Anda di halaman 1dari 3

Modul 1 Blok 18 – Dermatitis

PRASYARAT

1. Anatomi dan Histologi Kulit


Kulit adalah lapisan terluar tubuh ⇒ organ terbesar dan bersifat
water resistance. Ketebalan kulit berbeda-beda, kulit yang sering
terkena tekanan memiliki struktur yang lebih tebal.
Kulit dibagi menjadi dua jenis, yaitu kulit tebal dan kulit tipis.
Secara umum lapisan kulit terdiri dari epidermis (outer layer) dan
dermis serta lapisan subcutis (hipodermis).

Epidermis
Merupakan bagian paling luar, langsung berhubungan dengan
lingkungan luar. Hipodermis
• Terdiri dari jaringan epitel Terletak di bawah dermis.
• Tidak ditemukan pembuluh darah • Melekatkan kulit dengan tulang dan otot tubuh
• Nutrisi dari proses difusi kapiler yang ada di jaringan bawah • Menyuplai kulit melalui pembuluh darah dan syaraf
epitel • Terdiri dari jaringan ikat longgar dan jaringan ikat elastis
• Lapisan epidermis terdiri dari : • Terdapat fibroblast, makrofag,sel adiposit (terbanyak)
1. Stratum basalis / stratum germinativum
▪ Sekumpulan sel berbentuk kubus atau silindris 2. Fisiologi Kulit
pendek, terletak diatas membrana basalis Kulit memiliki fungsi sebagai berikut:
▪ Di dalam sel dapat ditemukan pigmen melanin dalam • Thermoregulasi tubuh
bentuk granul (menentukan warna kulit seseorang) o Mengatur homeostasis suhu tubuh
2. Stratum spinosum o Suhu tubuh ↑ → produksi gl.sudorifera ekrin ↑ dan
▪ Kumpulan sel berbentuk polihedral (sel prickle) vasodilatasi → evaporasi → suhu tubuh ↓
▪ Sel terisi bangunan opaq, granuler, halus o Suhu tubuh ↓ → produksi gl.sudorifera ekrin ↓ dan
3. Stratum granulosum vasokonstriksi → hilangnya panas tubuh berkurang →
▪ Terdiri dari 2-4 lapis sel-sel berbentuk belah ketupat suhu tubuh ↑
(mengandung granula eleidin / granula keratohyalin) • Reservoir Darah
4. Stratum lucidum o Pada dermis terdapat jaringan pembuluh darah yang
▪ Sulit terlihat membawa 8-10% dari aliran darah total pada orang
▪ Suatu membran homogen dewasa
▪ Terdiri atas lapisan sel-sel mati dengan inti gepeng • Proteksi
hingga hilang o Keratin→ melindungi jaringan di bawahnya dari
5. Stratum corneum mikroba, abrasi, panas, kimia
▪ Kumpulan sel-sel mati o Lipid→ dikeluarkan oleh granula lamellar untuk
▪ Terdiri atas 15-35 lapisan sel menghambat penguapan air dari permukaan tubuh
(transepidermal water loss)
o Sebum (dari Gl.sebacea)→ mencegah keringnya kulit dan
rambut dan mengandung zat bakterisidal
o Pigmen Melanin→ melindungi kulit dari bahaya sinar
UV
o Sel Langerhans→ memberi sinyal saat ada mikroba yang
masuk
o Makrofag→ memfagositosis bakteri dan virus yang
melewati sel langerhans di epidermis
• Organ Sensorik
o Sensasi Taktil (raba, tekan, getaran, gelitik)
o Sensasi Termal (panas dan dingin)
o Sensasi Nyeri
• Respon imun seluler yang terdapat pada epidermis: • Ekskresi dan Absorbsi
o Sel Langerhans o Normal: kulit hanya memiliki sedikit peran dalam
▪ APC utama pada epidermis ekskresi dan absorpsi
▪ Berasal dari sumsum tulang o Stratum korneum → kedap air; sekitar 400 uL air / hari
o Keratinosit menguap lewat stratum korneum
▪ Mengekspresikan MHC kelas II saat ada stimulus o Pasien sedentary kehilangan +/- 200 uL / hari dari
alergen dan zat iritan keringat → yang aktif kehilangan lebih banyak air dari
Dermis keringat
Lapisan di bawah epidermis, terdiri dari jaringan ikat ⇒ mampu o Keringat mengandung: garam, CO, hasil pemecahan
menahan tekanan. Dapat ditemukan akhiran syaraf, folikel protein (amonia dan urea)
rambut, glandula sudorifera, glandula sebacea, pembuluh limf,
• Sintesis Vitamin D
pembuluh darah. Lapisan dermis (luar→dalam)
o Membutuhkan aktivasi molekul perkusor dalam kulit oleh
• Stratum papilare
sinar UV
o Jaringan ikat longgar yang bisa meluas hingga epidermis
o Enzim dalam hati dan ginjal→ memodifikasi molekul
• Stratum retikulare yang teraktivasi, menghasilkan kalsitriol (bentuk vitamin
o Jaringan ikat yang lebih padat (dibandingkan stratum D yang paling aktif)
papilare)
o Kalsitriol merupakan hormon yang membantu absorpsi
o Terdiri atas jaringan ikat kolagen, elastis, dan retikuler kalsium dari makanan di GIT
o Memperkuat dermis, bersifat elastis, mampu meregang o Sintesis Vit D memerlukan sekitar 10-15 menit paparan
o Dapat ditemukan akar rambut, glandula sudorifera, matahari, 2x seminggu
glandula sebacea, reseptor syaraf, pembuluh darah. o Vitamin D meningkatkan aktivitas fagositik,
meningkatkan produksi zat antimikroba dalam fagosit
o Mengatur fungsi imun dan mengurangi inflamasi
Modul 1 Blok 18 – Dermatitis NEURODERMATITIS (SKDI 3A)
3. Imunologi dasar, reaksi hipersensitivitas A. DEFINISI
Reaksi hipersensitivitas adalah reaksi imun berlebihan terhadap Dermatitis adalah peradangan pada kulit (epidermis dan dermis)
antigen atau alergen yang menyebabkan kerusakan dan dengan manifestasi klinis polimorfik, dan disertai gejala subjektif
ketidaknyamanan. Hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 berupa pruritus.
kelompok :
Neurodermatitis adalah Peradangan kulit kronis, sangat gatal,
Type I (IgE mediated immediate reaction) sirkumskripta, ditandai dengan kulit tebal, dan garis kulit tampak
• Mekanisme: Antibodi ini (IgE) mengikat sel mast dan basofil, lebih menonjol akibat garukan atau gosokan yang berulang.
yang mengandung butiran histamin yang dilepaskan dalam
reaksi dan menyebabkan peradangan. B. ETIOLOGI
• Mediator: IgE • Penyakit sistemik (CKD,Obstruksi saluran empedu, limfoma
• Antigen : soluble antigen hodgkin, hipertiroid)
• Efektor : aktivasi sel mast • Penyakit kulit lain (gigitan serangga,dermatitis atopik,
• Contoh : anafilaksis, alergi, rhinitis, asma dermatitis kontak alergi)
• Stres emosional
Type II (Antibody mediated reaction (IgG/IgM))
• Imunoglobulin yang terlibat dalam jenis reaksi ini merusak C. FAKTOR RISIKO
sel dengan mengaktifkan sistem komplemen atau dengan • Perempuan
fagositosis. • Stres emosional
• Mediator: IgG dan IgM
• Antigen : cell / matrix associated antigen D. EPIDEMIOLOGI
• Efektor : FcR+ cells complement • 12% dari populasi dunia
• Contoh : Anemia hemolitik autoimun, goodpasture syndrome • Wanita > Pria (2:1)
• Prevalensi tertinggi pada usia 30-50 tahun
Type III (Immune complex mediated reaction) • Berkaitan dengan faktor stress individu
• IgM dan IgG akan bereaksi dengan antigen terlarut
membentuk kompleks antigen-antibodi.Sistem komplemen E. KLASIFIKASI
menjadi teraktivasi dan melepaskan agen kemotaktik yang
menarik neutrofil dan menyebabkan inflamasi dan kerusakan F. PATOGENESIS
jaringan seperti yang terlihat pada vaskulitis dan Etiologi
glomerulonefritis. unknown
Primer : Faktor lingkungan,stres
• Mediator: IgG, komplemen
Sekunder : penyakit kronis / penyakit kulit lain
• Antigen : soluble antigen
• Efektor : FcR+ cells complement Hal-hal diatas akan menyebabkan peningkatan zat pruritogen
• Contoh : SLE, Penyakit serum, reaksi Arthus (segala zat yg klo ada di kulit bikin gatal, belum diketahui pasti
apa). Zat pruritogen akan berikatan dengan reseptor nya yg
Type IV (Cell mediated / delayed hypersensitivity reaction) spesifik di serabuf saraf C (GPCR, TRPV1, TRPA1) lalu akan
• Dalam situasi tertentu, sel lain selain sel T,seperti monosit, menyebabkan aktivasi neuronal jalur non histaminergik (gatal
eosinofil, dan neutrofil, dapat terlibat. Setelah paparan kronis), impuls gatal akan diteruskan ke dorsal root ganglion dan
antigen, respon imun dan inflamasi lokal awal terjadi yang spinal cord dan lalu dipersepsi menjadi rasa gatal.
memicu munculnya leukosit. Antigen yang ditelan oleh
makrofag dan monosit dipresentasikan ke sel T, yang Penyakit (inflamasi) kronis dan stres akan menginduksi sel imun
kemudian diaktifkan. Sel-sel ini kemudian melepaskan di kulit (Th2) mengeluarkan neurothropin dan neuropeptida.
sitokin dan kemokin, yang dapat menyebabkan kerusakan Kedua zat tersebut akan berikteraksi dengan serabut saraf C
jaringan dan dapat menyebabkan penyakit. (interaksi neuroimun) menyebabkan inflamasi kulit dan rasa gatal
• Mediator : T-cells (Th1 dan Th2) (serabut saraf menjadi lebih sensitif)
• Antigen : stimulasi sel T, soluble antigen, cell associated
antigen, antigen yang dipresentasikan APC Rasa gatal akan direspon tubuh dengan menggaruk → garukan
• Efektor : aktivasi makrofag, eosinofil, neutrofil, sel T akan menyebabkan kerusakan skin barrier dan jejas epitel →
• Contoh : Dermatitis kontak, multiple sclerosis, DMT1, TB aktivasi TRPV3 pada keratinosit → keluar sitokin (IL31, IL4,
IL13, 5-HT, Prostaglandin) , protease dan AMPs → Inflamasi
kulit
Type V
• Merupakan modifikasi hipersensitivitas tipe II Menggaruk akan meredakan rasa gatal sementara karena adanya
• Autoantibodi berikatan dengan reseptor antibodi yang dapat aktivasi serabut nyeri yang menghambat impuls gatal pada level
berperan menghambat ligan berikatan dengan reseptor atau spinal cord. Akan tetapi kalo digaruk kan jejas epitel, keluar
menyerupai (mimic) efek dari ligan tersebut sitokin protease dll → aktivasi sel imun dan serabut sensorik →
• Contoh : Grave’s disease dan Myasthenia gravis siklus gatal garuk yg terus berulang

Sitokin” dri Inflamasi berkepanjangan akan menyebabkan


peningkatan proliferasi sel-sel kulit → kulit jadi tebal
(likenifikasi)

G. MANIFESTASI KLINIS
• Pruritus hebat terutama saat sedang gabut
• Gatal hilang sementara setelah digaruk sampai luka
• Lesi umumnya soliter tapi bisa lebih dari satu
• Lokasi lesi pada daerah yang mudah digaruk (tengkuk, sisi
leher, tungkai bawah, pergelangan kaki, scalp, paha bagian
medial, lengan bagian ekstensor, skrotum, vulva)
• Stadium awal → eritema dan edema atau kelompokan papule
• Karena garukan berulang → bagian tengah menebal, kering,
berskuama dengan pinggir hiperpigmentasi
• Ukuran lesi → lentikular-plakat, bentuk umumnya lonjong
Modul 1 Blok 18 – Dermatitis

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Skin patch test (untuk mengetahui pencetus dan
menyingkirkan diagnosis banding)
• Scratch test
• Biopsi kulit → melihat / menyingkirkan psoriasis / miksi
fungiodes
• Hematologi rutin
• Tes jamur / KOH

I. TATALAKSANA
Tujuan Tatalaksana
• Mengidentifikasi dan mengobati penyakit yang mendasari
• Memperbaiki fungsi lapisan kulit
• Mengurangi peradangan
• Memutus siklus gatal-garuk

Non-Medikamentosa
• Edukasi untuk menghindari menggaruk lesi
• Konsultasi psikiatri
• Menghindari panas atau iritasi
• Fototerapi UVA/UVB (untuk kasus parah)

Medikamentosa
• Topikal
o Kortikosteroid topikal potensi kuat
▪ Klobetasol propionat 0.05% 1-2 x sehari
o Inhibitor kalsineurin
▪ Salep takrolimus 0.1% atau krim pimekrolimus 2 x 1
selama 12 minggu
• Sistemik
o Antihistamin sedatif
▪ Hidroksizin S 2 dd tab I
• Antidepresan trisiklik
• Bisa juga dilakukan injeksi kortikosteroid intralesi dengan
triamnisolon asetonide

J. PENCEGAHAN
• Hindari atau atasi faktor pencetus
• Mencegah menggaruk lesi
• Gunakan pelembab → jaga skin barrier (ex : petroleum jelly)

K. KOMPLIKASI
• Infeksi bakteri pada kulit
• Hipopigmentasi / hiperpigmentasi post inflamasi
• Keganasan
• Gangguan tidur
• Gangguan fungsi seksual

L. PROGNOSIS

Anda mungkin juga menyukai