentu juga dapat berbeda antara
suku-suku.
Pembagian harta pasca-perceraian dapat sangat bervariasi.
Beberapa suku mungkin memberikan hak warisan yang lebih besar
kepada mantan istri, sementara yang lain mungkin memberikan hak
yang lebih sedikit.

18
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik Dan Geo-Politik (PT Raja
Grafindo Persada, 2019).
c. Warisan:
Cara pembagian warisan juga sangat dipengaruhi oleh adat istiadat
suku-suku. Beberapa suku mungkin mengikuti ketentuan syariah yang
membagi warisan sesuai dengan hukum Islam, sementara yang lain
mungkin memiliki aturan warisan yang khusus bagi suku mereka.
Meskipun hukum Islam memberikan hak warisan kepada
perempuan, dalam beberapa tradisi suku Somalia, pembagian warisan
bisa cenderung tidak adil terhadap perempuan. Beberapa suku
mungkin memberikan perempuan bagian yang lebih kecil daripada
laki-laki dalam pembagian warisan.

Penting untuk diingat bahwa budaya dan adat istiadat suku-suku


Somalia sangat kompleks, dan tidak ada satu pola yang berlaku untuk
semua suku. Sementara beberapa suku mungkin tetap mengikuti tradisi
adat mereka, yang lain mungkin lebih menggabungkan hukum Islam
dalam pengaturan perkawinan, perceraian, dan warisan. Hal ini
menunjukkan pentingnya memahami konteks budaya dan adat istiadat
suku-suku ketika mempertimbangkan hukum keluarga di Somalia.
2. Konflik atau perbedaan antara hukum Islam dan adat istiadat dalam
konteks hukum keluarga Somalia
Konflik dan perbedaan antara hukum Islam dan adat istiadat dalam
konteks hukum keluarga di Somalia adalah hasil dari kompleksitas budaya
dan keberagaman suku-suku di negara ini. Berikut adalah beberapa contoh
konflik dan perbedaan antara hukum Islam dan adat istiadat:
a. Pernikahan dan Sistem Mahar:
 Hukum Islam: Hukum Islam menetapkan bahwa mahar harus
diberikan kepada mempelai wanita sebagai tanda tanggung
jawab finansial mempelai pria. Besar mahar ini dapat bervariasi
tetapi harus diberikan kepada mempelai wanita.
 Dalam beberapa adat istiadat suku-suku Somalia, sistem mahar
bisa berbeda. Beberapa suku mungkin memiliki tradisi di mana
mahar berupa barang-barang atau ternak, bukan uang tunai.
Besar mahar dan jenisnya bisa sangat beragam antara suku-
suku.

b. Peran Wali Pernikahan:


 Hukum Islam: Hukum Islam mengharuskan adanya wali
pernikahan, yang bertanggung jawab atas pengawasan
pernikahan dan izin dari pihak mempelai wanita.
 Adat Istiadat: Dalam beberapa adat istiadat suku-suku, peran
wali bisa berbeda. Beberapa suku mungkin memberikan peran
wali yang kuat, sementara yang lain mungkin lebih fleksibel
atau mungkin bahkan tidak memerlukan peran wali yang
khusus.

c. Pembagian Warisan:

 Hukum Islam: Hukum Islam memiliki aturan yang jelas tentang


pembagian warisan antara ahli waris. Ini mencakup persentase
yang tetap untuk anggota keluarga tertentu, termasuk
perempuan.
 Adat Istiadat: Pembagian warisan dapat sangat bervariasi antara
suku-suku. Beberapa suku mungkin mengikuti ketentuan
syariah, sementara yang lain mungkin memiliki tradisi adat
yang berbeda dalam pembagian warisan.

d. Perceraian:

 Hukum Islam: Hukum Islam memiliki prosedur yang


ditetapkan untuk perceraian, termasuk hak-hak perempuan
pasca-perceraian seperti dukungan finansial selama masa iddah.
 Adat Istiadat: Prosedur perceraian dan hak-hak pasca-
perceraian dapat berbeda di berbagai suku-suku. Beberapa suku
mungkin memiliki tradisi adat yang berbeda dalam menangani
perceraian.

Perbedaan ini mencerminkan kompleksitas budaya dan adat istiadat


di Somalia. Sementara beberapa suku mungkin mengikuti hukum
Islam secara ketat dalam pengaturan hukum keluarga, yang lain
mungkin lebih cenderung mempertahankan tradisi adat mereka yang
berbeda. Ini bisa menyebabkan konflik antara hukum Islam dan adat
istiadat di beberapa kasus. Penting untuk dicatat bahwa dalam
beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk mengintegrasikan hukum
Islam dengan lebih baik dalam praktik hukum keluarga di Somalia,
tetapi masih ada keragaman dalam implementasinya.
3. Pemerintah Somalia menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan hukum
keluarga berdasarkan syariah dengan budaya dan adat istiadat yang beragam
Pemerintah Somalia menghadapi sejumlah tantangan yang
signifikan dalam upaya untuk mengintegrasikan hukum keluarga
berdasarkan syariah dengan budaya dan adat istiadat yang beragam di negara
ini.19 Tantangan-tantangan ini mencakup:
a. Keragaman Suku dan Tradisi Adat: Somalia adalah negara yang
terdiri dari berbagai suku dengan tradisi adat yang berbeda-beda.
Masing-masing suku memiliki praktik perkawinan, perceraian, dan
warisan yang unik. Mengintegrasikan hukum Islam dengan
keragaman ini bisa sangat rumit, dan upaya ini dapat menghadapi
resistensi dari suku-suku yang ingin mempertahankan tradisi adat
mereka.
b. Ketidaksetaraan Gender yang Mendalam: Beberapa tradisi adat
suku-suku Somalia mungkin tidak sejalan dengan prinsip
kesetaraan gender yang diinginkan dalam hukum keluarga
berdasarkan syariah. Misalnya, pembagian warisan yang tidak adil
terhadap perempuan dalam beberapa tradisi adat bisa bertentangan
dengan hukum Islam yang memberikan hak warisan kepada
perempuan.
c. Tantangan Implementasi: Walaupun hukum keluarga berdasarkan
syariah mungkin diadopsi oleh pemerintah Somalia, tantangan
utama seringkali adalah implementasi yang efektif. Infrastruktur
hukum dan sistem peradilan mungkin kurang berkembang, dan
korupsi serta ketidakpatuhan terhadap hukum bisa menjadi
masalah serius.
d. Pendekatan Terpadu: Pemerintah Somalia perlu mengembangkan
pendekatan yang terpadu untuk mengintegrasikan hukum keluarga
berdasarkan syariah dengan budaya dan adat istiadat. Ini
melibatkan penyuluhan dan pendidikan masyarakat, serta
pembentukan kebijakan yang mempertimbangkan keragaman
budaya.
e. Resistensi terhadap Perubahan: Beberapa individu dan kelompok
mungkin bersikeras mempertahankan praktik-praktik adat yang
telah ada selama bertahun-tahun, bahkan jika itu bertentangan
dengan hukum Islam. Mengatasi resistensi terhadap perubahan ini
bisa menjadi tugas yang sulit.

19
Zezen Zainul Ali and Mega Puspita, Pembaharuan Hukum Keluarga Di Asia Tenggara: Dari
Negara Mayoritas Sampai Minoritas Muslim-Jejak Pustaka (Jejak Pustaka, 2023).
f. Stabilitas Politik dan Keamanan: Tantangan utama lainnya adalah
ketidakstabilan politik dan keamanan di Somalia. Konflik
bersenjata dan ketidakstabilan politik dapat mengganggu upaya
pemerintah untuk mengintegrasikan hukum keluarga berdasarkan
syariah.
g. Dukungan Internasional: Pemerintah Somalia dapat mendapatkan
dukungan dari komunitas internasional, organisasi hak asasi
manusia, dan LSM untuk membantu dalam mengatasi tantangan ini
dan memperkuat perlindungan hak-hak perempuan dan anak-anak.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, pemerintah


Somalia perlu bekerja sama dengan suku-suku, pemimpin agama,
masyarakat sipil, dan organisasi internasional untuk memastikan
bahwa hukum keluarga berdasarkan syariah diimplementasikan secara
efektif sambil memperhitungkan keragaman budaya dan adat istiadat.
Ini adalah pekerjaan yang kompleks yang memerlukan waktu,
kesabaran, dan komitmen untuk memperbaiki sistem hukum keluarga
di Somalia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hukum Islam memengaruhi pengaturan perkawinan, perceraian, dan warisan di
Somalia, tetapi implementasinya dapat bervariasi antara suku-suku dan wilayah-
wilayah. Tingkat penerapan hukum Islam dalam praktik perkawinan dan
perceraian dapat sangat bervariasi di berbagai suku dan wilayah di Somalia.
Terdapat perbedaan signifikan dalam interpretasi dan penerapan hukum keluarga
berdasarkan syariah di Somalia, terutama terkait dengan perbedaan interpretasi
syariah, tradisi adat, dan faktor budaya.
2. Hukum keluarga di Somalia memperlakukan hak-hak perempuan dalam konteks
perkawinan, perceraian, dan warisan, namun implementasinya bervariasi
berdasarkan faktor budaya, adat istiadat, dan faktor geografis. Upaya yang
signifikan telah dilakukan untuk melindungi hak-hak perempuan dan anak-anak
dalam hukum keluarga Somalia, termasuk adopsi undang-undang perlindungan
anak dan perempuan, serta kerja sama dengan organisasi non-pemerintah dan
LSM. Implementasi undang-undang perlindungan anak dan perempuan di
Somalia masih menghadapi sejumlah tantangan, termasuk ketidaksetaraan gender
yang mendalam, ketidakstabilan politik, dan perbedaan dalam praktik hukum
keluarga di berbagai wilayah.
3. Faktor budaya dan adat istiadat suku-suku Somalia memengaruhi pengaturan
perkawinan, perceraian, dan warisan, dan perbedaan dalam praktik ini dapat
ditemukan antara suku-suku. Konflik dan perbedaan antara hukum Islam dan adat
istiadat dalam konteks hukum keluarga di Somalia mencerminkan kompleksitas
budaya dan adat istiadat di negara ini. Pemerintah Somalia menghadapi tantangan
dalam mengintegrasikan hukum keluarga berdasarkan syariah dengan budaya dan
adat istiadat yang beragam, termasuk resistensi terhadap perubahan,
ketidakstabilan politik, dan perbedaan praktik antara wilayah-wilayah. Pemerintah
Somalia perlu bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk suku-suku,
pemimpin agama, masyarakat sipil, dan organisasi internasional, untuk
memperbaiki implementasi hukum keluarga berdasarkan syariah sambil
memperhitungkan keragaman budaya dan adat istiadat. Ini adalah pekerjaan yang
kompleks dan memerlukan upaya yang berkelanjutan untuk meningkatkan
perlindungan hak-hak perempuan dan anak-anak di Somalia.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zezen Zainul, and Mega Puspita, Pembaharuan Hukum Keluarga Di Asia
Tenggara: Dari Negara Mayoritas Sampai Minoritas Muslim-Jejak Pustaka
(Jejak Pustaka, 2023)

Andaryuni, Lilik, ‘Poligami Dalam Hukum Keluarga Di Dunia Islam’, Jurnal


Sipakalebbi, 1.1 (2013)

Armawi, Armaidy, Nasionalisme Dalam Dinamika Ketahanan Nasional (UGM


PRESS, 2020)

Bastian, Indra, Akuntansi Untuk LSM Dan Partai Politik (Erlangga, 2007)

Hartati, Anna Yulia, ‘Konflik Internal Somalia Dalam Konteks Perang Sipil’,
SPEKTRUM, 8.1 (2011)

Hasibuan, Samsul Bahri, and Asep Achmad Hidayat, ‘Potret Kehidupan Sosial,
Politik, Ekonomi Dan Kultural Muslim Minoritas Di Kawasan Afrika’,
Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu, 1.3 (2023), 168–76

Huda, Afiful, ‘Hukum Keluarga Di Negara Somalia’, Jurnal Pikir: Jurnal Studi
Pendidikan Dan Hukum Islam, 6.1 (2020), 35–49

JOSUA RIVALDO HAMONANGAN, SIHOMBING, ‘Penerapan Restorative


Justice Oleh Hakim Dalam Memutus Perkara Kasus Pembunuhan Anak Di
Bawah Umur Yang Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak’, 2022

Kharlie, Ahmad Tholabi, and M H SH, Kodifikasi Hukum Keluarga Islam


Kontemporer: Pembaruan, Pendekatan, Dan Elastisitas Penerapan Hukum
(Prenada Media, 2020)

Lestari, Auliya Feby, ‘Implementasi Aksi Unocha Terhadap Problematika


Kelangkaan Pangan Di Tengah Kondisi Perubahan Iklim Di Burundi’ (FISIP
UNPAS, 2022)

Nurusshobah, Silvia Fatmah, ‘Konvensi Hak Anak Dan Implementasinya Di


Indonesia’, Jurnal Ilmiah Kebijakan Dan Pelayanan Pekerjaan Sosial
(Biyan), 1.2 (2019)

Pratama, Andrio, A Ikrima Imroatul, A R Sindi Nurlita, Nur Ratna Sari, and
Mochammad Agus Rachmatulloh, ‘Hukum Keluarga Islam Di Somalia’

Rosyid, Maskur, ‘Kriminalisasi Terhadap Hukum Keluarga Di Dunia Muslim’, Al


Amin: Jurnal Kajian Ilmu Dan Budaya Islam, 3.01 (2020), 175–93
Savitri, Farradilla Andriany, ‘Poligami Dalam Hukum Keluarga Islam Di
Indonesia, Pakistan Dan Somalia (Analisis Perbandingan Mengenai
Peraturan Poligami)’ (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2019)

Sukirman, Asrianti, and Oyo Sunaryo Mukhlas, ‘Inheritance Law in the African
Legal System of Somalia, Nigeria, and Ghana’, Al-Afkar, Journal For
Islamic Studies, 6.3 (2023), 337–48

Susan, Novri, Pengantar Sosiologi Konflik (Kencana, 2014)

Syafi’i, Ahmad, ‘PEMBARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM: Studi Kasus


Hukum Waris Di Somalia’, Al-Syakhsiyyah: Journal of Law & Family
Studies, 3.2 (2021), 129–58

Thohir, Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik Dan Geo-
Politik (PT Raja Grafindo Persada, 2019)

Anda mungkin juga menyukai