Anda di halaman 1dari 28

TRAGEDI BERDARAH

MASJIDIL HARAM 1979


AKAR MASALAH DAN DAMPAKNYA

- S U LAS R A R -
TRAGEDI BERDARAH
MASJIDIL HARAM 1979

- S U LAS R A R -
DATE : 11/12/2023/MAKASSAR
AUTHOR : SULASRAR
EDITOR : ASCORNION
PUBLISHER : ASCORNION
DAFTAR ISI

Prolog 1

Masjidil haram down 5

Ikhwan 11

Juhaiman al-Utaybi 14

Al-Mahdi 15

Akar masalah dan dampak 17

Kesimpulan 21

Daftar pustaka 22
PROLOG

Peristiwa berdarah yang terjadi pada tahun 1979 dimana


Masjidil haram di Mekkah, arab Saudi, menjadi saksi dari peristiwa
tragis yang mengguncang dunia Islam dan arab Saudi. Dalam
Peristiwa ini melibatkan sekelompok pemberontak yang menduduki
Masjidil haram yang berujung pada pertempuran berdarah yang
kemudian memakan banyak korban jiwa. Dan oleh karena itu
melalui penelitian ini penulis akan menjelaskan peristiwa tersebut
secara kronologis dan dampaknya terhadap peradaban Islam baik
di internal arab Saudi maupun secara global.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menelusuri akar


masalah sehingga menyebabkan peristiwa berdarah di Masjidil
haram di tahun 1979. Penulis berupaya untuk menganalisis faktor-
faktor yang dianggap mampu memicu konflik dan bagaimana hal
tersebut berkembang menjadi sebuah krisis besar. Serta penulis
melalui penelitian ini mencoba turut memberikan pemahaman
yang lebih dalam atas penyebab dan akibat dari peristiwa berdarah
pada tahun 1979 di Masjidil haram. Dan tentunya orientasi utama
dari penelitian ini agar mengungkap akar masalah dan mencari
hubungan peristiwa tersebut dan perkembangan lebih lanjut atas
peradaban Islam dan bagaimana hal ini mampu mempengaruhi
citra dan arah dari peradaban Islam di dunia.

1
Latar tempat peristiwa ini terjadi di kota Mekkah atau dikenali
juga dengan sejumlah nama misalnya bakkah, Ummul Quro, al-
balad, haraman Amina, ma’ad, al-qaryah dan Al-Majid al-haram
yang dalam agama Islam merupakan salah satu dari 3 kota suci
umat muslim kemudian dari segi geografis Mekkah terletak pada
bagian barat dari kerajaan Saudi Arabia di tanah Hijaz (bakar, et all,
2018).
kemudian pada tahun 1927 memperoleh pengakuan resmi
setelah raja saat itu Ibnu Saud berjanji menghormati protektorat
inggris di teluk Persia dan melindungi rakyat Inggris yang
menunaikan ibadah haji ke mekkah, disusul dengan terjalinnya
hubungan diplomatik dari sejumlah negara eropa lainnya misalnya
uni Soviet dan Francis di tahun 1926, dan Jerman 1929 dan pada
tanggal 23 September 1932 Ibnu Saud mendeklarasikan berdirinya
kerajaan Arab Saudi dengan sistem monarki absolut dan
mengambil gelar sebagai raja abd al-aziz (Wayne,2008).

Kota Mekkah dan Madinah sendiri tiap


tahunnya akan di kunjungi jutaan jemaah umrah
dan haji dari segala penjuru dunia yang
berlangsung dari bulan Syawal hingga bulan
Zulhijjah dalam penanggalan Hijriyah. Terdapat 3
pintu masuk utama ke kota Mekkah, yaitu pintu
Mala, Pintu Misfalah dan Pintu syubaikah
(bakar,2018).

ABDUL AZIZ AL-SAUD

2
Masjidil haram 1990 ( internet archive)

Di dalam kota Mekkah terdapat sebuah masjid yang dikenal


sebagai Masjidil haram yang di dalamnya terdapat terdapat kaabah
yang merupakan kiblat sholat bagi umat Islam di dunia. Perluasan
Masjidil haram dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar
bin Khattab yang berlangsung dari masa kemasa bahkan masih
berlangsung hingga saat ini. Ashari Mohd Saleh 2008 dalam bakar
2018 mengungkapkan bahwa Masjidil haram luasnya termasuk
keseluruhan tanah haram.
Dalam perjalanannya di bawah kepemimpinan ibn Saud ia
berhasil menyatukan semenanjung jazirah arab namun hal tersebut
tidak membuat arab Saudi tidak terhindarkan atas tantangan
termasuk utang yang besar, menurunnya jumlah jemaah haji dan
sejumlah perlawanan atas dinasti Saudi utamanya di wilayah barat
dan selatan (Wayne,2008).

Dalam mengkaji peristiwa berdarah Masjidil haram 1979


menggunakan pendekatan metode kualitatif atas akar masalah dan
pengaruhnya terhadap peradaban Islam melalui pendekatan
sejarah, analisis dampak sejarah dan tinjauan pustaka. Alasan
penulis menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan
pemahaman yang lebih komprehensif atas fenomena tersebut
melalui sejumlah tahapan berupa deskripsi, kategorisasi dan
analisis dampak serta tinjauan pustaka.

3
Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan
makna dari sebuah peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam
situasi maupun perspektif individual peneliti, tentunya hal ini untuk
memahami secara mendalam obyek ataupun hal yang sedang
diamati (Gunawan,2015).

Di tahap deskripsi penulis akan melakukan dokumentasi,


namun sebelum itu perlu dilakukan pengumpulan sejumlah sumber
baik primer maupun sekunder baik diperoleh dari beragam sumber
misalnya catatan sejarah, dokumen resmi, artikel jurnal, dan
beragam sumber lainnya. Yang kemudian selanjutnya data dan
informasi yang didapat akan dianalisis untuk melihat relevansi dan
fokus penelitian dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi
peristiwa tersebut.

Penulis mengharapkan dengan penelitian ini Mampu


memberikan wawasan yang lebih dalam atas peristiwa berdarah di
Masjidil haram pada tahun 1979 atas dampak, akar masalah,
dampaknya bagi peradaban Islam yang diharapkan mampu dipetik
dan diterapkan dan dipahami sebagai bentuk strategi agar dimasa
depan hal serupa dapat dicegah di masa depan dan lebih
mengedepankan jalan damai dan penuh kasih sayang.

4
Masjidil haram down

Selasa 20 November 1979, pada jam 05:25 (Allison,2011).


Masjidil haram berhasil diambil alih oleh kelompok Ikhwan dibawah
komando Juhaiman bin Muhammad bin Sayf al-Utaybi
(Trovimov,2007). Sedangkan BBC pada tahun 2019 menyebut jika
Orang-orang yang menduduki Masjidil Haram Merupakan
kelompok al-jamaa al-salafiya al-muhtasiba disingkat JSM yang
merupakan kelompok ultra-konservatif muslim Sunni.

kelompok ini berhasil mengambil alih Masjidil haram dengan


menyusupkan sejumlah anggotanya diantara para jemaah yang
hendak beribadah, sedangkan untuk persenjataan disusupkan
melalui peti-peti mati kayu yang menurut Allison,2011 peti-peti mati
kayu tersebut tidak pernah diperiksa oleh siapapun, ini didasari
pada sebuah kebiasaan dimana mayat-mayat dibawah
Menggunakan peti kayu ke masjidil haram untuk di doakan dan
berharap dapat dilimpahkan keberkahan dan ampunan dosa di
tempat suci umat islam hal yang senada juga diungkapkan oleh
(trovimov,2007) dimana jamaah yang tinggal bersama barang
bawaan mereka termasuk peti-peti kayu, Dan tak seorang pun bisa
mengganggunya bahkan untuk alasan pemeriksaan.

Memanfaatkan hal tersebut, mereka menyusupkan persenjataan


yang dapat dikatakan cukup mumpuni misalnya senapan serbu
kalashinikov, kemudian senjata FN-FAL buatan belgia, sejumlah
pistol dan amunisi kedalam Masjidil haram. Selain itu, dalam
trovimov,2007 menyebutkan bahwa senjata yang Juhaiman
kumpulkan, juga, berasal dari gudang-gudang Garda nasional,
dimana Senjata-senjata dan amunisi yang lain diselundupkan dari
Yaman, atau dari wilayah tempat terjadinya perang sipil orang-
orang Libanon. Upaya penyelundupan ini dapat kita lihat pada
tahun 1978 pihak kerajaan menggagalkan penyelundupan1,200 unit

5
senapan, 481 senjata mesin, 7,358 pistol dan lebih dari satu juta
amunisi dan sisanya banyak tidak terdeteksi, ditambah dengan
kebiasaan kepemilikan senjata oleh para keluarga-keluarga tokoh
Badui di arab Saudi juga ikut mempengaruhi hal tersebut.

Perusahaan konstruksi milik Osama bin Laden membantu


pembangunan Masjidil Haram sejak 1956, pada saat itu sejumlah
tempat di Masjidil haram masih tahap konstruksi yang belum
dirampungkan terutama mereka memiliki akses melalui gerbang
Utara (Fatah) yang terhubung dengan lorong dibawah Masjidil
haram yang disebut sebagai Qabu. Juhaiman bersama
kelompoknya menggunakan tempat ini untuk memasok
persenjataan, amunisi dan makanan menggunakan 3 mobil bak
terbuka, melalui akses ini para, untuk memperlancar aksinya ia
turut menyogok para penjaga masjid sebesar 40,000 real. Pada hari
pengepungan, al-Utaybi Memiliki antara 300 hingga 500 militan
(Allison, 2011). Sedangkan menurut (Fahmi, 2019) ada sekitar 500
hingga 700 orang. Dan menurut (Lacey,1981) 200 - 300 orang.

Para pemberontak menempatkan diri mereka disekitar masjid


dan menempatkan penembak jitu di menara-menara masjid, terjadi
penembakan pada penjaga masjidil haram yang tidak Bersenjata
(Allison, 2011) para penjaga hanya dibekali tongkat pentungan yang
dipergunakan untuk memukuli para jemaah haji asing yang
berperilaku kurang baik, dua penjaga yang mencoba melawan para
pemberontak turut tewas di dekat pintu gerbang (Trovimov,2007),
Sejumlah jamaah ikut terbunuh dalam baku tembak dan pintu
gerbang dirantai (Allison,2011), yang kemudian mencegah para
jemaah untuk keluar dari dalam masjidil haram.

Sejumlah jamaah dipaksa oleh pemberontak untuk mengikuti


perintah termasuk memblokade pintu masuk, menggulung karpet,
dan mengangkut amunisi melalui tangga curam ke menara masjid
(Trovimov,2007), sebagian besar sandera di izinkan untuk pergi, dan
yang lainnya terutama warga Saudi di sandera selama

6
pengepungan dimana menurut pangeran Abdullah dalam
komunikasinya dengan duta besar Amerika Serikat, west dalam
Allison, 2011 memperkirakan ada sekitar 1000 sandera yang
ditahan selama pengepungan.

Juhaiman melalui pengeras suara memberikan perintah militer


dan mengklaim telah menguasai seluruh Mekkah, madinah dan
Jeddah. Selanjutnya saudara Abdullah al-Qahtani yaitu Sayid al-
Qahtani mengambil alih pembicaraan dan menyatakan “sang
mesias telah tiba untuk menyelamatkan dunia dari cara-cara yang
jahat dan korup” yang secara garis besar menyiratkan bahwa
penguasa Saudi saat itu tidaklah sah dan dianggap sebagai racun
pengaruh barat, yang kemudian pada militan melakukan sumpah
setia kepada Mahdi dan mengklaim jika sumpah setia mereka tidak
berlaku lagi bagi keluarga Kerajaan Saudi dan dianggap gagal
menegakkan hukum islam (Allison,2011).

Diketahui Sejumlah polisi dikirim kesana untuk menyelidiki hal


ini namun ketika mereka tiba mereka hanya disambut oleh
tembakan mematikan dari para penembak jitu yang ditempatkan di
menara-menara masjidil haram. Lambannya penanganan
diperparah dengan banyaknya anggota keluarga Kerajaan yang
sedang tidak ditempat dan tugas ini berada pada tangan menteri
dalam negeri Saudi yaitu pangeran Nayef dan menteri pertahanan
yaitu pengeran Sultan bin Abdulaziz Al saud.

Hingga akhirnya garda nasional Diturunkan dalam mengatasi


masalah ini, selanjutnya pasukan khusus dibawah kementrian
dalam negeri yang bertujuan untuk memulihkan ketegangan dalam
masjidil haram dan lebih jauh pihak yang berwenang kemudian
memblokade jalanan dan menutup semua komunikasi dengan
dunia luar, yang kemudian menyebabkan kekacauan atas informasi
yang beredar terutama setelah pemadaman media. Kegagalan
Saudi atas peristiwa ini maupun tekanan masyarakat atas
kekuasaan yang dipegang oleh Saudi yang kemudian mendorong
untuk mengontrol informasi yang ada (trovimov, 2007).
7
Rabu 21 november pasukan Saudi mengirim pesukan untuk
menaklukkan para pemberontak namun hal tersebut gagal, kamis
22 November batalion 6 dibawah kolonel Humaid berhasil
merangsek masuk namun sayang gagal dan terbunuh dalam
operasi pada Jumat, 23 November. Pada Sabtu 24 November
serangan kendaraan lapis baja mampu membersihkan terowongan
marwah hingga Safa dengan begitu pasukan dapat membuka jalan
ke halaman utama Masjidil haram, diketahui menara telah
diamankan namun para sniper masih beroperasi pada posisi lantai
atas yang mengelilingi halaman masjid, Kontak senjata tidak bisa
dihindari apc (Armoured personnel carrier) dihujani peluru.

Konvoi APV arab Saudi di Mekkah 1979 ( internet archive).

Pada tanggal 3 Desember pasukan Arab Saudi menyebar


senjata kimia berupa gas air mata kedalam ruang bawah tanah
yang dipergunakan sebagai benteng terakhir kelompok juhaiman
hingga ia bersama 65 pengikutnya termasuk wanita dan anak-anak
menyerah kan diri namun upaya penggunaan senjata kimia
dianggap kurang efektif para pemberontak memblokade akses
masuk gas dan membasahi sorban guna melindungi nafas dan
mereka bisa dengan mudahnya mendeteksi kedatangan pasukan
ke arah mereka, selain itu gas yang diarahkan kedalam ruang
bawah tanah ternyata malah berbalik kearah para pasukan Saudi
dan merugikan mereka atas penggunaan zat kimia tersebut, dan
pada 4 Desember Masjidil haram berhasil diambil alih kembali oleh
Saudi Arabia (Allison, 2011).

8
Kamis 6 desember 1979, tepatnya pada jam 05:15 sore hari
kompleks Masjidil haram kembali dibuka dengan kunjungan dari raja
Khalid dimana disambut oleh pangeran Nayef dan syekh Ibnu
Rasyid. Kemudian raja mencium hajar Aswad dan melanjutkan untuk
melihat keadaan Masjidil haram yang di sejumlah tempat dipenuhi
lubang bekas peluru dimana ia melakukannya

Sembari mengitari ka’bah sebanyak 7 kali dan mengakhirinya


dengan bersujud dua kali di tanah yang selanjutnya meminum air
ZAM ZAM dari mata air nya dan hal ini disiarkan keseluruh penjuru
dunia Melalui siaran langsung televisi (trovimov, 2007) ia tidak lama
disana dan kemudian kembali ke istananya di tepi laut Jeddah untuk
hidangan perayaan untuk merayakan keberhasilan untuk
mengalahkan para pemberontak.

Setelah masjidil haram direbut dari kelompok bersenjata yang


dikomandoi oleh juhaiman ada sekitar 200 orang yang tewas dan
sisanya luka parah sedangkan pemerintah Arab Saudi sendiri
mengumumkan jika jumlah korban yang tewas hanya mencapai 127
orang, 461 luka-luka dimana 117 dari korban tewas merupakan
bagian pemberontak (Lacey, 1981). Dari pihak pasukan saudi
terdapat 127 tewas, 451 luka parah, untuk pemberontak ada sekitar
75 tewas, dan 27 tewas akibat luka-luka ketika ditahan, sandera
sendiri menurut klaim pangeran Nayef ada 26 tewas dan 110 terluka
walaupun banyak yang ragu atas klaim pangeran Nayef tersebut
(Allison,2011).

Sejumlah tokoh penting arab Saudi dalam pembukaan Masjidil haram pasca di kuasai pemberontak. 9
Awal bulan Januari 1980, 63 orang yang merupakan bagian
pemberontak yang menyerah dipecah menjadi beberapa kelompok
yang kemudian setengah lusin dari mereka di kirim ke Mekkah,
Riyadh, Madinah, Dammam, buraydah, hail, Abha, dan tabuk.
Dimana para perempuannya di jatuhi hukuman dua tahun penjara,
anak-anak dimasukkan ke pusat kesejahteraan, 19 laki-laki yang
bertugas memasok senjata di kirim ke penjara dan 38 laki-laki
dibebaskan karena tuduhan keterlibatan mereka tidak dapat
dibuktikan sedangkan 63 orang lainnya yang berperan aktif dalam
pertempuran di Masjidil haram tidak diberi ampunan “bunuh
mereka yang namanya tercantum dalam pernyataan ini", dalam
surat raja Khalid untuk kementrian dalam negeri arab Saudi dalam
(Lacey,1981).

Peta persebaran eksekusi para pemberontak (ilustrasi : ascornion)

Pada tanggal 9 Januari 1980 ke 63 orang termasuk juhaiman


dibawa ke alun-alun kota tempat dimana mereka di eksekusi dengan
cara dipenggal oleh algojo didepan umum, dan pihak kerajaan
menginstruksikan agar para imam untuk mengecam aksi yang terjadi
pada pagi hari dibulan November 1979 tersebut dalam khotbah
mereka (Lacey,1981).

10
IKHWAN

Bergantung pada suku Badui maupun orang-orang yang bersekutu


dan dari segi kekuatan dan daya serang dianggap tidak dapat
diandalkan selain itu dihadapkan pula pada tuntutan kepentingan
perang yang saat itu berlangsung dan terjadinya situasi
ketidakpastian sejumlah suku yang menjadi sekutu, yang disebabkan
oleh tiadanya loyalitas yang abadi di wilayah tersebut dan kerap kali
berubah-ubah. Atas hal tersebut Ibnu Saud mengambil keputusan
untuk membentuk pasukan militer yang dapat diandalkan dan
tentunya memiliki loyalitas serta kesetiaan terhadap Ibnu saud dan
menjadi pasukan utama yang berfokus menyerang dengan jumlah
lebih dari 60.000 orang (Wayne,2008).

Kelompok milisi Ikhwan Dikenal sebagai pasukan fanatik atas


keyakinan yang mereka yakini, Tidak seperti tentara konvensional
kelompok ini lebih berorientasi pada jihad, sehingga mereka akan
bertempur tanpa rasa takut dan menakutkan bagi musuh-
musuhnya, mereka juga memandang diri mereka sebagai petugas
yang akan menegakkan peraturan secara tegas dan sebagai
kekuatan moral dari negara arab Saudi (Wayne,2008).

Untuk menciptakan kondisi dalam negeri yang stabil


pemerintahan saat itu melarang terjadinya peperangan tradisional
dan mendorong mereka yang berniat berperang untuk bergabung
kedalam Ikhwan, yang utamanya berfokus melawan musuh-musuh
dari dinasti Saud dalam doktrin Wahhabisme (Wayne, 2008) dapat
dikatakan bahwa selain digunakan sebagai alat perang ternyata
dipergunakan sebagai wadah untuk stabilisasi keadaan internal
negara dengan melarang
11
-terjadinya konflik maupun perkelahian antar suku dan kelompok
dengan menyalurkan hasrat berperang mereka kedalam struktur
Ikhwan. Walaupun demikian menurut (Wayne, 2008) kelompok ini
dianggap sulit beradaptasi pada periode damai, tanpa perang,
Membuat mereka tidak puas atas berakhirnya peperangan pada
tahun 1920an dan juga pandangan atas kedekatan dan upaya
mengakomodasi atas kepentingan barat dan negara-negara
sekitarnya. Walaupun demikian kelompok ini mampu menekan
sejumlah pemberontakan yang terjadi dalam periode 1916 hingga
1930.

Menurut Allison 2011 sosok bernama Al-Utaybi membentuk


sebuah kelompok baru yang disebut dengan Ikhwan. Pergerakan
kelompok ini mirip seperti kelompok Ikhwan yang asli yang dimanah
mengkritik rezim Saudi yang mengakhiri jihad dan Menggunakan
agama sebagai alat untuk membenarkan kepentingan duniawi
mereka. Lebih lanjut kelompok ini pada awalnya hanya terdiri dari 3-
4 orang yang tinggal disebuah apartemen kecil di riyadh, dimana
mereka melihat pendirian para ulama korup dan gerakan al-sahwa
yang terlalu politis sehingga mereka berusaha mengisi kesenjangan
diantara para masyarakat religius di arab Saudi.

dari perspektif ideologis yang dianut keduanya akan nampak


perbedaannya misalnya kelompok ikhwan besutan Ibn Saud yang
lebih ke Wahabi tradisional sedangkan Ikhwan besutan Al-Utaybi
lebih ke salafi, Lanjut berdasarkan diskusi dengan seorang mantan
ulama jihadis arab saudi yang bernama Yamin ramzi dalam Allison
2011 menerangkan penggunaan istilah “wahabisme” dalam
penggunaannya untuk membedakan ideologi rezim Saudi dan
pendirian ulama dengan ideologi salafi lainnya, wahabisme dapat
disebut sebagai ideologi yang merupakan salah satu dari tiga cabang
salafisme.

12
Sama halnya dengan kelompok salafi, Wahabi berfokus pada
mempertahankan tauhid dan melestarikan Islam dari inovasi dan
penistaan, dan mereka merupakan kelompok loyalis politik terhadap
monarki Al Saud, berbeda dengan kelompok -kelompok salafi yang
muncul belakangan. Kelompok ini sendiri bertujuan
mempertahankan prinsip dan keyakinan salafi, tidak terfokus pada
hal yang spesifik, dan mengklaim diri mereka sebagai pewaris
ideologis Mazhab Hambali dan penggunaan taqlid untuk keputusan
yuridis sedangkan kelompok salafi yang lebih baru menggunakan
ijtihad (Sunnah dan Al-Qur’an ) dalam yurisprudensinya. Perbedaan
utama diantara Wahabi dan salafi ialah Wahabi merupakan
tradisionalis dan konservatif secara politis sedangkan kelompok yang
baru menempuh jalan perubahan atas rezim melalui cara cara politik
(salafisme progresif) ataupun cara-cara kekerasan (salafisme jihadis).

Salafisme lebih mengacu atas penggambaran muslim Sunni atas


Islam yang didasarkan hanya pada perkataan dan perbuatan nabi
Muhammad Saw dan sahabatnya di abad ke 7. Dibagi menjadi 3
cabang yaitu tradisionalis ( istilah barat : Wahhabisme, salafisme
progresif dan salafisme jihadis) yang dibedakan atas dasar tujuan
politik dan konsepsi tauhid yang berbeda. Ketiganya percaya atas
konsepsi tauhid pertama yaitu tauhid al-rububiyah, tauhid uluhiyah
dan tauhid alasmaawa sifaat. Dua cabang salafisme terakhir
menambahkan konsepsi tauhid ke empat yang mengacu pada
gagasan “ tidak ada hukum yang layak kecuali hukum Allah” tauhid
ini disebut al-hakimiyyah sekaligus turut memunculkan ide
perubahan politik yang cenderung radikal dan dua cabang salafisme
yang terakhir (Allison, 2011).

13
Juhaiman bin
Muhammad bin Sayf al-
Utaybi menjadi seorang
pemimpin Islamis
terkemuka pada tahun
1970-an ketika ia
berusia empat puluhan.
Ia lahir pada tahun
1930-an dari sebuah
keluarga Badui di bagian
barat wilayah Najd, Arab
Juhaiman Al utaybi 1979 Saudi.

Kakek dan ayah al-Utaybi dikenal sebagai penunggang kuda yang


berpartisipasi dalam penggerebekan sebelum dan sesudah
berdirinya negara Saudi. Al-Utaybi dibesarkan di lingkungan
tradisional Badui dan memiliki tingkat pendidikan
yang sangat Rendah. Al-Utaybi menghabiskan
sebagian besar hidupnya bekerja di Garda
Nasional Saudi. Setelah keluar dari Garda
Nasional, Ia kuliah di Universitas Dar
al-Hadits. Pada masa inilah ia menjadi
terkenal karena karisma, usia dan
silsilah kesukuannya (Allison,2011).

Juhaiman Al utaybi

14
Al-MAHDI

Pemikiran atas Mahdi memunculkan sebuah imajinasi di


kalangan muslim selama ratusan tahun (trovimov, 2007). Telah
diramalkan jika suatu hari dikirimkan seorang juru selamat, seorang
Mahdi untuk memerintah dunia Islam dan mendirikan masyarakat
ideal, Mahdi tak dapat dibunuh Dan akan menciptakan bumi yang
adil berbeda dengan bumi yang dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Al-
mahdi dapat dikatakan sebagai sebuah gelar dan bukalah nama asal
seseorang, ia memiliki nama asli Muhammad bin Abdullah dan
dikenal sebagai al-mahdi, ia digambarkan sebagai sosok manusia
biasa dimana ia merupakan keturunan nabi Muhammad yang
muncul ketika hari kiamat yang dimana menjadi sebuah simbol juru
selamat atas dunia yang dimana turunnya Al Mahdi bersamaan
dengan turunnya Isa Al-Masih, Dajjal dan makhluk yang disebut
sebagai ya’juj ma’juj (fitriyah, 2008).

Muslim Syiah sendiri percaya jika Mahdi telah muncul di abad


ke 9 lalu menghilang dan diyakini akan muncul kembali pada akhir
zaman. Dan Klaim mengklaim sebagai sosok Mahdi telah terjadi dan
beberapa kali dilakukan misalnya salah satu sosok pemberontak
Sudan Muhammad Ahmad Sayid Abdullah di tahun 1885 ketika
menaklukkan khortum dari Inggris. Mohammed Abdullah al-Qahtani
pria berkulit kuning, tinggi, dahi lebar, hidung mancung dan tahi lalat
merah besar di pipinya, Dimata juhaiman ia Memiliki nama yang
sama dengan nabi Muhammad, anak Abdullah.

15
Namun dari segi keturunan Al qahtani tidak sama dengan keturunan
nabi dimana nabi Muhammad berasal dari suku Quraisy sedangkan
qahtani dari keturunan adhani, yang dimana hal ini dianggap sebagai
sebuah kontradiksi dimana jika dilihat ras Arab terbagi dua
kelompok anak Ibrahim, bernama Ismail yang merupakan kelompok
al-adnani dan penduduk asli Arab Selatan (trovimov, 2007),
sedangkan menurut Ibnu baz jika Mahdi akan muncul dengan
sendirinya melalui kehendak tuhan tanpa butuh intervensi manusia
dimana kemunculan Al qahtani terlalu banyak dicampur tangani oleh
Juhaiman dan memperingatkan hal tersebut bisa menyebabkan dosa
dan perselisihan diantara kaum muslim. Ia cukup terobsesi atas
sosok Al Mahdi bahkan ia mendedikasikan satu dari 7 risalah untuk
kedatangan sang mahdi dimana sosok Mahdi digambarkan sebagai
sosok yang akan menegakkan syariat Islam atas seluruh bumi
(Allison, 2011).

Jasad Al qahtani sang sosok Al Mahdi

Sebuah foto menujukan foto sosok yang diyakini sebagai al qahtani


dengan kondisi kedua mata tertutup, rahang kaku dan gigi depannya
benkok keluar, teori lain muncul dengan menyebut Al qahtani
berhasil kabur dari Masjidil haram dan dengan segera pihak
kerajaan Arab Saudi menghilangkan spekulasi ini karena dinilai
berbahaya dengan menangkap sejumlah kerabat Al qahtani
termasuk saudara laki-lakinya yang bernama Sayid. Dugaan lainnya
Al qahtani tewas akibat ledakan granat dalam peperangan di masjidil
haram (trovimov, 2007).

16
Akar masalah dan dampak

AKAR MASALAH

Modernisasi dan westernisasi yang terjadi pada arab Saudi terutama


ketika Minyak mengubah wajah arab Saudi dapat kita pandang
sebagai sebuah persoalan pemantik dari akar masalah sebenarnya
yaitu fanatisme yang muncul melalui pemikiran-pemikiran manusia
itu sendiri. Tentunya fanatisme maupun ekstremisme memiliki
kecenderungan pada pemutlakan dan penyingkiran ciri antropologis
yang mengarah pada dogmatisme pengetahuan khususnya agama
maupun keyakinan, sikap dogmatis inilah yang melahirkan fanatisme
dan ektrimisme dimana akan memunculkan tindakan kekerasan dan
kebrutalan atas dasar apapun itu ( Supelli, 2010 dalam martiam,
2013).

Namun hal ini tentunya tidak bisa disalahkan karena pada dasarnya
dua unsur yang mendirikan arab Saudi memilih jalan tersebut sedari
awal ketika ibn Saud bersama Ibn Abd al-Wahhabi bersama-sama
mendirikan arab Saudi (commins, 2006). Dan hal ini diperparah
ketika minyak mengubah arab saudi dalam waktu singkat, mulainya
memasukkan modernisasi dan budaya kebarat-baratan sehingga
memunculkan rasa tidak puas dan penolakan dari sejumlah ulama
dan pihak salah satunya ialah juhaiman yang kemudian mengambil
langkah yang cenderung agresif.

17
Lemahnya penegakan hukum dan lambannya reaksi serta
pelarangan penggunaan senjata dan pertempuran di dalam
kawasan Masjidil haram. Dan kurangnya pemahaman pasukan
Arab Saudi atas operasi Kontra terorisme ini diakibatkan mereka
lebih banyak dilatih untuk menghadapi perang terbuka. Selain itu
komunikasi dan kerja sama pada pucuk pimpinan dan yang ada
dilapangan cenderung rancuh dan terlalu mengandalkan
kepemimpinan figur tertentu, yang dimana saat itu sejumlah figur
yang dianggap mampu menangani peristiwa ini sedang tidak
ditempat dan dalam misi lain diluar arab Saudi membuat celah yang
cukup besar dalam keamanan dalam negeri arab Saudi.

Misalnya ketika pasukan Arab Saudi mulai kehilangan


ketenangannya dengan menarik pelatuk tiap kali terdapat
pergerakan didalam kegelapan dan turut berkontribusi atas
menambah tragedi terutama ketika mulainya pengepungan atas
pemberontak terjadi salah tembak terhadap sandera yang dianggap
sebagai pemberontak ketika mereka berusaha melarikan diri dan
menuju pasukan pemerintah selain itu friendly fire tercatat juga ikut
terjadi dimana pasukan keamanan khusus dan garda nasional
terpisah dan mengira pasukan rekan sendiri sebagai pemberontak
(trovimov, 2007).

DAMPAK
Menguatnya pemikiran anti amerika disejumlah negara Timur
Tengah, Hal ini tentunya diakibatkan oleh simpang siurnya informasi
mengenai peristiwa ini saat itu akibat upaya pemerintah arab Saudi
untuk menutupi hal ini. Sehingga beragam teori muncul mengenai
peristiwa ini misalnya dari pihak amerika menganggap dalang dari
peristiwa ini adalah Iran, sedangkan Iran dan sejumlah negara-
negara berbasis Islam menganggap Amerika dan Israel di balik
peristiwa ini dan menyebabkan insiden penyerangan dan
demonstrasi pada sejumlah kantor kedutaan Amerika Serikat,
misalnya di Pakistan, Iran, Libya.

18
Peristiwa ini juga turut menjadi salah satu pemantik yang kemudian
menginspirasi sejumlah gerakan-gerakan perlawanan di sejumlah
negara. Bahkan setelah juhaiman dieksekusi mati pengaruh dari
pemikiran-pemikirannya dianggap tidak akan mati salah satunya
ialah apa yang dilakukan Osama bin Laden bersama al-Qaeda kelak.
Bahkan menurut trovimov sendiri menganggap peristiwa yang
terjadi pada pagi hari dibulan November tersebut sebagai hal yang
melatarbelakangi timbulnya sejumlah insiden kekerasan bahkan hal
tersebut berlanjut hingga saat ini.

Arab Saudi terjebak dalam kondisi dimana mereka tidak dapat


mengangkat senjata melawan kelompok Ikhwan yang menguasai
Masjidil haram saat itu hingga terjadi kesepakatan diantara para
ulama dengan pemerintah Saudi Arabia dengan mengubah
modernisasi dan westernisasi yang terjadi di Saudi terutama yang
dianggap bertolak belakang dengan syariat Islam.

Sehingga para ulama pun mengeluarkan izin untuk mengangkat


senjata didalam Masjidil haram, hal ini kemudian memperlihatkan
bahwa peran dan eksistensi para ulama kembali menguat. Peristiwa
ini dianggap sebagai langkah pertama atas perjalanan dari gerakan
jihadis transnasional Al Qaeda (Trovimov, 2007) walaupun demikian
menurut (Allison, 2011) hanya sedikit bukti spesifik atas hal tersebut
terlepas dari fakta bahwa Osama bin Laden ada di Mekkah saat itu.
Menurut (Allison, 2011).

Peristiwa ini memiliki implikasi strategis misalnya ketika pola


serangan yang digunakan oleh juhaiman dipergunakan juga dalam
kasus lain yang dilakukan oleh sekelompok Sikh fundamentalis
bersenjata yang mendudukin kuil emas di tahun 1984 yang
memprotes kekuasaan wilayah Punjab saat itu.

Peristiwa berdarah ini mengubah rezim Saudi, seperti halnya apa


yang terjadi pada Iran setelah revolusi, dinilai akan menyebabkan
kemunduran dalam modernisasi yang baru saja di mulai pada arab

19
Saudi dan turut mempengaruhi para oposisi di kemudian hari serta
mempengaruhi umat Islam di seluruh dunia dan sejumlah gerakan,-
gerakan pembangkang dan perjuangan Islam di kemudian hari.
Keberhasilan beberapa ratus militan menyerbu Masjidil Haram
dalam jangka waktu cenderung lama menunjukkan celah waktu yang
Lama memperlihatkan kelemahan serius dalam sektor militer dan
keamanan Saudi, tanpa adanya rencana darurat untuk mengatasi
penyerbuan bersenjata pada Masjidil haram (Allison, 2011).

Pemerintahan arab Saudi dianggap arogan, tidak cakap,


membingungkan, dan kesan itulah yang mereka tunjukkan dan
menodai kerajaan Saudi untuk selamanya dan hal itu pula turut
meruntuhkan loyalitas sejumlah kaum muslim arab Saudi dan
sekitarnya yang menolak pembantaian besar-besaran di Mekkah
saat itu dan satu diantara dari mereka ialah Osama bin Laden muda
menciptakan oposisi bagi pemerintahan arab Saudi dan Amerika
yang diinspirasi oleh ideologi dari orang-orang juhaiman dan
kemudian diyakini menjadi cikal bakal dari kekerasan yang dilakukan
kelompok Al-Qaeda (Allison,2011).

Beragam peristiwa global, ideologi ini tumbuh dari sebuah peristiwa


1979 dimana menghasilkan gerakan Islam yang dianggap bergerak
secara brutal dan penuh kekerasan berdasarkan ideologi dan
inspirasi atas apa yang dilakukan Juhaiman baik itu secara langsung
maupun tidak langsung. Dimana para penganutnya kemudian kerap
kali terlibat atas serangkaian teror misalnya 9/11, bom Bali 1 & 2,
dan aksi-aksi lainnya. Insiden 1979 kerap kali hanya dianggap
sebagai insiden lokal Warisan dari bangsa Badui yang menyalahi
zaman dengan menolak modernitas. Padahal jika kita melihat lebih
dalam bahwa peristiwa 1979 di bulan November tersebut bukan
hanya sebatas itu bahkan kita bisa melihat hal ini sebagai sebuah
operasi skala besar yang pertama kali oleh sebuah gerakan jihad
internasional di masa-masa modern.

20
KESIMPULAN

Fanatisme yang tumbuh dan berkembang melalui aliran pemikiran


wahabisme, yang kemudian menjadi salah satu unsur berdirinya
arab saudi melalui kepemimpinan dinasti Saud. Dorongan
pemasukan besar dari perdagangan dari komoditas minyak
membawa arab Saudi untuk memodernisasi negaranya. Namun
dampak yang dibawah oleh modernisasi ini dianggap tidak sesuai
dengan syariat Islam dan menimbulkan penolakan, terutama dari
kelompok seperti juhaiman, yang kemudian memuncak pada
peristiwa berdarah di Masjidil haram pada tahun 1979.

Setelah peristiwa tersebut kemudian memicu pandangan anti-


barat di kalangan negara-negara muslim. Iran dan Amerika Serikat
terlibat dalam saling lempar tuduhan terkait dalang dari peristiwa
berdarah ini, menciptakan kerancuhan informasi yang kemudian
diperparah tidak transparannya pemerintahan arab Saudi terkait
peristiwa tersebut. Kemudian kelompok-kelompok dengan
pemikiran berbasis kekerasan seperti juhaiman anut, terutama pada
tahun 1998 dengan terbentuknya kelompok jihad Islam internasional
yang kemudian mengeluarkan fatwa perubahan fokus target mereka
dari yang dekat ke yang jauh seperti Amerika Serikat dan Israel
(montasser, 2004).

Disisi lain fatwa yang dikeluarkan oleh ulama saudi terhadap


pengesahan penggunaan senjata untuk menumpas pemberontak di
dalam masjidil haram mengembalikan kekuatan ulama atas Saudi
terutama pada keberlanjutan upaya modernisasi yang bertolak
belakang dengan ajaran agama Islam terutama mereka yang
beraliran Wahabi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zayyat, Montasser. (2004). THE ROAD TO AL-QAEDA: The Story of


Bin Laden’s Right-Hand Man. Pluto Press.

Allison, Marissa. (2011). MILITANTS SEIZE MECCA: THE EFFECTS OF


THE 1979 SIEGE OF MECCA REVISITED.

Aryono. (2020, Juni 8). Kudeta Berdarah di Makkah.


https://premium.historia.id/article-premium/kudeta-berdarah-di-
makkah

Bakar, Ahmad, Y, A, et al. (2018). Sejarah dan Perkembangan Ibadah


Haji (UUM Press). UUM Press.

BBC News Indonesia (2019). Pengepungan Masjidil Haram di Mekah


yang mengubah sejarah Arab Saudi.
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-50923388

Commins, David. (2006). Wahhabi Missions and Saudi Arabia:


IBTauris & Co Ltd.

Fahmi, Ahmad, S. (2019). TRAGEDI BERDARAH MASJID AL-HARAM


1979: GERAKAN PEMBERONTAKAN “IMAM MAHDI” DI TANAH SUCI
MAKKAH [skripsi UIN sunan Kalijaga, Yogyakarta].

FITRIYAH, WAHIDATUL. (2008). HADIS-HADIS TENTANG


MUNCULNYA AL- MAHDI (STUDI MA’ANIL HADIS) [Skripsi, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta]. http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1991/

Gunawan, imam. (2015). Metode penelitian kualitatif.

22
Hegghammer, T., & Lacroix, S. (2007). REJECTIONIST ISLAMISM IN
SAUDI ARABIA: THE STORY OF JUHAYMAN AL-ʿUTAYBI REVISITED.
International Journal of Middle East Studies, 39(1), 103–122.
https://doi.org/10.1017/S0020743807002553
Juhayman: 40 years on. (2019, November 18). Arab News.
https://www.arabnews.com/deepdive/juhayman-40-years-on

Lacey, Robert. (1981). The KINGDOM : Arabia and house of Saud,


Hutchinson & Co.LTD.

Martiam, N. (2013). FANATISME, EKTREMISME, DAN PENYINGKIRAN


CIRI ANTROPOLOGIS PENGETAHUAN. Jurnal Kawistara, 3(2).
https://doi.org/10.22146/kawistara.3984

Trovimov, Yaroslav. (2007). The Siege of Mecca: a forgotten rebellion


in Islam’s holy place and birth of Al Qaeda : anchorbook.

Trovimov, Yaroslav. (2007) Tragedi Mekkah: Sejarah yang Tak


Terkuak, Terjemahan. Saidiman. Jakarta: Pustaka Alvabet.

Wayne, H. Bowen. (2008). The history of Saudi Arabia (The


greenwood histories of the modern nations). Greenwood Press.

23
TRAGEDI BERDARAH MASJIDIL
HARAM 1979 : AKAR MASALAH DAN
DAMPAKNYA BAGI PERADABAN
UMAT ISLAM

Buku ini membahas mengenai peristiwa berdarah di masjidil haram pada


tahun 1979 dengan tujuan utama mengungkap akar masalah, dampak terhadap
peradaban Islam, dengan pendekatan kesejarahan, tinjauan pustaka serta
menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis secara mendalam mengenai
peristiwa tersebut. Hasilnya penulis menemukan bahwa pro kontra modernisasi
akibat dorongan lonjakan ekonomi secara singkat melalui komoditas minyak, serta
kegagalan penanganan krisis oleh arab Saudi dan fanatisme berlebihan turut
memainkan peran penting dalam peristiwa ini. Menghasilkan ketidak stabilan
regional timur tengah bahkan memicu pemikiran anti-barat di negara-negara
muslim lainnya, utamanya negara-negara di Timur Tengah. Selain itu perkembangan
kelompok -kelompok transnasional seperti Al-Qaeda dan kelompok jihadis
transnasional lainnya yang menciptakan gelombang yang signifikan pada keadaan
geopolitik sekaligus sentimen negatif atas Islam di ranah global, dan peristiwa yang
terjadi pada dini hari inilah yang kemudian memicu dan mengilhami kelompok-
kelompok lainnya yang memiliki visi dan pemikiran yang sama dengan juhaiman.
Melalui pemahaman mendalam terkait peristiwa tersebut, agar mampu
menggambarkan perubahan yang signifikan dalam geopolitik global, serta suburnya
ideologi radikal Yang menjadi bagian integral dan narasi perubahan dalam
peradaban Islam.

Anda mungkin juga menyukai