Anda di halaman 1dari 4

RANCANGAN TUGAS MAHASISWA

Mata Kuliah : Perencanaan Hutan


Semester : V SKS : 3 (2-1)
Minggu Ke- : 1 Tugas Ke- : 1

1. Tujuan Tugas Mahasiswa mampu menyusun rencana pengelolaan hutan


2. Uraian Tugas
a. Objek Garapan - Tema pengelolaan hutan
- Rencana pengelolaan hutan: Latar belakang masalah
dan tujuan rencana pengelolaan yang disusun
b. Yang harus dikerjakan - Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok
dan batasan-batasan - Setiap kelompok terdiri atas maksimal 4 mahasiswa
- Mengumpulkan bahan/sumber informasi terkait
rencana pengelolaan hutan
- Informasi yang diperoleh selanjutnya dibuat dokumen
rencana pengelolaan hutan, pada tahap pertama cukup
memuat Judul/Tema, Latar Belakang dan Tujuan
c. Metode/cara pengerjaan, - Menyusun rencana kehutanan
acuan yang digunakan - Format penulisan:
1) Ukuran kertas A4.
2) Margin 3 cm
3) Font times new roman, size font 12
4) Spasi ukuran 1
5) Identitas Tugas: Judul Tugas, Kelompok, Nama dan
NIM anggota kelompok, Nama Prodi, Nama
Fakultas, dan Tahun Akademik
6) Format Soft File PDF
7) Format nama file: Tugas1-Nama Kelompok-Kelas
d. Deskripsi luaran tugas Rencana Kehutanan yang memuat Judul, latar belakang
yang dihasilkan dan tujuan
e. Indikator, kriteria, dan - Ketepatan penjelasan : 50%
penilaian - Komunikasi tertulis : 25%
- Dokumen rencana yang disusun sesuai dengan
sistematika dan format yang telah ditetapkan,
konsistensi dan kerapian dalam sajian tulisan: 25%
3. Jadwal Pelaksanaan - Penyusunan Tugas Minggu Ke-5
- Penyerahan Tugas Minggu Ke-6 melalui laman
hybrid.uniku.ac.id
4. Daftar Rujukan a. Buku referensi
b. Jurnal dan Prosiding yang terkait tema
5. Pelanggaran dan Sanksi a. Apabila ditemukan indikasi plagiasi pada salah satu
atau lebih aspek penilaian maka tugas yang
bersangkutan dinyatakan gugur dan mendapat nilai 0
(nol) untuk penugasan dimaksud.
b. Ketentuan poin a di atas berlaku pada dua atau lebih
tulisan yang terindikasi saling plagiasi (mencotek).
Rencana Rehabilitasi Kawasan Mangrove di Teluk Ambon

Kelompok….
Bernadette Patricia Narahawarin 20238610009
Bertha D.F Simanjuntak 20238610010
Ilham Arsalan Heriyanto 20210710044
Gian Febrian 20210710054

Program Studi Kehutanan


Fakultas Kehutanan dan Lingkungan
Tahun Akademik 2023-2024

A. Latar Belakang
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara
sungai dan dipengaruhi oleh gerakan pasang surut perpaduan antara air sungai dan air
laut, yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang
komunitasnya bertoleransi terhadap garam. Sungai mengalirkan air tawar untuk
mangrove, dan pada saat pasang pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau air
payau. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi
oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang surut pantai berlumpur. Hutan mangrove banyak ditemui di pantai, teluk yang
dangkal, estuaria, delta, dan daerah pantai yang terlindung.
Ekosistem hutan bakau adalah tempat bagi berbagai jenis tumbuhan, fauna, dan
mikroorganisme yang amat beraneka ragam. Pohon bakau seperti Rhizophora,
Avicennia, dan Sonneratia, beriringan dengan beragam jenis rumput laut, hidup
berdampingan dengan jenis-jenis fauna seperti ikan, burung, kepiting, dan ular laut.
Keragaman ini menjadikan ekosistem hutan bakau sebagai tempat yang penting dalam
menjaga keanekaragaman hayati. Ekosistem hutan bakau memberikan berbagai manfaat
ekologis yang sangat esensial. Akar-akar yang kokoh dari pohon bakau membantu
melindungi pantai dari abrasi dan badai laut. Mereka juga memegang peran dalam
penyaringan air, menangkap partikel-partikel dan zat pencemar yang akan mengalir ke
laut. Tambahan pula, mangrove berfungsi sebagai wilayah berkembang biak bagi
beragam jenis ikan dan hewan laut. Ekosistem hutan bakau memiliki karakteristik unik
untuk menampung karbon dioksida (CO2) atmosfer. Hal ini membantu mengurangi
tingkat gas rumah kaca di atmosfer dan memainkan peran utama dalam upaya
mengurangi dampak perubahan iklim, juga dapat berperan sebagai perisai alamiah yang
mengurangi dampak akibat kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh
perubahan iklim. Ekosistem hutan bakau saat ini menghadapi berbagai ancaman,
termasuk pemotongan pohon bakau untuk kayu dan perubahan lahan untuk
pembangunan pesisir. Polusi air, eksploitasi perikanan yang berlebihan, dan perubahan
iklim juga telah menyebabkan degradasi ekosistem hutan bakau di banyak wilayah. Di
seluruh dunia, banyak organisasi, pemerintah, dan komunitas telah memutuskan untuk
menjaga dan memulihkan ekosistem hutan bakau. Upaya-upaya ini melibatkan
penanaman kembali pohon bakau, pengelolaan yang berkelanjutan, dan memberikan
edukasi kepada masyarakat tentang signifikansi ekosistem ini.
Kota Ambon, khususnya Kecamatan Teluk Ambon dipenuhi oleh kawasan hutan
mangrove. Kawasan perairan Teluk Ambon dikenal sebagai tempat berkembangbiaknya
ikan teri yang sering dijadikan umpan para pemancing ikan tuna dan cakalang. Hutan
mangrove juga membantu mencegah terjadinya abrasi areal pantai akibat curah hujan
yang tinggi. Menurut penelitian sebelumnya, Setiawan (2012) secara umum kerusakan
hutan mangrove di Teluk Ambon disebabkan oleh banyaknya sendimentasi akibat alih
fungsi hutan di dataran yang tinggi dan curah hujan yang tinggi sehingga terjadinya
banyak erosi. Selain itu, terjadinya pengurangan kawasan hutan Mangrove oleh
kepentingan pembangunan. Selanjutnya menurut Setyhadi, sungai-sungai di Kota
Ambon dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah maupun material lainnya oleh
masyarakat mengakibatkan sendimentasi yang tinggi di kawasan perairan Teluk
Ambon. Salah satu lokasi kawasan hutan mangrove yang sangat memprihatinkan di
Teluk Ambon, tepatnya di pesisir desa Poka. Kondisi mangrove-mangrove tersebut
mengering di sepanjang hutan tersebut. Diduga penyebabnya karena pencemaran limbah
dari PLN yang berada tepat diseberang jalan. Tak hanya itu, bermacam jenis sampah
berserakan di sekitar pesisir juga pada sungai yang berada tidak jauh dari kawasan hutan
mangrove Desa poka. Sampah-sampah tersebut berasal dari aktivitas masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya upaya rehabilitasi hutan mangrove di
Kecamatan Teluk Ambon untuk memulihkan dan mempertahankan ekosistem tersebut.
Dengan melakukan rehabilitasi, diharapkan dapat mengembalikan keberagaman hayati,
fungsi ekologis, dan manfaat sosial-ekonomi yang dihasilkan oleh hutan mangrove.

B. Tujuan
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………..

Daftar Pustaka

Suyadi. (2009). KONDISI HUTAN MANGROVE DITELUK AMBON: PROSPEK


DAN TANTANGAN1 [The Condition of Mangrove Forest in Ambon Bay:
Prospect and Challenges]. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati - LIPI, 9(5), 481–490.

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2004). Mangi- Mangi ”.

Anda mungkin juga menyukai