Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI NILAI HARMONI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

BERLANDASKAN FALSAFAH TRI HITA KARANA DITERAPKAN DALAM


BISNIS

Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Ary Widiastini, S.ST.Par., M.Par.

Ni Made Juni Yastiti Nim. 2329131011

MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023
I. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk yang memiliki berbagai
suku, budaya, ras, dan kepercayaan. Secara geografis, negara yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke ini memiliki 13.000 lebih pulau. Data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) yang dilansir dari Portal Media Indonesia menunjukkan terdapat lebih
dari 1.300 suku di Indonesia dan memiliki 718 bahasa daerah. Selain itu, Indonesia
juga mengandung keanekaragaman agama yaitu Islam, Kristen, Protestan, Katolik,
Buddha, dan Hindu.
Keanekaragaman yang dimiliki tersebut haruslah disadari dan diyakini sebagai
sebuah kekayaan dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya agar terciptanya sebuah
keharmonian dalam bermasyarakat. Keharmonian tersebut dapat muncul manakala
setiap individu mau saling toleransi dan saling menghormati terhadap perbedaan yang
dimiliki satu dengan yang lain. Perwujudan nilai- nilai keharmonisan ini akan lebih
mendasar pada kearifan lokal ketika berbasis pada budaya-budaya yang sudah ada,
salah satunya budaya Bali.
Masyarakat Bali sendiri memiliki ideologi yang berhubungan dengan
keharmonian yang disebut dengan Tri Hita Karana. Wiana (2007) berpendapat Tri
Hita Karana (THK) adalah panduan untuk mewujudkan sikap hidup yang seimbang.
THK memberikan panduan bagi Masyarakat Hindu Bali untuk hidup selaras dengan
lingkungan dan mempertahankan kebudayaan mereka (Pitana: 2010).
Ideologi Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan, dimana Tri berarti
Tiga, Hita berarti Sejahtera, dan Karana berarti Penyebab. Ketiga penyebab
kesejahteraan tersebut bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia
dengan Tuhan yang disebut dengan Parahyangan, Manusia dengan alam yang disebut
dengan Palemahan, dan hubungan Manusia dengan sesamanya yang disebut dengan
Pawongan.
Keberadaan konsep THK merupakan suatu konsep nilai kultur lokal yang telah
tumbuh dan berkembang dalam tradisi Masyarakat Bali yang juga saat ini telah
menjadi landasan falsafah bisnis, filosofi pengembangan pariwisata, pengaturan tata
ruang, dan rencana strategis pembangunan daerah (Riana: 2011). Hingga saat ini
ajaran THK telah berkembang dan diakui secara universal serta digunakan hampir
disegala aspek kehidupan manusia, terutama dalam aspek bisnis. Hal ini telah diakui
oleh dunia dan setiap tahun rutin diadakan perlombaan atas implementasi budaya
yang menekankan keharmonisan dengan Tuhan, sesama karyawan atau manusia, dan
alam sekitar.
II. ISI
a. Studi Kasus/ Contoh Harmoni dengan Tuhan yang diterapkan dalam
Bisnis
Hubungan manusia dengan Tuhan didasarkan atas konsepsi kaula Gusti
yang mana manusia sebagai kaula (yang dikuasai) dan Tuhan sebagai Gusti
(yang menguasai). Hubungan antara kaula dan Gusti akan melahirkan
pemahaman Tuhan sebagai asal muasal segalanya dan tujuan akhir dari
kehidupan manusia (Sangkan Paraning Dumadi). Kesadaran diri yang dimiliki
seseorang sebagai hamba Tuhan akan memunculkan konsep bakti, yang
mendudukkan manusia sebagai makhluk religius (homo religious) dan makhluk
spiritual (homo deus).
Hubungan yang harmoni dengan Tuhan ini juga diterapkan dalam dunia
bisnis. Pada aspek Parahyangan (hubungan dengan Tuhan) dalam bisnis ini
dapat dilihat dari dilakukannya upacara persembahyangan untuk setiap tahapan
kegiatan bisnis mulai dari proses pembangunan gedung untuk lokasi usaha yang
biasanya diawali dengan prosesi Ngeruak yang bertujuan untuk memohon doa
restu dan anugerah dari Tuhan dan penentuan hari baik untuk melakukan suatu
kegiatan yang baik. Selain itu juga ada upacara Melaspas yangmerupakan suatu
upacara pembersihan dan penyucian bangunan yang baru selesai dibangun atau
baru ditempati lagi. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya Artis ibu kota yang
membuka bisnis di Bali namun tetap melaksanakan kegiatan upacara tersebut
dengan tujuan untuk memohon ijin sebelum melaksanakan kegiatan bisnis
mereka di Pulau Dewata.
b. Studi Kasus/ Contoh Harmoni dengan Sesama yang diterapkan dalam
Bisnis
Hubungan harmoni dengan sesama dalam konsep THK disebut dengan
Pawongan. Kata pawongan berasal dari kata Wong yang berarti manusia dengan
berbagai dimensinya. Pawongan mengacu pada hubungan baik yang harmonis
antar sesama manusia berdasarkan welas asih atau cinta kasih. Keharmonisan
antar sesama ini merupakan pencerminan dari kesadaran sang diri akan
pentingnya kehadiran orang lain dalam mewujudkan hubungan yang damai,
sejahtera, dan bahagia.
Adapun contoh dari hubungan harmoni dengan sesama manusia dalam
bisnis dapat dilihat dari adanya kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
yang dilakukan oleh para pelaku bisnis. Kegiatan CSR yang paling sering
dilakukan adalah dengan memberikan bantuan sembako maupun dana
pendidikan bagi masyarakat yang membutuhkan.
selain melalui kegiatan CSR hubungan harmonis antar manusia dengan
manusia lain juyga bisa diinterprestasikan dengan konsep penerapan etos kerja
umat hindu yang tercermin melalui sikap penuh prakarsa, kreatif, kerja keras,
menghargai waktu, kerjasama yang harmonis, satya wacana, dan hidup hemat
yang etis (Yuliandari dan Sunariani; 2020). Agar dapat menjaga sikap kerjasama
yang harmonis dalam aktivitas bisnis, dapat juga diterapkan konsep Tat Twam
Asi yang artinya aku adalah kamu, kamu adalah aku. Ajaran ini sebenarnya
bersifat universal karena memiliki makna agar kita tidak bersikap semena- mena
dengan sesama, agar senantiasa selalu menghormati dan menghargai setiap
orang.
c. Studi Kasus/ Contoh Harmoni dengan Lingkungan yang diterapkan
dalam Bisnis
Hubungan harmoni dengan lingkungan dalam konsep THK disebut dengan
aspek palemahan. Yuliandari dan Sunariani (2020) menyatakan sinergi
hubungan harmonis antara manusia dnegan lingkungan diyakini sebagai sumber
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia.
Dalam konsep bisnis, hubungan dalam aspek palemahan ini juga bisa dilihat
dari kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan karena selain memberikan
bantuan berupa sembako, kegiatan CSR juga seringkali ditunjukan dengan
kontribusi perusahaan demu menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya.
Contohnya adalah kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan Aqua Danone
Bali di wilayah Desa Plaga, Kabupaten Badung dalam penelitian yang dilakukan
oleh Rosilawati dan Mulawarman (2019) dengan membuat program Water
Access Hygiene and Sanitation (WASH). Melalui kegiatan CSR yang dilakukan
tersebut dapat membantu masyarakat di sepanjang sungai Ayung untuk
melaksanakan program konservasi alam terpadu yang bertujuan untuk merawaty
lingkungan dan alam termasuk di mata air.
d. Manfaat Penerapan Nilai Harmoni dalam Bisnis
Penerapan nilai harmoni dalam bisnis jika dilihat dari filosofi THK
mengedepankan adanya prinsip-prinsip kebersamaan, keselarasan, dan
keseimbangan antara tujuan ekonomi, pelestarian lingkungan dan budaya,
estetika dan spiritual (Tenaya 2007).
Keberadaan THK dalam bisnis juga sangat bermanfaat untuk dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan karyawan karena dengan adanya
hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan akan menyebabkan
seseorang selalu berpikir untuk kebaikan sebelum bertindak sehingga segala
sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan bisnis dapat dilakukan berlandaskan
pada ajaran- ajaran agama sehingga para pelaku bisnis dapat terhindar dari hal-
hal menyimpang dari ajaran agamanya. Kemudian, dengan menjaga hubungan
yang baik dengan sesama dapat meningkatkan kinerja karyawan pada suatu
perusahaan karena apabila karyawan maupun atasan mau saling menghargai
maka akan tercipta lingkungan kerja yang nyaman sehingga terciptanya kondisi
kerja yang efektif. Selain itu juga, menjaga hubungan baik dengan lingkungan
sekitar dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan usaha atau bisnis tersebut
kedepannya karena apabila lingkungan usaha tersebut terjaga dengan baik maka
kelangsungan hidup perusahaan tersebut juga dapat lebih terjaga.
e. Tantangan Dalam Menerapkan Nilai Harmoni dalam Bisnis dan Cara
Mengatasinya
Dalam implementasinya, penerapan nilai- nilai harmoni ini tentu memiliki
tantangan tersendiri, diantaranya adalah:
1) Perbedaan nilai dan budaya, hal ini menjadi tantangan utama dalam
menciptakan harmoni dalam bisnis karena setiap karyawan pada perusahaan
pasti memiliki perbedaan pada nilai dan budaya yang dianutnya. Perbedaan
ini seringkali dapat menimbulkan konflik atau ketegangan sehingga
pemimpin bisnis tersebut harus bisa memahami perbedaan ini dan
menciptakan lingkungan kerja yang semua nilainya bisa dihormati.
2) Tekanan kinerja, hal ini seringkali muncul pada dunia bisnis yang
kompetitif. Adanya tekanan untuk mencapai target dan hasil tertentu bisa
menganggu nilai harmoni dalam bisnis karena fokus karyawan akan lebih
pada pencapaian tujuan daripada menjaga hubungan antar karyawan.
3) Perubahan dan ketidakpastian, dalam era disruptif seperti saat ini manusia
akan dihadapkan dengan berbagai perubahan yang terjadi begitu cepat dan
penuh ketidakpastian sehingga hal tersebut sering kali membuat karyawan
merasa cemas dan tidak nyaman yang mengancam nilai harmoni itu dapat
terlaksana karena mereka akan merasa bersaing satu sama lain.
4) Persaingan internal, adanya persaingan antar karyawan atau tim bisa saja
malah merusak nilai harmoni dalam perusahaan karena adanya persaingan
yang tidak sehat akan menyebabkan seseorang menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal ini tentu saja dapat
membuat mereka melanggar aturan dan norma bahkan melanggar ajaran
agama.
5) Kurangnya Komunikasi, adanya komunikasi yang tidak efektif dapat
menimbulkan adanya konflik dan kebingungan sehingga hubungan antar
sesama tidak berjalan harmonis.
6) Pemimpin yang otoriter, pemimpin yang memiliki sifat otoriter, keras, dan
tidak mau mendengarkan para karyawananya tentu tidak dapat menciptakan
keharmonian dalam lingkungan kerja karena mereka tidak dapat memberikan
contoh yang baik bagi karyawannya.
7) Diskriminasi, adanya perlakuan yang tidak sama akan menimbulkan
kecemburuan dan ketidakharmonisan karena semua karyawan ingin
mendapatkan perlakuan yang sama dan adil.
Berdasarkan tantangan yang ada untuk menerapkan nilai harmoni dalam bisnis
maka dapat dilakukan beberapa hal untuk mengatasinya, diantaranya:
1) Adanya komitmen pimpinan, para pimpinan perusahaan harus bisa menjadi
teladan dalam menerapkan nilai harmoni. Pimpinan harus berkomitmen untuk
menciptakan budaya yang dapat mendukung harmoni dan mengkomunikasikan
pentingfnya nilai-nilai harmoni tersebut kepada seluruh karyawan.
2) Komunikasi yang terbuka, dengan membangun komunikasi yang terbuka dan
jujur dapat membuat karyawan merasa nyaman untuk berbicara tentang
permasalahan, kekhawatiran, maupun menyampaikan ide- ide meraka sehingga
kondusifitas dalam bekerja dapat tercapai.
3) Mengutamakan kerjasama tim, dengan adanya kerjasama tim yang baik maka
tujuan perusahaan dapat tercapai dengan lebih cepat dan lebih baik karena
antar karyawan akan saling mendukung satu sama lain.
4) Beri apresiasi, hal ini terdengar sepele namun sebenarnya penting untuk
dilakukan karena dengan memberikan apresiasi pada kinerja karyawan maka
karyawan tersebut akan merasa dihargai atas kinerja yang sudah dilakukan.
Apresiasi ini juga dapat meningkatkan motivasi karyawan dalam berkinerja.
5) Evaluasi dan perbaikan, apabila nilai- nilai harmoni tersebut sudah menjadi
suatu budaya dalam perusahaan maka penting untuk selanjutnya dilakukan
evaluasi untuk menilai sejauh mana nilai harmoni tersebut sudah berjalan dan
apa yang harus diperbaiki kedepannya agar penerapan nilai harmoni tersebut
dapat lebih optimal.

III. Kesimpulan
Konsep THK merupakan konsep harmonisasi hubungan yang selalu dijaga
masyarakat Hindu Bali meliputi: parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan),
pawongan (hubungan antar manusia), dan palemahan (hubungan manusia dengan
lingkungan) yang bersumber dari kitab suci agama Hindu Baghawad gita. Oleh karena
itu, konsep THK yang berkembang di Bali, merupakan konsep budaya yang berakar
dari ajaran agama (Riana 2010).
Keberadaan konsep THK dalam bisnis dapat membantu meningkatkan kinerja
perusahaan karena adanya hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan yang
menyebabkan pelaku bisnis melaksanakan aktivitas bisnisnya dengan mengutamakan
ajaran- ajaran agama dan senantiasa memohon ijin dari Tuhan sebelum memulai
bisnis atau pekerjaan. Adanya hubungan yang baik antara sesama manusia juga dapat
memberikan manfaat untuk keberlangsungan perusahaan karena apabila karyawan
dapat berhubungan baik satu dengan yang lain maka akan tercipta lingkungan kerja
yang kondusif dan nyaman. Terakhir adalah hubungan baik dengan lingkungan yang
dapat menjaga keberlangsungan hidup dari perusahaan itu sendiri karena dengan
lingkungan yang baik, bersih, dan sehat maka kebermanfaatan dari keberadaan
perusahaan tersebut dapat dirasakan oleh semua pihak.
Meskipun demikian, penerapan nilai harmoni masih menemui beberapa
tantangan diantaranya adalah adanya perbedaan nilai dan budaya, tekanan kinerja,
perubahan dan ketidakpastian, persaingan internal, kurangnya komunikasi, pemimpin
yang otoriter, dan adanya diskriminasi. Namun, ada beberapa langkah antisipasi yang
bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan tersebut yakni dengan adanya komitmen
pimpinan yang tinggi terhadap penerapan nilai harmoni, komunikasi yang terbuka,
kerjasama tim, adanya apresiasi bagi kinerja karyawan, dan adanya evaluasi dan
perbaikan terhadap penerapan nilai harmoni. Diharapkan, dengan langkah- langkah
tersebut dapat menciptakan keharmonian dalam bisnis bagi pelaku usaha.

IV. Daftar Pustaka

BIBLIOGRAPHY Arta, K. S. (2012). Kolaborasi Masyarakat Sipil, Politik, dan Ekonomi dalam
Pemanfaatan Modal Sosial (Studi Kasus Daerah Perlindungan Laut di Desa Bondalem,
Kabupaten Buleleng). Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 117-128.
Pitana, I. (2010). The Hita Karana, The Local Wisdom of Balinese in Managing Development,
in R. Conrady & M. Buck (ed). Trends and Issues in Global Tourism Springer, 139-150.
Riana, I. (2011). Dampak Penerapan Kultur Lokal Tri Hita Karana terhadap Orientasi
Kewirausahaan dan Orientasi Pasar. Jurnal Teknik Industri, 37-44.
Tenaya, G. "Analisis Falsafah dab Konsep Akuntansi dalam Perspektif Filsafat Kultur Bali Tri
Hita Karana dan Kesadaran Internal Lembaga terhadap Hukum Perusahaan". Tesis,
Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.
Wiana, K. (1993). Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan. Denpasar: Manikgen.
Yulandari, N. K. (2020). Pendekatan Tri Hita Karana dalam Meningkatkan Motivasi
Berwirausaha Mahasiswa. Jurnal Manajemen Bisnis, 118-132.

Anda mungkin juga menyukai